HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
HARAPAN IMAN KASIH.
"HAPPY BIRTHDAY"
("PASTOR") MARTIN LUTHER. OSA
10 NOV 1483
("PASTOR") MARTIN LUTHER. OSA
10 NOV 1483
Dilahirkan pada 10 November 1483 dalam sebuah keluarga petani di Eisleben, Thuringen, Jerman, Luther beroleh nama Martinus (St Martinus dari Tours) pada 11 November 1483 ketika dibaptiskan. Ayahnya bernama Hans Luther dan ibunya bernama Margaretta. Keluarga Luther adalah keluarga yang saleh seperti biasanya golongan petani di Jerman.
Luther mendapatkan pendidikan dasarnya di Mansfeld, sebuah kota di mana ayahnya terpilih sebagai anggota Dewan Kota Mansfeld, setelah pindah ke sana pada 1484. Pendidikan menengah dikecapnya di Magdeburg di sebuah sekolah yang diasuh oleh "saudara-saudara yang hidup rukun" (Broederschap des gemenen levens).
Pada tahun 1501 Luther memasuki Universitas Erfurt, suatu universitas terbaik di Jerman pada masa itu. Di sini ia belajar filsafat terutama Filsafat Nominalis Occam dan teologi skolastik, serta untuk pertama kalinya Luther membaca Alkitab Perjanjian Lama yang ditemukannya dalam perpustakaan universitas tersebut. Orang tuanya menyekolahkan Luther di sekolah ini untuk persiapan memasuki fakultas hukum. Mereka menginginkan agar anak mereka menjadi seorang ahli hukum.
Pada tahun 1505 Luther menyelesaikan studi persiapannya dan sekarang ia boleh memasuki pendidikan ilmu hukumnya. Namun, pada 2 Juni 1505 terjadi suatu peristiwa yang membelokkkan seluruh kehidupannya.
Dalam perjalanan pulang dari Mansfeld ke Erfurt tiba-tiba turun hujan lebat yang disertai dengan guntur dan kilat yang hebat. Luther sangat ketakutan. Ia merebahkan dirinya ke tanah sambil memohon keselamatan dari bahaya kilat.
Luther berdoa kepada Santa Anna, yaitu orang kudus yang dipercayai sebagai pelindung dari bahaya kilat sebagai berikut: "Santa Anna yang baik, tolonglah aku! Aku mau menjadi biarawan."
Pada 16 Juli 1505 ia memasuki biara Serikat Eremit Augustinus di Erfurt dengan diiringi oleh sahabat-sahabatnya. Orang tuanya tidak turut mengantarkannya karena mereka tidak menyetujui keputusan Luther tersebut.
Luther berusaha untuk memenuhi peraturan-peraturan biara melebihi para biarawan lainnya. Ia banyak berpuasa, berdoa, dan menyiksa diri sehingga terlihat paling saleh dan rajin di antara semua para biarawan. Ia mengaku dosanya di hadapan imam setidaknya sekali seminggu.
Dalam setiap ibadah doa, Luther mengucapkan 27 kali doa Bapa Kami dan Ave Maria. Luther membaca Alkitab dengan rajin dan teliti. Semua itu diperbuatnya untuk mencapai kepastian tentang keselamatannya. Sebenarnya, Luther mempunyai pergumulan yang berat, yaitu bagaimana memperoleh seorang Allah yang berbelas kasih. Gereja mengajarkan bahwa Allah adalah seorang hakim yang akan menghukum orang yang tidak benar dan melepaskan orang yang benar. Luther merasa ia tidak mungkin menjadi orang yang benar. Ia pasti mendapat hukuman dari Allah yang akan bertindak sebagai hakim itu.
Meski telah menjadi biarawan pergumulan rohani itu tidak kunjung selesai. Pergumulannya ini diceritakannya kepada pimpinan biara di Erfurt, yaitu Johann von Staupitz. Johann von Staupitz menasihatkannya agar tidak memikirkan apakah ia diselamatkan atau tidak. Yang penting adalah percaya kepada rahmat Kristus dan memandang pada luka-luka Kristus.
Sementara Luther bergumul mencari Allah yang rahmani itu, Luther ditahbiskan menjadi imam pada 2 Mei 1507. Orang tua serta beberapa sahabatnya hadir pada upacara penahbisan tersebut, serta menerima ekaristi pertama yang dilayani oleh Martin Luther.
Kemudian Johann von Staupitz mengirim Luther untuk belajar teologia di Wittenberg sambil mengajar filsafat moral di sana. Itulah sebabnya, Luther dipindahkan ke biara Augustinus di Wittenberg pada tahun 1508. Namun setahun kemudian, ia kembali lagi ke Erfurt untuk mengajar dogmatika.
Di biara Erfurt, Luther mendapat kepercayaan dari pimpinan biara di Jerman untuk membahas peraturan-peraturan serikatnya di Roma pada tahun 1510. Luther sangat gembira karena dengan demikian ia akan berhadapan muka dengan Bapa Suci di Roma, serta berziarah ke tempat-tempat kudus dan berdoa di tangga Pilatus untuk pembebasan jiwa kakeknya dari api penyucian.
Luther ditemani oleh seorang biarawan serta seorang bruder berjalan kaki dari Erfurt ke Roma. Di Roma Luther tinggal selama empat minggu lamanya. Luther mengunjungi tempat-tempat kudus dan dengan lutut yang telanjang merangkak naik Scala Santa sambil mendoakan jiwa kakeknya di api penyucian. Scala Santa ini adalah sebuah tangga naik yang terdiri dari 28 anak tangga yang dipercayai sebagai tangga Pilatus yang dipindahkan dari Yerusalem ke Roma.
Di Roma, Luther melihat keburukan-keburukan yang luar biasa. Para klerus hidup seenaknya saja. Nilai-nilai kekristenan sangat merosot di kota suci ini. Dalam kekecewaannya Luther berkata, "Jika seandainya ada neraka, berarti Roma telah dibangun di dalam neraka". Luther telah mempunyai kesan bahwa dahulu Roma adalah kota yang tersuci di dunia, namun kini menjadi yang terburuk. Roma dibandingkannya dengan Yerusalem pada zaman nabi-nabi. Sekalipun demikian, kepercayaan Luther terhadap Gereja Katolik Roma tidak tergugat.
Setelah kembali dari Roma, Luther pindah ke biara di Wittenberg pada tahun 1511. Atas dorongan Johann von Staupitz, Luther belajar lagi sampai memperoleh gelar doktornya pada tahun. Johann von Staupitz sendiri melihat bahwa Luther adalah seorang yang sangat pandai sehingga dianggap cocok untuk menjadi mahaguru.
Di Wittenberg, telah dibuka sebuah universitas baru oleh Frederick III yang Bijaksana pada tahun 1502. Frederick bersimpatik dengan Luther tatkala Frederick mendengar khotbah Luther sehingga ia mengangkat Luther menjadi mahaguru pada universitasnya itu. Selain itu, Luther diangkat menjadi pengawas dan pengurus dari sebelas biara serikatnya di Jerman.
Di Universitas Wittenberg, Luther mulai mengajarkan tafsiran kitab Mazmur, kemudian surat Roma, Galatia, dan surat Ibrani. Sementara itu, pergumulan rohaninya mencari Allah yang rahmani terus berjalan.
Barangkali pada tahun 1514 Luther menemukan jalan ke luar dari pergumulannya itu. Ia menemukan pengertian yang baru tentang perkataan-perkataan Paulus dalam Roma 1:16-17. Luther mengartikan kebenaran Allah sebagai anugerah Allah yang menerima orang-orang yang berdosa serta berputus asa terhadap dirinya, tetapi yang menolak orang-orang yang menganggap dirinya baik. Kebenaran Allah adalah sikap Allah terhadap orang-orang berdosa yang membenarkan manusia berdosa karena kebenaran-Nya. Tuhan Allah mengenakan kebenaran Kristus kepada manusia berdosa sehingga Tuhan Allah memandang manusia berdosa sebagai orang-orang benar. Tentang penemuannya itu Luther menulis, "Aku mulai sadar bahwa kebenaran Allah tidak lain daripada pemberian yang dianugerahkan Allah kepada manusia untuk memberi hidup kekal kepadanya; dan pemberian kebenaran itu harus disambut dengan iman. Injillah yang menyatakan kebenaran Allah itu, yakni kebenaran yang diterima oleh manusia, bukan kebenaran yang harus dikerjakannya sendiri. Dengan demikian, Tuhan yang penuh belas kasih itu membenarkan kita oleh anugerah dan iman saja. Aku seakan-akan diperanakkan kembali dan pintu firdaus terbuka bagiku. Pandanganku terhadap seluruh Alkitab berubah sama sekali karena mataku sudah celik sekarang." Luther menyampaikan penemuannya itu di dalam kuliah-kuliahnya.
Penemuan Luther ini tidak menjadi titik meletusnya gerakan reformasi Luther. Titik meletusnya gerakan reformasi Luther adalah masalah penjualan Surat Indulgensia (penghapusan siksa) pada masa pemerintahan Paus Leo X untuk pembangunan gedung Gereja Rasul Petrus di Roma dan pelunasan hutang Uskup Agung Albrecht dari Mainz. Dengan memiliki Surat Indulgensia, dengan cara membelinya, seseorang yang telah mengaku dosanya di hadapan imam tidak dituntut lagi untuk membuktikan penyesalannya dengan sungguh-sungguh. Bahkan para penjual Surat Indulgensia (penghapusan siksa) melampaui batas-batas pemahaman teologis yang benar dengan mengatakan bahwa pada saat mata uang berdering di peti, jiwa akan melompat dari api penyucian ke surga, bahkan dikatakan juga bahwa surat itu dapat menghapuskan dosa.
Luther tidak dapat menerima praktik seperti itu dengan berdiam diri saja. Hatinya memberontak. Itulah sebabnya ia mengundang para intelektual Jerman untuk mengadakan perdebatan teologis mengenai Surat Indulgensia. Untuk maksud itu Luther merumuskan 95 dalil yang ditempelnya di pintu gerbang gereja istana Wittenberg, 31 Oktober 1517. Tanggal ini kemudian diperingati sebagai Hari Reformasi.
Dalil-dalil Luther sudah tersebar di seluruh Jerman hanya dalam sebulan. Akibatnya, Surat Indulgensia tidak laku lagi dan Luther dianggap sebagai penyebabnya. Paus Leo X menuntut agar Luther menarik kembali ajarannya yang sesat itu. Luther membalas permintaan Paus dengan memberi menjelaskan maksud setiap dalilnya dengan penuh penghormatan. Namun, Paus memerintahkan kepada Luther untuk menghadap hakim-hakim Paus di Roma dalam waktu enam puluh hari. Ini berarti bahwa Luther akan dibunuh.
Beruntunglah Frederick yang Bijaksana melindungi mahagurunya. Ia meminta kepada Paus agar Luther diperiksa di Jerman dan permintaan ini dikabulkan. Paus mengutus Kardinal Cajetanus untuk memeriksa Luther pada tahun 1518. Cajetanus meminta Luther menarik kembali dalil-dalilnya, namun Luther tidak mau. Cajetanus pun gagal dalam misinya.
Gerakan Reformasi Luther berjalan terus. Banyak kota dan wilayah Jerman memihak kepada Luther dan nama Luther mulai terkenal di luar Jerman. Kaum humanis, para petani Jerman bersimpatik kepadanya. Perdebatan teologis tentang Surat Indulgensia sebagaimana dimaksudkan dengan dalil-dalilnya tidak terjadi. Perdebatan itu baru terjadi pada bulan Juni 1519, di Leipzig. Dalam perdebatan ini Luther berhadapan dengan Johann Eck disertai oleh Carlstadt, rekan mahagurunya di Wittenberg. Dalam perdebatan ini Luther mengatakan bahwa paus-paus tidak bebas dari kesalahan-kesalahan. Konsili pun tidak luput dari kekeliruan-kekeliruan. Luther menunjuk kepada Konsili Constanz yang memutuskan hukuman mati atas Johanes Hus. Johann Eck menuduh Luther sebagai pengikut Johanes Hus. Dalam perdebatan ini pokok perdebatan telah bergeser dari Surat Indulgensia ke kekuasaan Paus. Menurut Luther yang berkuasa di kalangan orang-orang Kristen bukanlah Paus atau konsili, tetapi firman Allah saja. Kini Luther sudah siap untuk menerima kutuk dari Paus.
Sementara menunggu kutuk Paus, Luther menulis banyak karangan yang menjelaskan pandangan-pandangan teologianya. Tiga karangannya yang terpenting adalah "An den christlichen Adel deutscherNation: von des christlichen Standes Bessening" (Kepada kaum Bangsawan Kristen Jennan tentang perbaikan Masyarakat Kristen), 1520; "De Captivitate Babylonica Ecclesiae" (Pembuangan Babel untuk Gereja), Oktober 1520; "Von der Freiheit eines Christenmenschen" (Kebebasan seorang Kristen), 1520.
Tanggal 15 Juni 1520, bulla (surat resmi) ekskomunikasi dari Paus keluar. Bulla itu bernama "Exurge Domine". Paus menyatakan bahwa dalam pandangan-pandangan Luther terdapat 41 pokok yang sesat. Ia meminta kepada Luther menarik kembali dalam tempo 60 hari dan jika tidak ia akan dijatuhi hukuman gereja. Namun, Luther membalas bulla itu dengan suatu karangan yang berjudul "Widder die Bullen des Endchrists" (Melawan bulla yang terkutuk dari si Anti-Krist). Pada 10 Desember 1520 Luther membakar bulla Paus tersebut bersama-sama dengan Kitab Hukum Kanonik Gereja Katolik Roma di depan gerbang kota Wittenberg dengan disaksikan oleh sejumlah besar mahasiswa dan mahaguru Universitas Wittenberg. Tindakan ini merupakan tanda pemutusan hubungannya dengan Gereja Katolik Roma. Kemudian keluarlah bulla kutuk Paus pada tanggal 3 Januari 1521. Luther kini berada di bawah kutuk gereja.
April 1521, Kaisar Karel V mengadakan rapat kekaisaran di Worms. Luther diundang untuk mempertanggungjawabkan perbuatan-perbuatannya dan karangan-karangannya. Kaisar Karel V menjanjikan perlindungan atas keselamatan jiwa Luther. Pada 18 April 1521, Luther mengadakan pembelaannya. Wakil Paus meminta agar Luther menarik kembali ajaran- ajarannya, namun Luther tidak mau. Kaisar Karel V ingin menepati janjinya kepada Luther sehingga sebelum rapat menjatuhkan keputusan atas dirinya, Luther diperintahkan untuk meninggalkan rapat. Pada 26 Mei 1521, dikeluarkanlah Edik Worms yang berisi antara lain: Luther dan para pengikutnya dikucilkan dari masyarakat; segala karangan Luther harus dibakar; dan Luther dapat ditangkap dan dibunuh oleh siapa pun, kapan pun, dan di mana pun juga.
Ketika Luther melintasi hutan, tiba-tiba ia disergap oleh pasukan kuda yang bersenjata. Luther dibawa untuk disembunyikan di istana Wartburg atas perintah Frederick yang Budiman. Di sini Luther tinggal selama sepuluh bulan dengan memakai nama samaran Junker Georg. Di sini pulalah Luther mengerjakan terjemahan Perjanjian Baru dari bahasa Yunani (naskah asli PB) ke dalam bahasa Jerman.
Sementara Luther bersembunyi di Wartburg terjadilah huru-hara di Wittenberg. Carlstadt muncul ke depan. Ia menilai bahwa Luther tidak berusaha untuk menghapus segala sesuatu yang berbau Katolik Roma. Ia menyerang hidup membiara dan menganjurkan agar para biarawan menikah. ia sendiri melayani misa dengan pakaian biasa dan roti serta anggur diberi kepada umat. Perubahan-perutahan ini memang didukung Luther. Tetapi kemudian Carlstadt dipengaruhi oleh nabi-nabi dari Zwickau yang bersifat radikal. Mereka menyerbu gedung-gedung gereja, menghancurkan altar-altar gereja, salib-salib, patung-patung, dan sebagainya. Huru-hara ini tidak dapat dikendalikan oleh Frederick yang Budiman. Luther mendengar huru-hara ini dan segera menuju Wittenberg. Luther berkhotbah selama seminggu di Wittenberg untuk meneduhkan suasana kota. Ia mengecam tindakan kekerasan serta radikal itu. Menurut Luther pembaharuan gereja tidak dapat dilakukan dengan kekerasan atau dengan jalan revolusi. Luther menghardik Carlstadt sehingga ia pergi ke Swiss.
Pada tahun 1525 terjadilah pemberontakan petani di bawah pimpinan Muntzer. Luther mengecam dengan keras pemberontakan ini. Ia mengajak agar para bangsawan memadamkan pemberontakan ini. Dengan demikian Luther memisahkan dirinya dengan golongan-golongan radikal. Setelah pemberontakan itu, Luther menikah dengan Katharina von Bora, seorang bekas biarawati, pada tahun yang sama.
Perkembangan reformasi Luther berkembang dengan pesat. Namanya bukan saja terkenal di Jerman tetapi juga di luar negeri. Pada tahun 1537 Luther menulis suatu karangan yang berjudul "Pasal-Pasal Smalkalden" yang menguraikan pokok-pokok iman gereja reformatoris. Untuk keperluan jemaat dan pemimpin gereja (pendeta), Luther menyusun Katekismus Kecil dan Katekismus Besar. Ia kemudian meninggal pada 18 Februari 1546 dalam usia 62 tahun.
NB:
A.
LIMA ABAD YANG LALU: "DISINI AKU BERDIRI !"
- Martin Luther OSA
A.
LIMA ABAD YANG LALU: "DISINI AKU BERDIRI !"
- Martin Luther OSA
ECCLESIA SEMPER REFORMANDA
GRJ HRS SLL DPERBARUI
500 THN REFORMASI
31 Okt 1517-2017
Slmt ber-refleksi..
GRJ HRS SLL DPERBARUI
500 THN REFORMASI
31 Okt 1517-2017
Slmt ber-refleksi..
Sejarah agama adalah sejarah umat manusia, sebagaimana dikatakan Joachim Wach dalam buku The Comparative Study of Religion (1969). Dalam sejarah tersebut terpercik konflik, perang, damai, perpecahan agama ke dalam berbagai aliran, dan seterusnya. Perjalanan agama Kristen selama abad pertama Masehi sampai saat ini pun tidak steril dari dinamika itu.
Di daratan Eropa sejak abad ke-5, Gereja Katolik Roma menjadi pusat politik dan budaya Kekristenan yang amat dominan. Namun pada abad 15, Gereja Katolik harus menghadapi kenyataan perkembangan zaman yang begitu pesat di Eropa.
Selama periode Abad Pertengahan hingga Renaissance, berbagai penemuan ilmiah baru telah membuka mata tentang kompleksitas alam semesta. Aktivitas pelayaran dan perdagangan antar samudera jadi hal lumrah dibandingkan abad-abad sebelumnya ketika laut dipandang sebagai sarang monster dan tepi dunia.
Perlahan-lahan peradaban Eropa Abad Pertengahan mulai mengalami krisis. Pada 1347-1351, wabah pes merenggut sekitar 75 juta populasi. Kota-kota Eropa dilanda kepanikan. Sementara itu, aliansi politik tradisional antara Paus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma dan pangeran-pangeran Eropa mulai retak.
Ambruknya peradaban abad pertengahan dan kebangkitan era Renaisans yang bermula dari Italia turut melahirkan para pemikir Kristen yang mulai menentang otoritas tinggi Gereja Katolik.
Lima ratus tahun lalu pada 31 Oktober 1517, seorang biarawan tak dikenal bernama Romo. Martin Luther OSA, berdiri di depan sebuah gereja di Wittenberg, kota kecil yang kini masuk wilayah Jerman. Di pintu gereja, ia nekat memaku daftar 95 dalil berisi kritik terhadap otoritas Gereja Katolik. Peristiwa itu dicatat dalam sejarah sebagai awal mula gerakan Reformasi di daratan Eropa dan seluruh dunia yang melahirkan Protestantisme.
Berbekal pendidikan magister hukum dari Universitas Erfurt, Luther memutuskan menjadi biarawan ketika usianya masih 21 tahun. Perilakunya sangat asketik. Ia rajin berdoa, puasa, bertapa, menahan hawa dingin tanpa selimut dan ritual biarawan lainnya.
Praktik indulgensi sendiri muncul pada abad ke-11 dan 12 saat Perang Salib masih berkobar. Gereja menjelaskannya sebagai "proses penghapusan siksa-siksa temporal di depan Tuhan untuk dosa-dosa yang sudah diampuni". Aturan indulgensi, sudah tertuang khususnya dalam Katekismus Gereja Katolik 1471.
Seiring perjalanan waktu, para pemimpin Gereja memutuskan bahwa membayar sejumlah uang untuk proses indulgensi bisa dilakukan setiap orang, tidak hanya mereka yang terjun ke Perang Salib.
Selama beberapa abad berikutnya, penjualan indulgensi menyebar luas dan mencakup pengampunan dosa atas orang-orang yang sudah meninggal. Hal ini terutama diserukan dalam khotbah-khotbah biarawan Ordo Dominikan, John Tetzel.
Praktik jual beli indulgensi pun jadi jamak. Di bawah kepemimpinan Paus Leo X, Gereja meraup pemasukan besar dari umat yang kemudian dialokasikan untuk membangun kembali Basilika Santo Petrus di Roma. Luther memandang praktik tersebut sebagai perilaku korup. Dari sanalah 95 dalil Luther bermula.
Dalam sebuah debat publik di Leipzig pada 1519, Luther menyatakan bahwa “orang awam yang dipersenjatai kitab suci lebih unggul dari Paus beserta dewan kardinalnya.” Akibatnya, Luther langsung mendapat ancaman ekskomunikasi; tak boleh ikut sakramen.
Pada 1520, Luther menjawab ancaman tersebut dengan menerbitkan tiga risalah terpentingnya, yaitu "Seruan kepada Bangsawan Kristen" yang berpendapat bahwa semua orang Kristen adalah imam dan mendesak para penguasa untuk mengambil jalan Reformasi gereja. Kedua, "Tawanan Babilonia Gereja", yang mengurangi tujuh sakramen menjadi hanya dua berupa pembaptisan dan Perjamuan Kudus. Ketiga, "Tentang Kebebasan Seorang Kristen" yang mengatakan kepada orang-orang Kristen bahwa mereka sudah terbebas dari hukum Taurat yang kini telah digantikan ikatan cinta pada hukum tersebut.
Dewan Gereja pun terus memanggil Martin Luther, yang segera terlibat perdebatan sengit dengan para pemuka Gereja Katolik hingga dicap bidah dan sesat. Luther sempat melarikan diri ke Kastil Wartburg dan bersembunyi selama sepuluh bulan.
Gerakan Reformasi Luther menuntut menerjemahkan Alkitab dari bahasa Latin ke bahasa Jerman. Dampaknya luas, karena orang tidak lagi perlu bergantung pada seorang imam untuk membaca dan menafsirkan Alkitab. Walhasil, legitimasi para padri Katolik pun terancam tergerus.
Selain itu, Luther mengkampanyekan pendidikan universal untuk anak perempuan dan laki-laki di zaman ketika pendidikan hanya bisa diakses oleh orang kaya. Ia juga banyak menulis nyanyian rohani, traktat, berkhotbah tentang pandangan Reformasi dan melakukan serangkaian perjalanan hingga kematiannya pada 1546.
Namun, gerakan Reformasi yang melahirkan pecahan Kristen Protestan ternyata harus dibayar mahal. Serangkaian perang antara kubu Katolik Roma dan Reformis Protestan meletus pada 1524-1648.
Puncak dari konflik berdarah tersebut adalah Perang Tiga Puluh Tahun di Jerman antara 1618- 1648 yang menewaskan sekitar 7,5 juta jiwa. Konflik kedua kubu berakhir dengan perjanjian damai Westfalen. Tiga aliran Kristen akhirnya diakui: Katolik Roma, Lutheran dan Calvinis.
Warisan intelektual dan politik Luther mengilhami para tokoh pembaharu Protestan di zamannya seperti Calvin, Zwingli, Knox, dan Cranmer. Pemikiran para pembaharu ini pun pada gilirannya melahirkan berbagai jenis denominasi Protestan, misalnya Gereja Lutheran, Reformed, Anglikan, Anabaptis, dan banyak lagi lainnya yang terus berkembang sampai sekarang.
500 Tahun Setelah Reformasi.
Tiap 31 Oktober, berbagai aliran gereja Protestan, khususnya Lutheran, memperingati Reformasi. Tahun ini jadi spesial karena Reformasi Protestan berusia 500 tahun.
Tiap 31 Oktober, berbagai aliran gereja Protestan, khususnya Lutheran, memperingati Reformasi. Tahun ini jadi spesial karena Reformasi Protestan berusia 500 tahun.
Pew Research Center menyambut 500 tahun Reformasi dengan menggelar jajak pendapat yang melibatkan penganut Protestan dan Katolik. Salah satu yang ditanyakan adalah pendangan umat tentang sola fide dan sola scriptura.
Baik sola fide (keselamatan hanya melalui iman), dan sola scriptura (Alkitab sebagai otoritas tertinggi dan tidak memerlukan otoritas gereja) adalah dua dari lima ide revolusioner Martin Luther ketika berjuang melawan otoritas Katolik.
Hasilnya, perbedaan teologis yang pernah memecah Kekristenan di Barat pada 1500an itu kini dipahami dengan cara yang sangat berbeda.
Umat Protestan di Amerika Serikat memiliki sejumlah pandangan berbeda dalam memaknai Reformasi: 52 persen percaya bahwa selain dari Alkitab, orang Kristen harus mencari panduan dari ajaran dan tradisi gereja, sebuah posisi yang secara resmi diambil Gereja Katolik.
Sementara soal iman dan keselamatan, jawaban mayoritas orang Katolik dan Protestan di Eropa merepresentasikan pandangan tradisional Katolik bahwa iman dan amal baik diperlukan untuk mencapai keselamatan. Hanya Norwegia—dengan 51 persen penduduk penganut Protestan—yang mengatakan bahwa hanya imanlah yang mengantarkan manusia pada keselamatan.
Sebanyak 57 persen penganut Protestan di Amerika juga mengatakan bahwa ajaran Katolik lebih punya banyak kemiripan dengan Protestan. Namun ketika diminta untuk mendefinisikan Protestan dalam kata-kata mereka sendiri, 32 persen responden dewasa mengatakan bahwa Protestan bukan Katolik dan 12 persen menyebut mereka sebagai orang Kristen (12 persen).
Data demografi yang dihimpun oleh Center for The Study of Global Christianity menunjukkan pada tahun 2017 terdapat 560 juta pengikut Kristen Protestan di seluruh dunia. Jumlah ini menyumbang sepertiga dari total populasi umat Kristen dunia.
Benua Afrika menduduki peringkat tertinggi dalam jumlah umat Protestan (228.300.000 jiwa), disusul Asia (99.040.000). Di Jerman, tempat asal Martin Luther dan Reformasi dilancarkan, Katolik masih mendominasi dengan 42 persen populasi, sementara Protestan sendiri dianut 28 persen penduduk, dan sisanya mengaku tidak terafiliasi dengan keduanya.
Dari data tahun 2015, Amerika Serikat masih menduduki peringkat pertama negeri dengan populasi Protestan terbanyak di dunia (56.177.000), disusul Nigeria (53.106.000) dan Brazil (34.836.000). Indonesia sendiri menempati peringkat ke-9 (18.213.000).
Di Jerman, ibadah peringatan 500 tahun Reformasi diadakan di Stadtkirche, Wittenberg pada Rabu (5/7) lalu. Para pemimpin gereja dari berbagai denominasi seperti Katolik Reformed, Lutheran, dan Methodis turut hadir.
Sedangkan pada peringatan Hari Reformasi ke 499 tahun lalu, Paus Fransiskus hadir bergabung bersama para pemimpin Federasi Lutheran Dunia di Swedia.
"Kita berkesempatan untuk memperbaiki momentum masa lalu dengan bergerak melampaui kontroversi dan perselisihan yang seringkali menghalangi kita untuk saling memahami satu sama lain,” kata Paus pertama yang terpilih dari benua Amerika Latin tersebut.
Lalu, bagaimana dengan ide unifikasi antara Katolik Roma dan Protestan sendiri?
Dalam sebuah survei yang diadakan di Jerman oleh kantor berita Idea, 45 persen responden menjawab tidak peduli, dan 17 persen tidak bisa/mau menjawab. Hanya 20 persen orang mendukung unifikasi, sementara 18 persen menentangnya. Sebagian besar dari mereka yang menginginkan persatuan adalah para penganut Katolik Roma (66 persen), sementara para anggota gereja Protestan masih menentang unifikasi (59 persen dari keseluruhan penentang).
Dalam sebuah survei yang diadakan di Jerman oleh kantor berita Idea, 45 persen responden menjawab tidak peduli, dan 17 persen tidak bisa/mau menjawab. Hanya 20 persen orang mendukung unifikasi, sementara 18 persen menentangnya. Sebagian besar dari mereka yang menginginkan persatuan adalah para penganut Katolik Roma (66 persen), sementara para anggota gereja Protestan masih menentang unifikasi (59 persen dari keseluruhan penentang).
Pada perayaan Reformasi tahun 2015 lalu di Jerman, suvenir karakter tokoh Martin Luther laris manis. Sebanyak 34 ribu karakter Martin Luther terjual dalam waktu 72 jam. Dikutip Time, seorang juru bicara perusahaan produsen karakter Luther menyebut fenomena itu "misteri besar."
B.
PAUS FRANSISKUS & LUTHERAN SWEDIA.
PAUS FRANSISKUS & LUTHERAN SWEDIA.
Tahun 2016, Paus Fransiskus berkunjung ke Swedia untuk menghadiri perayaan 500 tahun terbentuknya aliran gerakan Reformasi Gereja yang akhirnya membentuk gereja Protestan.
Dalam kunjungan sebagai simbol rekonsiliasi Gereja Katolik dan Protestan itu, Paus hadir dalam sebuah kebaktian yang digelar Federasi Lutheran Sedunia (LWF) di kota Lund, wilayah selatan Swedia.
Sementara kunjungan awalnya yang dianggap sebagai sebuah hal yang kurang disetujui, gereja Vatikan dan Lutheran bersikeras bahwa acara itu bukan perayaan pemberontakan Martin Luther. Sebaliknya, mereka mengatakan, itu adalah peringatan serius meminta pengampunan karena telah terjadi perpecahan dalam agama Kristen di Barat, di sisi lain bersuka cita bahwa hubungan telah membaik dalam lima dekade terakhir.
Paus Fransiskus memprioritaskan pertemuan ini sebagai sebuah momen yang sangat simbolis guna menunjukkan walau terdapat perbedaan dogma secara mendasar, umat Kristen harus bekerja dan berdoa bersama, terutama pada saat terjadi penganiayaan agama: “Jika kita tidak melakukannya, kita orang Kristen menyakiti diri kita sendiri dengan pembagian,” kata Fransiskus dalam sebuah wawancara dengan jurnal Jesuit.
Setelah bertemu dengan perdana menteri dan bangsawan Swedia, Paus Fransiskus berpartisipasi dalam doa ekumenis di Katedral Lutheran di Lund, di Swedia sebelah selatan. Selain itu ada juga kepala Lutheran World Federation, Uskup Munib Younan.
Delegasi dari Vatikan dan Lutheran yang bersama-sama menaiki bus – perjalanan tersebut disebut juga dengan perjalanan ekumenis – karena acara tersebut menyoroti hubungan kedua gereja yang menjunjung perdamaian dan upaya kemanusiaan. Selain itu ada juga perwakilan dari imigran dan uskup Katolik dari Aleppo, Suriah yang juga akan menyampaikan materi.
Dalam kebaktian itu, Paus Fransiskus ikut beribadah dengan umat Protestan yang muncul sebagai bentuk perlawanan terhadap ajaran dan kekuasaan Gereja Katolik Roma.
Terlepas dari latar belakang sejarah itu, kehadiran Paus Fransiskus dalam acara itu sudah sangat sensasional: "Jangan dilupakan bahwa Martin Luther menyebut paus sebagai anti-Kristus dan menjadi kritikus paling pedas terhadap Gereja Katolik Roma," kata Theodor Dieter dari Institut Lutheran untuk Riset Ekumenikal: "Tiga tahun lalu para uskup dan kardinal menganggap, reformasi protestan bukan sebuah hal untuk dirayakan," tambah Dieter.
Namun, sejarah bukan satu-satunya alasan yang memisahkan kedua tradisi Kristen ini.
Gereja Lutheran Swedia adalah salah satu aliran yang paling liberal dalam kekristenan.
Gereja Lutheran Swedia adalah salah satu aliran yang paling liberal dalam kekristenan.
Pemimpin tertinggi gereja Swedia saat ini dijabat seorang perempuan, Antje Jacleken sejak 2013. Sejak 1960, Gereja Swedia sudah mengizinkan perempuan menjadi pendeta dan memimpin ibadah.
Dan bahkan Gereja Swedia menyambut baik kalangan gay dan lesbian termasuk mereka yang ingin menjadi pendeta. Semua hal yang dilakukan Gereja Swedia hingga saat ini tak pernah dilakukan atau dipikirkan Gereja Katolik Roma.
Paus Fransiskus sendiri dikenal dengan upayanya yang keras untuk meningkatkan hubungan antara Gereja Katolik dan kelompok keagamaan lainnya.
Bahkan, awal tahun 2016, Paus Fransiskus mengatakan, Gereja Katolik meminta maaf atas semua perlakuannya terhadap aliran Kristen lainnya di masa lalu.
Kebaktian yang digelar di kota Lund itu sendiri digelar untuk memperingati 500 tahun aksi biarawan Jerman Martin Luther yang menempelkan protes terkait penyimpangan Gereja Katolik di masa itu. Martin Luther menuliskan protesnya di secarik kertas lalu menempelkan kertas itu di pintu sebuah gereja di kota Wittenberg.
Aksi yang menentang ajaran dan kekuasaan Paus itu mengakibatkan Luther dinobatkan sebagai "penjahat" oleh Gereja Katolik Roma.
Aksi Martin Luther itulah yang dianggap menjadi titik awal gerakan Reformasi Gereja, sebuah gerakan yang menciptakan aliran keagamaan dan politik baru di Eropa.
Aksi Martin Luther itulah yang dianggap menjadi titik awal gerakan Reformasi Gereja, sebuah gerakan yang menciptakan aliran keagamaan dan politik baru di Eropa.
Ajang di kota Lund ini juga merupakan bagian dari 50 tahun dialog gereja Katolik dan Lutheran untuk menyepakati beberapa hal yang menyebabkan gerakan reformasi gereja.
Pada 1999, Gereja Katolik dan Lutheran akhirnya menyepakati beberapa isu teologis yang menjadi akar dari permasalahan kedua kepercayaan ini. Hal yang dibicarakan termasuk pertanyaan apakah umat manusia berkesempatan masuk ke dalam surga jika berbuat kebaikan semasa hidupnya atau pengampunan dosa hanya bisa diterima atas perkenan Tuhan.
Di lain matra, dikenangkan juga bahwa Santo Ignatius Loyola mendirikan ordo Yesuit pada tahun 1537, 20 tahun setelah Luther melayangkan protes, sebagai tanggapan terhadap reformasi.
Menurut seorang sejarawan gereja, Charles Connor dalam “Defenders of the Faith in World and Deed”, “Karya Yesuit dalam mempertahankan iman harus dilihat sebagai sebagai semangat Kontra-Reformasi,”
“Waktu memanggil kita semua untuk mempertahankan semangat iman, dan saatnya kita menghadirkan semangat pembaruan Katolik,” kata dia.
Beberapa tahun yang lalu, Paus Fransiskus menentang tegas keberadaan kelompok reformis Protestan. Tapi seiring waktu, Paus Fransiskus mengucapkan banyak pujian jasa Martin Luther. Dia baru-baru menyebut teolog asal Jerman tersebut sebagai pembaharu di zamannya.
C.
PAUS FRANSISKUS DAN LUTHERAN JERMAN.
PAUS FRANSISKUS DAN LUTHERAN JERMAN.
"Peringatan 500 tahun Reformasi Protestan memberikan kesempatan bagi umat Katolik dan umat Lutheran untuk melangkah maju menuju rekonsiliasi dan kesatuan penuh umat Kristiani".
Itulah pesan Paus Fransiskus di hari Senin, 6 Februari 2017, untuk delegasi ekumenis dari Jerman, yang dipimpin Ketua Konferensi Waligereja Jerman, Kardinal Reinhard Marx, dan Uskup Protestan tertinggi yang juga ketua Gereja-Gereja Injili di Jerman, Heinrich Bedford-Strohm.
Ketika menyambut kedatangan delegasi itu di Vatikan, demikian laporan Philippa Hitchen dari Radio Vatikan, Paus Fransiskus memuji hubungan positif antara umat Katolik dan umat Lutheran di Jerman. Paus mengimbau mereka agar berani dan yakin dalam perjalanan bersama mereka yang berlangsung terus itu. “Kita menerima baptisan yang sama, kita harus berjalan bersama-sama tanpa kenal lelah!” kata Paus.
Seraya merenungkan peringatan 500 tahun Reformasi, Paus mengatakan, itulah kesempatan untuk kembali menempatkan Kristus pada pusat hubungan ekumenis mereka. Belas kasih Allah juga menjadi kekuatan pendorong Luther dan kaum Reformis lainnya, maka belas kasih Allah harus berada pada inti upaya bersama kita untuk menawarkan kebenaran radikal belas kasih Allah yang tak terbatas kepada pria dan wanita saat ini.
Berbicara tentang tragedi pemecahan dan konflik, yang ditimbulkan oleh kepentingan politik, Paus memuji prakarsa delegasi Jerman itu untuk mengadakan ibadah pengakuan dosa dan rekonsiliasi secara ekumenis dengan judul “Menyembuhkan Ingatan – sambil Bersaksi tentang Yesus Kristus.”
Umat Katolik dan umat Lutheran juga akan berperan serta dalam acara-acara bersama lainya di tahun ini, kata Paus, antara lain ziarah bersama ke Tanah Suci, kongres untuk memperkenalkan terjemahan baru Alkitab, dan hari ekumenis yang didedikasikan untuk tanggung jawab sosial bersama.
Berkat persekutuan spiritual bersama yang ditemukan kembali dalam beberapa dekade terakhir, Paus mengatakan, umat Katolik dan umat Lutheran dapat bersama-sama menyesali kegagalan Reformasi di kedua pihak, serta menghargai banyak karunia yang diterima dari Reformasi itu.
Tantangan-tantangan iman dan moral yang Gereja hadapi saat ini, kata Paus Fransiskus, mendorong kita untuk meningkatkan upaya dan kerjasama kita dalam melayani orang miskin dan melindungi planet. Di saat terjadi pemecahan serius dan bentuk-bentuk baru pengucilan, kata Paus, kita segera dipanggil oleh Allah untuk mengikuti jalan kesatuan dan rekonsiliasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar