HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
HARAPAN IMAN KASIH.
“BULAN – BULAN BERDEVOSI”.
SEPTEMBER :
Bulan Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria (Seven Dolours of Mary).
SEPTEMBER :
Bulan Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria (Seven Dolours of Mary).
Sepanjang malam dia menangis, airmatanya bercucuran di pipi. Tidak seorang pun daripada kawannya mahu menghibur dia. Sekutunya telah mengkhianati dan memusuhinya." [Ratapan 1:2]
Gelar "Mater Dolorosa" (“Bunda Berdukacita”) diberikan kepada Maria dengan menitikberatkan pada dukacita dan sengsaranya yang kelewat batas selama menjadi Ibunya Kristus.
Menurut tradisi Gereja, Dukacita Maria meliputi 7 peristiwa. 7 Dukacita tersebut adalah: 1.Pengungsian Keluarga Kudus ke Mesir,
2.Yesus yang masih kanak-kanak yang hilang dan diketemukan di Bait Allah,
3.Nubuat Simeon,
4.Bunda Maria berjumpa dengan Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Kalvari,
5.Bunda Maria berdiri di dekat kayu salib ketika Yesus disalibkan,
6.Bunda Maria memangku jenazah Yesus setelah Ia diturunkan dikayu salib,
7.Yesus dimakamkan.
2.Yesus yang masih kanak-kanak yang hilang dan diketemukan di Bait Allah,
3.Nubuat Simeon,
4.Bunda Maria berjumpa dengan Yesus dalam perjalanan-Nya menuju Kalvari,
5.Bunda Maria berdiri di dekat kayu salib ketika Yesus disalibkan,
6.Bunda Maria memangku jenazah Yesus setelah Ia diturunkan dikayu salib,
7.Yesus dimakamkan.
Tujuh Dukacita Santa Perawan Maria di atas diambil dari peristiwa-peristiwa yang dicatat dalam Kitab Suci. Devosi ini pastinya memiliki sejarah yang panjang, meskipun tidak secara resmi disebarluaskan Gereja hingga awal abad kesembilan belas. Sebelum persetujuan resmi Paus Pius VII, Ordo Servite mendapatkan ijin pada tahun 1668 untuk merayakan Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita; Ordo Servite banyak berupaya dalam mempopulerkan Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria.
Pada Abad Pertengahan, Teologi Katolik memusatkan diri terutama pada Sengsara Kristus; namun demikian, di samping Manusia Sengsara, umat beriman senantiasa juga merenungkan dukacita Ratu Para Martir. Devosi kepada Kristus yang Tersalib dan kepada Santa Perawan Maria Berdukacita berkembang seiring. Di Kalvari, dalam satu pengertian, terdapat dua altar besar, yang satu adalah Tubuh Yesus, dan yang lain adalah Hati Maria yang Tak Bernoda. Kristus mempersembahkan Tubuh-Nya; Bunda Maria mempersembahkan hatinya, jiwanya sendiri. Setiap tanggal 15 September, sehari sesudah Pesta Salib Suci, Gereja mengenangkan belas kasih Santa Perawan Maria dalam Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita; namun tepat juga dalam tahun liturgi, teristimewa dalam Masa Prapaskah, kita menghormati Dukacita Santa Perawan Maria.
Adapun, pada tahun 1727, Paus Benediktus XIII memasukkan peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita pada penanggalan Gereja Katolik, yang jatuh pada Jumat sebelum Minggu Palma.
Namun peringatan ini kemudian ditiadakan dengan pengubahan penanggalan yang diterbitkan dalam Missale Romawi pada tahun 1969.
Namun peringatan ini kemudian ditiadakan dengan pengubahan penanggalan yang diterbitkan dalam Missale Romawi pada tahun 1969.
Pada tahun 1814, guna menghormati Tujuh Dukacita Maria maka Paus Pius X menetapkan tanggal yang permanen, yaitu tanggal 15 September sebagai hari umat beriman untuk merayakan hari Santa Perawan Maria Berdukacita.
Tujuan dari Devosi Tujuh Duka Santa Perawan Maria ini adalah mendorong persatuan dengan sengsara Kristus melalui persatuan dengan sengsara istimewa yang ditanggung Santa Perawan sebab ia adalah Bunda Allah. Dengan mempersatukan diri dengan, baik Sengsara Kristus dan Dukacita BundaNya yang Tersuci, kita masuk ke dalam Hati Yesus dan menghormatinya dengan terlebih lagi; Yesus dihormati dengan terlebih lagi sebab kita begitu menghormati BundaNya.
Maria memang tidak diceritakan dalam kisah-kisah Injil mengenai Transfigurasi ataupun masuknya Yesus dengan jaya ke Yerusalem, tetapi ia diceritakan ada di Kalvari. Maria memahami benar apa Kehendak Allah dan ia setia serta taat, bekerjasama dengan Putranya sebagai Co-redemptrix. Ia telah mempersiapkan kurban bagi persembahan dan sekarang ia mempersembahkan-Nya di altar Kalvari.
Maria mempunyai tiga kekasih dalam Hatinya yang Tak Bernoda: Tuhan, Putranya, dan jiwa-jiwa. Ia begitu mengasihi dunia hingga ia menyerahkan Putra tunggalnya. Seperti dikatakan St Bernardus, “Pedang tidak akan sampai kepada Yesus apabila ia tidak terlebih dahulu menembusi hati Maria.” Maria mencintai jiwa-jiwa; dan di Kalvari, setelah menanggung sengsara yang begitu keji, ia memperoleh ganjaran menjadi bunda segenap umat manusia.
Maria adalah Rasul, sebab ia adalah Co-redemptrix: Lihatlah Maria di Kalvari, ia berduka dan berdoa; ia berdiri, bagaikan seorang yang mempersembahkan kurban. St Ambrosius mengatakan, “Aku membaca bahwa ia berdiri, tetapi aku tidak membaca bahwa ia menangis.” Ketika Maria menyerahkan Putra tunggalnya bagi kita, ia menyerahkan semuanya bagi kita. Sebab itu, dengan tepat dapat dikatakan: “Lihatlah hati ini yang begitu mengasihi segenap umat manusia hingga tak menyisakan sedikitpun bagi mereka.”
A.
STABAT MATER DOLOROSA.
Misa Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita sendiri memasukkan madah tradisional, Stabat Mater, yang menurut tradisi syair-syairnya dimasukkan ke dalam 14 Perhentian Jalan Salib. St Bonaventura dianggap sebagai pencipta madah ini.
STABAT MATER DOLOROSA.
Misa Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita sendiri memasukkan madah tradisional, Stabat Mater, yang menurut tradisi syair-syairnya dimasukkan ke dalam 14 Perhentian Jalan Salib. St Bonaventura dianggap sebagai pencipta madah ini.
LATIN
Stabat mater dolorosa
iuxta crucem lacrimosa
dum pendebat filius
Stabat mater dolorosa
iuxta crucem lacrimosa
dum pendebat filius
cuius animam gementem
contristantem et dolentem
pertransivit gladius
contristantem et dolentem
pertransivit gladius
quam tristis et afflicta fuit
illa benedicta mater unigenti
quae maerebat et dolebat et tremebat
dum videbat
nati poenas incliti
illa benedicta mater unigenti
quae maerebat et dolebat et tremebat
dum videbat
nati poenas incliti
Quis est homo qui no fleret
matrem Christi si videret
in tanto supplicio
Quis non posset contristari
piam matrem contemplari
dolentem cum filio
matrem Christi si videret
in tanto supplicio
Quis non posset contristari
piam matrem contemplari
dolentem cum filio
Pro peccatis suae gentis
vidit Iesum in tormentis
et flagellis subditum
vidit suum dulcem natum
morientem desolatum
dum emisit spiritum
vidit Iesum in tormentis
et flagellis subditum
vidit suum dulcem natum
morientem desolatum
dum emisit spiritum
Eia mater fons amoris
Me sentire vim doloris
fac ut tecum lugeam
Fac ut ardeat cor meum
in amando Christum Deum
ut sibi complaceam
fac ut tecum lugeam
Fac ut ardeat cor meum
in amando Christum Deum
ut sibi complaceam
Sancta mater istud agas
crucifixi fige plagas
cordi meo valide
tui nati vulnerati
tam dignati pro me pati
poenas mecum divide
Fac me vere tecum flere
crucifixo condolere
donec ego vixero
iuxta crucem tecum stare
meque tibi sociare
in planctu desidero
crucifixi fige plagas
cordi meo valide
tui nati vulnerati
tam dignati pro me pati
poenas mecum divide
Fac me vere tecum flere
crucifixo condolere
donec ego vixero
iuxta crucem tecum stare
meque tibi sociare
in planctu desidero
Virgo virginium praeclara
mihi iam non sis amara
fac me tecum plangere
fac ut portem Christi mortem
passionis fac consortem
et plagas recolere
Fac me plagis vulnerari
cruce had inebriari
et cruore filii
mihi iam non sis amara
fac me tecum plangere
fac ut portem Christi mortem
passionis fac consortem
et plagas recolere
Fac me plagis vulnerari
cruce had inebriari
et cruore filii
per te Virgo sim defensus
inflamatus et accensum
in die iudicii
inflamatus et accensum
in die iudicii
Fac me cruce custodiri
morte Christi praemuniri
confoveri gratia
morte Christi praemuniri
confoveri gratia
Quando corpus morietur
fac ut animae donetur
paradisi gloria
fac ut animae donetur
paradisi gloria
INDONESIA
Dekat Salib,
berdiri Bunda yang berduka berurai airmata,
dekat dengan Yesus, akhirnya.
Walau sukacita jiwa telah sirna,
didera derita, dirundung duka,
masih pula sebilah pedang menembusinya.
didera derita, dirundung duka,
masih pula sebilah pedang menembusinya.
Oh betapa pilu dan pedih.
Adakah itu Bunda yang terberkati,
dari seorang Putra yang tunggal!
Wahai ratapan bisu yang tak kunjung henti,
wahai mata pudar, yang tak pernah lagi bersinar
dari Putra menawan yang penuh sengsara!
Adakah itu Bunda yang terberkati,
dari seorang Putra yang tunggal!
Wahai ratapan bisu yang tak kunjung henti,
wahai mata pudar, yang tak pernah lagi bersinar
dari Putra menawan yang penuh sengsara!
Bunda Kristus yang terkasih memandang,
dalam sengsaranya yang sungguh dahsyat,
Siapakah yang lahir dari seorang perempuan yang tidak akan menangis?
Bunda Kristus yang terkasih merenungkan,
piala sengsara yang harus direguknya,
adakah yang tak hendak berbagi sengsara dengannya?
dalam sengsaranya yang sungguh dahsyat,
Siapakah yang lahir dari seorang perempuan yang tidak akan menangis?
Bunda Kristus yang terkasih merenungkan,
piala sengsara yang harus direguknya,
adakah yang tak hendak berbagi sengsara dengannya?
Oleh sebab dosa-dosa bangsa-Nya sendiri,
ia melihat-Nya tergantung dalam kehinaan
hingga Ia menyerahkan RohNya;
dihancur-binasakan, dinistakan, dikutuk, dihujat;
ia memandang Putranya yang lemah lembut,
sekujur tubuh-Nya terkoyak payah berlumuran darah akibat penderaan.
ia melihat-Nya tergantung dalam kehinaan
hingga Ia menyerahkan RohNya;
dihancur-binasakan, dinistakan, dikutuk, dihujat;
ia memandang Putranya yang lemah lembut,
sekujur tubuh-Nya terkoyak payah berlumuran darah akibat penderaan.
Wahai, engkau Bunda sumber belas kasih.
Sentuhlah rohku dari atas sana,
jadikan hatiku serupa hatimu.
Buatlah aku merasa seperti engkau merasa;
buatlah jiwaku bernyala-nyala dan lebur
dalam kasih Kristus, Tuhan-ku.
jadikan hatiku serupa hatimu.
Buatlah aku merasa seperti engkau merasa;
buatlah jiwaku bernyala-nyala dan lebur
dalam kasih Kristus, Tuhan-ku.
Bunda Tersuci, tembusilah hatiku.
Dalam hatiku, biarlah setiap luka memulihkan Juruselamat-ku yang tersalib.
Perkenankanlah aku berbagi bersamamu sengsara-Nya;
Ia, yang dihukum mati demi dosa-dosaku,
Ia, yang wafat disiksa demi aku.
Perkenankanlah airmataku berbaur dengan airmatamu,
meratapi Dia yang meratapi aku,
setiap hari sepanjang masa hidupku.
Dekat salib aku tinggal bersamamu,
di sana menangis dan berdoa bersamamu,
hanya itu yang kuminta daripadamu.
Dalam hatiku, biarlah setiap luka memulihkan Juruselamat-ku yang tersalib.
Perkenankanlah aku berbagi bersamamu sengsara-Nya;
Ia, yang dihukum mati demi dosa-dosaku,
Ia, yang wafat disiksa demi aku.
Perkenankanlah airmataku berbaur dengan airmatamu,
meratapi Dia yang meratapi aku,
setiap hari sepanjang masa hidupku.
Dekat salib aku tinggal bersamamu,
di sana menangis dan berdoa bersamamu,
hanya itu yang kuminta daripadamu.
Perawan dari segala perawan yang terberkati,
sudi dengarkanlah permohonanku yang sangat;
perkenankanlah aku turut serta dalam dukacita ilahimu.
Perkenankanlah aku hingga akhir hayatku,
dalam tubuhku menanggung wafat
Putramu yang meregang nyawa.
Luka dengan segenap bilur-bilur-Nya,
benamkanlah jiwaku hingga larut sepenuhnya
dalam Darah-Nya.
sudi dengarkanlah permohonanku yang sangat;
perkenankanlah aku turut serta dalam dukacita ilahimu.
Perkenankanlah aku hingga akhir hayatku,
dalam tubuhku menanggung wafat
Putramu yang meregang nyawa.
Luka dengan segenap bilur-bilur-Nya,
benamkanlah jiwaku hingga larut sepenuhnya
dalam Darah-Nya.
Dekatlah aku, ya Santa Perawan,
kalau-kalau aku terbakar dan mati dalam kobaran api
pada murka hari penghakiman-Nya.
kalau-kalau aku terbakar dan mati dalam kobaran api
pada murka hari penghakiman-Nya.
Kristus, sebab itu, apabila Engkau memanggilku kelak,
BundaMu adalah perlindunganku,
Salib-Mu adalah kemenanganku.
BundaMu adalah perlindunganku,
Salib-Mu adalah kemenanganku.
Walau tubuhku lebur dalam debu,
kiranya jiwaku boleh memuliakan kebajikan-Mu;
aman bersama-Mu di surga.
kiranya jiwaku boleh memuliakan kebajikan-Mu;
aman bersama-Mu di surga.
Ya, Stabat Mater Dolorosa adalah nama dari sebuah himne pada abad ketiga belas yang menceritakan penderitaan Perawan Maria. Himne ini pada awalnya dibuat dalam bahasa Latin oleh seorang biarawan Fransiskan yang bernama Jacapone da Todi di Italia, dan dimulai dengan kata-kata ini: "Stabat mater dolorosa, juxta crucem lacrimosa." (Ibu berdiri penuh kesedihan, menangis di samping Salib).
Ini adalah suatu karya berbentuk meditasi panjang yang mengundang seseorang untuk berbagi kesedihan seorang wanita yang melihat anaknya meninggal dalam penderitaan yang mengerikan: "Hai quam tristis et afflicta fuit illa Benedicta, mater unigeniti" (Betapa sedih dan tertekannya ibu dari Putra Yang Tunggal.)
“Stabat Mater” adalah salah satu dari tiga representasi artistik umum seputar kesedihan Bunda Maria (dua lainnya adalah: “Mater Dolorosa-Bunda Dukacita” dan “Pietà”), yang menggambarkan dukacita Bunda Maria berada di bawah salib pada saat Penyaliban Yesus. Dalam penggambaran tersebut, Bunda Maria selalu berdiri di sisi kiri jasad putranya Yesus di atas kayu salib, dengan Rasul Yohanes berdiri di sebelah kirinya.
Merupakan salah satu dari beberapa himne yang menceritakan tentang kedukaan Maria, “Stabat Mater” menjadi terkenal seiring dengan pertumbuhan devosi kepada Maria. Selama berabad-abad, para komposer besar telah membuatkan lirik kata-kata untuk musiknya, termasuk Pergolesi, Palestrina, Alessandro Scarlatti dan Domenico Scarlatti, Vivaldi, Haydn, Rossini, Dvořák, George Henschel, Karol Szymanowski, Poulenc, Arvo Pärt, Schubert dan Verdi.
Dalam liturgi kristiani, “Stabat Mater” dikaitkan dengan perayaan “Maria yang Berdukacita” pada tanggal 15 September, sehari setelah perayaan Hari Raya Salib Suci pada 14 September-nya. Ya, “Stabat Mater” menjadi sekuensia untuk pesta Bunda Maria Berdukacita.
Sebagai tambahan informasi:
Sekuensia (Lat: sequentia, Ing: sequence) adalah madah yang wajib dinyanyikan sebelum Alleluya, dan Pedoman Misa Forma Ordinaria menyebutkan sekuensia wajib dinyanyikan hanya pada Misa hari Raya Paskah dan Pentakosta, sedangkan pada hari lainnya bersifat fakultatif (boleh dinyanyikan, boleh tidak).
Sekuensia (Lat: sequentia, Ing: sequence) adalah madah yang wajib dinyanyikan sebelum Alleluya, dan Pedoman Misa Forma Ordinaria menyebutkan sekuensia wajib dinyanyikan hanya pada Misa hari Raya Paskah dan Pentakosta, sedangkan pada hari lainnya bersifat fakultatif (boleh dinyanyikan, boleh tidak).
Ada beberapa sekuensia yang wajib dinyanyikan atau dimadahkan pada hari-hari raya tertentu seperti:
Hari Raya Paskah:
Victimae Paschali Laudes, Hai Umat Kristen, Pujilah PS 518.
Victimae Paschali Laudes, Hai Umat Kristen, Pujilah PS 518.
Hari Raya Pentakosta:
Veni Sancte Spiritus / Datanglah, ya Roh Kudus PS 569
Veni Sancte Spiritus / Datanglah, ya Roh Kudus PS 569
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus:
Lauda Sion Salvatorem / Sion, Puji Penyelamat PS 556
Lauda Sion Salvatorem / Sion, Puji Penyelamat PS 556
Peringatan Wajib Santa Perawan Maria Berdukacita dan Masa Prapaskah:
Stabat Mater Dolorosa / Lihat Bunda yang Berduka (PS 639)
Stabat Mater Dolorosa / Lihat Bunda yang Berduka (PS 639)
Misa Requiem:
Dies Irae, di Puji Syukur tidak ada.
Pasca Konsili Vatikan II tidak dipakai lagi untuk Misa tapi dipertahankan untuk Ibadat Harian.
Dies Irae, di Puji Syukur tidak ada.
Pasca Konsili Vatikan II tidak dipakai lagi untuk Misa tapi dipertahankan untuk Ibadat Harian.
B.
TUJUH RAHMAT DARI DEVOSI TUJIH DUKA MARIA
TUJUH RAHMAT DARI DEVOSI TUJIH DUKA MARIA
1. Aku akan menganugerahkan damai dalam keluarga mereka.
2. Mereka akan mendapatkan pencerahan mengenai misteri-misteri ilahi.
3. Aku akan menghibur mereka dalam kesesakan dan aku akan menyertai mereka dalam karya mereka.
4. Aku akan memberikan apapun yang mereka minta sepanjang tidak bertentangan dengan kehendak Putra ilahiku atau menodai kekudusan jiwa-jiwa mereka.
5. Aku akan membela mereka dalam pertempuran rohani melawan musuh neraka, dan aku akan melindungi mereka di setiap saat hidup mereka.
6. Aku akan memberikan pertolongan yang kelihatan di saat ajal mereka; mereka akan memandang wajah Bunda mereka.
7. Aku memperolehkan rahmat ini dari Putra Ilahiku, bahwa mereka yang menyebarluaskan devosi kepada airmata dan dukacitaku, akan direnggut langsung dari kehidupan duniawi ini ke kebahagiaan surgawi yang abadi, sebab segala dosa mereka telah diampuni, dan Putraku serta aku akan menjadi penghiburan dan sukacita abadi mereka.
C.
MANFAAT DEVOSI KEPADA BUNDA DUKACITA
MANFAAT DEVOSI KEPADA BUNDA DUKACITA
1. Menyadari nilai suatu jiwa, yang begitu tak ternilai hingga dibayar dengan Kurban Agung di Kalvari.
2. Giat berkarya bagi jiwa-jiwa, melalui pewartaan, menunaikan kewajiban hidup, dan berdoa bagi orang-orang berdosa.
3. Berdoa senantiasa, hidup dalam persatuan dengan Tuhan; siapa pun yang memiliki hati serupa dengan Hati Yesus dan Hati Maria, akan bekerja demi keselamatan jiwa-jiwa.
Pastinya, apabila kita berdosa, kita membuat Santa Perawan berduka, sebab dia adalah sungguh Bunda kita, Bunda rohani kita, dan ia merawat kita seperti merawat Bayinya, lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Adalah kehendak Yesus bahwa kita merenungkan Sengsara-Nya, berdevosi kepada-Nya dan memperbaharui duka kita atas dosa. Adalah kehendak-Nya juga, seperti yang diterangkan dengan jelas oleh Gereja, bahwa kita merenungkan belas kasih Maria dalam Sengsara-Nya.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Doa Rosario Tujuh Duka Maria:
Sejarah Singkat.
Rosario Tujuh Duka Maria, hanya merupakan salah satu bentuk devosi kepada Bunda Maria. Rosario ini muncul pada abad pertengahan seiring dengan munculnya devosi kepada LIMA DUKA CITA, yang dipopulerkan oleh Ordo: HAMBA MARIA PERAWAN TERBERKARTI.
Cikal bakal Ordo ini dimulai ketika ada 7 pria saleh dari Florence Italia mendapat penampakan dari Bunda Maria Perawan Terberkati. Bunda Maria meminta ke-7 pria ini untuk menarik diri dari hiruk pikuk kehidupan dunia dan masuk kepada suatu kehidupan yang penuh kontemplasi (keheningan). Ke-7 pria saleh ini menanggapi ajakan Bunda Maria.
Kemudian ke-7 pria ini mengembangkan sebuah Komunitas yang kemudian dikenal sebagai "ORDO HAMBA MARIA PERAWAN TERBERKATI", dimana doa Rosario Tujuh Duka Maria lahir dari Ordo ini.
Devosi kepada Tujuh Duka Maria pertama kali dirayakan sebagai pesta di Mainz tahun 1423. Kemudian mulai tahun 1668, bersamaan dengan Ordo Hamba Maria Perawan Terberkati mendapat izin dari Otoritas Vatikan untuk menyebarkan Pesta Tujuh Duka Maria, pestanya dirayakan tiap minggu ketiga bulan September bersamaan dengan Perayaan SALIB SUCI KRISTUS.
Pada tahun 1727, mulai dimasukkan dalam penanggalan Liturgi, dan dirayakan pada Hari Jumat sebelum MINGGU PALMA. Pada tahun 1814, Paus Pius VII menjadikannya sebagai pesta yang wajib dirayakan seluruh Gereja, sekaligus untuk mengenang dan mensyukuri kembalinya Paus Pius VII ke Roma dari pembuangan di Perancis. Lalu pada tahun 1913, pesta Tujuh Duka Maria ini diubah lagi dan ditetapkan tanggal baru, yakni 15 SEPTEMBER, dan bertahan hingga saat ini.
B.
Teks Rosario dan Litani Tujuh Duka Maria.
Teks Rosario dan Litani Tujuh Duka Maria.
Dalam Gereja Katolik Roma, memang ada banyak macam bentuk Doa Rosario. Paling sedikit, ada sekitar 9 jenis “Doa Rosario”. Salah satu dari 9 jenis Doa Rosario tersebut, adalah Doa Rosario yang dinamakan; “ROSARIO TUJUH DUKA MARIA”.
Disebut sebagai; “ROSARIO TUJUH DUKA MARIA”, karena Doa Rosario tersebut untuk mengenang “7 MISTERI”, yang masing-masing sebagai-berikut:
MISTERI DUKA I:
Mengenai Nubuat Simeon. Simeon menyampaikan kepada Bunda Maria tentang sengsara dan kematian KRISTUS, dan bahwa sebuah pedang kedukaan akan menembus hatinya.
Mengenai Nubuat Simeon. Simeon menyampaikan kepada Bunda Maria tentang sengsara dan kematian KRISTUS, dan bahwa sebuah pedang kedukaan akan menembus hatinya.
MISTERI DUKA II:
Mengenai peristiwa penyingkiran ke Mesir. YESUS, Bunda Maria dan Santo Yoseph harus menyingkir ke Mesir, karena Raja Herodes mengeluarkan perintah untuk membunuh anak-anak di bawah usia 2 tahun. Dalam penyingkiran ke Mesir mereka mengalami banyak rintangan.
Mengenai peristiwa penyingkiran ke Mesir. YESUS, Bunda Maria dan Santo Yoseph harus menyingkir ke Mesir, karena Raja Herodes mengeluarkan perintah untuk membunuh anak-anak di bawah usia 2 tahun. Dalam penyingkiran ke Mesir mereka mengalami banyak rintangan.
MISTERI DUKA III:
Mengenai kisah YESUS hilang dari rombongan. Sesudah menyadari YESUS hilang dari rombongan, Bunda Maria dan Santo Yoseph mencari YESUS selama 3 hari dnegan cemas.
Mengenai kisah YESUS hilang dari rombongan. Sesudah menyadari YESUS hilang dari rombongan, Bunda Maria dan Santo Yoseph mencari YESUS selama 3 hari dnegan cemas.
MISTERI DUKA IV:
Mengenai peristiwa Bunda Maria menjumpai YESUS di jalan menuju Kalvari. Ketika YESUS jatuh untuk yang kedua kalinya, Bunda Maria berusaha menerobos kerumunan orang banyak agar bisa mendampingi YESUS dengan penuh duka.
Mengenai peristiwa Bunda Maria menjumpai YESUS di jalan menuju Kalvari. Ketika YESUS jatuh untuk yang kedua kalinya, Bunda Maria berusaha menerobos kerumunan orang banyak agar bisa mendampingi YESUS dengan penuh duka.
MISTERI DUKA V:
Mengenai peristiwa Penyaliban YESUS. Bunda Maria menyaksikan derita YESUS sejak pukulan paku yang pertama hingga tusukan tombak.
Mengenai peristiwa Penyaliban YESUS. Bunda Maria menyaksikan derita YESUS sejak pukulan paku yang pertama hingga tusukan tombak.
MISTERI DUKA VI:
Mengenai peristiwa YESUS diturunkan dari Salib setelah meninggal. Mula-mula Serdadu Romawai menyerahkan mahkota duri dari Kepala YESUS kepada Bunda Maria. Kemudian TUBUH YESUS. Bunda Maria menangis. Air matanya menganak sungai.
Mengenai peristiwa YESUS diturunkan dari Salib setelah meninggal. Mula-mula Serdadu Romawai menyerahkan mahkota duri dari Kepala YESUS kepada Bunda Maria. Kemudian TUBUH YESUS. Bunda Maria menangis. Air matanya menganak sungai.
MISTERI DUKA VII:
Mengenai peristiwa pemakaman YESUS. Ketika batu menutup kubur, sebuah pedang kedukaan menembus hati Bunda Maria.
Mengenai peristiwa pemakaman YESUS. Ketika batu menutup kubur, sebuah pedang kedukaan menembus hati Bunda Maria.
Doa utama Rosario Tujuh Duka Maria adalah; 1X Doa BAPA Kami dan 7X Salam Maria. Doa Rosario Tujuh Duka Maria diawali dengan Doa Tobat, Syahdat Iman, BAPA Kami, Salam Maria dan Kemuliaan.
Secara lengkap, Doa Rosario Tujuh Duka Maria; adalah sebagai-berikut;
AWAL DOA:
Ya Allah, datanglah menolong aku,
O Tuhan, bersegeralah menolongku,
Kemuliaan…..
Ya Allah, datanglah menolong aku,
O Tuhan, bersegeralah menolongku,
Kemuliaan…..
Doa sebelum renungan:
Bundaku, bagilah kesedihanmu padaku
Biarlah aku ikut menanggungnya bersamamy, untuk merenungkan kematian Yesusmu bersamaku.
Bundaku, bagilah kesedihanmu padaku
Biarlah aku ikut menanggungnya bersamamy, untuk merenungkan kematian Yesusmu bersamaku.
Dukacita Pertama:
Nubuat Nabi Simeon
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan pertama yang menusuk haitmu; pada saat di Bait Allah, Simeon tu benrubuat bahwa segala kekejaman akan dialami oleh Yesusmu terkasih.
Nubuat Nabi Simeon
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan pertama yang menusuk haitmu; pada saat di Bait Allah, Simeon tu benrubuat bahwa segala kekejaman akan dialami oleh Yesusmu terkasih.
Bunda telah mengetahui dari Kitab Suci, bahwa kekejaman akan mengakibatkan kemataian-Nya di depan matamu, di atas kayu salib hina, kehabisan darah, ditolak oleh banyak orang; sedangkan engkau tak berdaya membela atau menolong-Nya.
Demi penderitaan hatimu, aku mohon padamu; Ratuku, perolehlah bagiku rahmat, sehingga selama hidup dan pada saat ajalku, aku selalu mengingat akan sengsara Yesus, dan kedukaanmu selalu tertanam di hatiku.
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1x Bundaku,…….
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1x Bundaku,…….
Dukacita Kedua:
Melarikan Yesus ke Mesir
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan kedua yang menusuk hatimu; pada saat tak lama setelah kelahiran-Nya, Puteramu yang tiak berdosa terancam kematian, yang dilakukan justeru oleh orang-orang yang akan diselamatkan-Nya dengan kedatangan-Nya di dunia ini sehingga dalam kegelapan malam engkau beserta Puteramu dan Suamimu St. Yosef lari ke Mesir.
Melarikan Yesus ke Mesir
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan kedua yang menusuk hatimu; pada saat tak lama setelah kelahiran-Nya, Puteramu yang tiak berdosa terancam kematian, yang dilakukan justeru oleh orang-orang yang akan diselamatkan-Nya dengan kedatangan-Nya di dunia ini sehingga dalam kegelapan malam engkau beserta Puteramu dan Suamimu St. Yosef lari ke Mesir.
Dan engkau, wanita muda yang lemah lembut, telah melakukan perjalanan panjang yang melelahkan dengan mengalami banyak kesulitan bersama Puteramu yang masih lemah, melalui padang pasir dan kota yang tidak bersahabat, dan akhirnya sebagai orang asing yang tidak mengenal siapapun, engkau telah hidup selama bertahun-tahun dalam kemiskinan dan kehinaan.
Aku mohon, Bundaku terkasih, perolehlah bagiku rahmat untuk menderita bersamamu dengan kesabaran hingga ajal, yang merupakan akhir dari kehidupan yang menyedihkan ini, sehingga akhirnya aku diperkenankan untuk menghindari hukuman abadi neraka yang pantas kuperoleh.
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,……
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,……
Dukacita Ketiga:
Hilangnya Yesus di Bait Allah
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan ketiga yang menusuk hatimu; pada saat di Yerusalem engkau kehilangan Puteramu terkasih selama 3 hari.
Hilangnya Yesus di Bait Allah
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan ketiga yang menusuk hatimu; pada saat di Yerusalem engkau kehilangan Puteramu terkasih selama 3 hari.
Tidak melihat belahan hatimu di sampingmu dan tidak mengetahui alasan perbuatan-Nya dapat kubayangkan dengan baik, Ratuku terkasih, bahwa selama malam-malam itu engkau tidak dapat tidur dengan nyenyak dan hanya memikirkan Dia, hartamu satu-satunya.
Demi kepedihan hatimu selama 3 hari yang terasa panjang dan pahit, aku mohon padamu, perolehlah bagiku rahmat agar aku tidak pernah kehilangan Tuhanku, selalu berpegang teguh pada-Nya, sehingga pada saat aku meninggalkan dunia ini, aku akan disatukan dengan-Nya.
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,….
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,….
Dukacita Keempat:
Perjumpaan Bunda Maria dengan Yesus saat Ia Menjalani Hukuman Mati
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan keempat yang menusuk hatimu; pada saat engkau melihat Puteramu terkasih dijatuhi hukuman mati, diikat dengan tali dan rantai, tubuh tertutup darah dna luka, dimahkotai duri-duri kasar, jatuh di bawah salib berat yang dipanggul-Nya di atas pundak terluka, berjalan bagai domba tak bersalah untuk mati dmi cinta-Nya pada kami.
Perjumpaan Bunda Maria dengan Yesus saat Ia Menjalani Hukuman Mati
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan keempat yang menusuk hatimu; pada saat engkau melihat Puteramu terkasih dijatuhi hukuman mati, diikat dengan tali dan rantai, tubuh tertutup darah dna luka, dimahkotai duri-duri kasar, jatuh di bawah salib berat yang dipanggul-Nya di atas pundak terluka, berjalan bagai domba tak bersalah untuk mati dmi cinta-Nya pada kami.
Matamu memandang-Nya dan Dia menatapmu, pandangan yang sekejap itu bagaikan beribu-ribu panah yang melukai hatimu yang manis.
Demi penderitaan yang sangat sedih itu, aku mohon padamu, perolehlah bagiku rahmat untuk hidup, sesuai dengan kehendak Tuhanku dan memanggul salibku dengan suka cita bersama Yesus sampai akhir hayatku.
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,…..
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,…..
Dukacita Kelima;
Yesus Wafat di Kayu Salib
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan kelima yang menusuk hatimu; pada saat di Golgota engkau melihat Puteramu Yesus terkasih wafat secara perlahan-lahan di depan matamu, dengan begitu banyak siksaan dan penghinaan, pada kayu salib hina.
Yesus Wafat di Kayu Salib
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan kelima yang menusuk hatimu; pada saat di Golgota engkau melihat Puteramu Yesus terkasih wafat secara perlahan-lahan di depan matamu, dengan begitu banyak siksaan dan penghinaan, pada kayu salib hina.
Engkau tak berdaya memberikan penghiburan yang terkecil sekalipun seperti yang diberikan pada seorang penjahat besar yang mendekati ajalnya.
Bundaku yang paling kukasihi, aku mohon, demi penderitaan yang engkau alami bersama dengan puteramu yang wafat, dan demi kepedihan yang engkau rasakan terutama pada saat-saat terakhir di mana Dia bebicara padamu dari atas kayu salib, mengucapkan selamat tinggal dan meninggalkan kami semua dalam diri Yohanes murid-Nya sehingga menjadikan kami semua anak-anakmu, dan setelah ketetapan tersebut engkau melihat-Nya menundukkan kepala dan wafat.
Perolehkanlah rahmat dari Puteramu yang terkasih agar aku dapat hidup dna mati dengan menyangkal segala hal duniawi sehingga aku dapat menghabiskan hidupku hanya untuk Allah dan kemudian pada saat memasuki surga untuk menikmatiNya dengan saling bertatap muka.
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,…..
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,…..
Dukacita Keenam;
Lambung Yesus Ditikam dan Jenazah Yesus Diturunkan dari Salib
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan keenam yang menusuk hatimu; pada saat engkau melihat hati manis Puteramu ditusuk dengan tombak.
Lambung Yesus Ditikam dan Jenazah Yesus Diturunkan dari Salib
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan keenam yang menusuk hatimu; pada saat engkau melihat hati manis Puteramu ditusuk dengan tombak.
Dai telah wafat bagi manusia yang tidak tahu berterima-kasih yang setelah kematian-Nya, tidak puas dengan siksaan dan penghinaan yang telah diberikan kepada-Nya.
Demi penderitaan yang telah engkau jalani ini, aku mohon padamu, perolehkanlah rahmat bagiku untuk masuk ke dalam Hati Yesus yang terluka dan terbuka untukku, sehingga di dalam Hati itu, aku dapat merasakan bahwa di sanalah satu-satunya tempat terindah dari kasih, di mana jiwa-jiwa yang mengasihi Allah beristirahat dan hidup di dalam-Nya. Aku tidak boleh mengasihi apapun kecuali Allah, Perawan tersuci, engkau dapat memperolehkannya bagiku, aku berharap kepadamu.
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,….
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,….
Dukacita Ketujuh;
Yesus Dimakamkan
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan ketujuh yang menusuk hatimu; pada saat engkau melihat Puteramu yang telah wafat dalam pelukanmu, tidak seindah dan sesempurna pada saat engkau menerima-Nya di palungan Bethlehem, tetapi dengan tubuh tertutup darah, pucat dan dikoyak oleh luka-luka sehingga tulang-Nya pun terlihat; dan engkau kemudian berkata; “Puteraku, Puteraku, beginikah kasih memperlakukan-Mu?”
Yesus Dimakamkan
Bunda yang berduka, aku turut bersedih karena pedang penderitaan ketujuh yang menusuk hatimu; pada saat engkau melihat Puteramu yang telah wafat dalam pelukanmu, tidak seindah dan sesempurna pada saat engkau menerima-Nya di palungan Bethlehem, tetapi dengan tubuh tertutup darah, pucat dan dikoyak oleh luka-luka sehingga tulang-Nya pun terlihat; dan engkau kemudian berkata; “Puteraku, Puteraku, beginikah kasih memperlakukan-Mu?”
Pada saat Dia dibawa ke makam, engkau ingin menemani-Nya dan meletakkan-Nya dengan tanganmu sendiri dan mengatakan salam perpisahan yang terakhir, kemudian engkau meninggalkan hatimu yang penuh kasih terkubur bersama Puteramu.
Dengan pengorbanan dan kepedihan jiwamu yang suci, aku mohon, perolehkanlah bagiku, o Bunda yang penuh kasih, pengampunan dari segala perbuatanku yang menyakiti dan melawan Tuhan terkasih, yang kusesali dengan sepenuh hati.
Mohon kuatkanlah aku dalam pencobaan, temanilah aku pada saat ajalku, selamatkanlah jiwaku melalui kemurahan Yesus dan engkau, sehingga pada suatu saat setelah segala sesuatu yang buruk ini, aku boleh sampai ke Surga untuk menyanyikan lagu pujian bagi Yesus dan engkau untuk sepanjang masa.
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,….
1X Bapa Kami, 7X Salam Maria, 1X Bundaku,….
Doa Penutup
Ya Allah, karena sengsara-Mu yang telah dinubuatkan Simeon, pedang pedang penderitaan telah menikam hati termanis Bunda Maria, Perawan yang terkudus dan termulia.
Ya Allah, karena sengsara-Mu yang telah dinubuatkan Simeon, pedang pedang penderitaan telah menikam hati termanis Bunda Maria, Perawan yang terkudus dan termulia.
Anugerahkanlah pada kami yang merenungkan dan menghormati dukanya, agar diperbolehkan menikmati pahala yang penuh rahmat dari sengsara-Mu, karena Engkau yang hidup dan berkuasa sepanjang segala masa. Amin.
(Doa Paulus Pius VII).
(Doa Paulus Pius VII).
Litani Tujuh Duka Maria.
Tuhan kasihanilah kami,
Kristus kasihanilah kami,
Tuhan kasihanilah kami,
Kristus, dengarkanlah kami,
Kristus, kabulkanlah doa kami.
Tuhan kasihanilah kami,
Kristus kasihanilah kami,
Tuhan kasihanilah kami,
Kristus, dengarkanlah kami,
Kristus, kabulkanlah doa kami.
Allah Bapa di Surag, kasihanilah kam.
Allah Putera Penebus dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami,
Allah Tritunggal Kudus, Tuhan Yang Maha Esa, kasihnailah kami.
Santa Maria, doakalnlah kami
Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami.
Santa Perawan Termulia, doakalnlah kami.
Bunda yang tersalib, doakanlah kami.
Bunda yang berduka, doakanlah kami.
Bunda yang menangis, doakanlah kami.
Bunda yang berkabung, doakanlah kami.
Bunda yang menderita, doakanlah kami.
Bunda yang terabaikan, doakanlah kami.
Bunda yang telah dinubuatkan para nabi, doaknalah kami.
Bunda yang muram, doakanlah kami.
Bunda yangs angat sedih, doakanlah kami.
Bunda yang diliuputi penderitaan, doakanlah kami.
Bunda yang dirundung kesedihan, doakanlah kami.
Bunda yang hatinya ditikam oleh pedang, doakanlah kami.
Bunda yang hatinya tersalib, doakanlah kami.
Bunda yang kehilangan Puteranya, doakanlah kami.
Bunda yang merenungkan segala perkara dalam hati, doakanlah kami.
Bunda dari seluruh dukacita, doakanlah kami.
Sumber air mata, doakanlah kami.
Jurang penderitaan, doakanlah kami.
Lautan penderitaan, doakanlah kami.
Lautan kepahitn, doakanlah kami.
Medan kesengsaraan, doakanlah kami.
Penderitaan yang sangat besar, doakanlah kami.
Cermin kesabaran, doakanlah kami.
Batu karang kesetiaan, doakanlah kami.
Bahtera bagi yang bersedih, doakanlah kami.
Tempat perlindungan bagi yang terlantar, doakanlah kami.
Penolong dalam kebingungan, doakanlah kami.
Perisai bagi yang tertindas, doakanlah kami.
Penghiburan bagi yang menderita, doakanlah kami.
Penakluk orang yang tidak percaya, doakanlah kami.
Pengobatan bagi yang sakit, doakanlah kami.
Penolong bagi yang ketakutan, doakanlah kami.
Kekuatan bagi yang lemah, doakanlah kami.
Pembela mereka yang berjuang, doakanlah kami.
Pelabuhan bagi yang tersesat, doakanlah kami.
Pendamping orang yang berduka, doakanlah kami.
Yang menenangkan badai, doakanlah kami.
Yang menakutkan penghianat, doakanlah kami.
Harta kaum beriman, doakanlah kami.
Mata para nabi, doakanlah kami.
Tongkat para rasul, doakanlah kami.
Mahkota para martir, doakanlah kami.
Cahaya para pengaku iman, doakanlah kami.
Mutiara para perawan, doakanlah kami.
Penghiburan para janda, doakanlah kami.
Sukacita para kudus, doakanlah kami.
Ratu para hamba Allah, doakanlah kami.
St. Maria teladan kehidupan yang tak tertandingi, doakanlah kami.
Allah Putera Penebus dunia, kasihanilah kami.
Allah Roh Kudus, kasihanilah kami,
Allah Tritunggal Kudus, Tuhan Yang Maha Esa, kasihnailah kami.
Santa Maria, doakalnlah kami
Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami.
Santa Perawan Termulia, doakalnlah kami.
Bunda yang tersalib, doakanlah kami.
Bunda yang berduka, doakanlah kami.
Bunda yang menangis, doakanlah kami.
Bunda yang berkabung, doakanlah kami.
Bunda yang menderita, doakanlah kami.
Bunda yang terabaikan, doakanlah kami.
Bunda yang telah dinubuatkan para nabi, doaknalah kami.
Bunda yang muram, doakanlah kami.
Bunda yangs angat sedih, doakanlah kami.
Bunda yang diliuputi penderitaan, doakanlah kami.
Bunda yang dirundung kesedihan, doakanlah kami.
Bunda yang hatinya ditikam oleh pedang, doakanlah kami.
Bunda yang hatinya tersalib, doakanlah kami.
Bunda yang kehilangan Puteranya, doakanlah kami.
Bunda yang merenungkan segala perkara dalam hati, doakanlah kami.
Bunda dari seluruh dukacita, doakanlah kami.
Sumber air mata, doakanlah kami.
Jurang penderitaan, doakanlah kami.
Lautan penderitaan, doakanlah kami.
Lautan kepahitn, doakanlah kami.
Medan kesengsaraan, doakanlah kami.
Penderitaan yang sangat besar, doakanlah kami.
Cermin kesabaran, doakanlah kami.
Batu karang kesetiaan, doakanlah kami.
Bahtera bagi yang bersedih, doakanlah kami.
Tempat perlindungan bagi yang terlantar, doakanlah kami.
Penolong dalam kebingungan, doakanlah kami.
Perisai bagi yang tertindas, doakanlah kami.
Penghiburan bagi yang menderita, doakanlah kami.
Penakluk orang yang tidak percaya, doakanlah kami.
Pengobatan bagi yang sakit, doakanlah kami.
Penolong bagi yang ketakutan, doakanlah kami.
Kekuatan bagi yang lemah, doakanlah kami.
Pembela mereka yang berjuang, doakanlah kami.
Pelabuhan bagi yang tersesat, doakanlah kami.
Pendamping orang yang berduka, doakanlah kami.
Yang menenangkan badai, doakanlah kami.
Yang menakutkan penghianat, doakanlah kami.
Harta kaum beriman, doakanlah kami.
Mata para nabi, doakanlah kami.
Tongkat para rasul, doakanlah kami.
Mahkota para martir, doakanlah kami.
Cahaya para pengaku iman, doakanlah kami.
Mutiara para perawan, doakanlah kami.
Penghiburan para janda, doakanlah kami.
Sukacita para kudus, doakanlah kami.
Ratu para hamba Allah, doakanlah kami.
St. Maria teladan kehidupan yang tak tertandingi, doakanlah kami.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa-dosa dunia, sayangilah kami ya tuhan.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa-dosa dunia, kalbukanlah doa kami.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa-dosa dunia, kasihanilah kami.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa-dosa dunia, kalbukanlah doa kami.
Anak Domba Allah, yang menghapus dosa-dosa dunia, kasihanilah kami.
Perawan yang berduka, doakanlah kami.
Agar kami pantas menerima janji Kristus.
Lihatlah pada kami, bebaskanlah dan selamatkanlah kami dari segala kesulitan dalam kuasa Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Agar kami pantas menerima janji Kristus.
Lihatlah pada kami, bebaskanlah dan selamatkanlah kami dari segala kesulitan dalam kuasa Tuhan Yesus Kristus. Amin.
Marilah berdoa;
O Bunda, tanamkanlah dalam hatiku segala lukamu, supaya aku dapat mengerti dan menghayati penderitaan, sehingga dengan demikian dapat menanggung setiap derita untukmu dan selalu mengutamakan cinta kepadamu. Amin.
O Bunda, tanamkanlah dalam hatiku segala lukamu, supaya aku dapat mengerti dan menghayati penderitaan, sehingga dengan demikian dapat menanggung setiap derita untukmu dan selalu mengutamakan cinta kepadamu. Amin.
C.
Devosi dalam Tradisi.
Devosi dalam Tradisi.
Perziarahan Gereja selama 2000 tahun tidak terlepas dari praktik kesalehan umat setempat. Gereja memandangnya sebagai suatu yang baik dan dapat menumbuhkan semangat beriman. Gereja Katolik yang Kudus mendedikasikan bulan Januari sampai bulan Desember kepada Allah dan Para Kudus guna menghayati karya penyelamatan Allah lewat devosi – devosi pada bulan tertentu.
Bulan Januari.
Menurut kalender Liturgi Tradisional – Misale Romanum 1962 (Oleh Paus St. Yohanes XXIII), peringatan wajib ini dirayakan pada tanggal 2 Januari. Peringatan ini sempat dihapus dalam pembaharuan liturgi (Misa Novus Ordo). Bulan maret 2002 peringatan wajib ini dimasukkan kembali sebagai peringatan fakultatif dan diperingati pada tanggal 3 Januari.
Menurut kalender Liturgi Tradisional – Misale Romanum 1962 (Oleh Paus St. Yohanes XXIII), peringatan wajib ini dirayakan pada tanggal 2 Januari. Peringatan ini sempat dihapus dalam pembaharuan liturgi (Misa Novus Ordo). Bulan maret 2002 peringatan wajib ini dimasukkan kembali sebagai peringatan fakultatif dan diperingati pada tanggal 3 Januari.
Devosi kepada Nama Kudus berakar dalam Kitab Suci, terutama dalam Kisah Para Rasul. Devosi ini dipromosikan secara khusus oleh St Bernard, St. Bernardinus dari Siena, St. Yohanes Capistrano dan oleh Ordo Fransiskan. Diperluas ke seluruh Gereja pada tahun 1727 selama kepausan Innocent XIII. Bulan Januari secara tradisional didedikasikan untuk Nama Yesus.
Bulan Februari
Bulan februari didedikasikan untuk Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep. Devosi Keluarga Kudus ini dimulai pada abad ke- 17. Devosi ini dimulai di Kanada dan Prancis: Asosiasi Keluarga Kudus didirikan di Montreal tahun 1663, dan oleh Putri Keluarga Kudus di Paris tahun 1674. Devosi ini tersebar dan pada tahun 1893, Paus Leo XIII merestui devosi ini. Pesta ini disambut baik sebagai sarana efektif untuk membawa orang – orang Kristen mencontohi Keluarga Kudus Nazaret, dan pemulihan semangat kehidupan keluarga.
Bulan februari didedikasikan untuk Keluarga Kudus Yesus Maria Yosep. Devosi Keluarga Kudus ini dimulai pada abad ke- 17. Devosi ini dimulai di Kanada dan Prancis: Asosiasi Keluarga Kudus didirikan di Montreal tahun 1663, dan oleh Putri Keluarga Kudus di Paris tahun 1674. Devosi ini tersebar dan pada tahun 1893, Paus Leo XIII merestui devosi ini. Pesta ini disambut baik sebagai sarana efektif untuk membawa orang – orang Kristen mencontohi Keluarga Kudus Nazaret, dan pemulihan semangat kehidupan keluarga.
Dalam kata-kata Paus Leo XIII, “Tidak ada yang benar-benar bisa lebih baik atau ampuh bagi keluarga Kristen untuk merenungkan kehidupan Keluarga Kudus, yang mencakup kesempurnaan dan kelengkapan semua kebajikan dalam berumah tangga.”
Bulan Maret
Bulan Maret didedikasikan untuk St. Yosep. Tanggal 19 maret sepanjang tahun, Gereja merayakan Pesta St. Yosep yang diyakini sebagai hari kematiannya. Pesta ini ditetapkan pada abad ke-15 dan diperluas ke seluruh Gereja oleh Paus Gregorius XV pada tahun 1621. Pada 8 Desember 1870, Paus Pius IX menaikkan tingkat perayaan dari tingkat pesta menjadi Hari Raya.
Bulan Maret didedikasikan untuk St. Yosep. Tanggal 19 maret sepanjang tahun, Gereja merayakan Pesta St. Yosep yang diyakini sebagai hari kematiannya. Pesta ini ditetapkan pada abad ke-15 dan diperluas ke seluruh Gereja oleh Paus Gregorius XV pada tahun 1621. Pada 8 Desember 1870, Paus Pius IX menaikkan tingkat perayaan dari tingkat pesta menjadi Hari Raya.
Bulan April
Gereja Katolik mendedikasikan bulan april untuk Sakramen Maha Kudus. Sejak abad ke – 16, Umat Katolik telah melakukan kesalehan seluruh hari dalam bulan untuk ibadat khusus. Gereja tradisional mendorong di bulan april untuk meningkatkan devosi kepada Yesus dalam Ekaristi kudus. “Dalam Ekaristi, Putera Allah datang untuk menjumpai kita dan menghendaki untuk menjadi satu dengan kita.
Gereja Katolik mendedikasikan bulan april untuk Sakramen Maha Kudus. Sejak abad ke – 16, Umat Katolik telah melakukan kesalehan seluruh hari dalam bulan untuk ibadat khusus. Gereja tradisional mendorong di bulan april untuk meningkatkan devosi kepada Yesus dalam Ekaristi kudus. “Dalam Ekaristi, Putera Allah datang untuk menjumpai kita dan menghendaki untuk menjadi satu dengan kita.
Adorasi Ekaristi adalah konsekuensi yang kodrati dari perayaan Ekaristi, yang adalah ibadah Adorasi tertinggi bagi Gereja. Menerima Ekaristi artinya menyembah Dia yang kita terima. Hanya dengan cara ini kita menjadi satu dengan Dia, dan kita diberikan, seolah-olah, kesempatan mencicipi keindahan liturgi surgawi. Ibadah Adorasi di luar Misa memperpanjang dan memperdalam semua yang terjadi di sepanjang perayaan liturgi itu sendiri.
Sungguh, hanya dalam penyembahanlah, penerimaan yang mendalam dan tulus akan bertumbuh dewasa. Perjumpaan pribadi dengan Tuhanlah yang memperkuat misi sosial yang terkandung dalam Ekaristi, yang meruntuhkan tidak saja dinding-dinding yang memisahkan Allah dengan diri kita, tetapi juga dan secara khusus, dinding-dinding yang memisahkan kita satu sama lain.” (SC, 66) – Paus Benediktus XVI
Bulan Mei
Gereja Katolik mendedikasikan bulan Mei untuk Bunda Maria. Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria.
Gereja Katolik mendedikasikan bulan Mei untuk Bunda Maria. Pada tahun 1809, Paus Pius VII ditangkap oleh para serdadu Napoleon, dan dipenjara. Di dalam penjara, Paus memohon dukungan doa Bunda Maria, agar ia dapat dibebaskan dari penjara. Paus berjanji bahwa jika ia dibebaskan, maka ia akan mendedikasikan perayaan untuk menghormati Bunda Maria.
Lima tahun kemudian, pada tanggal 24 Mei, Bapa Paus dibebaskan, dan ia dapat kembali ke Roma. Tahun berikutnya ia mengumumkan hari perayaan Bunda Maria, Penolong umat Kristen.
Demikianlah devosi kepada Bunda Maria semakin dikenal, dan ketika Paus Pius IX mengumumkan dogma “Immaculate Conception/ Bunda Maria yang dikandung tidak bernoda” pada tahun 1854, devosi bulan Mei sebagai bulan Maria telah dikenal oleh Gereja universal.
Bulan Juni
Bulan Juni didedikasikan untuk Hati Kudus Yesus. Gereja merayakan Pesta Hati Kudus Yesus pada hari Jumat setelah Minggu kedua setelah Pentakosta. Selain perayaan liturgi, banyak devosi yang berhubungan dengan Hati Kudus Yesus. Dari semua devosi, devosi kepada Hati Kudus itu, dan tetap, salah satu yang paling luas dan populer di Gereja.
Bulan Juni didedikasikan untuk Hati Kudus Yesus. Gereja merayakan Pesta Hati Kudus Yesus pada hari Jumat setelah Minggu kedua setelah Pentakosta. Selain perayaan liturgi, banyak devosi yang berhubungan dengan Hati Kudus Yesus. Dari semua devosi, devosi kepada Hati Kudus itu, dan tetap, salah satu yang paling luas dan populer di Gereja.
Dipahami dalam terang Kitab Suci, istilah “Hati Kudus Yesus” menunjukkan seluruh misteri Kristus, totalitas keberadaannya, dan pribadi-Nya yang paling intim penting: Anak Allah, kebijaksanaan diciptakan; amal yang tak terbatas, pokok keselamatan dan pengudusan umat manusia. Hati Kudus adalah Kristus, Firman yang menjelma, Juruselamat, intrinsik mengandung, dalam Roh, kasih ilahi-manusia yang tak terbatas untuk Bapa dan saudara-saudaranya.
Bulan Juli
Bulan Juli didedikasikan untuk Darah Mulia. Pesta Darah Mulia Tuhan kita disahkan pada tahun 1849 oleh Paus Pius IX. Para Bapa Gereja mengatakan bahwa Gereja lahir dari sisi luka Kristus, dan bahwa sakramen-sakramen yang melahirkan melalui Darah-Nya.
Bulan Juli didedikasikan untuk Darah Mulia. Pesta Darah Mulia Tuhan kita disahkan pada tahun 1849 oleh Paus Pius IX. Para Bapa Gereja mengatakan bahwa Gereja lahir dari sisi luka Kristus, dan bahwa sakramen-sakramen yang melahirkan melalui Darah-Nya.
“Bapa yang kekal, kupersembahkan kepadaMu tubuh dan darah, jiwa dan Keallahan Putera-Mu yang terkasih Tuhan kami Yesus Kristus sebagai perdamaian untuk dosa kami dan seluruh dunia” – Doa Koronka.
Bulan Agustus
Gereja mendedikasikan bulan Agustus untuk Hati Maria yang tidak bernoda. Sejak abad ke – 16, praktik kesalehan dilakukan secara khusus di bulan agustus dalam ibadat khusus.
Gereja mendedikasikan bulan Agustus untuk Hati Maria yang tidak bernoda. Sejak abad ke – 16, praktik kesalehan dilakukan secara khusus di bulan agustus dalam ibadat khusus.
Devosi ini juga diterima oleh Visioner dari Fatima yang bernama Lucia di biara Tuy, Spanyol pada tagyb 1925 dan 1926. Bunda Maria meminta praktek sabtu pertama dalam bulan untuk membantu menebus pelanggaran yang dilakukan terhadap hatinya dengan hujatan dan tidak berterima kasih oleh manusia. Pada tanggal 31 Oktober 21942, Paus Pius XII mengkonsekrasikan Gereja dan seluruh dunia kepada Hati Maria yang tidak bernoda.
Bulan September
Gereja mendedikasikan bulan September untuk tujuh duka Bunda Maria. “Maria adalah Ratu Para Martir, oleh karena kemartirannya jauh lebih lama dan lebih dahsyat dari yang diderita semua martir lainnya.” Oleh St. Alfonsus Maria de Liguori.
Gereja mendedikasikan bulan September untuk tujuh duka Bunda Maria. “Maria adalah Ratu Para Martir, oleh karena kemartirannya jauh lebih lama dan lebih dahsyat dari yang diderita semua martir lainnya.” Oleh St. Alfonsus Maria de Liguori.
Tujuh duka Bunda Maria:
Dukacita Pertama: Nubuat Nabi Simeon
Dukacita Kedua: Melarikan Yesus ke Mesir
Dukacita Ketiga: Hilangnya Yesus di Bait Allah
Dukacita Keempat: Perjumpaan Bunda Maria dengan Yesus saat Ia Menjalani Hukuman Mati
Dukacita Kelima: Yesus Wafat
Dukacita Keenam: Lambung Yesus Ditikam dan Jenazah-Nya Diturunkan dari Salib
Dukacita Ketujuh: Yesus Dimakamkan
Dukacita Pertama: Nubuat Nabi Simeon
Dukacita Kedua: Melarikan Yesus ke Mesir
Dukacita Ketiga: Hilangnya Yesus di Bait Allah
Dukacita Keempat: Perjumpaan Bunda Maria dengan Yesus saat Ia Menjalani Hukuman Mati
Dukacita Kelima: Yesus Wafat
Dukacita Keenam: Lambung Yesus Ditikam dan Jenazah-Nya Diturunkan dari Salib
Dukacita Ketujuh: Yesus Dimakamkan
Bulan Oktober
Gereja Katolik mendedikasikan bulan oktober sebagai bulan Rosario suci. Dalam tahun 1571 sebuah armada Turki yang luar biasa besar berlayar menuju Eropa. Sasarannya menaklukkan Kota Abadi Roma.
Gereja Katolik mendedikasikan bulan oktober sebagai bulan Rosario suci. Dalam tahun 1571 sebuah armada Turki yang luar biasa besar berlayar menuju Eropa. Sasarannya menaklukkan Kota Abadi Roma.
Dari pihak Eropa dikerahkan sebuah armada gabungan, namun kecil jumlahnya dan sederhana persenjataannya, dipimpin oleh Don Yuan dari Austria.
Waktu itu Pimpinan Gereja tertinggi adalah Paus Pius V. Beliau menyerukan kepada semua orang Katolik di Eropa untuk memohon bantuan Bunda Allah dengan gelarnya Pertolongan Orang Kristen dengan berdoa rosario tanpa henti.
Dalam saat-saat yang amat kritis, pada saat pertempuran berat sebelah dan armada Kristen tak berdaya, tiba-tiba angin yang amat besar datang dan bertiup menerjang armada Turki. Armada yang kuat itu tenggelam dan hancur berantakan. Kemudian utusan Don Yuan tiba di Roma membawa berita gembira tersebut tanggal 7 Oktober 1571.
Satu hari penuh dipersembahkan untuk menghormati Bunda Maria Bunda Segala Kemenangan. Tahun berikutnya 7 Oktober ditetapkan sebagai Pesta Ratu Rosario Yang Tersuci. Pada tahun 1815, seruan Santa Perawan Maria Pertolongan Orang Kristen ditambahkan dalam Litani Bunda Maria dari Loretto.
Bulan November
Bulan November didedikasikan untuk jiwa – jiwa Kudus di Api penyucian. Gereja memperingati semua anak setia yang telah berpulang dari kehidupan ini, tetapi belum mencapai sukacita surgawi. Gereja selalu mengajarkan kita untuk berdoa bagi orang-orang yang telah pergi ke dalam kekekalan. Bahkan dalam Perjanjian Lama doa dan sedekah yang dipersembahkan bagi jiwa-jiwa orang mati telah dipraktekkan (Kitab 2 Makabe 12: 38-45)
Bulan November didedikasikan untuk jiwa – jiwa Kudus di Api penyucian. Gereja memperingati semua anak setia yang telah berpulang dari kehidupan ini, tetapi belum mencapai sukacita surgawi. Gereja selalu mengajarkan kita untuk berdoa bagi orang-orang yang telah pergi ke dalam kekekalan. Bahkan dalam Perjanjian Lama doa dan sedekah yang dipersembahkan bagi jiwa-jiwa orang mati telah dipraktekkan (Kitab 2 Makabe 12: 38-45)
Bulan Desember
Gereja mendedikasikan bulan Desember untuk Bunda Maria yang dikandung tanpa noda. Tepatnya pada tanggal 8 Desember Gereja merayakannya secara meriah. Bunda Maria dikandung tanpa noda karena Allah mengkehendaki takhta diriNya suci, sebab Ia adalah suci.
--------------
Gereja mendedikasikan bulan Desember untuk Bunda Maria yang dikandung tanpa noda. Tepatnya pada tanggal 8 Desember Gereja merayakannya secara meriah. Bunda Maria dikandung tanpa noda karena Allah mengkehendaki takhta diriNya suci, sebab Ia adalah suci.
--------------
HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
HARAPAN IMAN KASIH.
Dukacita Maria
Dukacita Pertama:
Nubuat Nabi Simeon
Dukacita Kedua:
Melarikan Yesus ke Mesir
Dukacita Ketiga:
Hilangnya Yesus di Bait Allah
Dukacita Keempat:
Perjumpaan Bunda Maria dengan Yesus saat Ia Menjalani Hukuman Mati
Dukacita Kelima:
Yesus Wafat
Dukacita Keenam:
Lambung Yesus Ditikam dan Jenazah-Nya Diturunkan dari Salib
Dukacita Ketujuh:
Yesus Dimakamkan
Dukacita Pertama:
Nubuat Nabi Simeon
Dukacita Kedua:
Melarikan Yesus ke Mesir
Dukacita Ketiga:
Hilangnya Yesus di Bait Allah
Dukacita Keempat:
Perjumpaan Bunda Maria dengan Yesus saat Ia Menjalani Hukuman Mati
Dukacita Kelima:
Yesus Wafat
Dukacita Keenam:
Lambung Yesus Ditikam dan Jenazah-Nya Diturunkan dari Salib
Dukacita Ketujuh:
Yesus Dimakamkan
Maria adalah Ratu Para Martir, oleh karena kemartirannya jauh lebih lama dan lebih dahsyat dari yang diderita semua martir lainnya.
Adakah orang yang sedemikian keras hatinya, yang tidak luluh mendengar peristiwa paling memilukan yang suatu ketika terjadi di dunia?
Adalah seorang ibunda yang berbudi luhur dan kudus, yang memiliki seorang Putra Tunggal. Putranya itu adalah putra yang paling menawan hati yang dapat kita bayangkan - tak berdosa, berbudi luhur, menyenangkan, Yang mencintai Bunda-Nya dengan limpahan kasih sayang-Nya; demikian besar kasih-Nya itu hingga tak pernah sekali pun Ia mengecewakan bunda-Nya walau sedikit saja, melainkan senantiasa hormat, taat, dan penuh cinta mesra. Sebab itu bunda-Nya melimpahkan segala kasih sayangnya di dunia ini kepada Putranya.
Dengarlah, apa yang kemudian terjadi. Putranya, karena iri hati, dituduh sewenang-wenang oleh para musuh-Nya. Meskipun hakim tahu dan mengakui bahwa Ia tak bersalah, namun karena hakim takut dianggap menghina para musuh-Nya, ia menjatuhkan hukuman mati yang amat keji seperti yang dituntut para musuh-Nya itu.
Bunda yang malang ini harus menanggung sengsara menyaksikan Putranya yang menawan dan terkasih itu direnggut darinya secara tidak adil dalam kemekaran usia-Nya dengan kematian yang biadab; dengan dera dan siksa, dengan mencurahkan darah-Nya sehabis-habisnya. Ia dihancurbinasakan hingga wafat di kayu salib yang hina di tempat pelaksanaan hukuman mati di hadapan seluruh rakyat, dan itu semua terjadi di depan matanya. Jiwa-jiwa saleh, apa yang hendak kalian katakan? Tidakkah peristiwa ini, dan tidakkah Bunda yang malang ini layak menerima belas kasihan?
Kalian tentu paham tentang siapakah aku berbicara. Putranya itu, yang dihukum mati secara keji adalah Yesus Penebus kita yang terkasih, dan Bunda-Nya adalah Santa Perawan Maria; yang karena cintanya kepada kita, rela menyaksikan Putranya dikurbankan bagi Keadilan Ilahi oleh kebiadaban manusia.
Dukacita yang dahsyat ini, yang ditanggung Maria demi kita, - dukacita yang lebih hebat dari dukacita seribu kematian, layak memperoleh baik belas kasihan maupun terima kasih kita. Jika kita tidak dapat membalas cinta yang sedemikian besar itu, setidak-tidaknya marilah menyisihkan sedikit waktu pada hari ini untuk merenungkan betapa dahsyat dukacita yang menjadikan Maria Ratu Para Martir; oleh karena sengsaranya dalam kemartirannya yang hebat ini melampaui sengsara semua martir; karena, pertama-tama, terlama menurut ukuran waktu, dan kedua, terdahsyat menurut ukuran intensitas.
Point pertama.
Sama seperti Yesus disebut Raja Sengsara dan Raja Para Martir, sebab sengsara yang diderita-Nya semasa hidup-Nya jauh melampaui sengsara para martir, demikian juga Maria layak disebut Ratu Para Martir.
Sama seperti Yesus disebut Raja Sengsara dan Raja Para Martir, sebab sengsara yang diderita-Nya semasa hidup-Nya jauh melampaui sengsara para martir, demikian juga Maria layak disebut Ratu Para Martir.
Maria pantas digelari demikian sebab ia menanggung sengsara kemartiran yang paling ngeri sesudah Putranya. Karenanya, tepat jika Richard dari St. Laurensius menyebutnya “Martir dari para martir”; dan kepada Maria dapatlah dikenakan nubuat nabi Yeremia ini, “Ia mendirikan tembok sekelilingku, mengelilingi aku dengan kesedihan dan kesusahan”, artinya bahwa penderitaan itu sendiri, yang melampaui penderitaan semua martir dijadikan satu, adalah mahkota yang diberikan kepadanya sebagai Ratu Para Martir.
Bahwa Maria adalah sungguh seorang martir tak dapat diragukan lagi, seperti yang ditegaskan oleh Denis Carthusian, Pelbart, Catharinus, serta yang lainnya.
Merupakan pendapat yang tak dapat disangkal bahwa sengsara yang begitu hebat hingga dapat mengakibatkan kematian merupakan suatu kemartiran, meskipun kematian itu sendiri tidak terjadi. St. Yohanes Penginjil disebut martir, meskipun ia tidak mati ketika diceburkan ke dalam kuali berisi minyak mendidih, melainkan keluar dengan lebih semarak daripada saat ia masuk. St. Thomas mengatakan, “memiliki kemuliaan kemartiran sudah cukup untuk mempraktekkan ketaatan pada tingkatnya yang paling tinggi, yakni, taat sampai mati.” “Bunda Maria adalah seorang martir,” kata St. Bernardus, “bukan oleh pedang algojo, melainkan oleh kegetiran dukacita hatinya.”
Tubuhnya tidak terluka oleh tangan algojo, tetapi hatinya yang tak bernoda ditembus dengan pedang dukacita akan sengsara Putranya; dukacita yang cukup hebat untuk mengakibatkan kematiannya, bukan sekali, tetapi beribu kali. Dari sini kita dapat memahami bahwa Bunda Maria bukan saja seorang martir sejati, tetapi bahkan kemartirannya melampaui kemartiran para martir lainnya; karena jangka waktunya lebih lama dari yang lainnya. Seluruh hidupnya dapat dikatakan sebagai suatu kematian yang panjang.
“Sengsara Yesus,” demikian kata St. Bernardus, “dimulai sejak kelahiran-Nya”. Demikian juga Maria, dalam segala hal serupa dengan Putranya, menanggung kemartirannya sepanjang hidupnya.
Di antara banyak arti nama Maria, demikian Beato (sekarang Santo) Albertus Agung menegaskan, salah satunya berarti 'laut pahit'. Jadi, pada Maria berlaku nubuat nabi Yeremia: “luas bagaikan laut reruntuhanmu.” Sama seperti laut seluruhnya pahit dan asin, demikian juga hidup Maria senantiasa dipenuhi kepahitan karena bayangan akan sengsara Sang Penebus yang senantiasa ada di benaknya. “Tak dapat diragukan lagi bahwa dengan penerangan Roh Kudus dalam tingkat yang jauh melampaui segala nabi, Maria, yang jauh lebih unggul dari mereka, memahami nubuat-nubuat yang ditulis para nabi dalam Kitab Suci mengenai Mesias.”
Hal ini tepat seperti yang dinyatakan malaikat kepada St. Brigitta. B. Albertus Agung menambahkan, “Santa Perawan, bahkan sebelum menjadi Bunda-Nya, paham bagaimana Sabda Yang Menjadi Daging harus menderita sengsara demi keselamatan manusia. Berbelas kasihan kepada Juruselamat yang tak berdosa ini, yang akan dijatuhi hukuman mati secara keji oleh karena kejahatan-kejahatan yang tidak Ia lakukan, bahkan pada saat itu Maria telah memulai kemartirannya yang hebat.”
Dukacitanya meningkat tak terhingga ketika ia menjadi Bunda Sang Juruselamat. Jadi, bayangan ngeri akan beratnya sengsara yang harus diderita oleh Putranya yang malang, mengakibatkan Maria sungguh menderita suatu kemartiran yang panjang, kemartiran yang berakhir hingga akhir hayatnya.
Hal ini dinyatakan dengan sangat jelas kepada Santa Brigitta dalam suatu penglihatan yang dialaminya ketika ia berada di Roma, dalam gereja Saint Mary Major, di mana Santa Perawan Maria bersama St. Simeon, dan seorang malaikat yang membawa sebilah pedang yang amat panjang, yang merah karena noda darah, menampakkan diri kepada St. Brigitta.
Dengan cara demikian ditunjukkan kepadanya betapa panjang dan pahitnya dukacita yang menembus hati Bunda Maria sepanjang hidupnya. Maria berkata, “Jiwa-jiwa yang telah ditebus, dan anak-anakku yang terkasih, janganlah berbelas kasihan kepadaku hanya pada jam di mana aku menyaksikan Yesus-ku yang terkasih meregang nyawa di hadapan mataku; oleh sebab pedang dukacita yang dinubuatkan Simeon menembus jiwaku sepanjang hidupku: ketika aku menyusui Putraku, ketika aku menggendong-Nya dalam pelukanku, aku telah melihat kematian ngeri yang menanti-Nya.
Bayangkan, betapa panjang dan pilunya sengsara yang harus kuderita.”
Maria dapat berkata menggunakan kata-kata Daud ini, “Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah. Sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita.” “Seluruh hidupku dilewatkan dalam dukacita dan airmata; karena deritaku, yang adalah kasih sayangku kepada Putraku terkasih, tak pernah lepas dari ingatanku. Aku selalu terbayang akan derita sengsara dan kematian yang suatu hari nanti harus ditanggung-Nya.” Bunda Ilahi sendiri mengungkapkan kepada St Brigitta bahwa bahkan sesudah wafat dan kebangkitan Putra-Nya, apa pun yang ia makan atau kerjakan, kenangan akan sengsara-Nya tertanam begitu kuat dalam ingatannya dan selalu segar dalam hatinya yang lembut. Sebab itu, Tauler mengatakan “Bunda Perawan melewatkan sepanjang hidupnya dalam dukacita yang terus-menerus,” karena hatinya senantiasa diliputi dukacita dan sengsara.
Maria dapat berkata menggunakan kata-kata Daud ini, “Sebab hidupku habis dalam duka dan tahun-tahun umurku dalam keluh kesah. Sepanjang hari aku berjalan dengan dukacita.” “Seluruh hidupku dilewatkan dalam dukacita dan airmata; karena deritaku, yang adalah kasih sayangku kepada Putraku terkasih, tak pernah lepas dari ingatanku. Aku selalu terbayang akan derita sengsara dan kematian yang suatu hari nanti harus ditanggung-Nya.” Bunda Ilahi sendiri mengungkapkan kepada St Brigitta bahwa bahkan sesudah wafat dan kebangkitan Putra-Nya, apa pun yang ia makan atau kerjakan, kenangan akan sengsara-Nya tertanam begitu kuat dalam ingatannya dan selalu segar dalam hatinya yang lembut. Sebab itu, Tauler mengatakan “Bunda Perawan melewatkan sepanjang hidupnya dalam dukacita yang terus-menerus,” karena hatinya senantiasa diliputi dukacita dan sengsara.
Waktu, yang biasanya meringankan dukacita seorang yang dirundung duka, tidak dapat memulihkan Maria; tidak, malahan meningkatkan dukacitanya.
Sementara Yesus, di satu pihak, bertambah usianya dan senantiasa tampil semakin menawan serta penuh kasih karunia; demikian juga, di lain pihak, waktu kematian-Nya semakin dekat, dan dukacita senantiasa bertambah dan bertambah di hati Maria, karena bayangan akan kehilangan Dia di dunia ini.
Malaikat mengatakan kepada St Brigitta, “Bagaikan mawar tumbuh di antara duri-duri, demikian juga Bunda Allah melewatkan tahun-tahun dalam duka; dan bagai duri-duri bertumbuh seiring dengan bertumbuhnya sang mawar, demikian juga duri-duri dukacita bertambah di hati Maria, mawar pilihan Allah, sementara ia bertambah dalam usia; dan semakin begitu dalam duri-duri itu menembus hatinya.” Setelah merenungkan kesepuluh dukacita Maria dalam hal waktu, mari kita melanjutkan ke point yang kedua - dahsyatnya dukacita Maria dalam hal intensitas.
Point kedua.
Ah, Bunda Maria bukan hanya Ratu Para Martir oleh karena kemartirannya jauh lebih lama dari yang lainnya, tetapi juga karena kemartirannya jauh lebih dahsyat dari segala kemartiran lainnya.
Ah, Bunda Maria bukan hanya Ratu Para Martir oleh karena kemartirannya jauh lebih lama dari yang lainnya, tetapi juga karena kemartirannya jauh lebih dahsyat dari segala kemartiran lainnya.
Namun demikian, siapa gerangan yang dapat mengukur kedahsyatannya? Nabi Yeremia tampaknya tak dapat menemukan dengan siapa kiranya ia dapat membandingkan Bunda Dukacita ini, ketika ia memikirkan dukacitanya yang begitu hebat saat kematian Putranya, “Apa yang dapat kunyatakan kepadamu, dengan apa aku dapat menyamakan engkau, ya puteri Yerusalem? Dengan apa aku dapat membandingkan engkau untuk dihibur, ya dara, puteri Sion? Karena luas bagaikan laut reruntuhanmu; siapa yang akan memulihkan engkau?”
Kardinal Hugo, dalam sebuah uraian menanggapi pernyataan tersebut mengatakan “Oh Santa Perawan, bagaikan laut kepahitan melampaui segala kepahitan, demikian juga dukacitamu melampaui segala dukacita.” St. Anselmus menegaskan, “andai saja Tuhan tidak memelihara hidup Maria dengan mukjizat istimewa di setiap saat kehidupannya, dukacitanya yang begitu dahsyat itu pastilah telah mengakibatkan kematiannya”.
Bernardinus dari Siena lebih jauh mengatakan, “dukacita Maria demikianlah dahsyat, hingga jika saja dukacita itu dibagi-bagikan di antara manusia, masing-masing bagian sudah cukup untuk menyebabkan kematian seketika.”
Mari kita merenungkan alasan-alasan bagaimana kemartiran Maria jauh melampaui semua martir. Pertama-tama kita perlu ingat bahwa para martir menanggung penderitaan mereka, yang merupakan akibat siksa api dan alat-alat sarana lainnya di tubuh mereka.
Bunda Maria menanggung penderitaannya dalam jiwanya, seperti dinubuatkan oleh St. Simeon, “dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri”. Seolah-olah orang tua kudus itu mengatakan, “Oh, Santa Perawan Tersuci, tubuh para martir akan dikoyakkan dengan besi, tetapi jiwamu akan ditembus olehnya, dan engkau akan menjadi martir karena jiwamu oleh Sengsara Putramu sendiri.”
Karena jiwa lebih berharga daripada tubuh, betapa jauh lebih hebat penderitaan Maria dibandingkan para martir lainnya. Seperti yang dikatakan Yesus Kristus sendiri kepada St. Katarina dari Siena, “Penderitaan jiwa dan penderitaan badan tidak dapat dibandingkan.” Sementara Abas kudus, Arnoldus dari Chartres mengatakan, “siapa pun yang hadir di Bukit Kalvari, sebagai saksi atas kurban agung Anak Domba Tak Bercela, akan melihat dua altar besar, yang satu adalah Tubuh Yesus, yang lain adalah Hati Maria, karena, di bukit itu, pada saat yang sama Putranya mempersembahkan Tubuh-Nya dengan wafat-Nya, Bunda Maria mempersembahkan jiwanya dengan belas kasihannya.”
Lagi pula, St. Antonius mengatakan, “sementara para martir lain menderita dengan mengurbankan nyawa mereka sendiri, Santa Perawan menderita dengan mengurbankan nyawa Putranya, nyawa yang dikasihinya jauh melampaui nyawanya sendiri. Jadi, tidak saja Maria menderita dalam jiwanya semua yang diderita Putranya di Tubuh-Nya, tetapi lebih dari itu, menyaksikan derita dan sengsara Putranya mendatangkan dukacita yang lebih dahsyat di hatinya daripada jika ia sendiri yang harus menderita segala sengsara itu di tubuhnya.”
Tidak seorang pun dapat meragukan bahwa Bunda Maria menderita dalam hatinya segala kekejian yang ia saksikan menimpa Putranya yang terkasih. Siapa pun dapat mengerti bahwa penderitaan anak-anak adalah juga penderitaan para ibu mereka yang menyaksikannya.
St. Agustinus, merenungkan dukacita yang harus ditanggung si ibu dalam Kitab Makabe ketika menyaksikan penganiayaan atas putera-puteranya, mengatakan, “Ia, menyaksikan penderitaan mereka, juga menderita bagi setiap puteranya; sebab ia mengasihi mereka semuanya. Ia menderita dalam jiwanya apa yang diderita putera-puteranya dalam tubuh mereka.”
Demikian juga, Bunda Maria menanggung segala siksa, aniaya, dera, mahkota duri, paku dan salib yang meremukkan tubuh Yesus yang tak berdosa. Semuanya itu pada saat yang sama meremukkan hati Sang Perawan untuk melengkapi kemartirannya. “Yesus menderita dengan daging-Nya dan Bunda Maria dengan hatinya,” tulis Beato Amadeus. “Begitu dahsyat,” kata St. Laurensius Giustiniani, “hingga hati Maria menjadi serupa cermin Sengsara Sang Putra, di mana dapat dilihat, tergambar dengan tepat dan jelas, ludah, pukulan dan tamparan, luka-luka, serta semuanya yang diderita Yesus.”
St. Bonaventura juga mengatakan, “luka-luka itu - yang tersebar di sekujur tubuh Kristus - semuanya dipersatukan dalam hati Maria.”
Demikianlah Santa Perawan, melalui belas kasihan dari hatinya yang lembut kepada Putranya, didera, dimahkotai duri, dihina dan dipakukan pada kayu salib. St. Bonaventura ketika merenungkan Maria di Bukit Kalvari, menyaksikan wafat Sang Putra, bertanya kepadanya: “Oh Bunda, katakanlah kepadaku, di manakah engkau berdiri? Apakah hanya di kaki salib? Ah, jauh lebih dari itu, engkau berada di salib itu sendiri, disalibkan bersama Putramu.”
Demikianlah Santa Perawan, melalui belas kasihan dari hatinya yang lembut kepada Putranya, didera, dimahkotai duri, dihina dan dipakukan pada kayu salib. St. Bonaventura ketika merenungkan Maria di Bukit Kalvari, menyaksikan wafat Sang Putra, bertanya kepadanya: “Oh Bunda, katakanlah kepadaku, di manakah engkau berdiri? Apakah hanya di kaki salib? Ah, jauh lebih dari itu, engkau berada di salib itu sendiri, disalibkan bersama Putramu.”
Menanggapi kata-kata Sang Penebus seperti yang disuarakan oleh nabi Yesaya, “Aku seorang dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umat-Ku tidak ada yang menemani Aku!”, Richard dari St. Laurensius mengatakan, “Benar demikian, O Tuhan, bahwa dalam karya penebusan manusia Engkau menderita seorang diri, tak ada seorang pun yang berbelas kasihan kepada-Mu dengan pantas; hanya ada seorang wanita menyertai Engkau, dan ia adalah Bunda-Mu sendiri; ia menderita dalam hatinya segala yang Engkau derita dalam Tubuh-Mu.”
Tetapi semua perkataan itu terlalu sedikit untuk mengungkapkan dukacita Maria, sebab sejauh yang saya amati, ia jauh lebih menderita menyaksikan sengsara Putranya terkasih daripada jika ia sendiri yang harus menanggung segala kekejian dan wafat Putranya. Eramus, berbicara tentang para orangtua pada umumnya, mengatakan bahwa para orangtua akan lebih tersiksa menyaksikan penderitaan anak-anak mereka daripada mereka harus menanggung penderitaan itu sendiri. Pendapat tersebut tidak selalu benar, tetapi jelas terbukti dalam diri Bunda Maria.
Tak diragukan lagi ia mengasihi Putranya dan hidup-Nya jauh melampaui hidupnya sendiri atau bahkan seribu kali hidupnya sendiri. Beato Amadeus dengan tepat menegaskan, “Bunda Dukacita, menyaksikan dengan pilu derita sengsara Putranya terkasih, menderita lebih dahsyat daripada jika ia sendiri yang harus menanggung segala Sengsara Kristus.”
Alasannya jelas, seperti yang dikemukakan St. Bernardus, “jiwa lebih melekat pada yang dicintainya daripada di mana ia tinggal.” Kristus Sendiri telah mengatakan hal yang sama, “di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Jadi, jika Bunda Maria, oleh karena cintanya, lebih tinggal dalam diri Putranya daripada dalam dirinya sendiri, tentulah ia menanggung dukacita yang jauh lebih dahsyat dalam sengsara dan wafat Putranya daripada jika ia menanggung sengsara itu sendiri. Bunda Maria menanggung kematian paling keji di seluruh dunia yang telah ditimpakan kepadanya.
Kita perlu mempertimbangkan suatu keadaan lain yang menjadikan kemartiran Maria jauh melampaui penderitaaan semua martir lainnya: yaitu, bahwa dalam Sengsara Yesus, Bunda Maria begitu menderita dan berduka, tanpa penghiburan sedikit pun. Para martir menderita karena siksa yang ditimpakan kepada mereka oleh para penganiaya; tetapi cinta Yesus menjadikan penderitaan mereka manis dan menyenangkan.
St. Vincentius tubuhnya didera di tiang penderaan, dicabik-cabik dengan sepit, dicap dengan plat besi panas. St. Bonifasius tubuhnya dikoyakkan dengan kait-kait besi; buluh-buluh berujung runcing ditusukkan di antara kuku-kuku dan dagingnya; timah hitam cair dicekokkan ke dalam mulutnya; dan di tengah derita aniaya itu tak henti-hentinya ia berseru “Aku bersyukur kepada-Mu, O Tuhan Yesus Kristus.”
St. Markus dan St. Marselinus diikatkan ke sebuah pancang, kaki mereka ditembusi paku; dan ketika penganiaya berkata kepada mereka “Hai orang-orang celaka, lihat keadaanmu kini, selamatkanlah dirimu dari penderitaan ini.” Maka, kedua orang kudus itu menjawab, “Dari siksa apa, penderitaan apakah yang engkau katakan itu? Belum pernah kami menikmati perjamuan begitu mewah seperti pada saat ini, di mana kami menderita dengan penuh sukacita demi cinta kepada Yesus Kristus.”
St. Laurensius menderita aniaya; tetapi ketika sedang di panggang di pemanggangan, “api cinta dalam hatinya,” demikian menurut St. Leo, “lebih kuat menghibur jiwanya daripada api yang membakar tubuhnya.” Cinta begitu menguasainya hingga dengan berani St. Laurensius menggoda penganiayanya, “Jika engkau ingin memakan dagingku, sisi sebelah sini sudah matang, baliklah dan makanlah.” Tetapi, bagaimana mungkin, di tengah begitu banyak siksa dan aniaya, ketika meregang nyawa, orang kudus itu bersukacita? “Ah!” jawab St. Agustinus, “mabuk oleh anggur cinta ilahi, ia tidak merasakan baik penderitaan maupun kematian.”
Jadi, semakin para martir kudus itu mencintai Yesus, semakin sedikit mereka merasakan penderitaan dan kematian. Bayangan akan sengsara Yesus yang tersalib saja sudah cukup untuk menjadi penghiburan bagi mereka.
Tetapi, apakah Bunda Dukacita kita juga terhibur oleh cintanya kepada Putranya, dan apakah bayangan akan sengsara-Nya menghibur hatinya? Ah, tidak! Justru Putranya yang menderita sengsara itulah yang menjadi sumber dukacitanya, dan cintanya pada Putranya adalah satu-satunya penganiayanya yang paling kejam. Kemartiran Maria sepenuhnya adalah menyaksikan dan berbelas kasihan terhadap Putranya yang terkasih dan yang tak berdosa, yang menderita begitu hebat.
Jadi, semakin besar cintanya kepada Putranya, semakin pilu dan tak terhiburkan dukacitanya. “Karena luas bagaikan laut reruntuhanmu; siapa yang akan memulihkan engkau?” Ah, Ratu Surgawi, cinta telah meringankan penderitaan para martir lainnya serta memulihkan luka-luka mereka; tetapi siapakah gerangan yang akan meringankan dukacitamu yang pahit? Siapakah gerangan yang akan memulihkan luka-luka keji yang mengoyak hatimu? “Siapa yang akan memulihkan engkau?” Sebab, Putra yang dapat menjadi sumber penghiburan bagimu, oleh karena sengsara-Nya, justru telah menjadi sumber dukacitamu, dan cinta kasih yang engkau limpahkan kepada-Nya sepenuhnya merupakan penyebab kemartiranmu.
Jadi, seperti para martir lain, demikian menurut Diez, semuanya dilambangkan dengan alat-alat penyiksa mereka - St. Paulus dengan pedang, St. Andreas dengan salib, St. Laurensius dengan alat pemanggang - Maria dilambangkan dengan jenasah Putranya dalam pelukannya. Sebab Yesus Sendiri-lah, dan hanya Ia sendiri, yang menjadi penyebab kemartiran Maria, oleh karena begitu besar kasihnya kepada Putra-nya. Richard dari St. Victor menegaskan dalam beberapa kata segala apa yang telah aku katakan: “Bagi para martir lain, semakin besar cinta mereka kepada Yesus akan semakin meringankan sengsara kemartiran mereka; tetapi bagi Santa Perawan, semakin besar cintanya kepada Yesus, semakin dahsyat sengsaranya dan semakin kejam kemartirannya.”
Benar bahwa semakin kita mencintai sesuatu, semakin besar kesedihan yang harus kita tanggung apabila ketika kita kehilangan dia. Kita lebih berduka atas kematian seorang saudara daripada kematian seekor binatang beban; kita lebih berduka atas kematian seorang putera daripada kematian seorang teman.
Kornelius a Lapide mengatakan, “agar dapat memahami dahsyatnya dukacita Maria pada saat wafat Putranya, kita perlu memahami besarnya kasihnya kepada-Nya.” Tetapi siapakah yang dapat mengukur kasih? Beato Amadeus mengatakan, “dalam hati Maria bersatu dua macam kasih bagi Yesus - kasih adikodrati, di mana ia mengasihi-Nya sebagai Allah-nya, dan kasih kodrati, di mana ia mengasihi-Nya sebagai Putranya.”
Begitulah kedua macam kasih ini menyatu, begitu dalam, hingga William dari Paris mengatakan bahwa Santa Perawan “mengasihi-Nya sebanyak yang mungkin dilakukan oleh suatu makhluk yang murni untuk mengasihi-Nya.”
Richard dari St. Victor menegaskan, “karena tidak ada kasih seperti kasihnya, maka tidak ada dukacita seperti dukacitanya.” Dan jika kasih Maria terhadap Putranya demikian dahsyat, maka pastilah dahsyat pula dukacitanya saat ia kehilangan Putranya oleh karena wafat-Nya. “Di mana terdapat kasih terbesar,” demikian Beato Albertus Agung, “di sana pula terdapat dukacita terdahsyat.”
Marilah sekarang kita membayangkan Bunda Ilahi berdiri dekat Putra-nya yang sedang meregang nyawa di salib, dan dengan demikian tepatlah dikenakan kepadanya kata-kata nabi Yeremia, “Acuh tak acuhkah kamu sekalian yang berlalu? Pandanglah dan lihatlah, apakah ada kesedihan seperti kesedihan yang ditimpakan TUHAN kepadaku.” O kalian yang melewatkan hari-hari kalian di bumi dan tidak berbelas kasihan terhadap aku, berhentilah sejenak dan pandanglah aku, sekarang aku menyaksikan Putraku terkasih meregang nyawa di hadapanku. Pandanglah dan lihatlah, di antara mereka semua yang berduka dan menderita, adakah dukacita yang seperti dukacitaku?
“Tidak, o ibu yang paling menderita di antara segala ibu,” jawab St. Bonaventura, “tidak mungkin ditemukan dukacita yang lebih pilu daripada dukacitamu; sebab tidak mungkin ditemukan putra yang lebih terkasih daripada putramu.” Ah, “tak akan pernah ada putra yang lebih menawan hati di dunia ini daripada Yesus,” kata Richard dari St. Laurentius; “dan juga tidak akan pernah ada ibu yang mengasihi putranya lebih lemah lembut daripada Maria!
Jadi, karena di dunia ini tidak pernah ada kasih seperti kasih Maria, bagaimana mungkin dapat ditemukan dukacita seperti dukacita Maria?”
Karena itu St. Ildephonsus tanpa ragu menegaskan, “mengatakan bahwa dukacita Maria jauh melampaui segala penderitaan para martir lainnya digabung menjadi satu, mengungkapkan terlalu sedikit.”
Karena itu St. Ildephonsus tanpa ragu menegaskan, “mengatakan bahwa dukacita Maria jauh melampaui segala penderitaan para martir lainnya digabung menjadi satu, mengungkapkan terlalu sedikit.”
Dan St. Anselmus menambahkan, “aniaya paling keji yang menimpa para martir kudus merupakan hal sepele, atau bahkan tak ada artinya sama sekali, jika dibandingkan dengan kemartiran Maria.” St. Basilus dari Seleucia juga menulis, “bagaikan matahari melampaui semua planet lain dalam kemegahannya, demikian juga penderitaan Maria melampaui penderitaan semua martir.”
Seorang penulis terpelajar menyimpulkannya dalam suatu pernyataan yang indah. Ia mengatakan bahwa begitu dahsyat dukacita Bunda yang lemah lembut ini dalam Sengsara Yesus, hingga Bunda Maria sendiri berbelas kasihan pada tingkat yang setara dengan wafat Tuhan yang menjadi manusia.
Kepada Santa Perawan, St. Bonaventura bertanya, “Dan mengapakah, O Bunda, engkau juga mengurbankan dirimu sendiri di Kalvari? Tidakkah Tuhan yang Tersalib sudah cukup untuk menebus kami, mengapakah engkau, Bunda-Nya, hendak pula disalibkan bersama-Nya?”
Sungguh, wafat Yesus lebih dari cukup untuk menyelamatkan dunia dan mendatangkan kehidupan kekal; akan tetapi Bunda yang amat baik ini, demi kasihnya kepada kita, berharap pula untuk membantu mendatangkan keselamatan bagi kita dengan penderitaannya yang ia persembahkan bagi kita di Kalvari.
Sebab itu, Beato Albertus Agung mengatakan, “sama seperti kita berhutang kepada Yesus atas Sengsara yang Ia derita demi cinta-Nya kepada kita, demikian juga kita berhutang kepada Maria, atas kemartiran yang dengan sukarela ia derita demi keselamatan kita dengan wafatnya Putra-nya.”
Saya mengatakan sukarela, sebab, seperti yang diungkapkan St. Agnes kepada St. Brigitta, “Bunda kita yang lemah lembut dan penuh belas kasihan lebih suka menderita sengsara daripada membiarkan jiwa-jiwa kita tidak ditebus dan tinggal dalam kebinasaan kekal.”
Sungguh, kita dapat mengatakan bahwa satu-satunya kelegaan Maria di tengah dukacitanya yang dahsyat dalam Sengsara Putra-nya adalah melihat dunia yang sesat ini ditebus oleh wafat-Nya dan hubungan manusia dengan Tuhan dipulihkan kembali. “Sementara berduka, Bunda Maria juga bersukacita,” demikian kata Simon dari Cascia, “bahwa satu kurban telah dipersembahkan sebagai tebusan bagi semua orang, dan dengannya murka Tuhan diredakan kembali.”
Cinta Maria yang sedemikian besar pantas mendapatkan terima kasih dari pihak kita. Dan rasa terima kasih itu patut dinyatakan dengan setidak-tidaknya merenungkan dan berbelas kasihan kepadanya dalam dukacitanya.
Namun demikian, Bunda Maria mengeluh kepada St. Brigitta bahwa begitu sedikit yang melakukannya dan sebagian besar dunia hidup dengan mengacuhkannya, “Aku melihat berkeliling kepada semua yang tinggal di bumi untuk melihat kalau-kalau ada yang menaruh belas kasihan kepadaku dan merenungkan dukacitaku; aku mendapati hanya sedikit sekali yang melakukannya. Sebab itu, putriku, meskipun aku telah dilupakan banyak orang, setidak-tidaknya engkau janganlah melupakan aku. Renungkanlah sengsaraku, dan teladanilah dukacitaku sebanyak yang engkau mampu.”
Untuk memahami betapa menyenangkan bagi Bunda Maria jika kita merenungkan dukacitanya, kita hanya perlu tahu bahwa pada tahun 1239 Santa Perawan menampakkan diri kepada tujuh hambanya yang setia (yang di kemudian hari menjadi para pendiri Ordo Religius Pelayan-pelayan Maria), dengan jubah hitam di tangannya.
Bunda Maria menghendaki agar mereka, jika mereka ingin menyenangkan hatinya, seringkali merenungkan dukacitanya. (Jubah hitam dikenakan untuk maksud ini, dan untuk mengingatkan mereka akan dukacitanya). Ia menyatakan keinginannya agar di kemudian hari mereka mengenakan gaun duka itu.
Yesus Kristus sendiri menampakkan diri kepada Beata Veronica da Binasco bahwa Ia, dan selamanya demikian, lebih suka melihat Bunda-Nya yang memperoleh belas kasihan daripada Ia Sendiri. Kata-Nya kepada Veronica, “Puteri-Ku, air mata yang dicurahkan demi Sengsara-Ku menyenangkan Daku; tetapi, karena Aku mencintai Bunda-Ku Maria dengan kasih yang begitu dalam, renungan akan dukacita yang harus dideritanya pada saat wafat-Ku akan lebih menyenangkan Hati-Ku.”
Rahmat-rahmat yang dijanjikan Yesus bagi mereka yang berdevosi kepada dukacita Maria sungguh luar biasa. Pelbert menceritakan bahwa kepada St. Elizabeth dinyatakan, yaitu sesudah Bunda Maria diangkat ke Surga, St. Yohanes Penginjil rindu untuk bertemu dengannya kembali. Kerinduannya itu dipenuhi; Bundanya yang terkasih menampakkan diri kepadanya; dan bersamanya Yesus Kristus juga menampakkan diri.
St. Yohanes kemudian mendengar Maria meminta Putra-nya untuk menganugerahkan rahmat-rahmat istimewa bagi mereka yang berdevosi kepada dukacitanya. Yesus berjanji kepada Bunda-Nya untuk menganugerahkan empat rahmat utama:
Pertama, bahwa mereka yang sebelum ajalnya berseru kepada Bunda Ilahi atas nama dukacitanya akan memperoleh tobat sempurna atas dosa-dosanya.
Kedua, Ia akan melindungi mereka semua yang mempraktekan devosi ini dalam pencobaan-pencobaan mereka, dan bahwa Ia akan melindungi mereka secara istimewa pada saat ajal mereka.
Ketiga, Ia akan membangkitkan dalam benak mereka kenangan akan Sengsara-Nya, dan bahwa mereka akan memperoleh ganjaran untuk itu di surga.
Keempat, Ia akan mempercayakan mereka yang dengan setia berdevosi ke dalam tangan Maria, dengan kuasa untuk memberikan kepada mereka apa pun yang ia kehendaki, dan untuk memperolehkan bagi mereka segala rahmat yang ia kehendaki.
Sebagai bukti atas janji-Nya ini, marilah kita lihat contoh berikut ini, bagaimana ampuhnya devosi kepada dukacita Maria dalam membantu jiwa memperoleh keselamatan kekal.
TELADAN
Dalam penampakan-penampakan kepada St. Brigitta kita membaca tentang seorang kaya, seorang keturunan bangsawan, yang jahat dan hidup dalam dosa. Ia memberikan dirinya sebagai budak iblis. Selama enam puluh tahun berikutnya ia mengabdi iblis, hidup dengan cara demikian seperti yang dapat kita bayangkan dan tak pernah sekali pun menerima sakramen-sakramen.
Dalam penampakan-penampakan kepada St. Brigitta kita membaca tentang seorang kaya, seorang keturunan bangsawan, yang jahat dan hidup dalam dosa. Ia memberikan dirinya sebagai budak iblis. Selama enam puluh tahun berikutnya ia mengabdi iblis, hidup dengan cara demikian seperti yang dapat kita bayangkan dan tak pernah sekali pun menerima sakramen-sakramen.
Sekarang, bangsawan ini mendekati ajalnya. Yesus Kristus, untuk menunjukkan belas kasihan-Nya, meminta St. Brigitta untuk mengatakan kepada bapa pengakuannya agar pergi mengunjungi sang bangsawan serta mendesaknya untuk mengakukan dosa-dosanya.
Imam pergi, tetapi si sakit mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan Sakramen Tobat karena ia telah sering menerimanya. Imam pergi untuk kedua kalinya; tetapi budak neraka yang malang ini bersikukuh pada kekerasan hatinya untuk tidak mengakukan dosa-dosanya.
Yesus sekali lagi menyatakan kepada St. Brigitta keinginan-Nya agar imam datang kembali. Imam melakukannya; dan pada kesempatan ketiga ini, imam mengatakan kepada si sakit tentang penglihatan St. Briggita dan bahwa ia telah kembali berulang kali hanya karena Kristus, yang hendak menunjukkan kerahiman-Nya, memerintahkannya demikian.
Mendengar ini, orang yang sedang menghadapi ajal ini tersentuh hatinya dan mulai mengangis. “Tetapi, bagaimana,” teriaknya, “aku dapat diselamatkan. Aku, yang selama enam puluh tahun mengabdi iblis sebagai budaknya, dan jiwaku sarat dengan dosa-dosa yang tak terbilang banyaknya?” “Anakku,” jawab imam untuk membesarkan hatinya, “janganlah ragu; jika engkau menyesali dosa-dosamu, sebagai wakil dari pihak Allah, aku menjanjikan pengampunan.”
Kemudian, setelah kepercayaan dirinya bangkit kembali, ia berkata kepada imam, “Bapa, aku memandang diriku sendiri sebagai orang yang sesat, dan sudah berputus asa untuk memperoleh keselamatan; tetapi sekarang aku merasakan kesedihan mendalam atas dosa-dosaku, yang meyakinkan aku. Dan karena Tuhan tidak meninggalkan aku, maka aku akan mengakukan dosa-dosaku.” Sesungguhnya, ia mengakukan dosanya empat kali pada hari itu, dengan tanda-tanda sesal dan tobat yang sungguh.
Keesokan paginya ia menerima Komuni Kudus. Pada hari keenam, penuh rasa sesal dan pasrah, ia meninggal dunia. Sesudah kematiannya, Yesus Kristus kembali berbicara kepada St. Brigitta dan mengatakan kepadanya bahwa pendosa itu telah diselamatkan; bahwa ia sekarang berada dalam api penyucian, dan bahwa ia berhutang keselamatan jiwanya kepada Santa Perawan Bunda-Nya, sebab almarhum, meskipun hidup sesat dalam kejahatan, senantiasa berdevosi kepada dukacita Maria, dan setiap kali ia merenungkannya, ia berbelas kasihan kepada Sang Bunda.
DOA
O Bundaku yang berdukacita! Ratu para martir dan sengsara, adakah engkau menangisi Putramu dengan pilu, yang wafat demi keselamatanku? Tetapi, apakah gunanya air matamu itu bagiku jika aku sesat? Karenanya, berkat dukacitamu, perolehkanlah bagiku tobat sejati atas dosa-dosaku, dan keteguhan hati untuk mengubah hidupku, bersama dengan belas kasihan yang lembut dan terus-menerus demi sengsara Yesus dan demi dukacitamu.
O Bundaku yang berdukacita! Ratu para martir dan sengsara, adakah engkau menangisi Putramu dengan pilu, yang wafat demi keselamatanku? Tetapi, apakah gunanya air matamu itu bagiku jika aku sesat? Karenanya, berkat dukacitamu, perolehkanlah bagiku tobat sejati atas dosa-dosaku, dan keteguhan hati untuk mengubah hidupku, bersama dengan belas kasihan yang lembut dan terus-menerus demi sengsara Yesus dan demi dukacitamu.
Dan, apabila Yesus dan engkau, yang tak berdosa, telah menderita begitu banyak demi kasih kepadaku, perolehkanlah bagiku agar setidak-tidaknya aku, yang layak menerima hukuman neraka, boleh menderita demi kasih kepada-Mu.
O Bunda, bersama St. Bonaventura aku hendak mengatakan, “jika aku telah menghina engkau, demi keadilan lukailah hatiku; jika aku telah melayani engkau, sekarang aku mohon ganjarilah aku dengan luka-luka pula.
Sungguh memalukan bagiku melihat Tuhan Yesus-ku penuh luka, dan engkau terluka bersama-Nya, sementara aku sendiri bersih tanpa suatu luka pun.” O Bundaku, melalui dukacita yang engkau derita saat menyaksikan Putra-mu menundukkan kepala-Nya dan wafat di kayu salib dalam siksa sengsara yang begitu keji, aku mohon kepadamu agar memperolehkan bagiku kematian yang bahagia.
Ah, janganlah berhenti, O pembela para pendosa, menopang jiwaku yang menderita di tengah pertarungan yang harus dilaluinya dalam perjalanan panjangnya menuju ke keabadian.
Dan, sementara mungkin bagiku kehilangan kemampuan berkata-kata, kehilangan kekuatan untuk menyerukan namamu dan Nama Yesus, yang adalah seluruh pengharapanku, maka aku melakukannya sekarang; aku berseru kepada Putramu dan kepadamu untuk menolongku di saat-saat terakhir. Karenanya aku berkata, Yesus dan Bunda Maria, kepada-Mu kuserahkan jiwaku. Amin.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar