Ads 468x60px

SERIAL "PIO" - "Pax In Omnibus"



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERIAL "PIO" - "Pax In Omnibus" (I)
(Damai Semuanya. Semuanya Damai)

1.
Pada tahun 1959, Patung Ziarah Maria Fatima tiba di Italia. Di saat yang sama, Padre Pio sedang jatuh sakit dan didiagnosa menderita tumor yang fatal.
Pada tanggal 6 Agustus, patung Maria Fatima tiba di San Giovanni Rotondo, biara tempat tinggal Padre Pio. Padre Pio bangun dari pembaringannya, berdoa dan mencium kaki patung Maria.
Ketika patung Maria dibawa pergi dengan helikopter, Padre Pio berkata:
"O Bundaku, ketika kau datang ke Italia, kau menemukan aku sedang sakit begini.
Kau telah datang ke San Giovanni dan melihatku menderita karena sakitku.
Sekarang kau sudah pergi dan aku belum juga terbebas dari sakitku."
Saat Padre Pio mengucapkan doa ini, terjadi hal yang ajaib. Helikopter, dengan patung Maria di dalamnya, terbang tinggi mengelilingi biara tiga kali. Pilotnya di kemudian hari mengatakan bahwa ia juga tidak menjelaskan mengapa ia melakukan itu. Ada suatu dorongan dari luar dirinya.
Pada saat yang sama, Padre Pio merasa suatu getaran yang kuat pada seluruh tubuhnya, ia dimasuki gelombang cahaya dan merasa tumornya terbakar dan ia berteriak:
"Aku disembuhkan! Bunda kita telah menyembuhkanku! Berterima kasihlah kepada Bunda Maria Fatima untukku!"
Di kemudian hari, Padre Pio menuliskan pengalamannya ini dengan mengatakan :
"Pada saat Ia (patung Maria Fatima) meninggalkan tempat ini, aku merasa sehat lagi, dan lalu sanggup merayakan Misa lagi setelah 3 hari berturut turut tidak dapat."
"Buah kurma kesukaannya Romo Domi -
Bunda Maria Fatima, sertailah dan doakanlah kami."

-----------------------

2.
Francesco Visco tinggal di dekat biara.
Ia telah berjalan dengan menggunakan kruk seumur hidupnya karena ia lumpuh akibat penyakit polio yang ia derita dari sewaktu lahir.
Ia menyeret tubuhnya pada lututnya, yang disanggah dengan sebuah kruk kecil.
Anak-anak kerap menertawakan dan mempermainkannya karena keadaannya itu. Ia biasanya "diletakkan" di dekat pintu masuk ke kapel, untuk meminta sedekah.
Ketika itu ia berumur 43 tahun, dan dengan mengumpulkan keberanian, meminta kepada Padre Pio:
"Bapak, berkatilah aku."
Banyak orang, termasuk Padre Paolino da Casacalenda, menyaksikan sendiri apa yang terjadi kemudian. Padre Pio menatapnya dan menjawab,
"Buanglah krukmu."
Francesco yang tercengang, tidak bergerak.
Padre Pio, kali ini berteriak :
"Kukatakan, buang krukmu."
Di hadapan semua orang, Francesco membuang kruknya, berdiri, dan berjalan untuk pertama kali dalam hidupnya. Dan ia terus dapat berjalan selama bertahun-tahun kemudian, sampai pada kematiannya.
"Dari Pasaraya ke Kalibata - Haleluya, karya Tuhan itu sungguh nyata"
-----------------

3.
Paolina Preziosi, seorang ibu dengan lima orang anak, yang tinggal di dekat biara San Giovanni Rotondo, jatuh sakit parah menjelang Paskah.
Dokter mengatakan, mereka tak dapat melakukan apa-apa lagi untuk bisa menolongnya.
Suami dan anak-anaknya pergi kepada Padre Pio untuk meminta bantuannya.
Padre Pio; yang mengenal Paolina sebagai seorang yang istimewa hatinya, menjawab"
"ia akan bangkit pada Minggu Paskah."
Pada hari Jumat Suci, Paolina kehilangan kesadaran. Pada hari Sabtu pagi, ia jatuh koma.
Keluarganya datang lagi kepada Padre Pio, dan Padre Pio menjawab,
"Ia akan bangkit."
Sabtu sore, Paolina meninggal. Keluarganya menyiapkan pemakamannya, termasuk memakaikan padanya gaun pengantinnya seperti kebiasaan di daerah itu.
Pada saat mempersembahkan Misa Paskah Pagi, Padre Pio menangis; pada saat Gloria dan lonceng-lonceng dibunyikan dengan meriah.
Pada saat yang sama, di rumahnya, Paolina berdiri sendiri, tanpa bantuan, lalu berlutut di samping tempat tidurnya dan melafalkan syahadat "Credo / Aku Percaya" dengan nyaring.
Semua orang sangat terkejut. Mereka bertanya padanya apa yang terjadi. Ia menjawab :
"Aku telah mendaki dan mendaki dengan riang. Lalu ketika aku hampir memasuki ke dalam suatu cahaya besar, aku mulai berbalik kembali, dan terus kembali, dan aku kembali."
Keluarganya mengingat, Padre Pio tidak mengatakan "ia akan sembuh", melainkan "ia akan bangkit". Dominus vivit !
"Ada rumah sakit baru di Kalisari - Mari bangkit setiap hari."
-----------------

4.
Juli 1949, Vincenzo Di Lello yang berumur 12 tahun, sakit parah. Dimulai dari suatu hari yang panas, ketika ia bermain- main bersama saudara-saudaranya, ia merasa haus; dan, walaupun sudah diperingatkan untuk jangan, ia minum air dari sebuah sumur.
Ternyata, sumur itu terkontaminasi, dan Vincenso menjadi sakit demam tinggi.
Pada saat yang sama, sedang ada wabah tipus dan banyak orang telah meninggal karenanya pada musim panas itu.
Dokter memberikan banyak obat-obatan untuknya namun kondisinya memburuk dengan cepat dan hampir meninggal.
Itulah saat ketika ayahnya memutuskan untuk pergi ke San Giovanni kepada Padre Pio untuk meminta doanya.
Pada 14 Agustus, ketika ayah Vincenzo sedang berada di biara di San Giovanni, Vincenzo telah kehilangan kesadaran beberapa hari dan sudah dipastikan akan meninggal.
Keluarganya menyiapkan peti jenazah dan kain putih untuk pakaian pemakamannya. Saudara-saudara datang berkumpul di sisi ranjangnya di rumah sakit.
Suatu saat, ruangan dipenuhi dengan wangi-wangian, dan Vincenzo meneriakkan nama Padre Pio.
Ayahnya mengingat kemudian, itu adalah hari ia bertemu Padre Pio yang mengatakan padanya : "kau boleh pergi sekarang. Anakmu akan sembuh."
Sejak dari saat itu, Vincenzo terus membaik, dan pada akhir bulan Agustus, setelah melewatkan masa 2 bulan di rumah sakit, ia dapat bangun dan sembuh total untuk seterusnya. 'Medicus curat et Deus sanat - Dokter mengobati dan Tuhan yang menyembuhkan!'
"Mba Asih kerja di pabrik jamu - TerimaKASIH untuk semua anugerahMU"
---------------

5.
Seorang wanita saleh sangat mempercayai Padre Pio. Suatu waktu ketika bercerita dan 'mengaku dosa', ia memberitahukan kepada Padre Pio kekuatirannya akan anaknya yang baru berumur 4 tahun :
"Aku menguatirkan anakku. Aku bekerja untuk restoranku sepanjang waktu dan tak banyak waktu tersisa untuk menjaga dan memperhatikan anakku."
Padre Pio mengatakan padanya untuk tidak khawatir. Padre Pio mengatakan akan selalu mengawasi dan melindungi anaknya dari bahaya. Wanita itu pergi dengan hati sangat terhibur.
Beberapa hari kemudian, saat sedang bekerja, wanita itu mendengar suara menjerit keras dari jalan. Ketika ia bergegas keluar untuk melihat, ia melihat putranya sedang ditarik keluar dari bagian bawah sebuah truk besar.
Lain kali ia datang untuk bercerita dan mengaku dosa lagi kepada Padre Pio, ia juga menceritakan kepadanya peristiwa itu,
"Anakku hampir saja tewas oleh truk", katanya.
Padre Pio bertanya,
"Apakah dia terluka?"
"Tidak, dia tidak terluka."
Padre Pio bertanya lagi,
"Apakah ia mendapat goresan?"
"Tidak, ia bahkan tidak tergores sedikit pun."
Padre Pio berkata,
"Sudah kukatakan padamu, bahwa aku akan menjaga dan melindunginya.'
"Mbok Yanti suka makan pare - Gusti ora sare"
---------------

6.
Padre Pio's Wisdom

A.
Jangan menganggap aku terlalu menuntut jika aku memintamu sekali lagi untuk mencari buku rohani yang baik, yang sungguh jossss dan membacanya sebanyak yang kau bisa. Bacaan -bacaan rohani adalah sama pentingnya seperti udara yang kau hirup.
+ Padre Pio
"Dari Cikini ke Taman Sari - Bacalah buku rohani setiap hari"
---------
B.
Pagi ini ketika aku mendekati Altar, aku merasa kesakitan secara fisik dan menderita di dalam diriku. Aku merasa seperti hendak mati. Aku larut dan tercekam dengan rasa kesedihan yang mematikan. Pada saat memakan Hosti Kudus, aku melihat dengan jelas Sang Bunda, ("MOM-Mary Our Mother) bersama Bayi Yesus. Mereka berdua mengatakan kepadaku : "Tenanglah! Kami di sini bersamamu. Kau adalah milik kami dan kami adalah milikmu." Dari saat itu aku merasa tenang dan tenggelam dalam suatu lautan kemanisan dan cinta yang sungguh tak terungkapkan.
+ Padre Pio pada 15 Agustus 1929
"Cari galah di Pasar Krukut - Tenanglah, jangan muda takut."
--------
C.
Hidup kita yang sekarang diberikan kepada kita adalah agar kita dapat memiliki hidup abadi, dan jika kita tidak memikirkannya, kita akan membangun ketertarikan kepada dunia ini, di mana kita hanya singgah. Percayalah padaku, agar dapat hidup bahagia pada peziarahan ini, kita harus menginginkan dan mengharapkan untuk tiba di tanah air surgawi, di mana kita akan tinggal untuk selamanya.
+ Padre Pio
"Mbah Surip pergi ke Warung Jambe - Urip iku mung mampir ngombe".
---------
D.
Padre Pio memiliki kepatuhan total kepada Gereja.
Ketika Gereja memintanya untuk tidak merayakan Misa secara publik, dia tidak merayakan Misa secara publik.
Ketika Gereja memintanya untuk berdiam, ia berdiam.
Ketika Gereja memintanya untuk berbicara, ia berbicara; untuk berdoa, ia berdoa;
untuk merayakan, ia merayakan; untuk menghilang, ia menghilang.
- Enrico Medi tentang Padre Pio
"Dari Koja ke Kalimati - Cintailah GEREJA dengan sepenuh hati."
---------
E.
Tuhan menginginkan engkau sepenuhnya, Ia menginginkan agar kau menaruh seluruh HARAPAN, IMAN (kepercayaanmu) dan seluruh KASIHmu kepadaNya saja dan karena alasan ini sajalah, Ia mengirimkan kepadamu rasa kekeringan rohani, yaitu untuk menyatukan engkau lebih dekat lagi kepadaNya.
+ Padre Pio
"Romo Tarsis misa di Paroki Kramat - Saat krisis itu sekaligus saat penuh rahmat."
---------
F.
Aku mengingat apa yang dikatakan para penulis tentang burung kingfishers, burung- burung kecil yang bersarang pada cabang-cabang pohon dekat laut. Mereka membangun sarangnya dalam gerakan melingkar dan ketat sehingga air laut tidak dapat masuk ke dalamnya.
Aku ingin hatimu seperti itu; rapat dan tertutup dari segala arah, supaya ketika kekuatiran dan badai dunia dan roh kejahatan dan kedagingan datang, tidak dapat masuk ke dalamnya. Hanya sisakan satu pintu ke dalam hatimu, yaitu yang menuju ke surga.
+ Padre Pio
"Makan mangga di Pasar Kenari - Carilah surga setial hari."
--------
G.
Mengapa ada kejahatan di dunia ini ?
Dengarkan baik-baik....
Ada seorang ibu yang sedang menyulam.
Anaknya duduk di kursi rendah di sebelahnya, melihat karyanya namun secara terbalik.
Ia melihat simpul-simpul, benang-benang kusut, dan berkata, 'ibu, apa yang kau lakukan Karyamu ini tidak jelas !?'
Dan ibunya perlahan menurunkan sulamannya dan memperlihatkan sisi yang benar.
Setiap warna ada pada tempatnya yang tepat dan sulaman warna-warna yang berbeda membentuk keharmonisan yang indah.
Jadi, kita ini juga demikian.
Kita melihat dari sisi yang salah, karena kita duduk di kursi yang rendah.
+ Padre Pio
"Ada Si Manis dari Jembatan Ciamis - Jangan mudah bersikap sinis dan pesimis."
---------
H.
Yesus terus mengasihiku dan menarikku makin dekat kepadaNya. Dia telah melupakan dosa-dosaku, dan aku bisa mengatakan bahwa Ia hanya mengingat belas kasihNya sendiri.
Setiap pagi Ia datang ke dalam hatiku dan menuangkan segala kebaikanNya.
+ Padre Pio
"Densus 88 pergi ke Pasar Duku - Yesus, Engkau sungguh andalanku"
---------
I.
Berdoa, berdoalah kepada Allah bersamaku.
Dan setiap hari, terutama saat relung hatimu merasakan kesepian hidup, berdoalah.
Berdoalah kepada Allah, karena Ia 'memerlukan' dan mendengarkan doamu.
+ Padre Pio
"Tas Dowa ada di kota Yogya - Berdoalah biar hidup jadi lebih bercahaya."
---------
J.
Setiap Misa Kudus yang didengarkan dengan penuh pengabdian, akan menghasilkan di dalam jiwa kita efek yang menakjubkan, rahmat tak terhingga bagi jiwa dan raga, yang kita sendiri, tidak mengetahuinya.
+ Padre Pio
"Cari sagu di Pasar Koja - Hari Minggu, jangan lupa pergi ke gereja."
--------
K.
Damai adalah kesederhanaan hati, ketenangan pikiran, keheningan jiwa, dan ikatan kasih.
Damai adalah keharmonisan, keselarasan di dalam diri kita, adalah sukacita suci dalam hati di mana Allah bertahta.
Damai adalah jalan kepada kesempurnaan; kesempurnaan ditemukan di dalam damai.
Si jahat, yang mengetahui betul hal ini melakukan segala cara untuk membuat kita kehilangan damai kita.
Mari kita selalu bersiaga melawan tanda-tanda kekacauan, dan segera menyadari ketika kita jatuh ke dalam ketakutan, dan mari kita mencari kepada Allah dengan keyakinan dan mempercayakan segenap diri kita kepadaNya.
Setiap kekacauan dalam diri kita tidak berkenan kepada Yesus, karena hal itu selalu berhubungan dengan egoisme dan cinta diri kita.
+ Padre Pio
"Ada peniti dari Sukabumi - Damai di hati, damai di bumi."
--------
L.
Mereka yang berdoa, memiliki harapan.
Mereka yang berdoa sedikit, berada di dalam bahaya besar.
Mereka yang tidak berdoa, adalah tersesat.
Doa adalah bagai oksigen bagi jiwa.
Doa adalah kunci yang membuka kepada Hati Allah.
Berdoa, berharap, dan jangan kuatir.
Kekuatiran adalah sia-sia.
Allah yang Mahakasih akan mendengarkan doa-doamu.
+ Padre Pio
"Ikan louhan, ikan pari - Berkat Tuhan melimpah setiap hari."

M.
Berdoalah, berharaplah dan jangan kuatir. Jangan biarkan kesedihan dari ketidak-adilan dalam perkara manusia menyedihkan jiwamu;
Suatu hari kau akan melihat keadilan yang tak tergoyahkan dari Allah mengalahkannya.
+ Padre Pio
---------------

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERIAL "PIO" - "Pax In Omnibus" (VII)
(Damai Semuanya. Semuanya Damai)
Padre Pio Way...
Five Things We Can Learn From St. Padre Pio
Francisco Forgione was born on May 25, 1887, to a poor farming family in the small town of Pietrelcina, Italy.
From a young age little Francisco was very pious, and he expressed his desire to be a priest very early.
In 1903, at the age of fifteen, Francisco entered the novitiate for the Capuchin Franciscan Friars, taking the name Pio. He was ordained Padre (Father) Pio seven years later.
One day, while praying, St. Padre Pio experienced a vision of the wounded Christ and received the Stigmata.
According to this source, the Stigmata is:
…the wounds of Jesus inflicted by God upon the body of the saint-mystic-victim soul. They consist of the five wounds of Jesus which are the nail wounds in the hands and feet, along with the wound in the side, next to the heart. They can be either visible or invisible. The main purpose of the stigmata is so the saint may suffer in union with Jesus for the conversion of sinners, that is, for the redemption of humanity.
Before long, news of his stigmata had spread. Padre Pio became well-known and a great spiritual influence: not only in Italy, but around the world.
He was best known for his piety, his quality of preaching, his ability to read souls, his role as a confessor, his devoutly-said Masses (which, when he was in ecstasy, could be up to three hours long!) and his ability to bilocate.
Around the mid-1960s, Padre Pio’s health began to rapidly decline; on September 23, 1968, he died.
Pope John Paul II, now St. John Paul II, canonized Padre Pio in 2002. St. Padre Pio is the patron saint of civil defense volunteers, adolescents, and the city of Pietrelcina. His feast day is celebrated on September 23.
WHAT WE CAN LEARN FROM ST. PADRE PIO
St. Padre Pio’s life, on earth, touched many lives and it continues to this day. There are still many ways we can learn from this great saint’s preaching.
Here are five quotes of his that we can apply to our lives and learn from every day.

1. “You don’t have to be worthy, you only have to be willing.”
It can be easy to feel unworthy to hold a certain position or be put in charge of a task. Padre Pio reminds us that we need only be willing to accept the challenge. We do not have to be perfect by any means. The Lord only requires that we say yes.
2. “God will never permit anything to happen to us that is not for our greater good.”
This is a difficult reality to swallow, especially when we do not receive an outcome we had hoped for. But it’s a great reminder of Romans 8:28: “We know that all things work for good for those who love God…” God knows what He is doing, after all, and He holds each and every one of us in the palm of His hand. We simply need to trust in His ways, as hard as that may be.
3. “God will always give us more than we deserve.”
What great encouragement! Once we hand God the reins, He often has a funny way of returning the favor by blessing us more than we could ever have imagined.
4. “Serve the Lord with laughter.”
This is self-explanatory. Laugh. Be joyful. Smile. We never know whose day we might make by a simple laugh, smile, or kind word.
5. “Pray, hope, don’t worry. Worry is useless. God is merciful and will hear your prayers.”
“Pray, hope, and don’t worry” is probably Padre Pio’s most famous saying; however, we do not often hear the second part, which is: “Worry is useless. God is merciful and will hear your prayer.”
Worry really is pointless! It is kind of like a rocking chair–it gives us something to do, but does not help us move forward. Of course there will almost always be something to worry about, but dwelling on that worry will not help remedy the situation. The Lord hears each and every one of our prayers and His mercy never fails.
PRAYER TO ST. PADRE PIO...
Glorious, humble and beloved Padre Pio. Teach us, we pray, humility of heart, so that we may be counted among the little ones of the Gospel to whom the Father promised to reveal the mysteries of His Kingdom. Help us to pray without ceasing, certain that God knows what we need even before we ask Him. Amen.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar