Ads 468x60px

Minggu, 03 September 2017


HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 03 September 2017
Hari Minggu Biasa XXII (Pembukaan Bulan Kitab Suci Nasional)
Yeremia (20:7-9)
(Mzm 63:2.3-4.5-6.8-9; Ul: 2b, 2/4)
Roma (12:1-2)
Matius (16:21-27)
“Ad maiorem natus sum - Aku dilahirkan untuk hal-hal yang lebih luhur".
Inilah panggilan dasar yang saya ingat ketika pernah diminta memimpin acara rohani di Kandang Menjangan Kopassus Kartasura bagi komandan dan para prajurit kopassus yang beragama Kristiani.
Sebenarnya, kitapun juga dipanggil sebagai "kopassus", yakni "komando pasukannya Yesus" dengan "three costs of discipleship", 3 tuntutan kemuridan yang dikemukakan Yesus secara khusus, yakni "sangkuli", antara lain:
1."SANG"kal diri:
Ia mengajak kita untuk mengosongkan diri, lepas dari keterikatan pada harta dan gegap gempita/cinta dunia. Ia memberi teladan pengosongan diri (kenosis), yang “menganggap diri sendiri tak ada”, membiarkan diri “terlupakan" demi Tuhan, tidak lagi egois tapi Kristus sentris. Dengan kata lain: Yesus mengajak kita menomorsatukan kehendak Allah.
2.pi"KUL" salib:
Kita diajak untuk siap menghadapi semua resiko/kemungkinan, seperti dialami Yesus karena kesetiaan iman kepada Allah. Memikul salib juga merupakan salah satu cara kita untuk "mengenakan Kristus" secara real setiap hari yang bisa diartikan bahwa perjuangan iman ini butuh konsistensi untuk mematikan “HEM - Hedonisme-Egoisme dan Materialisme”.
3."I"kuti Tuhan:
Petrus yang tadinya dipuji Yesus kini disebut sebagai iblis, "vade retro satana - enyahlah iblis!" Hal ini terjadi karena ia menjadi batu sandungan bagiNya karena hanya mengikuti kemauan sendiri dan bukan kemauannya Tuhan.
Indahnya, kata “mengikut Aku” dalam bahasa Yunani, ”apisw”, artinya: “di belakang”, "menjadi murid/pengikut/pergi bersamanya." Nah, bukankah kalau kita berani mengikuti Tuhan kita juga harus berani "ada di belakangNya", ikut dalam sengsara dan wafatNya supaya layak juga untuk bangkit bersamaNya?
“Cari bantal di Kramat Jati - Mari total jadi murid Tuhan sampai mati."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Kutipan Teks Misa:
Kitab Suci bukanlah sesuatu dari masa lalu. Tuhan tidak berbicara pada masa lalu, tetapi berbicara pada masa kini. Dia berbicara kepada kita hari ini. (Paus Benediktus XVI)
Antifon Pembuka (Mzm 85:3.5)
Kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Engkau baik hati, ya Tuhan, dan suka mengampuni, kasih setia-Mu berlimpah bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.
Have mercy on me, O Lord for I cry to you all the day long. O Lord, you are good and forgiving, full of mercy to all who call to you.
Miserere mihi Domine, quoniam ad te clamavi tota die: quia tu Domine suavis ac mitis es, et copiosus in misericordia omnibus invocantibus te.

Doa Pembuka
Allah yang Mahakuasa, Engkaulah sumber dan asal segala yang baik. Bangkitkanlah dalam diri kami kasih akan Dikau dan tambahkanlah iman kami. Semoga Engkau memupuk benih-benih yang baik dalam diri kami dan memeliharanya sampai menghasilkan buah. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepan-jang masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yeremia (20:7-9)
"Firman Tuhan telah menjadi cela dan cemooh bagiku sepanjang hari."
Kata Nabi Yeremia, “Engkau telah membujuk aku, ya Tuhan, dan aku telah membiarkan diriku Kaubujuk. Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semua orang mengolok-olokkan aku. Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru, “Kelaliman! Aniaya!” Sebab firman Tuhan telah menjadi cela dan cemooh bagiku sepanjang hari. Tetapi apabila aku berpikir, ‘Aku tidak mau mengingat Tuhan, dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya’, maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2, PS 843
Ref. Jiwaku haus pada-Mu, Tuhan, ingin melihat wajah Allah.
Ayat. (Mzm 63:2.3-4.5-6.8-9; Ul: 2b, 2/4)
1. Ya Allah Engkaulah Allahku, kucari-cari dan kudambakan Engkau jiwaku menghauskan Tuhanku laksana gurun gersang, tandus tanpa air.
2. Semoga hamba boleh memandang Tuhanku melihat kemuliaan-Mu yang besar Cinta-Mu lebih berharga daripada hidup hendaknya mulutku memuji-Mu.
3. Demikianlah sepanjang hidupku aku hendak menghormati Engkau. Jiwaku dikenyangkan dengan lemak dan sumsum, aku bersorak-sorai dan memuji-muji.
4. Jiwaku melekat pada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku. Sungguh Engkau melulu yang menolong dan di bawah sayap-Mu sentosalah aku.

Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada umat di Roma (12:1-2)
"Persembahkanlah tubuhmu sebagai persembahan yang hidup."
Saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihati kamu, supaya mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus yang berkenan kepada Allah. Itulah ibadahmu yang sejati! Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah, mana yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Ef 1:17-18)
Semoga Bapa Tuhan kita Yesus Kristus menerangi mata hati kita, supaya kita memahami pengharapan yang terkandung dalam panggilan kita.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:21-27)
"Setiap orang yang mau mengikuti Aku, ia harus menyangkal dirinya."
Sekali peristiwa Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Ia harus pergi ke Yerusalem dan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari ketiga. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegur Dia, katanya, “Tuhan, kiranya Allah menjauhkan hal itu! Hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau!” Maka Yesus berpaling dan berkata kepada Petrus, “Enyahlah Iblis! Engkau suatu batu sandungan bagi-Ku, sebab engkau memikirkan bukan yang dipikirkan Allah, melainkan yang dipikirkan manusia.” Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Setiap orang yang mengikuti Aku, harus menyangkal diri, memikul salibnya dan mengikuti Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya. Tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya bagi seseorang jika ia memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya. Pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang setimpal dengan perbuatannya.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!

“Jika engkau mengikuti kehendak Allah, engkau tahu bahwa biarpun ada serba macam hal mengerikan yang terjadi atas dirimu, namun engkau tidak akan kehilangan tempat perlindungan terakhir. Engkau tahu bahwa fondasi dunia ini adalah kasih sehingga biarpun tak ada seorang manusia pun yang dapat atau bersedia membantumu, engkau tetap dapat berjalan maju, seraya mempercayai Ia yang mengasihimu” – Joseph Ratzinger (Paus Emeritus Benediktus XVI)

Antifon Komuni
(Mzm 31:20)
Betapa berlimpahlah kebaikan-Mu, yang Kausediakan bagi orang takwa.
atau
(Mzm 71:16-18)
Domine, memorabor iustitiƦ tuƦ solius: Deus, docuisti me a iuventute mea, et usque in senectam et senium, Deus, ne derelinquas me
B.
"Optio fundamentalis - Pilihan mendasar!"
Yesus mengajak kita untuk menjadi murid yang total dengan pilihan yang mendasar yakni menjadi orang beriman dengan pola "sangkuli", SANGkal diri - piKUL salib - Ikuti Tuhan.
Ya, meskipun de facto banyak pilihan yang real kita hadapi: kehidupan/kematian, keberuntungan/kecelakaan, berkat/kutuk, Tuhan selalu menghendaki agar kita memilih kehidupan-keberuntungan dan berkat dengan tiga pilihan dasar yang bs kita buat, antara lain:
1."Mengasihi Tuhan":
Yesus mengajak kita untuk "total", berani mendahulukan Tuhan di atas segala sesuatu. Dalam bahasa Yesus: "Barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya tapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku ia akan menyelamatkannya!"
2."Mendengarkan suara Tuhan":
Kita diajak untuk"terbuka" akan sapaan dan jamahanNya, terbuka pikirannya (headset), karya/kerjanya (hand set) dan hatinya (heart set) akan segala nilai kasih kebaikan yang ditawarkan Tuhan dalam pelbagai kesibukan harian kita.
3."Melaksanakan kehendak Tuhan":
Kita diajak untuk hidup "taat", kata dan tindakannya selalu menurut jalan serta kehendakNya, setia ada di belakangnya dan berjalan dalam berkatNya. Sebuah pesan Yesus: "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi ia membinasakan atau merugikan dirinya sendiri", patutlah kita renungkan.
"Cari baju untuk rapat senatus - Mari maju bersama Kristus".
C.
“Via dolorosa - Jalan dukacita.”
Inilah jalan iman bahwa penderitaan mendahului kemuliaan, kasih Allah yang mulia mewujud melalui salib yang hina.
Yesus sendiri berbicara tentang kematian-Nya sebagai suatu kemuliaan abadi dan bukan sebagai tragedi. Dia mengajarkan bahwa jalan mencapai keberhasilan adalah melalui "via dolorosa" (Yoh 12:24) dengan 3 pilar "PKI" antara lain :
1.Prioritas:
Kita diajak untuk "membenci diri sendiri", dimana hal-hal sorgawi jauh lebih penting daripada hal-hal duniawi. Kita akan memperoleh "hidup kekal" karena kita tidak begitu mengindahkan dunia ini dan kita bersedia mengorbankannya semata-mata demi Tuhan. (Mat 16:24-25; Mrk 8:34-35).
2.Kualitas:
Beriman pada Yesus secara berkualitas berarti komitmen pribadi untuk mengikutiNya, menaati semua ajaranNya serta berada bersamaNya dengan pola “sangkuli”: – SANGkal diri, piKUL salib dan Ikuti Tuhan” (Mrk 8:34).
3.Integritas:
Iman kita menjadi integral, utuh dan penuh melalui salib dan kebangkitan Kristus walaupun de facto banyak orang yang masih tidak menyukai "salib" karna godaan Iblis (Yoh 14:30; 16:11; 2Kor 4:4; Ef 2) dengan aneka ria tawaran duniawi.
Oleh karena itulah "persahabatan" atau kelekatan tak teratur dengan dunia adalah "permusuhan dengan Allah" (Yak 4:4; 1Yoh 2:15-16). Sebaliknya, orang yang memiliki integritas iman akan memperoleh upah yakni "persahabatan" dengan Allah dan hidup mulia bersama denganNya.
Peter Claver pernah berkata: "Agar dapat melakukan kehendak Tuhan, seseorang harus menganggap rendah dirinya sendiri: seseorang yang makin "mati" bagi dirinya sendiri akan makin "hidup" dalam kehendak Tuhan."
"Dari Korintus ke Kramat Jati - Ikutilah Kristus sepenuh hati."
D.
“Soli Deo Gloria – Hanya bagi Kemuliaan Tuhan.”
Semangat penuh harapan iman dan kasih yang dihadirkan hari ini, bisa tampil dalam dua nilai dasar, semacam core values, yakni:
1. Lahir untuk berjuang:
Ia mengajak kita untuk terus berjuang sepenuh hati dengan hidup “bebas”, merdeka sebagai anak anak Allah. Ia ingin kita tidak terikat dan tidak lekat pekat pada harta dunia dan kemapanan karena berkarya di tengah dunia bukan berarti menjadi milik dunia bukan?
Jelas, mengikutiNya bukanlah sekedar cuap-cuap bahagia tapi penuh dengan perjuangan iman untuk mau menerima juga ketidakbahagiaan demi Tuhan: “In te, Domine speravi - PadaMu ya Tuhan, aku menaruh harapan.”
Dkl: Kita harus siap mengalami apa yang Sang Guru alami, termasuk penderitaan dan penolakan dengan pola “Sangkuli – SANGkal diri, piKUL salib, Ikuti Tuhan.”
2. Hidup untuk mati
"For my Lord nothing is too hard" - Untuk Tuhan, tidak ada hal yang terlalu berat, bukan? Ia mengajak kita untuk berani “mati” supaya bisa benar benar “hidup”.
Ia menghendaki totalitas: me-nomor satukan kehendak Allah di atas segala ruwet renteng hidup harian kita karena kerap kita belum sepenuhnya berkata “tidak’ kepada dunia, tetapi masih terus setengah hati bukan? Kita belum 100 % berkata “tidak” kepada hal-hal yang menghalangi jalan untuk melayani Allah.
Padahal, untuk menjadi murid-murid Yesus yang luhur kita harus memiliki keberanian untuk “mati” dan menolak untuk “mati” bagi Yesus berarti ada sesuatu yang lain yang kita ikuti yang kita anggap lebih penting daripada Yesus.
Dkl: pekerjaan, keluarga, ambisi kita dan bahkan hidup kita sendiri harus “mati” : menjadi nomor dua setelah komitmen kita kepada Yesus. Ini tidak berarti bahwa kita melalaikan keluarga kita atau melakukan pekerjaan seenaknya sendiri. Yang dimaksudkan ialah bahwa Yesus harus didahulukan. Adauge nobis fidem Tambahkanlah iman kami!
"Pohon Natal di rumahnya Johan - Mari kita total ikuti Tuhan!"
====
Penjelasan tambahan:
a.
Dalam Perjanjian Lama, gelar “Anak Manusia” (Ibrani : "BEN ADAM" atau dalam bahasa Aram "BAR NASHA") dapat diartikan seorang manusia (lih. Ayb 25:6, Bil 23:19; Mzm 8:4; Sir 17:30), dengan segala keterbatasannya.
Istilah itu juga dipakai untuk sebutan seorang nabi, seperti Yehezkiel, nabi yang mengalami banyak penderitaan dan kesulitan di masa pembuangan (lih. Yeh 2:1.3; 4:9; 5:1 dst).
Mirip dengan gambaran akan Hamba Yahwe dalam kitab nabi Yesaya. Hamba Yahwe adalah gambaran seorang tokoh penuh iman yang harus menderita sengsara untuk keselamatan orang lain meskipun dia tidak melakukan kesalahan apapun bahkan mati dibunuh. Dia dapat bertahan dalam penderitaan karena percaya bahwa Tuhan Allah adalah kekuatannya. Dan karena kesalehan dan kesetiaannya itu, ia tidak ditinggikan oleh Allah (Yes 50:5-9a).
Namun mengacu pada penglihatan Nabi Daniel, istilah “Anak Manusia” juga dipakai untuk seorang tokoh eskatologis yang meraja dalam kemuliaan untuk selama-lamanya:
“Aku terus melihat dalam penglihatan malam itu, tampak datang dengan awan-awan dari langit seorang seperti anak manusia; datanglah ia kepada Yang Lanjut Usianya itu, dan ia dibawa ke hadapan-Nya. Lalu diberikan kepadanya kekuasaan dan kemuliaan dan kekuasaan sebagai raja, maka orang-orang dari segala bangsa, suku bangsa dan bahasa mengabdi kepadanya. Kekuasaannya ialah kekuasaan yang kekal, yang tidak akan lenyap, dan kerajaannya ialah kerajaan yang tidak akan musnah.” (Dan 7:13-14).
Kedua makna “anak manusia” itu disatukan dalam Diri Yesus. Dalam Dia kesusahan, penderitaan dan kematian menyatu dengan kekuasaan dan kemuliaan.
b.
Mengikuti berarti berjalan di belakang yang diikuti. Jalan yang ditempuh oleh yang diikuti dan cara yang dipilih untuk menempuh jalan itu menjadi jalan dan cara yang harus dipilih oleh pengikutnya juga.
Yesus tidak hanya menubuatkan penderitaan-Nya sendiri tetapi juga salib yang harus ditanggung oleh para pengikut-Nya. Bahkan dengan tegas Yesus menetapkan prasyarat untuk menjadi pengikut-Nya, “Jika seseorang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (ay. 34).
Pertanyaan Yesus “Siapakah Aku menurut kamu?” tidak membutuhkan jawaban verbal tetapi jawaban nyata dalam tindakan seperti yang ditegaskan oleh Santo Yakobus bahwa iman tanpa disertai perbuatan pada hakekatnya mati.
c.
Menyangkal diri dan memikul salib berarti hidup bebas lepas dengan melepaskan beban hidup yang membuat langkah hidup ini menjadi berat dan menjalani hari demi hari dengan keikhlasan.
Beban itu bisa berupa kenangan yang menyakitkan atau kegagalan.
Membersihkan pikiran, melepaskan kekuatiran dan prasangka buruk, ikhlas menerima kenangan pahit dan tidak menyimpannya tetapi membiarkan hal-hal itu berlalu akan menjadikan kita memiliki banyak ruang dan waktu untuk mengalami kebahagiaan.
d.
Menyangkal diri maksudnya melawan kecenderungan diri yang mengarah kepada dosa, yang membawa kita kepada kebinasaan.
Melatih tersenyum ramah yang berasal dari ketulusan hati dengan berusaha mengubah apa yang kita rasakan di dalam hati, memandang hidup dengan positif, melihat sisi baik dari setiap pribadi yang dijumpai atau peristiwa yang dialami, berusaha untuk melakukan dan menjadi yang terbaik adalah bentuk-bentuk konkret menyangkal diri. Kebahagiaan itu sebenarnya sederhana. Hanya membiarkan diri kita merasa bahagia dan percaya pada diri sendiri, bahwa kita dapat memiliki kehidupan yang berharga.
Belajar menerima kenyataan dengan tenang, belajar menghadapi krisis dengan ikhlas dan lebih memilih bekerja keras daripada mengeluh merupakan bentuk-bentuk konkret memanggul salib.
Mengeluh dan menyerah adalah halangan yang akan mencegah datangnya keberhasilan dan kebahagiaan. Menerima kegagalan dengan tenang adalah cara cerdas mengelola pengalaman negatif. Mengeluh tidak dapat mengubah kenyataan, hanya kerja keras yang bisa membawa kembali harapan. Meskipun tidak semua mimpi dapat menjadi kenyataan, namun impian indah dapat membawa keindahan pada hidup kita.
Dengan pemahaman ini, menyangkal diri dan memanggul salib merupakan sebuah keharusan dan jalan satu-satunya menuju kebahagiaan.
Pada kesempatan lain Yesus mengingatkan, "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.” (Luk 9:62).
Sabda ini mengingatkan kita untuk mengambil tindakan dengan cepat dan sigap, tanpa ragu-ragu. Setelah mengambil keputusan, jangan ragu untuk melaksanakannya.
Melangkah maju, mengarahkan pandangan ke masa depan dan jangan menoleh ke belakang. Kesempatan muncul sekejab dan hanya kecepatan dan ketegasan yang dapat menangkapnya. Bila merasa yakin bahwa tindakan kita baik, bertindaklah secepat bisa melakukannya, jika Anda melihat peluang yang baik, tangkaplah. Keraguan akan mengakibatkan penyesalan dalam hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar