HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SKETSA ANTIFON MARIA DALAM DOA OFFISI: TINJAUAN SOSIO HISTORIS & TEOLOGIS
(BAGIAN 3)
HARAPAN IMAN KASIH.
SKETSA ANTIFON MARIA DALAM DOA OFFISI: TINJAUAN SOSIO HISTORIS & TEOLOGIS
(BAGIAN 3)
ECCE MARIA
SANCTA DEI GENITRIX
ANGELUS DOMINI
STABAT MATER DOLOROSA.
SANCTA DEI GENITRIX
ANGELUS DOMINI
STABAT MATER DOLOROSA.
7. Ecce Maria
Ecce Maria genuit nobis Salvatorem
Quem Ioannes videns exclamavit dicens:
“Ecce Agnus Dei, qui tollis peccata mundi.”
Ecce Maria genuit nobis Salvatorem
Quem Ioannes videns exclamavit dicens:
“Ecce Agnus Dei, qui tollis peccata mundi.”
Behold, Mary bore the Saviour for us.
When John saw this, he exclaimed:
“Behold the lamb of God who takes away the sins of the world.”
When John saw this, he exclaimed:
“Behold the lamb of God who takes away the sins of the world.”
Maria telah melahirkan Penyelamat bagi kita.
Yohanes melihat Dia dan berseru:
“Inilah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”
**********
Antifon doa dan lagu “Ecce Maria” ini dinyanyikan ketika akhir Ibadat Siang ketiga (Nona, 14.30), oleh para rahib di Pertapaan Trappist Rawaseneng. Secara khusus, antifon yang liriknya diambil dari Yohanes 1:29 ini, pada awalnya dinyanyikan sebagai antifon pada “Feast of the Circumcision” setiap tanggal 1 Januari, yakni pesta peringatan penyunatan Yesus.
Ya, dulunya 1 Januari itu dirayakan sebagai hari penyunatan dan pemberian nama pada Kanak-Kanak Yesus yang mempunyai makna rohani, yaitu seseorang dipersembahkan kepada Allah dan menjadi milik Allah. Pemberian nama Yesus juga mempunyai makna lebih tinggi, yaitu menegaskan misi-Nya sebagai Penyelamat Dunia (nama ”Yesus” berarti “Penyelamat”).
Dan, sejak 1967, 1 Januari sekaligus dirayakan sebagai Hari Perdamaian Dunia dan Hari Raya Bunda Allah. Antifon “Ecce Maria” ini mengingatkan kita bahwa Yesus “Sang Penyelamat” yang baru dilahirkan dari Bunda Maria adalah “Anak Domba Allah”, Pangeran Damai (Yes 9:6) yang menghapus dosa dunia dan memberi kedamaian seperti yang diwartakan oleh kesaksian Nabi Yohanes Pembaptis.
Bicara soal “domba”, inilah simbolisasi dari diri Yesus yang berpola “KPK’, yakni:
K edamaian:
Lihatlah bulunya yang putih bergelombang dan hidupnya yang tidak pernah berkelahi, walaupun ada dan tinggal bersama banyak kawanannya.
Lihatlah bulunya yang putih bergelombang dan hidupnya yang tidak pernah berkelahi, walaupun ada dan tinggal bersama banyak kawanannya.
P engorbanan:
Domba menjadi “hewan korban” dalam tradisi agama Yahudi.
Domba menjadi “hewan korban” dalam tradisi agama Yahudi.
K ebersamaan:
Domba itu selalu ada bersama dengan kawanannya.
Domba itu selalu ada bersama dengan kawanannya.
Jelasnya, Gereja mengharapkan dengan mendaraskan doa/lagu “Ecce Maria” ini, kita bisa mengawali setiap tahun yang baru dengan meminta anugerah perdamaian melalui doa-doa bersama Maria Bunda Allah dan kesaksian Nabi Yohanes yang sekaligus mau meneguhkan bahwa Allah Putra sungguh menjelma menjadi manusia dan menyatukan diri dengan manusia sebagai ”Anak Domba Allah”. Itulah juga sebabnya, pada setiap awal tahun, yakni 1 Januari, Paus selalu menyampaikan pesannya untuk perdamaian dunia.
=============
8. Sancta Dei Genitrix
Sancta Dei genitrix,
Virgo semper Maria,
intercede pro nobis,
ad Dominum Jesum Christum.
Sancta Dei genitrix,
Virgo semper Maria,
intercede pro nobis,
ad Dominum Jesum Christum.
Maria Bunda Allah,
Kau Perawan selalu
Kami mohon restumu
Pada Tuhan Allah kita
Kau Perawan selalu
Kami mohon restumu
Pada Tuhan Allah kita
**********
Antifon Maria “Sancta Dei Genitrix” ini dinyanyikan ketika akhir Ibadat Siang kedua (Sexta, 12.00), oleh para rahib di Pertapaan Trappist Rawaseneng. Secara teologis, syair dan doa pujian ini menegaskan keperawanan Maria yang sebagai ibu telah melahirkan (satu pribadi) Yesus, yang sekaligus mempunyai dua kodrat, yaitu kodrat manusia dan kodrat Allah. Karena pribadi yang dilahirkan itu adalah pribadi Ilahi, Maria bisa dan harus disebut Bunda Allah, “Dei genetrix” (Yun: Theotokos; Lat: Mater Dei).
Adapun gelar “Dei genetrix” yang didogmakan secara resmi oleh Konsili Efesus (Tahun 431) ini merupakan akibat sampingan dari usaha Konsili untuk merumuskan siapa Yesus Kristus itu melawan bidaah Nestorianisme. Bidaah ini berpendapat bahwa dalam diri Yesus ada dua subyek, manusia Yesus dan Kristus yang adalah Allah Putra. Akibatnya, Maria bisa disebut sebagai Anthropo-tokos (yang melahirkan manusia) atau Khristo-tokos (yang melahirkan Kristus). Konsili Efesus menolak ajaran bidaah Nestorianisme ini.
Sebagai tanggapan, Konsili Efesus merumuskan bahwa Yesus Kristus adalah Allah Putra yang sehakekat dengan Bapa dan menjadi manusia sehingga Dia sekaligus sungguh Allah dan sungguh manusia, tetapi mempunyai hanya satu pribadi (subyek) Ilahi. Jadi, Maria harus disebut sebagai Theo-tokos atau Bunda Allah. Konsili juga menjelaskan bahwa Maria disebut demikian bukanlah karena kodrat Ilahi itu berasal-usul dari Perawan Suci, tetapi karena kodrat insani Yesus berasal dari Maria dan disatukan dalam satu subyek dalam kandungan Maria. Dari Maria, lahirlah Yesus yang adalah sungguh Allah dan sungguh manusia. Karena itu, dikatakan bahwa Firman itu lahir menurut daging (DS 251). Karena itu, dalam tradisi Gereja, Maria Bunda Allah “Dei genetrix” juga diberi gelar ”Takhta Kebijaksanaan” (KGK 721).
Dalam liturgi Gereja Katolik, Hari Raya Maria Bunda Allah “Dei genetrix” (Yun: Theotokos; Lat: Mater Dei) dirayakan pada 1 Januari, yaitu oktaf Natal, delapan hari sesudah Natal. 1 Januari juga awal dari tahun Masehi. Hal ini bisa kita maknai bahwa kita mempersembahkan seluruh tahun yang baru kepada perlindungan Bunda Maria “Dei genetrix”, yang telah memberikan kepada kita ”Pencipta Kehidupan” itu sendiri. Dengan bantuan Bunda Maria, kita juga berharap menyingkapkan dan memeluk “Yang Ilahi” di tengah kehidupan kita sehari-hari “yang insani”.
============
9. Angelus
Angelus Domini nuntiavit Mariae et concepit de Spiritu Sancto.
Ave Maria...
Ecce, ancilla Domini. Fiat mihi secundum verbum Tuum.
Ave Maria...
Et verbum caro factum est et habitavit in nobis.
Ave Maria...
Ora pro nobis, Sancta Dei Genetrix, ut digni efficiamur promissionibus Christi.
=============
The angel of the Lord declared unto Mary, and she conceived by the power of Holy Spirit.
Hail Mary...
Behold the handmaid of the Lord, be it done unto me according to your Word.
Hail Mary...
And the Word was made flesh, and dwelt among us.
Hail Mary...
Pray for us, O Holy Mother of God. That we may be made worthy of the promises of Christ.
=============
Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.
Salam Maria ...
Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.
Salam Maria ...
Sabda sudah menjadi daging, dan tinggal di antara kita.
Salam Maria ...
Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah, supaya kami dapat menikmati janji Kristus.
Angelus Domini nuntiavit Mariae et concepit de Spiritu Sancto.
Ave Maria...
Ecce, ancilla Domini. Fiat mihi secundum verbum Tuum.
Ave Maria...
Et verbum caro factum est et habitavit in nobis.
Ave Maria...
Ora pro nobis, Sancta Dei Genetrix, ut digni efficiamur promissionibus Christi.
=============
The angel of the Lord declared unto Mary, and she conceived by the power of Holy Spirit.
Hail Mary...
Behold the handmaid of the Lord, be it done unto me according to your Word.
Hail Mary...
And the Word was made flesh, and dwelt among us.
Hail Mary...
Pray for us, O Holy Mother of God. That we may be made worthy of the promises of Christ.
=============
Maria diberi kabar oleh Malaikat Tuhan, bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus.
Salam Maria ...
Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu.
Salam Maria ...
Sabda sudah menjadi daging, dan tinggal di antara kita.
Salam Maria ...
Doakanlah kami, ya Santa Bunda Allah, supaya kami dapat menikmati janji Kristus.
**********
Doa “Malaikat Tuhan - Angelus Domini” adalah salah satu devosi bersama Bunda Maria untuk menghormati misteri inkarnasi, penjelmaan Tuhan menjadi manusia, dan didoakan tiga kali dalam sehari, pada pagi hari, siang hari dan sore hari, ketika lonceng gereja dibunyikan. Doa Malaikat Tuhan sendiri terdiri dari tiga kali doa Salam Maria yang diselingi dengan beberapa ayat, jawaban, dan sebuah doa (Puji Syukur No. 15).
Doa ini disebut “Doa Angelus” karena bermula dari salam dan kabar sukacita yang disampaikan oleh Malaikat (Latin: Angelus) kepada Maria, dan dalam rumusan bahasa Latinnya “Angelus” adalah kata pertamanya (Angelus Domini nunciavit Mariae”: “Malaikat Tuhan memberi kabar kepada Maria”).
Kebiasaan untuk mendoakan pada pagi hari dimulai di Parma, Italia pada abad ke-13, ketika tiga kali doa Bapa Kami dan tiga kali doa Salam Maria diperintahkan untuk didoakan, dengan intensi mendapatkan berkat kedamaian. Lonceng yang memberikan tanda waktu berdoa ini dulunya dikenal sebagai “Peace Bell”.
Adalah Santo Bonaventura dalam sidang umum Ordo Fransiskan di tahun 1263 yang juga menetapkan bahwa setiap senja baiklah dibunyikan lonceng, agar para biarawan dan awam membiasakan diri menyampaikan salam kepada Yesus, yang adalah Allah yang menjadi manusia melalui rahim Maria. Dan setiap malam hari, lonceng yang sama dibunyikan lagi untuk mengingatkan para biarawan dan awam akan kasih Allah yang nyata dalam Yesus dan kepengantaraan Maria dalam karya keselamatan Allah.
Kebiasaan berdoa dari para biarawan dan awam tersebut terus dilakukan dan berkembang terlebih pada abad ke-14, bahkan sudah dilakukan juga pada pagi hari. Pada abad ke-14 inilah, di Prancis dibiasakan juga untuk membunyikan lonceng ini pada siang hari. Adapun, lonceng yang dibunyikan pada siang hari dimaksudkan untuk memanggil orang-orang beriman supaya melakukan meditasi sebagai peringatan akan sengsara Yesus, dan hanya dibunyikan pada hari Jumat. Tetapi setelah beberapa waktu kemudian, lonceng juga dibunyikan pada hari-hari lainnya, dimana pada awalnya Doa Malaikat Tuhan hanya terdiri dari bagian pertama doa Salam Maria yang diulang tiga kali.
Dalam bingkai historiografi, doa ini dipanjatkan untuk keberhasilan para tentara Salib dalam peperangan pada masa itu.Selanjutnya di Jerman dan terlebih di Italia, kebiasaan ini juga terus dilakukan - dimana Doa Kemuliaan ditambahkan sesudah setiap Salam Maria untuk menghormati Tritunggal Mahakudus dalam hubungannya dengan Maria.
Pada tahun 1475, Paus Sixtus IV memberikan indulgensi bagi mereka yang mendaraskan doa Angelus pada siang hari. Namun pada tahun 1517, Paus Leo X, memberikan indulgensi kepada siapapun yang mendaraskan baik pada pagi, siang maupun sore atau malam hari.
Selanjutnya Paus Pius V dalam tahun 1571 merevisi dan melengkapi sampai menjadi seperti yang kita kenal saat ini. Pada waktu itu, doa Angelus diucapkan pada dini hari untuk menghormati kebangkitan Yesus, pada siang hari untuk menghormati sengsara Yesus dan pada senja hari untuk menghormati peristiwa Inkarnasi.
Paus Paulus VI dalam ensiklik “Marialis Cultus” menulis, “Doa Angelus ini sesudah berabad-abad, tetaplah mempertahankan nilainya dan kesegaran aslinya.” Paus ke-264, Yohanes Paulus II, menyatakan bahwa Doa Angelus adalah sangat sederhana, berasal dari injil, asal-muasalnya dari doa perdamaian, dan sesuai dengan misteri paskah. Karena itu, Paus Yohanes Paulus II menekankan bahwa Doa Angelus tidak perlu diubah lagi.
Pastinya, narasi yang diringkaskan dengan begitu indah di dalam doa ini dapat ditemukan pada bab pertama Injil Lukas dan dari Injil Yohanes. Jadi, dengan mendoakannya, kita diingatkan pada pagi hari, siang hari dan sore hari akan Dia yang atas namanya kita akan diselamatkan dan Bunda Maria. Bapa Suci sendiri memimpin umatnya berdoa Angelus setiap hari Minggu siang.
Adapun lonceng angelus biasanya didentangkan pada saat jam-jam tepat untuk pendarasan doa angelus ( Pkl.06.00, 12.00, 18.00 ), dimana doa yang jam 6 pagi: untuk menghormati kebangkitan Kristus; doa yang jam 12 siang: untuk menghormati sengsara Kristus; dan doa yang jam 6 sore: untuk menghormati misteri inkarnasi (Allah menjadi manusia). Sedangkan di pertapaan Trappist Rawaseneng, lonceng pagi didentangkan pada pukul 04.45 setelah Ibadat Vigili dan meditasi pagi; siang pada pukul 12.20 setelah Ibadat Sexta dan Examen Conscientiae, dan terakhir pada pukul 20.10 setelah Ibadat Penutup/Completorium.
Secara umum, dentangan lonceng yang biasa didentangkan di pelbagai gereja dan biara Katolik, berpola sebagai berikut :
-Pendentangan pertama secara bertubi-tubi ( Saat waktu menunjukkan jam doa Angelus )
- Pendentangan lonceng sebanyak 3 kali, pada setiap bait doanya.
-Pendentangan terakhir dengan pola 3x3, sesudah kata marilah berdoa. 3a-3b-jeda, 3a-3b-jeda, dan seterusnya hingga doa selesai.
- Pendentangan lonceng sebanyak 3 kali, pada setiap bait doanya.
-Pendentangan terakhir dengan pola 3x3, sesudah kata marilah berdoa. 3a-3b-jeda, 3a-3b-jeda, dan seterusnya hingga doa selesai.
Paus Yohanes XXIII dalam catatannya tentang “Lonceng Angelus” menyatakan bahwa yang didentangkan pada pada pagi hari/dini hari merupakan, “tanda pergantian malam yang tenang menjadi siang yang gemilang, pada saat itulah langit menunduk untuk bertemu muka dengan bumi.”
=============
10. Stabat Mater Dolorosa
Stabat mater dolorosa
iuxta crucem lacrimosa
dum pendebat filius
Stabat mater dolorosa
iuxta crucem lacrimosa
dum pendebat filius
cuius animam gementem
contristantem et dolentem
pertransivit gladius
contristantem et dolentem
pertransivit gladius
quam tristis et afflicta fuit
illa benedicta mater unigenti
quae maerebat et dolebat et tremebat
dum videbat
nati poenas incliti
illa benedicta mater unigenti
quae maerebat et dolebat et tremebat
dum videbat
nati poenas incliti
Quis est homo qui no fleret
matrem Christi si videret
in tanto supplicio
Quis non posset contristari
piam matrem contemplari
dolentem cum filio
matrem Christi si videret
in tanto supplicio
Quis non posset contristari
piam matrem contemplari
dolentem cum filio
Pro peccatis suae gentis
vidit Iesum in tormentis
et flagellis subditum
vidit suum dulcem natum
morientem desolatum
dum emisit spiritum
vidit Iesum in tormentis
et flagellis subditum
vidit suum dulcem natum
morientem desolatum
dum emisit spiritum
Eia mater fons amoris
Me sentire vim doloris
fac ut tecum lugeam
Fac ut ardeat cor meum
in amando Christum Deum
ut sibi complaceam
Me sentire vim doloris
fac ut tecum lugeam
Fac ut ardeat cor meum
in amando Christum Deum
ut sibi complaceam
Sancta mater istud agas
crucifixi fige plagas
cordi meo valide
tui nati vulnerati
tam dignati pro me pati
poenas mecum divide
Fac me vere tecum flere
crucifixo condolere
donec ego vixero
iuxta crucem tecum stare
meque tibi sociare
in planctu desidero
crucifixi fige plagas
cordi meo valide
tui nati vulnerati
tam dignati pro me pati
poenas mecum divide
Fac me vere tecum flere
crucifixo condolere
donec ego vixero
iuxta crucem tecum stare
meque tibi sociare
in planctu desidero
Virgo virginium praeclara
mihi iam non sis amara
fac me tecum plangere
fac ut portem Christi mortem
passionis fac consortem
et plagas recolere
Fac me plagis vulnerari
cruce had inebriari
et cruore filii
mihi iam non sis amara
fac me tecum plangere
fac ut portem Christi mortem
passionis fac consortem
et plagas recolere
Fac me plagis vulnerari
cruce had inebriari
et cruore filii
per te Virgo sim defensus
inflamatus et accensum
in die iudicii
inflamatus et accensum
in die iudicii
Fac me cruce custodiri
morte Christi praemuniri
confoveri gratia
morte Christi praemuniri
confoveri gratia
Quando corpus morietur
fac ut animae donetur
paradisi gloria
=============
fac ut animae donetur
paradisi gloria
=============
Dekat Salib,
berdiri Bunda yang berduka berurai airmata,
dekat dengan Yesus, akhirnya.
berdiri Bunda yang berduka berurai airmata,
dekat dengan Yesus, akhirnya.
Walau sukacita jiwa telah sirna,
didera derita, dirundung duka,
masih pula sebilah pedang menembusinya.
didera derita, dirundung duka,
masih pula sebilah pedang menembusinya.
Oh betapa pilu dan pedih.
Adakah itu Bunda yang terberkati,
dari seorang Putra yang tunggal!
Wahai ratapan bisu yang tak kunjung henti,
wahai mata pudar, yang tak pernah lagi bersinar
dari Putra menawan yang penuh sengsara!
Adakah itu Bunda yang terberkati,
dari seorang Putra yang tunggal!
Wahai ratapan bisu yang tak kunjung henti,
wahai mata pudar, yang tak pernah lagi bersinar
dari Putra menawan yang penuh sengsara!
Bunda Kristus yang terkasih memandang,
dalam sengsaranya yang sungguh dahsyat,
Siapakah yang lahir dari seorang perempuan yang tidak akan menangis?
Bunda Kristus yang terkasih merenungkan,
piala sengsara yang harus direguknya,
adakah yang tak hendak berbagi sengsara dengannya?
dalam sengsaranya yang sungguh dahsyat,
Siapakah yang lahir dari seorang perempuan yang tidak akan menangis?
Bunda Kristus yang terkasih merenungkan,
piala sengsara yang harus direguknya,
adakah yang tak hendak berbagi sengsara dengannya?
Oleh sebab dosa-dosa bangsa-Nya sendiri,
ia melihat-Nya tergantung dalam kehinaan
hingga Ia menyerahkan RohNya;
dihancur-binasakan, dinistakan, dikutuk, dihujat;
ia memandang Putranya yang lemah lembut,
sekujur tubuh-Nya terkoyak payah berlumuran darah akibat penderaan.
ia melihat-Nya tergantung dalam kehinaan
hingga Ia menyerahkan RohNya;
dihancur-binasakan, dinistakan, dikutuk, dihujat;
ia memandang Putranya yang lemah lembut,
sekujur tubuh-Nya terkoyak payah berlumuran darah akibat penderaan.
Wahai, engkau Bunda sumber belas kasih.
Sentuhlah rohku dari atas sana,
jadikan hatiku serupa hatimu.
Buatlah aku merasa seperti engkau merasa;
buatlah jiwaku bernyala-nyala dan lebur
dalam kasih Kristus, Tuhan-ku.
Sentuhlah rohku dari atas sana,
jadikan hatiku serupa hatimu.
Buatlah aku merasa seperti engkau merasa;
buatlah jiwaku bernyala-nyala dan lebur
dalam kasih Kristus, Tuhan-ku.
Bunda Tersuci, tembusilah hatiku.
Dalam hatiku, biarlah setiap luka memulihkan Juruselamat-ku yang tersalib.
Perkenankanlah aku berbagi bersamamu sengsara-Nya;
Ia, yang dihukum mati demi dosa-dosaku,
Ia, yang wafat disiksa demi aku.
Perkenankanlah airmataku berbaur dengan airmatamu,
meratapi Dia yang meratapi aku,
setiap hari sepanjang masa hidupku.
Dekat salib aku tinggal bersamamu,
di sana menangis dan berdoa bersamamu,
hanya itu yang kuminta daripadamu.
Dalam hatiku, biarlah setiap luka memulihkan Juruselamat-ku yang tersalib.
Perkenankanlah aku berbagi bersamamu sengsara-Nya;
Ia, yang dihukum mati demi dosa-dosaku,
Ia, yang wafat disiksa demi aku.
Perkenankanlah airmataku berbaur dengan airmatamu,
meratapi Dia yang meratapi aku,
setiap hari sepanjang masa hidupku.
Dekat salib aku tinggal bersamamu,
di sana menangis dan berdoa bersamamu,
hanya itu yang kuminta daripadamu.
Perawan dari segala perawan yang terberkati,
sudi dengarkanlah permohonanku yang sangat;
perkenankanlah aku turut serta dalam dukacita ilahimu.
Perkenankanlah aku hingga akhir hayatku,
dalam tubuhku menanggung wafat
Putramu yang meregang nyawa.
Luka dengan segenap bilur-bilur-Nya,
benamkanlah jiwaku hingga larut sepenuhnya
dalam Darah-Nya.
sudi dengarkanlah permohonanku yang sangat;
perkenankanlah aku turut serta dalam dukacita ilahimu.
Perkenankanlah aku hingga akhir hayatku,
dalam tubuhku menanggung wafat
Putramu yang meregang nyawa.
Luka dengan segenap bilur-bilur-Nya,
benamkanlah jiwaku hingga larut sepenuhnya
dalam Darah-Nya.
Dekatlah aku, ya Santa Perawan,
kalau-kalau aku terbakar dan mati dalam kobaran api
pada murka hari penghakiman-Nya.
kalau-kalau aku terbakar dan mati dalam kobaran api
pada murka hari penghakiman-Nya.
Kristus, sebab itu, apabila Engkau memanggilku kelak,
BundaMu adalah perlindunganku,
Salib-Mu adalah kemenanganku.
BundaMu adalah perlindunganku,
Salib-Mu adalah kemenanganku.
Walau tubuhku lebur dalam debu,
kiranya jiwaku boleh memuliakan kebajikan-Mu;
aman bersama-Mu di surga.Amin.
kiranya jiwaku boleh memuliakan kebajikan-Mu;
aman bersama-Mu di surga.Amin.
**********
Stabat Mater Dolorosa adalah nama dari sebuah himne pada abad ketiga belas yang menceritakan penderitaan Perawan Maria. Himne ini pada awalnya dibuat dalam bahasa Latin oleh seorang biarawan Fransiskan yang bernama Jacapone da Todi di Italia, dan dimulai dengan kata-kata ini: "Stabat mater dolorosa, juxta crucem lacrimosa." (Ibu berdiri penuh kesedihan, menangis di samping Salib).
Ini adalah suatu karya berbentuk meditasi panjang yang mengundang seseorang untuk berbagi kesedihan seorang wanita yang melihat anaknya meninggal dalam penderitaan yang mengerikan: "Hai quam tristis et afflicta fuit illa Benedicta, mater unigeniti" (Betapa sedih dan tertekannya ibu dari Putra Yang Tunggal.)
“Stabat Mater” adalah salah satu dari tiga representasi artistik umum seputar kesedihan Bunda Maria (dua lainnya adalah: “Mater Dolorosa-Bunda Dukacita” dan “Pietà”), yang menggambarkan dukacita Bunda Maria berada di bawah salib pada saat Penyaliban Yesus. Dalam penggambaran tersebut, Bunda Maria selalu berdiri di sisi kiri jasad putranya Yesus di atas kayu salib, dengan Rasul Yohanes berdiri di sebelah kirinya.
Merupakan salah satu dari beberapa himne yang menceritakan tentang kedukaan Maria, “Stabat Mater” menjadi terkenal seiring dengan pertumbuhan devosi kepada Maria. Selama berabad-abad, para komposer besar telah membuatkan lirik kata-kata untuk musiknya, termasuk Pergolesi, Palestrina, Alessandro Scarlatti dan Domenico Scarlatti, Vivaldi, Haydn, Rossini, Dvořák, George Henschel, Karol Szymanowski, Poulenc, Arvo Pärt, Schubert dan Verdi.
Dalam liturgi kristiani, “Stabat Mater” dikaitkan dengan perayaan “Maria yang Berdukacita” pada tanggal 15 September, sehari setelah perayaan Hari Raya Salib Suci pada 14 September-nya. Ya, “Stabat Mater” menjadi sekuensia untuk pesta Bunda Maria Berdukacita.
Sebagai tambahan informasi:
Sekuensia (Lat: sequentia, Ing: sequence) adalah madah yang wajib dinyanyikan sebelum Alleluya, dan Pedoman Misa Forma Ordinaria menyebutkan sekuensia wajib dinyanyikan hanya pada Misa hari Raya Paskah dan Pentakosta, sedangkan pada hari lainnya bersifat fakultatif (boleh dinyanyikan, boleh tidak).
Sekuensia (Lat: sequentia, Ing: sequence) adalah madah yang wajib dinyanyikan sebelum Alleluya, dan Pedoman Misa Forma Ordinaria menyebutkan sekuensia wajib dinyanyikan hanya pada Misa hari Raya Paskah dan Pentakosta, sedangkan pada hari lainnya bersifat fakultatif (boleh dinyanyikan, boleh tidak).
Ada beberapa sekuensia yang wajib dinyanyikan atau dimadahkan pada hari-hari raya tertentu seperti:
Hari Raya Paskah:
Victimae Paschali Laudes, Hai Umat Kristen, Pujilah PS 518.
Victimae Paschali Laudes, Hai Umat Kristen, Pujilah PS 518.
Hari Raya Pentakosta:
Veni Sancte Spiritus / Datanglah, ya Roh Kudus PS 569
Veni Sancte Spiritus / Datanglah, ya Roh Kudus PS 569
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus:
Lauda Sion Salvatorem / Sion, Puji Penyelamat PS 556
Lauda Sion Salvatorem / Sion, Puji Penyelamat PS 556
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita dan Masa Prapaskah:
Stabat Mater Dolorosa / Lihat Bunda yang Berduka (PS 639)
Stabat Mater Dolorosa / Lihat Bunda yang Berduka (PS 639)
Misa Requiem:
Dies Irae, di Puji Syukur tidak ada.
Pasca Konsili Vatikan II tidak dipakai lagi untuk Misa tapi dipertahankan untuk Ibadat Harian.
Dies Irae, di Puji Syukur tidak ada.
Pasca Konsili Vatikan II tidak dipakai lagi untuk Misa tapi dipertahankan untuk Ibadat Harian.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar