Ads 468x60px

Minggu, 22 Oktober 2017



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 22 Oktober 2017
Hari Minggu Biasa XXIX - Minggu Evangelisasi
Yesaya (45:1.4-6)
(Mzm 96:1.3.4.5.7-8.9-10)
1 Tesalonika (1:1-5b)
Matius (22:15-21)
"Iustitia - Keadilan"
Inilah salah satu point pokok yang diberikanNya ketika menjawab "jebakan" para kaum Farisi & Herodian seputar aturan membayar pajak: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (Mat 22:21).
Sebenarnya, "diskursus" antara Yesus & para musuhnya (Farisi & Herodian) ini sungguh tidak adil, tidak ber-"lustitia" dengan beberapa alasan, antara lain:
1. Satu VS Banyak :
"Pertempuran" ini bukan 1 lawan 1, tapi Yesus seorang diri melawan banyak orang (ahli taurat, para tetua, kaum Farisi, Saduki & kelompok Herodian)
2. Muda VS Tua :
Yesus masih berumur 33 tahun melawan para lawannya yang sudah berumur lebih tua dan lebih "berpengalaman".
3. Tanpa sekutu VS banyak sekutu:
Yesus tidak membiarkan para muridNya ikut tapi orang Farisi menyuruh murid muridNya ikut menjeratNya.
Sebenarnya yang terjadi dalam kisah Injil pada hari ini adalah hal yang biasa, sebuah kebiasaan Yahudi di mana dua "GURU/RABBI dari kelompok yang berbeda saling mengajukan pertanyaan mengenai ilmu agama, saling berdebat & berdiskusi. Biasanya diadakan di Bait Allah/gerbang kota, supaya disaksikan banyak orang.
Yang luar biasa adalah cara Yesus mengatasi "jebakan" para musuhNya. Dilukiskan, para musuhNya pertama-tama berunding/bersekongkol untuk menjeratNya , lalu dengan hati licik cerdik hendak menjebak Yesus dengan pertanyaan dilematis.
Yesus sendiri tidak terpancing/terprovokasi. Ia tetap "3C", "Cool Calm Controlled." JawabanNya tidak mengandung sinisme & sarkasme, karna Yesus benar-benar bisa mengambil jarak, ikut tapi tidak hanyut larut, terlibat tapi tidak terlipat.
Hal ini sangat terasa dalam jawaban Yesus yang tetap menempatkan Allah di atas segalanya secara kontekstual. Ia tidak membalas yang jahat dengan yang jahat, tapi dengan sikap yang "3C" tadi, ia ber-"aletheia", menyingkapkan selubung kelicikan hati para musuhNya. Sudahkah kita juga memiliki pola "3C"?
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Kutipan Teks Misa:
"Kita dapat berbicara tentang hal-hal yang mempersatukan kita, namun tidak dapat berkompromi terhadap integritas iman Katolik, baik dogma maupun doktrin yang berakar pada Alkitab, Tradisi Suci dan Magisterium Gereja, yang dapat ditelusuri dari perkembangan doktrin." (Paus Paulus VI, Ensiklik Ecclesiam Suam, No. 109)
Antifon Pembuka (Mzm 17:6.8)
Aku berseru kepada-Mu, sebab Engkau mendengarkan daku, ya Allah. Sendengkanlah telinga-Mu kepadaku, dengarkanlah kata-kataku. Jagalah aku bagaikan biji mata, sembunyikanlah aku dalam naungan sayap-Mu.
To you I call; for you will surely heed me, O God; turn your ear to me; hear my words. Guard me as the apple of your eye; in the shadow of your wings protect me.
Ego clamavi, quoniam exaudisti me, Deus: inclina aurem tuam, et exaudi verba mea: custodi me, Domine, ut pupilam oculi: sub umbra alarum tuarum protege me.
Doa Pembuka
Allah yang kekal dan kuasa, ciptakanlah dalam diri kami hati yang tulus dan setia agar kami mampu melayani Engkau, ya Allah yang Maha agung, dengan penuh bakti dan kasih. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (45:1.4-6)
"Aku memegang tangan kanan Koresh supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya."
Beginilah firman Tuhan, "Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang untuk menundukkan bangsa-bangsa di depannya dan melucuti raja-raja; untuk membuka pintu-pintu di depannya, supaya pintu-pintu gerbang tidak tinggal tertutup: Demi hamba-Ku Yakub, dan demi Israel pilihan-Ku, maka Aku memanggil engkau dengan namamu, dan menggelari engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku. Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain; kecuali Aku tidak ada Allah. Aku telah mempersenjatai engkau, sekalipun engkau tidak mengenal Aku, supaya dari terbitnya matahari sampai terbenamnya orang tahu bahwa tidak ada yang lain di luar Aku; Akulah Tuhan dan tidak ada yang lain."
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = a, 2/2, PS 863
Ref. Pujilah Tuhan, hai umat Allah, Pujilah Tuhan, hai umat Allah.
Ayat.
(Mzm 96:1.3.4.5.7-8.9-10)
1. Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, menyanyilah bagi Tuhan, hai seluruh bumi! Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa kisahkanlah karya-karya-Nya yang ajaib di antara segala suku.
2. Sebab mahabesarlah Tuhan, dan sangat terpuji, Ia lebih dahsyat daripada segala dewata. Sebab segala allah para bangsa adalah hampa, tetapi Tuhan, Dialah yang menjadikan langit.
3. Kepada Tuhan, hai suku-suku bangsa, kepada Tuhan sajalah kemuliaan dan kekuatan! Berikanlah kepada Tuhan kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya.
4. Sujudlah menyembah kepada Tuhan dengan berhiaskan kekudusan, gemetarlah di hadapan-Nya, hai seluruh bumi! Katakanlah di antara bangsa-bangsa, "Tuhan itu Raja! Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di
Tesalonika (1:1-5b)
"Kami selalu ingat akan amal imanmu, akan usaha kasihmu, dan ketekunan harapanmu."
Salam dari Paulus, Silwanus, dan Timotius, kepada jemaat orang-orang Tesalonika yang ada dalam Allah Bapa dan dalam Tuhan Yesus Kristus. Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu. Kami selalu mengucap syukur kepada Allah karena kamu semua dan menyebut kamu dalam doa kami. Sebab kami selalu teringat akan amal imanmu, akan usaha kasihmu dan ketekunan harapanmu kepada Tuhan kita Yesus Kristus di hadapan Allah dan Bapa kita. Saudara-saudara yang dikasihi Allah, kami tahu bahwa Allah telah memilih kamu. Sebab Injil yang kami beritakan disamapaikan kepada kamu bukan dengan kata-kata saja, melainkan juga dengan kekuatan dalam Roh Kudus dan kepastian yang kokoh.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = d, 2/4, PS 961
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Flp 2:15-16)
Hendaklah kamu bersinar di dunia seperti bintang-bintang sambil berpegang pada sabda kehidupan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (22:15-21)
"Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Sekali peristiwa orang-orang Farisi berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan. Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama orang-orang Herodian bertanya kepada Yesus, "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur, dan dengan jujur mengajarkan jalan Allah, dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka. Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?" Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka. Maka Ia lalu berkata, "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik? Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu!" Mereka membawa suatu dinar kepada Yesus. Maka Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?" Jawab mereka, "Gambar dan tulisan kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka, "Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar, dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
"Kita harus merangkul/dekat dan ramah kepada semua manusia; tapi apa yang datang dari musuh tidak bisa dan tidak boleh bergabung. Anda tidak dapat menggabungkan Kristus dan Belial (pangeran kegelapan)!" (Kardinal Robert Sarah, Prefek Kongregasi Ibadat Ilahi dan Tata-tertib Sakramen)
Antifon Komuni (Mzm 33:18-19)
Mata Tuhan tertuju kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang mengharapkan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan.
Behold, the eyes of the Lord are on those who fear him, who hope in his merciful love, to rescue their souls from death, to keep them alive in famine.
Atau (Mrk 10:45)
Anak Manusia datang untuk memberikan nyawa-Nya memnjadi tebusan bagi banyak orang.
The Son of Man has come to give his life as a ransom for many.
B.
ULASAN EKSEGETIS BACAAN KITAB SUCI HARI MINGGU BIASA XXIX TAHUN A : MEMBAYAR PAJAK KEPADA KAISAR?
Rekan-rekan yang budiman!
Satu ketika Yesus dimintai pendapat tentang membayar pajak kepada Kaisar: apakah hal ini diperbolehkan (Mat 22:15-21). Bila mengatakan boleh maka ia akan menyalahi rasa kebangsaan. Tetapi bila mengatakan tidak, ia pun akan berhadapan dengan penguasa Romawi yang waktu itu mengatur negeri orang Yahudi. Para pengikut Yesus kerap dihadapkan ke masalah seperti itu.
Ada dua macam rumusan. Yang pertama terlalu menyederhanakan perkaranya, dan bisanya berbunyi demikian: “Bolehkah mengakui dan hidup menurut kelembagaan duniawi?” Gagasan ini kurang membantu. Kalau bilang “ya” maka bisa dipersoalkan, lho kan orang beriman mesti hidup dari dan bagi Kerajaan Surga seutuhnya. Kalau bilang “tidak”, apa maksudnya akan mengadakan pemerintahan ilahi di muka bumi? Pertanyaan ini sama dengan jerat yang diungkapkan murid-murid kaum Farisi. Untunglah, ada pertanyaan yang lebih cocok dengan inti Injil hari ini: Bagaimana Yesus sang pembawa warta Kerajaan Surga melihat kehidupan di dunia ini? Ia memakai pendekatan frontal? Atau pendekatan kerja sama? Apa yang dapat dipetik dari cara pandangnya?
Sebuah Diskusi
Menurut kebiasaan kaum terpelajar Yahudi pada zaman Yesus, sebelum menanggapi pertanyaan yang rumit, orang berhak mengajukan sebuah pertanyaan guna menjernihkan perkaranya terlebih dahulu. Lihat misalnya pertanyaan dalam Mat 21:23-25 mengenai asal kuasa Yesus. Dalam perbincangan mengenai boleh tidaknya membayar pajak kepada Kaisar, Yesus mengajak lawan bicaranya memasuki persoalan yang sesungguhnya. Demikian maka ia meminta mereka menunjukkan mata uang pembayar pajak dan bertanya gambar siapa tertera di situ. Mereka tidak dapat menyangkal bahwa itu gambar Kaisar. Yesus pun menyudahi pembicaraan dengan mengatakan, “Berikanlah kepada Kaisar yang wajib kalian berikan kepada Kaisar dan kepada Allah yang wajib kalian berikan kepada Allah!” Dengan jawaban ini ia membuat mereka memikirkan sikap mereka sendiri baik terhadap “urusan kaisar” maupun keprihatinan mereka mengenai “urusan Allah” dan sekaligus menghindari jerat yang dipasang lawan-lawannya. Bagaimana penjelasannya?
Perpajakan
Kaum Farisi memang bermaksud menjerat Yesus. Mereka menyuruh murid-murid mereka datang kepadanya bersama dengan para pendukung Herodes. Kedua kelompok ini sebetulnya memiliki pandangan yang bertolak belakang. Orang-orang Farisi secara prinsip tidak mengakui hak pemerintah Romawi memungut pajak yang dikenal sebagai pajak “kensos”, yakni pajak bagi penduduk, praktisnya sama dengan pajak hak milik tanah. Inilah pajak yang dibicarakan dalam petikan ini. Tidak dibicarakan pajak pendapatan. Mereka yang warga Romawi tidak dikenai pajak penduduk, tapi mereka diwajibkan membayar pajak pendapatan kepada pemerintah. Orang Yahudi yang bukan warga Romawi diharuskan membayar pajak penduduk. Maklumlah, seluruh negeri telah diserap ke dalam kedaulatan Romawi. Pemerintah Romawi tidak memungut pajak pendapatan orang Yahudi bukan warga Romawi. Tapi aturan agama juga mewajibkan mereka membayar pajak pendapatan dan hasil bumi yang dikenal dengan nama “persepuluhan” kepada lembaga agama. Disebut pajak Bait Allah. Kepengurusan Bait Allah akan mengatur pemakaian dana tadi bagi pemeliharaan tempat ibadat, menghidupi yatim piatu, janda, kaum terlantar serta keperluan sosial lain. Jadi orang Yahudi yang bukan warga Romawi yang memiliki tanah dan berpendapatan wajib membayar pajak ganda: kepada pemerintah Romawi (pajak tanah), dankepada lembaga agama Yahudi sendiri (pajak persepuluhan).
Masalah
Bagi orang Farisi, membayar pajak penduduk berarti mengakui kekuasaan Romawi atas tanah suci. Padahal dalam keyakinan mereka, tanah itu milik turun temurun yang diberikan Allah, dan tak boleh diganggu gugat, apalagi dipajak. Maka pungutan pajak penduduk dirasakan sebagai perkara yang amat melawan ajaran agama leluhur. Para penarik pajak yang orang Yahudi dipandang sebagai kaum murtad dan melawan inti keyahudian sendiri. Mereka itu dianggap pendosa, sama seperti perempuan yang tidak setia.
Bagaimana sikap para pendukung Herodes? Yang dimaksud ialah Herodes Antipas, penguasa wilayah Galilea di bagian utara tanah suci. Pemerintah Romawi meresmikannya sebagai penguasa “pribumi” dan memberi wewenang dalam urusan sipil dan militer di wilayahnya. Tetapi di Yerusalem dan Yudea wewenang dipegang langsung oleh perwakilan Romawi, waktu itu Ponsius Pilatus. Herodes mengikuti politik Romawi dan merasa berhak menarik pajak penduduk di wilayahnya. Mereka yang disebut kaum pendukung Herodes dalam Mat 21:16 itu sebetulnya bukan mereka yang tinggal di Galilea, melainkan orang Yerusalem dan Yudea pada umumnya yang menginginkan otonomi “pribumi” seperti Herodes di utara. Mereka memperjuangkan pajak penduduk – pajak yang dibicarakan dalam petikan ini – tetapi bukan bagi pemerintah Romawi, melainkan bagi kas kegiatan politik mereka di Yudea dan Yerusalem. Jadi mereka berbeda paham dengan orang Farisi yang menganggap penarikan pajak penduduk dalam bentuk apa saja oleh siapa saja tidak sah dan melawan ajaran agama.
Bila Yesus menyetujui pembayaran pajak penduduk yang diklaim penguasa Romawi, ia akan berhadapan dengan mereka yang bersikap nasionalis dan akan dianggap meremehkan pandangan teologis bahwa tanah suci ialah hak yang langsung diberikan oleh Allah. Dan orang Farisi bisa memakainya untuk mengobarkan rasa tidak suka kepada Yesus. Tetapi bila ia mengatakan jangan, maka ia akan bermusuhan dengan para pendukung Herodes yang dibawa serta orang Farisi dan sekaligus melawan politik Romawi. Jawaban apapun akan membuat Yesus mendapat lawan-lawan baru. Memang itulah yang diinginkan oleh orang Farisi.
Pemecahan Masalah
Ketika mengatakan berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib diberikan kepada Kaisar sebetulnya Yesus mengajak lawan bicaranya memikirkan keadaan mereka sendiri, yakni dibawahkan pada kuasa Romawi. Jelas kaum Farisi dan para pendukung Herodes hendak menyangkalnya, tapi dengan alasan yang berbeda. Kaum Farisi menolak dengan alasan agama, sedangkan kaum pendukung dengan alasan kepentingan politik mereka sendiri. Di sini ada titik temu dengan permasalahan yang kadang-kadang dihadapi para pengikut Yesus di manapun juga seperti disebut pada awal ulasan ini. Bukan dalam arti mengidentifikasi diri dengan pilihan orang-orang yang datang membawa masalah, melainkan belajar dari sikap Yesus dalam menghadapi persoalan tadi. Dengan mengatakan bahwa patutlah diberikan kepada Allah yang wajib diberikan kepada-Nya, Yesus hendak menekankan perlunya integritas batin. Bila kehidupan agama mereka utamakan, hendaklah mereka menjalankannya dengan lurus. Bila mau jujur, mereka mau tak mau akan memeriksa diri adakah mereka sungguh percaya atau sebetulnya mereka menomorsatukan kepentingan sendiri dengan memperalat agama.
Yesus juga membuat mereka yang datang kepadanya berpikir apakah ada pilihan lain selain memberikan kepada Kaisar yang menjadi haknya. Bila ya, coba mana? Ternyata keadaan mereka tak memungkinkan. Mereka tidak mencoba menemukan kemungkinan yang lain. Mereka telah menerima status quo dan tidak mengusahakan perbaikan kecuali dengan mengubahnya menjadi soal teologi. Padahal masalahnya terletak dalam kehidupan sehari-hari. Iman dan hukum agama mereka pakai sebagai dalih dan sebenarnya mereka permiskin. Yesus tidak mengikuti pemikiran yang sempit ini.
Pada akhir petikan disebutkan mereka “heran” mendengar jawaban tadi. Dalam dunia Perjanjian Lama, para musuh umat tak bisa berbuat banyak karena Allah sendiri melindungi umat-Nya dengan tindakan-tindakan ajaib. Para lawan itu tak berdaya dan bungkam mengakui kebesaran-Nya. Inilah makna “heran” tadi. Mereka kini terdiam mengakui kebijaksanaan Yesus dan mundur. Seperti penggoda di padang gurun yang terdiam dan mundur meninggalkannya.
Komunitas Orang Beriman
Ketika merumuskan pertanyaan mereka (Mat 21:16), murid-murid orang Farisi terlebih dahulu menyebut Yesus sebagai “orang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan tidak takut kepada siapa pun juga, sebab tidak mencari muka.” Dalam bahasa sekarang, Yesus itu dikenal sebagai orang yang punya prinsip serta hidup sesuai dengan prinsip tadi secara transparan . Bukannya demi meraih keuntungan dan menjaga kedudukan. Orang yang mencobainya sebetulnya sudah melihat arah pemecahan masalah, yakni sikapnya yang terarah pada kepentingan Allah. Pembicaraan selanjutnya menunjukkan bahwa sikap itu bukan sikap menutup diri terhadap urusan duniawi dan memusuhinya. Malah hidup dengan urusan duniawi itu juga menjadi cara untuk membuat kehidupan rohani lebih berarti. Itulah kebijaksanaan Yesus. Itulah yang dapat dikaji dan diikuti para pengikutnya.
Gagasan pokok yang ditampilkan dalam petikan di atas dapat menjadi arahan bagi Gereja. Apakah Gereja sebagai lembaga rohani yang ada di muka bumi ini menemukan perannya juga? Sebagai kelompok masyarakat agama, Gereja diharapkan dapat berdialog dengan kenyataan yang berubah-ubah dalam masyarakat luas tanpa memaksa-maksakan posisi dan pilihan-pilihan sendiri. Pada saat yang sama disadari juga betapa pentingnya menjalankan perutusannya sebagai komunitas orang-orang yang mau menghadirkan Allah, yang memungkinkan urusan-Nya berjalan sebaik-baiknya di bumi ini. Petikan di atas mengajak orang menumbuhkan kebijaksanaan hidup dan menepati perutusan tadi.
Pastor Agustinus Gianto, SJ
C.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS DALAM DOA MALAIKAT TUHAN 22 Oktober 2017 : KEWAJIBAN KEPADA ALLAH DAN KEWAJIBAN KEPADA KAISAR
Saudara dan saudari terkasih, selamat pagi!
Injil hari Minggu ini (Mat 22:15-21) memaparkan kepada kita sebuah temu muka baru antara Yesus dan lawan-lawan-Nya. Tema yang dibahas adalah penghormatan kepada Kaisar - sebuah pertanyaan "berduri", tentang absah atau tidaknya membayar pajak kepada Kekaisaran Romawi, yang menjajah Palestina pada zaman Yesus. Kedudukannya berbeda; maka pertanyaan yang ditujukan kepada-Nya oleh orang-orang Farisi : "Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?" (ayat 17) sebuah jebakan bagi Sang Guru. Sebenarnya, berdasarkan bagaimana Ia menjawab, Ia akan dipersalahkan karenanya atau melawan Romawi.
Tetapi, dalam kasus ini Yesus juga menjawab dengan tenang dan mengambil keuntungan dari pertanyaan jahat tersebut untuk memberikan sebuah pengajaran penting, yang timbul di atas perdebatan dan sisi yang berlawanan tersebut. Ia berkata kepada orang-orang Farisi, "Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu". Dan mereka membawa suatu dinar kepada-Nya, dan melihat dinar itu. Yesus bertanya kepada mereka, "Gambar dan tulisan siapakah ini?". Orang-orang Farisi hanya bisa menjawab : "Gambar dan tulisan Kaisar". Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (bdk. ayat 19-21). Di satu sisi, mengisyaratkan untuk mengembalikan kepada Kaisar apa yang menjadi miliknya, Yesus mengatakan bahwa membayar pajak bukanlah sebuah tindakan penyembahan berhala, tetapi sebuah tindakan berutang kepada penguasa duniawi; di sisi lain - dan di sinilah Yesus memberi "pukulan mendadak" - mengingat keutamaan Allah, Ia meminta agar Ia diberikan apa yang wajib dibayarkan kepada-Nya sebagai Penguasa kehidupan manusia dan sejarah.
Acuan kepada gambar Kaisar, yang terukir dalam suatu dinar, mengatakan bahwa memang benar merasa diri sungguh-sungguh - dengan hak dan kewajiban - warga negara, tetapi secara simbolis, Ia membuat kita memikirkan gambar lain yang tercetak di dalam setiap manusia : gambar Allah. Dialah Tuhan semua orang dan kita, yang telah diciptakan "menurut gambar-Nya", terutama menjadi milik-Nya. Dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada-Nya oleh orang-orang Farisi, Yesus mengajukan sebuah pertanyaan yang lebih radikal dan vital bagi kita masing-masing, sebuah pertanyaan yang dapat kita ajukan kepada diri kita sendiri : milik siapakah aku? Kepada keluarga, kepada kota, kepada teman-teman, kepada sekolah, kepada pekerjaan, kepada pelaku politik, kepada negara. Ya, tentu saja, tetapi terutama, Yesus mengingatkan kita, <kita> milik Allah. Inilah kepemilikan hakiki kita. Dialah yang telah memberi <kita> semua yang kita miliki dan yang telah kita miliki. Oleh karena itu, hari demi hari kita dapat dan harus menjalani hidup kita dalam pengakuan akan hal ini, kepemilikan hakiki kita, dan di dalam hati kita pengakuan akan Bapa kita, yang menciptakan kita masing-masing secara pribadi, tidak dapat diulang, namun selalu sesuai dengan gambar Yesus, Putra-Nya yang terkasih. Ini adalah sebuah misteri yang menakjubkan.
Orang kristiani dipanggil secara mewujud menjalankan kenyataan-kenyataan manusiawi dan sosial tanpa mempertentangkan "Allah" dan "Kaisar"; mempertentangkan Allah dan Kaisar akan menjadi sikap fundamentalis. Orang kristiani dipanggil untuk secara mewujud menjalankan kenyataan-kenyataan duniawi, namun menyinari kenyataan-kenyataan tersebut dengan Terang yang berasal dari Allah. Pemercayaan utama bagi Allah dan berharap kepada-Nya tidak menyiratkan sebuah pelarian diri dari kenyataan tetapi sebaliknya menyerahkan kepada Allah apa yang menjadi milik-Nya. Oleh karena inilah orang percaya memandang kenyataan masa depan, yaitu Allah, guna menjalani kehidupan duniawinya secara penuh dan menanggapi dengan berani tantangan-tantangannya.
Semoga Perawan Maria membantu kita untuk selalu hidup sesuai dengan gambar Allah yang kita miliki di dalam diri kita, juga memberikan kontribusi kita pada pembangunan kota duniawi.
[Setelah pendarasan doa Malaikat Tuhan]
Saudara dan saudari terkasih,
Kemarin di Barcelona, Matteo Casals, Teofilo Casajus, Fernando Saperas dan 106 rekan martir lainnya yang tergabung dalam Kongregasi Keagamaan Klaretian, dan terbunuh karena kebencian atas iman tersebut selama Perang Saudara Spanyol, dibeatifikasi. Semoga teladan heroik mereka dan pengantaraan mereka mendukung umat kristiani yang juga di zaman kita - dan sangat banyak - mengalami diskriminasi dan penganiayaan di berbagai belahan dunia.
Hari ini Hari Minggu Misi Sedunia diperingati dengan tema "Misi di Hati Gereja". Saya mendesak semua orang untuk menghidupi sukacita misi, memberi kesaksian Injil di lingkungan-lingkungan yang di dalamnya masing-masing orang tinggal dan berusaha. Kita dipanggil, pada saat bersamaan, untuk mendukung dengan kasih sayang, bantuan nyata dan doa para misionaris yang telah pergi untuk mewartakan Kristus kepada semua orang yang masih belum mengenal-Nya. Saya mengingatkan juga bahwa itu adalah intensi saya untuk mempromosikan Bulan Misioner Luar Biasa pada bulan Oktober 2019, guna memberi kekuatan semangat kegiatan penginjilan Gereja ad gentes. Pada hari peringatan liturgi Santo Yohanes Paulus II, Paus yang misioner, kita mempercayakan kepada pengantaraannya misi Gereja di dunia.
Saya meminta kalian untuk mempersatukan diri kalian dengan doa saya untuk perdamaian di dunia. Pada hari-hari ini saya mengikuti Kenya dengan perhatian khusus, yang saya kunjungi pada tahun 2015, dan yang untuk itulah saya berdoa agar seluruh negara tersebut mampu mengatasi kesulitan-kesulitan saat ini dalam suasana dialog yang membangun, memiliki di hati pengusahaan kebaikan bersama.
Dan sekarang saya menyapa kalian semua, para peziarah dari Italia dan dari berbagai negara. Khususnya, umat Luksemburg dan umat Ibiza, Gerakan Keluarga Hati Maria yang Tak Bernoda Brasil, dan Suster-Suster Bunda yang Tersuci Addolorata. Saya menyapa dan memberkati dengan kasih sayang komunitas Peru di Roma, yang berkumpul di sini dengan gambar suci Senor de los Milagros [Tuhan Mukjizat-mukjizat].
Saya menyapa kelompok-kelompok umat dari berbagai paroki di Italia, dan saya mendorong mereka untuk melanjutkan dengan sukacita perjalanan iman mereka.
Dan saya mengucapkan kepada semuanya selamat hari Minggu. Tolong, jangan lupa untuk mendoakan saya. Selamat makan siang dan selamat tinggal!
____

Tidak ada komentar:

Posting Komentar