Ads 468x60px

HOMILI PAUS FRANSISKUS : "ORANG KRISTEN MENYERTAKAN, ORANG FARISI MENGUCILKAN."




HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
HOMILI PAUS FRANSISKUS :
"ORANG KRISTEN MENYERTAKAN, ORANG FARISI MENGUCILKAN."
Bacaan Ekaristi :
Rm 14:7-12;
Luk 15:1-10
Orang Kristen menyertakan, ia tidak menutup pintu terhadap siapa pun, bahkan jika hal ini memancing perlawanan. Orang yang mengucilkan, karena ia mempercayai dirinya lebih baik, melahirkan perseteruan dan perpecahan, dan tidak mempertimbangkan fakta bahwa "kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah". Itulah pesan Paus Fransiskus dalam homilinya di Casa Santa Marta, Vatikan.
Dalam surat kepada jemaat di Roma, Santo Paulus mendorong kita untuk tidak menghakimi dan tidak membenci saudara-saudara kita, karena, Paus Fransiskus mengatakan, hal ini menyebabkan pengucilan mereka dari "kelompok kecil kita", pilih-pilih, dan ini bukan orang Kristen". Kristus, pada kenyataannya, "dengan pengorbanan-Nya di Kalvari" menyatukan dan menyertakan "semua orang dalam keselamatan". Dalam Injil, para pemungut cukai dan orang-orang berdosa mendekat kepada Yesus - "yaitu, orang-orang yang terkucil, semua orang yang berada di luar", - serta "orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat mengeluh":
"Sikap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi adalah sama, mereka mengucilkan. [Mereka mengatakan,] Kami sempurna, kámi mengikuti hukum. Orang-orang ini berdosa, mereka para pemungut'; dan sikap Yesus adalah menyertakan. Ada dua jalan dalam kehidupan: jalan pengucilan orang-orang dari komunitas kita dan jalan penyertaan. Jalan yang pertama bisa sedikit tetapi merupakan akar dari semua perang : semua bencana, semua perang, dimulai dengan sebuah pengucilan. Orang terkucil dari masyarakat internasional, tetapi juga dari keluarga-keluarga, dari teman-teman - Ada berapa banyak pertarungan! - dan jalan yang membuat kita melihat Yesus dan mengajarkan kita tentang Yesus adalah hal lain, hal ini bertentangan dengan orang lain : menyertakan".
"Tidaklah mudah menyertakan orang-orang", kata Paus Fransiskus, "karena ada perlawanan, ada sikap pilih-pilih". Karena alasan ini, Yesus mengatakan dua perumpamaan : perumpamaan tentang domba yang hilang, dan perumpamaan tentang wanita serta dirham yang hilang. Baik gembala maupun wanita sudi melakukan apa pun untuk menemukan milik mereka yang telah hilang, dan ketika mereka menemukannya, mereka penuh sukacita:
"Mereka penuh sukacita karena mereka telah menemukan apa yang hilang dan mereka pergi ke para tetangga mereka, teman-teman mereka, karena mereka begitu bahagia: 'Aku menemukan, aku disertakan'. Ini adalah ''penyertaan' Allah, melawan pengucilan orang-orang yang menghakimi, yang mengusir rakyat, orang-orang : 'Tidak, tidak untuk ini, tidak untuk itu, tidak untuk itu ...'; dan sedikit dari lingkaran teman-teman dibuat, yang merupakan lingkungan mereka. Ini adalah sebuah dialektika antara pengucilan dan penyertaan. Allah telah menyertakan kita semua dalam keselamatan, semuanya! Ini adalah permulaan. Kita dengan kelemahan-kelemahan kita, dengan dosa-dosa kita, dengan kedengkian, kecemburuan kita, kita semua memiliki sikap mengucilkan ini yang - sebagaimana saya katakan - bisa berakhir dengan peperangan".
Yesus, Paus Fransiskus mengatakan, bertindak seperti Bapa-Nya, yang mengutus-Nya untuk menyelamatkan kita; "Ia berusaha menyertakan kita", "menjadi sebuah keluarga".
"Kita sedikit berpikir, dan setidaknya - setidaknya! - kita melakukan sedikit bagian kita, kita tidak pernah menghakimi : 'Tetapi yang satu ini telah bertindak dengan cara ini ....'. Tetapi Allah tahu : itu adalah hidupnya, tetapi aku tidak mengucilkan dia dari hatiku, dari doaku, dari ucapanku, dari senyumanku, dan jika kesempatan muncul aku mengatakan sebuah kata yang baik baginya. Jangan pernah mengucilkan, kita tidak punya hak! Dan bagaimana Paulus mengakhiri suratnya : 'Kita semua harus menghadap takhta pengadilan Allah. . . kemudian kita masing-masing akan memberi pertanggungjawaban tentang diri kita kepada Allah'. Jika aku mengucilkan suatu hari aku akan berdiri di hadapan takhta pengadilan Allah ... kemudian kita masing-masing harus memberikan pertanggungjawaban dirinya kepada Allah. Marilah kita memohon rahmat untuk menjadi pria dan wanita yang selalu menyertakan, selalu, selalu! dalam ukuran kehati-hatian yang sehat, tetapi selalu. Tidak menutup pintu untuk siapa pun, selalu dengan hati yang terbuka : 'itu menyenangkan aku, itu tidak menyenangkan aku', tetapi hati terbuka. Semoga Tuhan memberikan kita rahmat ini".
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
HOMILI PAUS FRANSISKUS :
"GEREJA DIPANGGIL UNTUK MELAYANI, BUKAN UNTUK DILAYANI"
Bacaan Ekaristi :
Rm 15:14-21;
Luk 16:1-8
Gereja dipanggil untuk melayani, bukan semata-mata berkaitan dengan urusan bisnis; dan bahwa para uskup dan para imam harus mengatasi godaan menjalani "kehidupan ganda". Itulah yang dikatakan Paus Fransiskus dalam homilinya di Casa Santa Marta, Vatikan. Beliau memperingatkan, juga, tentang "para pencari kedudukan", mereka yang melekat pada uang.
Paus Fransiskus mengembangkan homilinya berdasarkan dua sosok hamba yang disajikan dalam Bacaan-bacaan liturgi hari itu. Pertama, beliau menyajikan sosok Santo Paulus "yang telah menyerahkan diri sepenuhnya untuk melayani, selalu" sehingga ia berakhir di Roma dikhianati oleh orang-orang yang dekat dengannya, dan "dihakimi". Darimana kebesaran para Rasul ini berasal?, tanya Paus Fransiskus. Itu datang dari Yesus Kristus, dan Santo Paulus "bangga melayani Dia, terpilih, memiliki kekuatan Roh Kudus".
Ia adalah hamba yang melayani, Paus Fransiskus mengatakan, "ia melayani, meletakkan dasar, yaitu, memberitakan Yesus Kristus" dan "ia tidak pernah berhenti mengambil keuntungan dari kedudukannya, dari kekuasaannya, dari dilayani. Ia adalah seorang pelayan, seorang hamba untuk melayani, bukan untuk dilayani".
"Saya memberitahu kalian berapa banyak sukacita yang saya miliki", kata Paus Fransiskus, "apa yang menggerakkan saya, ketika dalam Misa ini beberapa imam datang dan menyapa saya : 'Ya Bapa, aku telah datang ke sini mendapati umat milikmu, karena selama empat puluh tahun saya telah seorang misionaris di daerah Amazon'. Atau seorang suster yang mengatakan, 'Tidak, aku telah bekerja selama tiga puluh tahun di sebuah rumah sakit di Afrika'. Atau ketika saya menemukan 'seorang suster yang selama tiga puluh, empat puluh tahun sedang bekerja di jawatan dari suatu rumah sakit dengan orang-orang cacat, selalu tersenyum. Ini disebut 'melayani', ini adalah sukacita Gereja : pergi ke luar kepada orang lain, selalu; pergi ke luar kepada orang lain dan memberi kehidupan. Ini adalah apa yang dilakukan Paulus: melayani".
Dalam Injil, Paus Fransiskus mengatakan, Tuhan menunjukkan kepada kita sosok hamba lain, "yang alih-alih melayani orang lain dilayani oleh mereka". Beliau melanjutkan, "Kita telah membaca apa yang dilakukan hamba ini, bagaimana ia bertindak dengan kecerdikan, agar tetap berada di kedudukannya".
"Dalam Gereja, juga, ada jenis-jenis orang-orang ini, yang alih-alih melayani, memikirkan orang lain, dari meletakkan dasar-dasar, dilayani oleh Gereja : 'para pencari kedudukan', mereka yang melekat pada uang. Dan berapa banyak imam dan uskup seperti ini telah kita lihat? Sangat menyedihkan membicarakannya, bukan? Sifat radikal Injil, sifat radikal panggilan Yesus Kristus : melayani, berada dalam pelayanan [orang lain], tidak berhenti pada diri sendiri, selalu pergi keluar kepada orang lain, melupakan dirinya. Dan kenyamanan keadaan tersebut : aku telah mencapai suatu keadaan tertentu dan aku hidup secara nyaman, tanpa ketulusan hati, seperti orang-orang Farisi yang dibicarakan Yesus itu, yang pergi ke alun-alun umum untuk dilihat oleh orang lain".
Paus Fransiskus menggambarkan "dua sosok orang Kristen, dua sosok imam, dua sosok suster". Dan Yesus, beliau berkata, "membuat kita melihat model ini dalam diri Paulus, Gereja yang tidak pernah berhenti ini" yang "selalu berjalan ke depan dan menunjukkan kepada kita jalan tersebut".
"Sebaliknya, ketika Gereja suam-suam kuku, tertutup pada dirinya sendiri, seperti pebisnis, ia tidak dapat dikatakan sebagai sebuah Gereja yang melayani, yang berada pada pelayanan [orang lain], melainkan [ia harus dikatakan] yang memanfaatkan orang lain . Semoga Tuhan memberi kita rahmat yang Ia berikan kepada Paulus, titik kebanggaan selalu berjalan ke depan itu, selalu, menyangkal, lagi dan lagi, kenyamanannya sendiri; dan semoga Ia menyelamatkan kita dari godaan-godaan, dari godaan-godaan itu yang pada dasarnya adalah godaan-godaan kepada sebuah kehidupan ganda : aku memandang diriku sebagai seorang pelayan, yaitu, sebagai orang yang melayani, tetapi pada dasarnya aku dilayani oleh orang lain".
B.
"Si vis pacem para pacem - Jika ingin damai, bersiaplah untuk perdamaian."
Hari ini, Yesus mengajak kita untuk belajar menjadi "pahlawan" dengan beberapa pilar dasar yang penuh kedamaian, antara lain:
1.Menginsani.
Kita diajak menjadi orang beriman yang insani, yang selalu menjaga mulut dan perut, perkataan dan perbuatan agar tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain sekaligus berani menegur sesama yang khilaf, tidak menyudutkan tapi memberi masukan, tidak menghakimi tapi memahami dengan nada dasar kasih persaudaraan ("correctio fraterna").
2.Mengampuni.
Kita harus rela untuk terus memberi kesempatan/pengampunan jikalau orang yang bersalah itu benar-benar bertobat.
Adapun pernyataanNya mengenai mengampuni "tujuh kali sehari" tidak dimaksudkan untuk membiarkan dosa yang terbiasa selalu dilakukan. Ia juga tidak bermaksud bahwa kita harus membiarkan seseorang untuk "menganiaya" selama waktu yang tidak terbatas.
Sebaliknya, Ia mengajarkan bahwa kita harus merawat dan memelihara suatu sikap yang selalu siap sedia untuk memberkati dan mengampuni.
3.Mengimani.
Kita diajak percaya total kepadaNya ibarat biji sesawi. Biji sesawi sendiri merupakan biji terkecil yang dikenal oleh para petani disana. Menanam pohon sesawi ini di dalam laut tampaknya fantastis, tetapi Yesus berusaha untuk menunjukkan kepada kita bahwa keberimanan tidak mengenal kata mustahil:
JANGAN TAKUT - PERCAYA SAJA!
"Dari Sungai Bengawan ke kota Padang - Jadilah pahlawan dan bukan pecundang!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar