HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
HARAPAN IMAN KASIH.
Menjelang 28 Oktober :
Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul
Peringatan Sumpah Pemuda RI
Ef 2:19-22; Mzm 19:2-3.4-5; Luk 6:12-19
Pesta S. Simon dan Yudas, Rasul
Peringatan Sumpah Pemuda RI
Ef 2:19-22; Mzm 19:2-3.4-5; Luk 6:12-19
"Discipulus - Pemuridan"
Bersama dengan peringatan Sumpah Pemuda serta pesta St. Simon dan Yudas yang juga termasuk "kabinet kerjanya Yesus" atau bilangan 12 rasul, inilah nuansa khas yang melekat pada diri para murid yang kerap disebut "disciple" dan bukan "student." Dari sinilah juga sebenarnya muncul kata yang kerap kita dengar, yakni "disiplin".
Dengan kata lain: sikap "disiplin" sangat dekat dengan dimensi pemuridan ala Yesus. Nah, disinilah kita bisa melihat tiga hal baik yang diteladankanNya supaya kita menjadi murid yang benar benar disiplin, antara lain:
1. Intimitas.
Sebelum memutuskan pilihan, Yesus ber-"intimitas cum Deo", berdoa semalam-malaman kepada BapaNya. Ia menjalin relasi intensif dengan BapaNya.
Sebelum memutuskan pilihan, Yesus ber-"intimitas cum Deo", berdoa semalam-malaman kepada BapaNya. Ia menjalin relasi intensif dengan BapaNya.
2. Kolegialitas.
Ia tidak bekerja sendirian, tapi bekerja bersama dengan yang lainnya, yang berangkat dari aneka latar belakang. Adapun 12 "disciple" (sebagai pengganti "12 suku israel"), yang termasuk dalam "kabinet kerja Yesus", antara lain : Simon Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus dan Simon orang Zelot, Yudas anak Yakobus dan Yudas Iskariot.
Ia tidak bekerja sendirian, tapi bekerja bersama dengan yang lainnya, yang berangkat dari aneka latar belakang. Adapun 12 "disciple" (sebagai pengganti "12 suku israel"), yang termasuk dalam "kabinet kerja Yesus", antara lain : Simon Petrus, Andreas, Yakobus dan Yohanes, Filipus dan Bartolomeus, Matius dan Tomas, Yakobus anak Alfeus dan Simon orang Zelot, Yudas anak Yakobus dan Yudas Iskariot.
3. Responsibilitas.
Setiap pilihan mengandung sebuah tanggung jawab ("respons+ability: kemampuan untuk me-respons"). Yesus-pun memilih dengan sadar dan siap menerima aneka karakter dan paramater muridNya: Petrus yang bergelora, Thomas yang skeptis sampai Yudas yang berkhianat.
Setiap pilihan mengandung sebuah tanggung jawab ("respons+ability: kemampuan untuk me-respons"). Yesus-pun memilih dengan sadar dan siap menerima aneka karakter dan paramater muridNya: Petrus yang bergelora, Thomas yang skeptis sampai Yudas yang berkhianat.
Yang pasti, bukankah diantara "B" (birth/kelahiran) dan "D" (death/kematian) terdapat "C" (choice/pilihan). Bukankah di setiap "choice/pilihan" terdapat "change/perubahan" dan "chance/kesempatan". Pilihlah cintamu dan cintailah pilihanmu!
"Ada Mba Karsih ada Mas Galih - Jadilah orang yang selalu bersih dan terpilih."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Oremus - Marilah berdoa!"
"Oremus - Marilah berdoa!"
Inilah ajakan setiap imam dalam membuka dan mengakhiri misa kudus. Inilah juga yang selalu dibuat Yesus pada awal dan akhir karyaNya.
Mengacu pada bacaan injili, Yesus ke bukit untuk berdoa semalam-malaman. Ia menjadi pribadi yang integral/utuh dan penuh. Pada malam hari, Ia berdoa ("ora", menjadi "pendoa/prayer"). Pada siang hari, Ia bekerja ("labora", menjadi "pengajar/teacher dan penyembuh/healer").
Pastinya, Yesus menjadi orang yang seimbang, karena di tengah kesibukan karya, Ia selalu meluangkan waktu untuk berdoa, ber-"intimitas cum Deo", khususnya pada saat-saat hendak mengambil keputusan penting dengan 3 keutamaan yang diwartakanNya, pada kita, antara lain:
A.Ketekunan.
DoaNya yang penuh-utuh dan bersungguh-sungguh semalam suntuk itu menghasilkan sesuatu yang luar biasa (Yak 5:16). Kitapun juga diajak untuk bertekun dalam doa (Bdk: Roma 12:12) karena doa sejatinya adalah relasi, tidak melulu berbentuk permohonan tapi juga bisa berupa syukur/pujian. De facto, kita kerap menjadi orang yang "sibuk untuk Tuhan", tapi lupa "sibuk dengan Tuhan," bukan? "PUSH"-"Pray Until Something Happened."
DoaNya yang penuh-utuh dan bersungguh-sungguh semalam suntuk itu menghasilkan sesuatu yang luar biasa (Yak 5:16). Kitapun juga diajak untuk bertekun dalam doa (Bdk: Roma 12:12) karena doa sejatinya adalah relasi, tidak melulu berbentuk permohonan tapi juga bisa berupa syukur/pujian. De facto, kita kerap menjadi orang yang "sibuk untuk Tuhan", tapi lupa "sibuk dengan Tuhan," bukan? "PUSH"-"Pray Until Something Happened."
B.Kebersamaan.
Setelah bertekun dalam doa, Yesus memilih ke-12 orang untuk menjadi muridNya ("murid": disciple" bukan "student", Lat: discipulus: disiplin). Ia tidak ber-"single fighter" dan tidak menjadi "one man show", tapi Ia selalu melibatkan semakin banyak orang lain sebagai "rekan/mitra sekerja." Inilah pentingnya sebuah komunitas yang saling menguatkan dan memberdayakan, bukannya saling menjatuhkan/memperdayakan.
Setelah bertekun dalam doa, Yesus memilih ke-12 orang untuk menjadi muridNya ("murid": disciple" bukan "student", Lat: discipulus: disiplin). Ia tidak ber-"single fighter" dan tidak menjadi "one man show", tapi Ia selalu melibatkan semakin banyak orang lain sebagai "rekan/mitra sekerja." Inilah pentingnya sebuah komunitas yang saling menguatkan dan memberdayakan, bukannya saling menjatuhkan/memperdayakan.
C. Keselamatan.
Ia menjadi "syalom" yang hidup. Ia mengusir banyak roh jahat serta menyembuhkan banyak orang sakit (Luk 6:17-19). Ia juga mengajar dan menyampaikan khotbahNya dengan tulus dan kudus (Luk 6:20-49). Ia menawarkan keselamatan yang paripurna dengan cara-cara hidup yang sederhana dan bersahaja.
Ia menjadi "syalom" yang hidup. Ia mengusir banyak roh jahat serta menyembuhkan banyak orang sakit (Luk 6:17-19). Ia juga mengajar dan menyampaikan khotbahNya dengan tulus dan kudus (Luk 6:20-49). Ia menawarkan keselamatan yang paripurna dengan cara-cara hidup yang sederhana dan bersahaja.
Bagaimana dengan kita?
"Buah srikaya banyak di dahan - Mari berkarya dalam nama Tuhan."
2.
“Temet nosce - Kenalilah dirimu sendiri.”
“Temet nosce - Kenalilah dirimu sendiri.”
Hari ini, Yesus mengajak kita mengenali diri sebagai para murid yang telah dipanggil dan dipilihNya.
Adapun tiga jenis “relasi” dasar yang mesti dibangun supaya kita semakin mengenali diri sebagai para murid yang telah dipanggil dan dipilihNya, al:
A. Berdoa:
Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ia mengajak kita “alone with God” dengan berdoa”, mengalami “intimitas cum Deo”, sehingga kita memiliki relasi dengan Allah secara pribadi.
Sekali peristiwa Yesus mendaki sebuah bukit untuk berdoa. Semalam-malaman Ia berdoa kepada Allah. Ia mengajak kita “alone with God” dengan berdoa”, mengalami “intimitas cum Deo”, sehingga kita memiliki relasi dengan Allah secara pribadi.
Yang pasti, dalam sebuah doa adalah lebih baik mempunyai hati tanpa kata-kata, daripada kata-kata tanpa hati, karena orang yang selalu berdoa tidak selalu memikirkan doa yang dilakukannya melainkan memikirkan Allah yang menjadi tujuan doanya: “Yesus, datanglah ke hatiku, berdoalah denganku, berdoalah didalamku – agar aku bisa belajar dari-Mu cara untuk berdoa.”
B. Bersaudara:
“Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya dan memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul.
“Keesokan harinya, ketika hari siang, Ia memanggil murid-murid-Nya dan memilih dari antara mereka dua belas orang yang disebut-Nya rasul.
Beberapa diantaranya: Ia memanggil serta memilih Simon dan Andreas saudaranya, Yakobus dan Yohanes saudaranya, Filipus dan Bartolomeus sahabatnya, bahkan ada tiga nama yang sama dalam bilangan dua belas rasul: Ada Simon (Petrus) dan Simon (orang Zelot), ada Yakobus (Alfeus) dan Yakobus (Zebedeus), ada Yudas (Tadeus) dan Yudas (Iskariot).
Dkl: Ia mengajak kita untuk “bersaudara”, memiliki relasi hangat dengan keluarga dan kerabat dekat kita dengan penuh rasa syukur karena hidup itu kadang ibarat es krim. Nikmatilah dengan penuh rasa syukur sebelum cair.
C. Berkarya:
“Lalu Yesus turun bersama mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar murid-murid-Nya dan banyak orang lain .... Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka: juga mereka yang kerasukan roh-roh jahat mendapat kesembuhan. “
“Lalu Yesus turun bersama mereka dan berhenti pada suatu tempat yang datar. Di situ berkumpul sejumlah besar murid-murid-Nya dan banyak orang lain .... Mereka datang untuk mendengarkan Dia dan untuk disembuhkan dari penyakit mereka: juga mereka yang kerasukan roh-roh jahat mendapat kesembuhan. “
Hal inilah yang dikerjakan Yesus menjelang siang sampai sore hari, Ia berkarya dan melayani banyak orang. Ia mengajarkan kebaikan, menyembuhkan pelbagai kelemahan dan membebaskan dengan mengusir pelbagai setan dan roh jahat.
Kitapun diajak untuk terus berkarya secara utuh dan penuh untuk saling mengajarkan kebaikan, saling menyembuhkan kelemahan dan saling memberikan pembebasan dari plbagai bentuk kejahatan: Kita hidup dengan apa yang kita peroleh, namun kita memperoleh kehidupan dengan apa yang kita beri, bukan? Ecce ego quia vocasti me! Inilah aku, sebab Engkau telah memanggilku!
“Cari jalan di kota Tarsus - Mari terus berjalan bersama Yesus.
3.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS
DALAM AUDIENSI UMUM:
TENTANG MENYAMBUT ORANG ASING, MEMBERI PAKAIAN ORANG TELANJANG
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS
DALAM AUDIENSI UMUM:
TENTANG MENYAMBUT ORANG ASING, MEMBERI PAKAIAN ORANG TELANJANG
MERCY WAY:
"BE MERCIFULL!"
"BE MERCIFULL!"
Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!
Kita melanjutkan dengan permenungan tentang karya-karya kerahiman jasmani, yang telah diberikan Tuhan Yesus kepada kita untuk menjaga iman kita selalu hidup dan dinamis.
Kita melanjutkan dengan permenungan tentang karya-karya kerahiman jasmani, yang telah diberikan Tuhan Yesus kepada kita untuk menjaga iman kita selalu hidup dan dinamis.
Karya-karya ini, pada kenyataannya, membuat jelas bahwa orang-orang Kristen tidak lelah dan malas menunggu perjumpaan akhir dengan Tuhan, tetapi mereka pergi menjumpai-Nya setiap hari, mengenali wajah-Nya dalam wajah banyak pribadi yang meminta bantuan.
Hari ini kita merenungkan sabda Yesus ini : "Ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian" (Mat 25:35-36). Berapa banyak lebih tepat waktu dalam waktu kita adalah karya mengenai orang asing. Krisis ekonomi, konflik bersenjata dan perubahan iklim mendorong banyak orang untuk bermigrasi. Namun, migrasi bukanlah sebuah fenomena baru, tetapi milik sejarah umat manusia. Kenangan sejarah tidak memikirkan mereka sesungguhnya hanya milik tahun-tahun kita.
Alkitab memberi kita begitu banyak contoh nyata migrasi. Cukuplah memikirkan Abraham. Panggilan Allah mendorongnya untuk meninggalkan negerinya dan pergi ke negeri lain : "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu" (Kej 12:1).
Demikian juga bagi orang-orang Israel, yang dari Mesir, di mana mereka adalah para budak, pergi berduyun-duyun selama empat puluh tahun di padang gurun sampai mereka mencapai tanah yang dijanjikan Allah.
Keluarga Kudus sendiri - Maria, Yosef dan kanak-kanak Yesus - terpaksa bermigrasi untuk melarikan diri dari ancaman Herodes : "Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, dan tinggal di sana hingga Herodes mati" (Mat 2:14-15). Sejarah umat manusia adalah sejarah migrasi : di seluruh ruang gerak tidak ada orang yang belum mengenal fenomena migrasi.
Dalam hubungan ini, dalam perjalanan berabad-abad kita menyaksikan ungkapan agung kesetiakawanan, bahkan meskipun ketegangan-ketegangan sosial tidak berkurang. Hari ini, sayangnya, konteks krisis ekonomi mendorong munculnya sikap tertutup dan tidak menyambut.
Dinding dan penghalang meningkat di beberapa bagian dunia. Kadang-kadang tampak bahwa karya hening banyak pria dan wanita, yang menghabiskan diri mereka dalam cara yang berbeda untuk membantu dan menolong para pengungsi dan para migran, dibayangi oleh kebisingan orang lain yang memberikan suara kepada naluri egoisme. Tetapi ketertutupan bukanlah penyelesaian; melainkan ia berakhir dengan meningkatkan perdagangan kriminal. Satu-satunya jalan adalah jalan kesetiakawanan - kesetiakawanan dengan migran, kesetiakawanan dengan orang asing.
Komitmen Kristen di bidang ini hari ini sama mendesaknya dengan masa lalu. Melihat hanya pada abad terakhir, kita mengingat sosok Santa Fransiska Xaveria Cabrini, yang mengabdikan hidupnya, bersama-sama dengan para sejawatnya, bagi para migran di Amerika Serikat.
Hari ini kita juga membutuhkan kesaksian-kesaksian ini sehingga kerahiman dapat mencapai banyak orang yang membutuhkan. Inilah sebuah komitmen yang melibatkan semua orang; tidak ada yang dikecualikan. Keuskupan-keuskupan, paroki-paroki, lembaga-lembaga hidup bakti, lembaga-lembaga dan gerakan-gerakan, serta orang-orang Kristen secara pribadi, kita semua dipanggil untuk menerima saudara dan saudari yang melarikan diri dari perang, dari kelaparan, dari kekerasan dan dari kondisi kehidupan yang tak manusiawi.
Kita semua bersama-sama merupakan kekuatan besar dukungan bagi semua orang yang telah kehilangan tanah air, keluarga, pekerjaan dan martabat mereka.
Sebuah cerita kecil terjadi beberapa hari lalu di kota:
Seorang pengungsi sedang mencari-cari sebuah jalan dan seorang wanita mendekatinya serta berkata kepadanya :
"Maaf. Apakah Anda sedang mencari sesuatu?"
"Maaf. Apakah Anda sedang mencari sesuatu?"
Pengungsi itu tanpa sepatu. Dan ia berkata : "Saya ingin pergi ke Basilika Santo Petrus untuk memasuki pintu suci".
Dan wanita itu berpikir : "Tetapi ia tidak memiliki sepatu, bagaimana bisa ia berjalan?".
Dan ia memanggil sebuah taksi. Tetapi migran itu, pengungsi itu berbau dan sopir taksi hampir tidak menginginkannya masuk, namun pada akhirnya ia membiarkannya masuk ke taksi.
Dan, dalam rangkaian perjalanan, sang wanita, yang berada di sampingnya, bertanya kepadanya tentang kisahnya sebagai seorang pengungsi dan migran : <butuh> sepuluh menit untuk tiba di sini. Orang itu menceritakan kisah nestapa, kisah perang, kisah kelaparannya dan mengapa ia melarikan diri dari negaranya untuk bermigrasi di sini.
Ketika mereka tiba, sang wanita membuka dompetnya untuk membayar sopir taksi dan sopir, yang pada awalnya tidak menginginkan orang yang bermigrasi tersebut masuk karena ia berbau, berkata kepada sang wanita :
"Tidak, nyonya, saya harus membayar Anda karena Anda membuat saya mendengar cerita yang telah mengubah hati saya".
"Tidak, nyonya, saya harus membayar Anda karena Anda membuat saya mendengar cerita yang telah mengubah hati saya".
Wanita ini tahu rasa sakit seorang migran karena ia memiliki darah Armenia dan tahu penderitaan rakyatnya.
Ketika kita melakukan sesuatu seperti ini; awalnya kita menolak karena ia memberi kita beberapa gangguan, "tetapi ... ia berbau ...".
Tetapi pada akhirnya, kisah tersebut mengharumkan jiwa kita dan membuat kita berubah. Pikirkanlah cerita ini dan marilah kita memikirkan apa yang bisa kita lakukan untuk para pengungsi.
Dan hal lainnya adalah memberi pakaian kepada orang telanjang : apa artinya jika tidak untuk mengembalikan martabat orang yang telah kehilangannya?
Tentu saja, memberikan pakaian kepada orang-orang yang telanjang, tetapi kita memikirkan juga para perempuan korban perdagangan manusia yang tercampak di jalan-jalan, atau orang-orang lainnya, terlalu banyak cara menggunakan tubuh manusia sebagai barang dagangan, bahkan anak-anak di bawah umur.
Dan demikian juga, tidak memiliki pekerjaan, rumah, gaji yang persis merupakan bentuk ketelanjangan, atau didiskriminasikan oleh karena ras atau oleh karena iman - mereka semua merupakan bentuk "ketelanjangan", yang dalam menghadapinya sebagai orang-orang Kristen kita dipanggil berperhatian, waspada dan siap untuk bertindak.
Saudara dan saudari terkasih, marilah kita tidak jatuh ke dalam perangkap menarik ke dalam diri kita sendiri, acuh tak acuh terhadap kebutuhan saudara-saudara dan hanya peduli kepentingan kita.
Justru dalam ukuran yang di dalamnya kita membuka kepada orang lain agar hidup menjadi subur, masyarakat kembali memperoleh kedamaian dan pribadi-pribadi memulihkan martabat penuh mereka. Dan jangan melupakan wanita itu, jangan melupakan migran yang berbau itu dan jangan melupakan pengemudi yang jiwanya diubah oleh migran tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar