Ads 468x60px

Minggu, 12 November 2017





HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH. 
Minggu, 12 November 2017
Hari Minggu Biasa XXXII
Kebijaksanaan (6:3-17)
(Mzm 63:2.3-4.5-6.8-9; Ul: 2b, 2/4)
Tesalonika (1Tes 4:13-18)
Matius (25:1-13)
“Ut sementes faceris ita metes - Seperti engkau buat pada waktu menabur, demikian engkau akan menuainya.”
Inilah sebuah pepatah latin yang lekat dengan prinsip populer “tabur - tuai”. Inilah juga yang diumpamakan Yesus tentang hal Kerajaan Surga: Itu seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong pengantin. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Yang bodoh membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak dalam buli-bulinya."
Adapun tiga kearifan lokal yang bisa kita petik dari injil hari ini supaya kita bisa lebih bijaksana, al:
1. "Eling lan waspada": Ingat dan bermawas diri.
Kita semua tahu bahwa persediaan minyak itu mutlak penting supaya sebuah pelita tetap dapat menyala, tapi kita kadang lalai, malas dan terlena. Kita mudah larut dan hanyut pada arus dunia sehingga kurang bersadar dan bermawas diri. Bukankah "Ya" dan "Tidak" adalah kata yang sangat singkat untuk dikatakan, tapi kita membutuhkan waktu berpikir yang tidak singkat untuk mengatakannya?
Resep sederhananya orang yang berjaga dan bermawas diri adalah: belajar saat yang lain tidur, bekerja saat yang lain malas-malasan, bersiap saat yang lain bermain dan berdoa saat yang lain takabur.
2. "Urip Iku Urup": Hidup itu mesti “nyala”.
Tuhan mengajak kita supaya tetap mempunyai “urup”, nyala dalam hidup sehingga menjadi terang juga bagi orang lain. Itu sebabnya kita harus selalu mempunyai “persediaan minyak rohani” lewat hidup doa, olah rohani, devosi ekaristi dan pelbagai perbuatan baik lainnya.
Orang yang hidupnya menjadi terang karena dekat dengan Tuhan itu kerap sederhana dalam ucapan tetapi hebat dalam tindakan, biasa dalam penampilan tapi luar biasa dalam kearifan.
3. "Aja dumeh" - Jangan mentang-mentang. 
Kita kadang merasa pintar dan tahu banyak hal sehingga menjadi orang yang sok dan mudah menghakimi dan kurang maksimal mempersiapkan diri. Akibatnya, kita mudah takabur dan nantinya menjadi orang yang kurang cermat dan cenderung tergesa-gesa padahal ketergesaan dalam setiap usaha kerap membawa kegagalan.
Disinilah, kita diajak untuk mau rendah hati untuk jangan pernah melupakan pemberian Tuhan, baik itu anugerah maupun cobaan, karena selalu ada makna disetiap peristiwa.
“Ada domba suka buah mangga – Jadilah hamba yang senantiasa berjaga.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Kutipan Teks Misa:
Dalam kesatuan iman dan Pembaptisan kita memiliki kedudukan sama bagi kita semua. (St. Leo Agung)
Antifon Pembuka (Mzm 88:3)
Tuhan, biarlah doaku naik ke hadapan-Mu, sendengkanlah telinga-Mu kepada permohonanku.
Let my prayer come into your presence. Incline your ear to my cry for help, O Lord.
Intret oratio mea in conspectu tuo: inclina aurem tuam ad precem meam Domine.
Mzm. Domine Deus salutis meæ: in die clamavi, et nocte coram te.
Doa Pembuka
Allah Yang Mahakuasa dan Maharahim, singkirkanlah segala sesuatu yang menghalangi kami supaya kami siap lahir batin untuk melaksanakan kehendak-Mu dengan hati yang lapang. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Kebijaksanaan (6:3-17)
"Kebijaksanaan ditemukan oleh mereka yang mencarinya."
Kebijaksanaan itu bersinar dan tak dapat layu, mudah dipandang oleh yang kasih kepadanya, dan ditemukan oleh mereka yang mencarinya. Ia mendahului memperkenalkan diri kepada orang yang menginginkannya. Barangsiapa pagi-pagi bangun demi kebijaksanaan tak perlu bersusah payah, sebab kebijaksanaan itu ditemukannya duduk di dekat pintu. Merenungkan kebijaksanaan merupakan pengertian sempurna, dan siapa yang berjaga karena kebijaksanaan segera akan bebas dari kesusahan. Sebab kebijaksanaan sendiri berkelililing mencari orang yang patut baginya, dan dengan rela memperlihatkan diri kepada mereka yang mencarinya; kebijaksanaan dijumpai pada tiap-tiap pemikiran mereka.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = d, 2/2, PS 843
Ref. Jiwaku haus pada-Mu, Tuhan, ingin melihat wajah Allah.
Ayat. (Mzm 63:2.3-4.5-6.8-9; Ul: 2b, 2/4)
1. Ya Allah, Engkaulah Allahku, kucari-cari dan kudambakan Dikau jiwaku menghauskan Tuhanku laksana gurun gersang, tandus tanpa air.
2. Semoga hamba boleh memandang Tuhanku melihat kemuliaan-Mu yang besar. Cinta-Mu lebih berharga daripada hidup hendaknya mulutku memuji-Mu.
3. Demikianlah sepanjang hidupku aku hendak menghormati Engkau. Jiwaku dikenyangkan dengan lemak dan sumsum, aku bersorak-sorai dan memuji-muju.
4. Jiwaku melekat pada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku. Sungguh Engkau melulu yang menolongku dan di bawah sayap-Mu sentosalah aku.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika (1Tes 4:13-18)
"Mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus."
Saudara-saudara, kami ingin agar kamu mengetahui tentang orang-orang yang sudah meninggal, supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan. Karena kalau kita percaya bahwa Yesus telah mati dan telah bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus akan dikumpulkan Allah bersama dengan Yesus. Hal ini kami katakan kepadamu seturut sabda Allah ini. Kita yang hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan sekali-kali takkan mendahului mereka yang sudah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberikan, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, Tuhan sendiri akan turun dari surga. Dan mereka yang meninggal dalam Kristus Yesus akan lebih dahulu bangkit. Sesudah itu, kita yang hidup dan masih tinggal akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Karena itu hendaklah kamu saling menghibur dengan perkataan-perkataan ini.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Sesudah ayat, Alleluya dilagukan dua kali. 
Ayat. (Mat 24:42a.44)
Berjaga-jagalah dan bersiap-sedialah, sebab kamu tidak tahu bilamana Putera Manusia datang.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (25:1-13) 
"Mempelai datang! Songsonglah dia!"
Pada suatu hari Yesus mengucapkan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya, "Hal Kerajaan Surga seumpama sepuluh gadis, yang mengambil pelitanya dan pergi menyongsong mempelai laki-laki. Lima di antaranya bodoh dan lima bijaksana. Yang bodoh itu membawa pelita, tetapi tidak membawa minyak, sedangkan yang bijaksana, selain pelita juga membawa minyak dalam buli-bulinya. Tetapi karena mempelai itu lama tidak datang-datang, mengantuklah mereka semua, lalu tertidur. Tengah malam terdengarlah suara berseru, ‘Pengantin datang! Songsonglah dia!’ Gadis-gadis itu pun bangun semuanya lalu membereskan pelita mereka. Gadis-gadis yang bodoh berkata kepada yang bijaksana, ‘Berilah kami sedikit dari minyakmu, sebab pelita kami mau padam.’ Tetapi yang bijaksana menjawab, ‘Tidak, jangan-jangan nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi membelinya pada penjual minyak.’ Tetapi, sementara mereka pergi membelinya, datanglah mempelai, dan mereka yang telah siap sedia masuk bersama dia ke dalam ruang perjamuan nikah. Lalu pintu ditutup. Kemudian datanglah juga gadis-gadis yang lain itu dan berkata, ‘Tuan, Tuan, bukakanlah kami pintu!’ Tetapi tuan itu menjawab, ‘Sungguh, aku berkata kepadamu, aku tidak mengenal kamu.’ Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu akan hari maupun saatnya.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Antifon Komuni (Mzm 23:1-2)
Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang.
The Lord is my shepherd; there is nothing I shall want. Fresh and green are the pastures where he gives me repose, near restful waters he leads me.
Dominus regit me, et nihil mihi deerit: in loco pascuæ ibi me collocavit: super aquam refectionis educavit me.
B.
ULASAN EKSEGETIS 
BACAAN INJIL HARI MINGGU BIASA XXXII TAHUN A (MATIUS 25:1-13) 
12 November 2017 : 
"YANG SIGAP DAN YANG LAMBAN"
Injil Minggu Biasa XXXII tahun A ini (Mat 25:1-13) menyampaikan perumpamaan sepuluh gadis yang bermaksud mengiringi pengantin lelaki pergi menjemput mempelai perempuan sehingga dapat ikut pesta pernikahan. Lima dari kesepuluh gadis tadi siap dengan bekal mereka, tetapi lima lainnya tidak. Mereka tidak membawa persediaan minyak bagi pelita mereka sehingga perlu pergi membelinya. Tapi pada saat itu mempelai lelaki yang ditunggu-tunggu datang dan kelima gadis yang pergi membeli minyak tadi ketinggalan dan tak bisa ikut dalam pesta pernikahan. Perumpamaan ini termasuk rangkaian pengajaran yang memiliki unsur-unsur kisahan berikut:
> Ada dua kelompok orang yang menanti-nantikan: Mat 24:37-41 (yang satu terbawa, yang lain tertinggal); 45-51 (hamba setia, hamba jahat); 25:14-46 (hamba-hamba setia yang menggandakan talenta – hamba yang mengubur pemberian; domba di kanan, kambing di kiri).
> Tertundanya kedatangan orang yang dinantikan: Mat 24:48 (majikan para hamba); 25:14.19 (pemberi talenta).
> Saat kedatangannya tak terduga-duga: Mat 24:29-36; 50-51.
> Bisa diamati gelagatnya: Mat 24:29-36.43 (nasihat berjaga-jaga; inti pewartaan Mat 24-25).
> Perlu kewaspadaan dan usaha: Mat 24:45-51 (hamba yang berjaga-jaga); 25:14-30 (perihal mengembangkan talenta).
Marilah kita lihat dari dekat beberapa unsur di dalam perumpamaan sepuluh gadis ini.
“Pada Waktu Itu…”
Petikan hari ini mulai dengan ungkapan “Pada waktu itu hal Kerajaan Surga seumpama….” Dibicarakan di sini saat pemisahan siapa yang akan masuk siapa yang akan tertinggal di luar, seperti juga sudah disebutkan dalam Mat 24:40 (“Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan”) dan nanti dalam Mat 25:32 (“Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan [Anak Manusia yang datang dalam kemuliaannya] dan ia akan memisahkan mereka seorang dari yang lain, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing.”). Yang dimaksud dengan “Hal Kerajaan Surga” ialah keadaan pada akhir zaman itu nanti.
Apakah ini ramalan? Banyak pembaca Injil Matius pada zaman itu berpikir demikian. Maklum mereka mengira bahwa akhir zaman akan segera datang. Namun anggapan ini dirasa perlu disesuaikan dengan kenyataan bahwa akhir zaman yang ditandai dengan macam-macam kekalutan dan kekacauan tak kunjung tiba. Juga ketika orang merasa bahwa tanda-tandanya yang disebutkan dalam Mat 24:4-18 sudah tampak . Dunia terus berlangsung. Orang-orang juga tetap hidup. Injil Matius menjelaskan bahwa akhir jagad tetap akan datang tidak lama lagi, tetapi kapan persisnya tidak diketahui. Tak ada yang tahu, malaikat tidak tahu, bahkan anak (manusia) sendiri yang akan datang dengan kemuliaan tidak mengetahuinya. Hanya Bapa di surga yang tahu. Diajarkan kepada orang zaman itu agar tetap waspada. Itulah sebabnya perumpamaan mengenai sepuluh gadis tadi tampil dalam pembicaraan mengenai akhir zaman. Di sini terlihat betapa iman mereka tetap hidup dan penalaran mereka tidak berhenti. Tidak terpancang pada gagasan dan perkiraan belaka.
Bagaimana dengan orang pada zaman ini? Bila pelita iman tetap dihidupkan dengan minyak nalar yang tak mengering, maka tak usah takut menafsirkan Mat 24-25 bukan sebagai ramalan bahwa akhir zaman akan segera datang. Namun demikian, kewaspadaan serta kesiagaan yang diajarkan di situ tetap memiliki bobot dan arti. Malah makin besar. Bagaimana penjelasannya?
Ikut Pesta Pernikahan
Perumpamaan ini didasarkan pada kebiasaan yang pada zaman Matius sudah tidak begitu ada tetapi tetap diingat dan dapat dijadikan ibarat. Dulu aib besar bagi seorang gadis yang memasuki umur dewasa bila tidak boleh atau tak dapat ikut meramaikan pesta pernikahan salah satu dari antara mereka sebagai pengiring pengantin. Boleh jadi tak punya pakaian yang pantas, atau berparas buruk, atau memang tidak dimaui. Akan susah baginya menemukan tunangan yang akan menjadi suaminya. Sisa hidupnya akan tak terurus. Ia harus menantikan sampai ada yang menebusnya. Dan memang dalam masyarakat Yahudi dulu ada kelompok seperti ini. Kerap mereka yang tidak menikah ini tergolong bersama dengan kelompok “janda”. Bukan kehidupan yang menyenangkan. Dijadikan buah bibir, dicibiri, dijauhi. Hanya dipelihara, dikasihani.
Dalam perumpamaan ini, nasib mereka diakibatkan akibat kebodohan mereka sendiri. Mereka teledor tidak membawa cukup bekal dan kehilangan kesempatan berharga ikut mempelai lelaki menjemput pengantinnya. Ketika mereka menyusul, pintu tidak akan dibuka bagi mereka. Terlambat. Permintaan mereka agar pintu dibuka tidak dilayani dan mereka dianggap orang yang tak dikenal.
Dalam sejarah penafsiran, kerap ada uraian mengenai pelita dan minyak. Pelita dapat dilihat sebagai lambang terang iman yang menuntun pembawanya. Penolakan lima gadis yang bijaksana untuk memberi minyak mereka tak usah ditafsirkan sebagai sikap menaruh kepentingan diri di atas kebutuhan sesama. Penolakan itu menunjukkan betapa minyak dan pelita menjadi bagian yang tak terpisahkan dari yang membawanya. Jelas yang dimaksud bukan minyak sungguhan, melainkan minyak yang menghidupkan orang dari dalam dan tak dapat diparuh untuk orang lain. Juga angka sepuluh sering dilihat sebagai cara mengatakan seluruh komunitas orang yang percaya, Gereja, di situ ada yang sigap dan ada yang lamban dalam menunggu sang Mempelai, yakni Kristus. Bila begitu, maka ada imbauan untuk membantu agar jangan sampai orang jadi lamban, siap-siaplah dengan bekal. Juga yang sigap hendaknya tetap awas.
Mendengarkan Sabda
Petikan hari ini mengingatkan kita pada perumpamaan orang bijak yang mendirikan rumah di atas pondasi batu (Mat 7:24-27). Rumahnya tak bakal roboh bila hujan turun dan angin menerpa. Tetapi orang yang bodoh membangun rumah di atas pasir. Gampang. Tapi bila datang hujan dan banjir rumahnya akan musnah. Di situ bijaksana atau bodoh diukur dengan “mendengar perkataanku”. Yang tidak mendengarkan tapi merasa sudah berseru “Tuhan, Tuhan” akan terpaksa mendengar jawaban “Aku tidak mengenalmu!” (7:21-23). Seruan sia-sia dan jawaban yang sama diperdengarkan kepada lima gadis lamban yang datang menyusul ketika pintu sudah ditutup (25:11-12).
Perbandingan di atas memperlihatkan bahwa kebodohan kelima gadis tadi intinya ialah sikap kurang mau memberi ruang gerak pada Sabda Ilahi dalam kehidupan mereka. Bagi mereka, Sabda belum jadi bagian dalam kehidupan. Ini kecerobohan bertindak yang akhirnya membuat mereka tidak dapat ikut di dalam kegembiraan yang mereka harap-harapkan.
Tertundanya kedatangan yang ditunggu-tunggu itu bisa jadi kesempatan berharga untuk semakin belajar mendengarkan. Bukan agar menjadi waswas mengenai kapan datangnya yang ditunggu dan mulai ikut dalam upaya ramal meramal. Yang berbekal kebijaksanaan boleh tetap tenang dan yakin bahwa yang ditunggu pasti akan datang. Kapan terserah yang kuasa. Ini kebijaksanaan orang yang mendengar Sabda Ilahi Tidak memaksa-maksa, tidak mendahului, melainkan membiarkan-Nya datang dengan derap langkah-Nya sendiri. Ini sama dengan mengawasi gerak gerik-Nya dan membuat orang bisa selangkah dengan-Nya nanti.
Main-main dengan “Misteri”
Orang sekarang sebetulnya mempunyai hubungan yang mendua dengan kenyataan Yang Keramat. Bagaimana kita baca gejala di media hiburan beberapa tahun terakhir ini? Semakin sering ada tontonan “misteri” yang sebenarnya malah menumpulkan perasaan orang akan yang keramat. Orang mau memanipulasinya. Ini sama dengan berlaku “lamban” dan “bodoh” (Yunaninya “moros”) bukan sebagai orang yang sigap menengarai keadaan, bijak (Yunaninya “phronimos”). Dalam gagasan Injil sama dengan menolak mendengarkan Sabda Ilahi.
Ironinya, dalam upaya memanipulasi Yang Keramat itu disertakannya juga unsur-unsur agama. Kerap agama dimengerti sebagai cara-cara memanuver kekuatan-kekuatan keramat itu. Bukan sebagai kebijaksanaan memahami gerak geriknya. Bisa diingat kembali yang disampaikan dalam Mat 7:22. Di situ pembenaran diri bahwa orang telah bernubuat atas nama Tuhan, mengusir setan demi nama-Nya, mengadakan banyak mukjizat demi nama-Nya hanya akan dijawab (ay. 23): “Aku tidak pernah mengenal kamu. Enyahlah dari hadapanku, kamu sekalian yang melakukan kejahatan!” Ini peringatan agar tidak berlaku sembarangan
Apakah teologi kristiani dapat menyumbangkan sesuatu? Tentu saja. Sederhana. Mengajarkan bagaimana orang dapat mendengarkan Sabda Ilahi dan menyampaikan yang didengar itu dalam bahasa manusia. Dalam bahasa yang bisa dimengerti. Itulah yang disampaikan itu “teo-logi”, wacana tentang Yang Ilahi setelah mendengarkannya. Bukan sebaliknya.
Apakah juga ada ajakan bagi pelayan kehidupan orang yang beragama, bagi para pelayan sabda? Ya. Ada ajakan untuk semakin membantu orang dapat menjadi kaum “phronimoi”, kaum yang sigap dan bijak yang membangun rumah di atas dasar yang kukuh, yang pandai-pandai membawa bekal dan menjaga pelita hidup tetap menyala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar