Ads 468x60px

Senin, 23 Oktober 2017



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Senin, 23 Oktober 2017
Hari Biasa Pekan XXIX
Roma (4:20-25)
(Luk 1:69-70.71-72.73-75; Ul: 68)
Lukas (12:13-21)
“Emo ergo sum – Aku berbelanja maka aku ada”.
Berbelanja (shopping) agaknya telah menjadi ciri kebanyakan manusia yang hidup di zaman kontemporer dewasa ini –hingga ahirnya menciptakan konsumerisme dan materialisme padahal hari ini Yesus memperingatkan: “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan (“pleonexia”), sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari kekayaannya itu.”
Banyak dari kita ingin berjuang untuk menjadi kaya, entah kaya secara finansial, intelektual ataupun sosial.
Bagi saya sendiri, Yesus mengajak kita menjadi kaya bukan melulu kaya di hadapan dunia, tapi terlebih kaya di hadapan Allah.
Dalam "katekese abjad" khas para hikers, adapun kaya di hadapan Allah itu memiliki dua syarat, yakni: "KA-sihi Tuhan dan YA-kini iman."
De facto, nenjadi sebuah kecenderungan umum bahwa semua orang kaya diidentikkan dengan memiliki harta benda, tapi hari ini jika kita memenuhi dua syarat dasar orang "kaya", yakni: "KA-sihi Tuhan dan YA-kini iman", maka “harta benda” itu sesugguhnya memiliki arti imani, al:
1. HAR-apan:
Ciri orang “kaya” adalah hidupnya punyai harapan karena yakin bahwa Allah selalu menjadi “Immanuel”: menyertai kita di tengah ruwet renteng pergulat-geliatan dunia ini.
Kita diajak untuk terus berharap, jangan melulu berputus asa dan bermurung durja jika melihat diri lemah, tetapi sebaliknya kita justru berbangga dan tetap bersukacita karena pastilah Allah yang akan terus berkarya
2. cin-TA:
Bisa saja kita memberi tanpa mencintai, tapi mustahil mencintai tanpa memberi bukan? Orang yang benar benar “kaya” biasanya mudah untuk berbagi cinta kasih.
Di tengah dunia yang berpola “UUD – Ujung Ujungnya Duit”, Yesus mengajak kita untuk mau berbagi, karena semua ini adalah rahmatNya (gratia, grace: gratis), yang akan semakin bertambah jika kita bagikan dengan tulus kepada sesama.
Yakinlah bahwa tak seorang pun sia-sia di dunia ini, ketika ia meringankan beban kehidupan bagi orang lain. Bukankah sebuah lilin tak kehilangan apa pun dengan menyalakan lilin lain? Dengan memberi, bukan dengan menerima, kita bisa menjadi kaya!
Sebaliknya, sikap yang terpusat pada diri sendiri dan tak butuh berbuat apa-apa lagi kecuali memiliki, memiliki dan terus memiliki. Entah harta, entah pangkat, entah keahlian, malahan akan membuat kita tak berarti apa-apa.
3. ke-BEN-aran:
Salah satu universitas teratas sedunia adalah Harvard yang berlogo “Veritas”. Artinya adalah “Kebenaran”. Veritas ini secara utuh bisa ditemukan dalam diri Yesus (Yoh 14:6).
Dkl: orang yang “kaya” pasti memiliki veritas yang didapat dengan hidup beriman yang mendalam. Dalam kacamata iman kristiani, kita diajak untuk tidak menggantungkan diri pada harta duniawi, tetapi menggunakan harta duniawi sebagai sarana persembahan kepada Tuhan sang kebenaran. Dalan mata iman lebih lanjut, harta ialah berkat ilahi yang mesti dikembangkan seperti talenta dan tidak dipendam sendirian.
4. ke-DA-maian:
Orang yang benar benar “kaya” mudah memiliki kedamaian, karena hidupnya penuh dengan rasa yang positif dan hidup yang afektif.
Ia menyadari bahwa hidup hanyalah sementara dan ia menggunakan waktunya sebaik mungkin dengan kata dan sikap yang penuh kedamaian karena baginya, masalahnya bukan apakah kita akan mati, tetapi bagaimana cara kita hidup. Kedamaian membantu kita menemukan yang tak bakal bisa lenyap: harta di hadapan Allah karena harta benda dunia tak membuat seseorang otomatis menjadi kaya raya, bisa jadi itu hanya membuatnya lebih sibuk. Orang miskin kekurangan banyak tapi orang tamak kekurangan segalanya bukan?
“Mpok Alya suka cari galah - jadilah kaya di hadapan Allah!”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Kutipan Teks Misa:
Pope Francis' Morning Mass :
Greed is an "idolatry that kills," an idolatry that makes "human sacrifices." Wealth is meant to be shared.
Titik pusat Salam Maria adalah nama Yesus, ibarat sendi yang menghubungkan kedua bagian Salam Maria (Paus Yohanes Paulus II)
Antifon Pembuka (bdk Rm 4:21-22)
Abraham penuh keyakinan bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Maka hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami di surga, sumber sukacita, bangunlah kiranya kami menjadi Gereja, yang didasari batu sendi sejati, ialah Yesus Kristus. Semoga kami Kaupenuhi pula dengan sukacita, karena diperkenankan mengimani Engkau. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Roma (4:20-25)
"Kita pun dibenarkan karena mengimani Allah."
Saudara-saudara, terhadap janji Allah Abraham tidak bimbang karena kurang percaya, tetapi sebaliknya, ia malahan diperkuat dalam imannya dan memuliakan Allah. Ia yakin penuh bahwa Allah berkuasa melaksanakan apa yang telah dijanjikan-Nya. Maka hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran. Kata-kata ‘hal ini diperhitungkan kepadanya’ tidak ditulis untuk Abraham saja, tetapi untuk kita juga, sebab kepada kita pun Allah memperhitungkannya, karena kita percaya kepada Dia, yang telah membangkitkan Yesus, Tuhan kita, dari antara orang mati, yaitu Yesus yang telah diserahkan karena pelanggaran kita, dan dibangkitkan demi pembenaran kita.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia mengunjungi umat-Nya.
Ayat. (Luk 1:69-70.71-72.73-75; Ul: 68)
1. Tuhan telah mengangkat bagi kita seorang penyelamat yang gagah perkasa, putera Daud, hamba-Nya. Seperti dijanjikan-Nya dari sediakala dengan perantaraan para nabi-Nya yang kudus.
2. Untuk menyelamatkan kita dari musuh-musuh kita, dan dari tangan semua lawan yang membenci kita. Untuk menunjukkan rahmat-Nya kepada leluhur kita dan mengindahkan perjanjian-Nya yang kudus.
3. Sebab Ia telah bersumpah kepada Abraham, bapa kita, akan membebaskan kita dari tangan musuh, agar kita dapat mengabdi kepada-Nya tanpa takut, dan berlaku kudus dan jujur di hadapan-Nya seumur hidup kita.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (Mat 5:3)
Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (12:13-21)
"Bagi siapakah nanti harta yang telah kau sediakan itu?"
Sekali peristiwa Yesus mengajar banyak orang. Salah seorang dari mereka berkata kepada Yesus, “Guru, katakanlah kepada saudaraku, supaya ia berbagi warisan dengan daku.” Tetapi Yesus menjawab, “Saudara, siapa yang mengangkat Aku menjadi hakim atau penengah bagimu?” Kata Yesus kepada orang banyak itu, “Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan! Sebab walaupun seseorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidak tergantung dari kekayaannya itu.” Kemudian Ia menceritakan kepada mereka perumpamaan berikut, “Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya, ‘Apakah yang harus kuperbuat, sebab aku tidak punya tempat untuk menyimpan segala hasil tanahku’. Lalu katanya, ‘Inilah yang akan kuperbuat: Aku akan merombak lumbung-lumbungku, lalu mendirikan yang lebih besar, dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum serta barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya. Beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah!’ Tetapi Allah bersabda kepadanya, ‘Hai orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu. Bagi siapakah nanti apa yang telah kausediakan itu?’ Demikianlah jadinya dengan orang yang menimbun harta bagi dirinya sendiri, tetapi ia tidak kaya di hadapan Allah.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Antifon Komuni (Luk 1:68)
Terpujilah Tuhan, Allah Israel, sebab Ia telah mengunjungi dan membebaskan umat-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar