Ads 468x60px

THS - THM = "BERENANG DI ARUS JAMAN"



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SENSUS CATHOLICUS - CITARASA KEKATOLIKAN
THS - THM = "BERENANG DI ARUS JAMAN"
SALAH SATU MODEL KADERISASI ORANG MUDA KATOLIK INDONESIA.
M erah darahku
P utih tulangku
K atolik imanku
THS =
T OTALITAS = KEUTUHAN BUDI
H UMILITAS = KERENDAHAN HATI
S IMPLICITAS = KESEDERHANAAN DIRI
THM =
T uhan kekuatannya
H angat pribadinya
M aria teladannya
Bersama dengan HARI PAHLAWAN,
THS -THM (TUNGGAL HATI SEMINARI & TUNGGAL HATI MARIA) persis hari ini juga, Jumat ("Jalan Untuk Mewartakan Anugerah Tuhan), 10 Nov 2017 - merayakan hari jadinya yang ke 32 tahun (THS) dan 31 tahun (THM). Inilah usia YESUS berkarya, blusukan - keluar masuk kota dan desa, naik turun bukit dan pegunungan, berjumpa dengan banyak pribadi yang beraneka radar dan kadar. Inilah usia YESUS yang banyak berkarya, yang membuka mata untuk tidak buta - yang membuka telinga untuk tidak tuli - dan yang membuka hati untuk tidak tumpul. Inilah saat saat 'a quality time', kala YESUS menjadi seorang guru sekaligus sahabat baru yang cerah dan mencerahkan, illuminata et illuminatrix - menjadi prayer (yang mendoakan), menjadi teacher (yang mengajarkan), menjadi healer (yang meyembuhkan), dan menjadi giver (yang membawa pencerahan). Inilah saat ketika ia rela menjadi "hosti hidup" (korban sejati yang iklas dan tetap berkelas untuk dipilih diberkati dipecah dan dibagi bagi). Dan pastinya, inilah saat saat dimana Yesus memanggil dan memilih para murid untuk belajar bersamaNYA, nyantrik tanpa harus nyentrik dan banya intrik. Inilah saat saat YESUS meng-kader para murid perdananya.
YES KADER
NO KEDER
Bersama ini, saya lampir-kenangkan sepenggal
historiografi mini, penjabaran singkat seputar jurus serta refleksi mereka atas perjalanan THS -THM selama 31 dan 32 tahun ada dan mengada di bumi Indonesia.
Kami THS THM
Kami ada dan ber-saudara
Kami Indonesia dan ber-Pancasila
NB:
A.
HISTORIOGRAFI.
THS atau Tunggal Hati Seminari adalah sebuah aliran dari bela-diri khas Indonesia, yakni pencak silat - yang bernafaskan agama Katolik, didirikan oleh 7 dewan pendiri, yang pada awalnya dirintis oleh Romo Martinus Hadiwijaya yang kebetulan pernah berkarya bersama saya di Paroki Pasar Minggu Jakarta. Romo Hadi panggilannya. "HAdir untuk mengabDI" arti namanya.
THS atau Tunggal Hati Seminari ini ini memiliki motto "Pro Patria et Ecclesia" yang berarti perjuangan "Demi Bangsa dan Gereja", sejajar-ajar dengan aksioma khas Mgr Soegija, "100 % Katolik, 100 % Indonesia."
Sedangkan semboyan perjuangan mereka, diambil dari sebuah "stratak" (strategi taktik) khas orang Latin, yang berbunyi: "Fortiter in re, Suaviter in modo", yang berarti "kokoh dalam pendirian namun lembut dalam cara mencapainya, dimana 'core values' atau sikap dasar yang mau ditampakkan yaitu sikap berani, ulet dan rendah hati.
Dinamakan sebagai "Tunggal Hati Seminari" karena bercikal bakal dari kompleks di dalam area Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan. Ya, latihan pertama pencak silat THM diadakan pada tahun 1983 di Seminari Petrus Kanisius Mertoyudan, yang diajarkan oleh Frater Martinus Hadiwijoyo. Saat itu, latihan sama dengan latihan pencak silat pada umumnya: langkah, pukulan, dan tendangan.
Awalnya ada 90 orang seminaris bergabung, namun, seiring berjalannya waktu semakin berkurang tinggal 11 orang ("11 rasul") yang tekun berlatih, padahal 1 tahun lagi Frater Hadiwijoyo akan ditahbiskan dan hal itu berarti ia tidak lagi bertugas di Seminari.
Maka, saat liburan tiba, ia mengajak ke- "11 rasul" yang adalah siswa seminaris tersebut untuk mengadakan gladi rohani, semacam khalwat atau retret sekaligus mematangkan gerakan pencak silat.
Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris berjalan kaki dari Kentungan menuju Kaliurang, di lereng Gunung Merapi. Sampai di Kaliurang, mereka mengolah rohani dan sekaligus mematangkan gerak jasmani pencak silat.
Pada liburan berikutnya, Frater Hadiwijoyo mengajak para seminaris ke Pantai Parang Tritis, Yogyakarta dan disinilah tercipta jurus-jurus otentik seminari yang dikreasi sendiri oleh para seminaris. Jurus-jurus ini menggunakan gerak abjad "A sampai Z".
Tanggal 4 Juli 1984, Frater Hadiwijoyo ditahbiskan menjadi imam Diosesan dan ditugaskan bersama dengan Jesuit di Paroki Santo Fransiskus Xaverius Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Disini, Romo Hadiwijioyo prihatin melihat kaum muda yang enggan beraktivitas di gereja dekat pelabuhan itu yang selain terkenal dengan kehidupan keras khas para pelaut dan perantau juga identik dengan aneka tempat yang konon banyak premannya seperti "Paul" (PAsar ULar) dan lokalisasi "Kramat Tunggak".
Diapun memanggil para seminaris untuk melatih mereka pencak silat. Beladiri ini sekaligus dijadikan sarana untuk aksi panggilan, sebuah kegiatan untuk mempromosikan seminari kepada kaum muda.
Seiring berjalannya waktu, para seminaris mengusulkan agar dibuat sebuah organisasi resmi. Akhirnya, tanggal 10 November 1985 – tepat peringatan Hari Pahlawan dan tahun 1985 sebagai Tahun Pemuda Internasional – diresmikanlah di Gelanggang Remaja Jakarta Utara berdirinya Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik, "Tunggal Hati Seminari." Gratias agimus tibi. Syukur kepada Tuhan, anggota yang tercatat waktu itu berjumlah 223 orang muda Katolik.
Satu tahun kemudian, 10 November 1986, diresmikan "Tunggal Hati Maria" (THM) untuk perempuan. Awalnya, wadah ini menjadi salah satu sarana aksi panggilan, namun akhirnya berkembang menjadi alat kerasulan khas dari bumi Indonesia.
Memasuki tahun 1987, konon jumlah anggota THS-THM sudah mencapai lebih dari 2300 orang muda yang tersebar-pencar di kota Jakarta, Yogyakarta, Surakarta, Wonogiri, Muntilan, Bandung, Lampung dan Banjarmasin. Menyusul nantinya daerah Sulawesi dan pelbagai daerah di timur indonesia.
Secara ideal, organisasi nirlaba ini memiliki jalur koordinasi mulai dari tingkat pusat hingga di daerah-daerah. Di pusat, terdapat Koordinatorat Nasional yang berkedudukan di Jakarta.Di bawahnya, terdapat distrik-distrik yang mengikuti wilayah keuskupan. Sementara di tingkat paroki, terdapat ranting organisasi THS. Selain itu, ada pula unit latihan khusus, misal di sekolah-sekolah atau pendidikan tinggi.
Sampai sekarang, THS-THM terus berkembang seiring dengan bertambahnya waktu, bahkan merambah hingga negara-negara tetangga, seperti Timor Leste.
Asas:
THS (Tunggal Hati Seminari) dan THM (Tunggal Hati Maria) berasaskan Pancasila dan beriman Katolik
Sifat:
Kehidupan dan hubungan dalam THS - THM bersifat kekeluargaaan, persaudaraan, kebersamaan dan kesetiakawanan dengan semangat Katolik.
Kemandirian :
Organisasi THS - THM dibentuk oleh rohaniwan Katolik dan kaum awam Katolik secara mandiri dengan tidak berafiliasi pada salah satu organisasi politik manapun.
Tujuan:
Membina dan mengembangkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sikap mental, nilai-nilai dan tingkah laku yang baik sehingga setiap anggota THS-THM menemukan kepribadian/jatidirinya sendiri dalam beriman Katolik.
Membina dan mengembangkan aspek olahraga, beladiri pencak silat, mental spiritual, kebangsaan, seni budaya dan kesehatan dalam menuju masyarakat yang berbudi pekerti luhur sebagai sarana pembangunan manusia seutuhnya.
Fungsi:
THS - THM berfungsi sebagai wadah perjuangan kaum awam Katolik untuk mencapai tujuan organisasi dan pembinaan bagi anggota-anggotanya.
Tugas Pokok:
Mengusahakan agar THS - THM beserta nilai-nilainya dapat menjadi sarana untuk membangun manusia seutuhnya yang berketahanan jasmani dan rohani, mampu membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan gereja.
Memantau, menampung, menyalurkan serta memperjuangkan terwujudnya aspirasi seluruh jajaran THS-THM.
Merencanakan dan mengembangkan THS-THM beserta nilai-nilainya untuk meningkatkan kemajuan sosial ekonomi, budaya, pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menggali, melestarikan, mengembangkan serta memasyarakatkan kesenian yang berkembang dalam masyarakat Indonesia khususnya Pencak Silat sebagai karya nyata yang memperkaya seni budaya nasional dan sumbangan bagi seni beladiri universal.
Semboyan:
Semboyan THS-THM adalah "Pro Patria et Ecclesia" yang berarti "Untuk Tanah Air dan Gereja."
Motto:
Motto perjuangan THS - THM adalah "Fortiter In Re, Suaviter In Modo", yang berarti "kokoh kuat dalam prinsip, dan luwes lembut dalam cara mencapainya."
Janji Prasetya:
Dengan kemauan sendiri dan itikad baik, saya menyatakan:
Bersedia menjadi anggota Organisasi Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria dengan segala tanggung jawabnya. Apabila saya melanggar ketentuan yang telah digariskan oleh organisasi maka saya bersedia dikeluarkan dari organisasi.
Maka saya berjanji:
Bersedia menjadi pribadi yang rendah hati
Berani menjaga, membela dan mengembangkan nama baik Organisasi
Taat dan setia sampai mati bagi Gereja Katolik Roma[
Bersedia taat dan patuh kepada orang tua
Menghayati dan mengamalkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Semoga Tuhan Yesus dan Bunda Maria berkenan memberkati Janji Prasetya saya ini, Amin.
===
Janji Prasetya ini wajib dikumandangkan oleh semua anggota pada setiap kegiatan THS-THM.
B.
BERENANG DI ARUS JAMAN.
Refleksi atas perjalanan THS -THM
(TUNGGAL HATI SEMINARI & TUNGGAL HATI MARIA) setelah berusia 32 dan 31 tahun”
Gloria,
Jika THS-THM boleh digambarkan sebagai satu perahu, maka perahu itu berada di aliran air yang mengalir, namun tetap bisa menentukan arah tujuannya – tidak sekedar ikut arus bahkanterhanyut di dalamnya.
Arah tujuan suatu perahu juga tidak hanya mengikuti arah air mengalir, tetapi kadangkala juga melawan arus air tersebut demi mencapai tujuannya.
Sudah selama 32 dan 31 tahun, THS-THM ini berada di atas muka bumi ini, menyatakan
keberadaannya dengan kegiatan Pendidikan Karakter dengan sarana seni budaya Pencak Silat.
“Perahu” THS-THM telah dibentuk oleh para Dewan Pendiri dengan beberapa unsur yakni :
Pendalaman iman, berlatih Pencak Silat, berlatih mengupayakan rekreasi, dan juga
berlatih sekaligus menjalankan organisasi.
Sebagai “Perahu” yang sudah jelas fungsi dan arahnya, tentu saja tetap harus dijaga arah tujuannya dan juga unsur-unsur pembentuk perahu tersebut, agar tetap kuat, tidak rapuh, atau bocor – dan tetap berfungsi baik untuk membawa orang-orang yang ada di dalamnya.
Bergeraknya THS-THM sebagai wadah yang sudah punya arah ini, berada di dalam arus jaman. Maka yang perlu tetap dijaga adalah: Bagaimana agar perahu tersebut tetap kokoh, kuat dan tetap mengarah pada tujuan. Mengutip Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus yang mengatakan:
“Saudara-saudara, kamu adalah ladang Allah dan bangunanNya. Sesuai dengan kasih
karunia Allah yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang
cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-
tiap orang harus memperhatikan bagaimana ia harus membangun di atas dasar itu.
Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang
telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus. Tidak tahukah kamu bahwa kamu adalah Bait
Allah, dan bahwa Roh Allah ada di dalam kamu?” (lihat : 1 Kor 3:9b-11).
Para pendiri THS-THM telah meletakkan dasar ketika membangun THS-THM yakni iman akan
Yesus Kristus dalam Gereja Katolik Roma. Maksud dan tujuan dibangunnya THS-THM tertuang dalam rumus JANJI PRASETYA ANGGOTA THS-THM.
Dengan kemampuan yang terbatas namun dalam komitmen yang kuat (disinilah keahlian dalam kerendahan hati diusahakan dihayati), Dewan Pendiri THS-THM mempersiapkan anggotanya yang kemudian secara estafet dan bertahap mempercayakan penggembalaan dan kepemimpinan yang melayani, kepada generasi penerus.
Tentu saja semangat penggembalaan
dan kepemimpinan yang melayani tetap berpegang pada Roh yang dihidupi sejak awal yakni Roh Allah – Roh Cinta Kasih. Generasi penerus yang dipercaya untuk memimpin dan menggembalakan THS-THM ini harus tetap memperhatikan arah dan tujuan THS-THM.
Seperti
yang dikatakan oleh Rasul Paulus, “Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan bagaimana ia harus membangun di atas dasar itu. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain daripada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus”.
Makna berenang di arus jaman adalah bahwa THS-THM akan selalu berada di dalam arus pemikiran, kemauan, dan kepentingan yang bisa jadi tidak selalu selaras dengan Roh dan Arah THS - THM.
Jika arus yang berbeda atau tidak selaras itu ada di luar THS - THM, masih mudahlah
untuk mengantisipasi dan menghadapinya. Namun jika arus itu sudah masuk ke dalam THS -THM, maka harus segera diluruskan. Ibarat nahkoda kapal yang sudah sudah mulai membelokkan kapalnya dan memutar haluan sehingga justru menjauh dari tujuan, maka harus ada yang berani mengembalikan arahnya.
THS - THM yang telah dibangun atas dasar iman akan Yesus Kristus untuk meneladan
kerendahan hatiNya, kesetiaanNya, semangat kasih pengorbanan dan pelayananNya yang
tanpa pamrih, supaya sampai kepada Bapa, ke padang rumput yang hijau, harus terus dijaga.
Siapapun yang memimpin THS -THS ini harus tetap memperhatikan bagaimana ia harus
melanjutkan membangun di atas DASAR yang telah ditempatkan.
Setelah perjalanan waktu selama 32 dan 31 tahun, kita menemukan sendiri bahwa THS - THM ini sebagai perahu kondisinya ada bagian-bagian yang lapuk dan mulai bocor.
Arah haluan THS -THM juga kadang mengalami perubahan arah yang tidak jelas. Menghadapi arus jaman, kadang
tidak mampu menjaga arah yang tetap tetapi justru terhanyut di dalamnya.
Sebagai bangunan yang telah dimulai dengan dasar yang kokoh, kadang dasar itu tidak diperhatikan lagi, malah muncul bangunan di dalam bangunan yang tanpa dasar.
Kini saatnya kita bangkit untuk membenahi bangunan perahu THS-THM, agar tetap kokoh pada dasar yang telah ditempatkan dan tetap kuat berenang di arus jaman. Inilah saatnya kita ambil kesempatan merayakan Hari Ulang Tahun THS-THM ke 32 dan 31 tahun ini sebagai saat KEBANGKITAN THS - THM kembali kepada ROH ALLAH yang telah membimbing GerejaNya, agar
ROH yang satu dan yang sama itu juga yang memimpin seluruh anggota THS - THM untuk
kembali memperhatikan dasar dan tujuan THS - THM ketika didirikan.
Organisasi, ataupun pelatihan Pencak Silat di THS - THM bukanlah sebagai tujuan, melainkan sebagai sarana Pendidikan Karakter Katolik dan Nasionalis; yang profesional sekaligus rendah hati; yang mempunyai kemampuan kemandirian yang kuat sekaligus dalam kesatuan koordinasi; sebagai awam yang mumpuni dalam kesaksian dan pelayanannya sekaligus tetap dalam ketaatan/kesetiaan kepada Gereja dan hirarkinya.
ProPatria et Ecclesia.
Selamat Ulang Tahun
Deo Gratias.
Jakarta, 10 November 2017.
C.
MENG-HORISONTAL-KAN "THEOLOGY OF BODY" (TEOLOGI TUBUH ALA JP II)
SIKAP
Sikap adalah saat tubuh dian tidak bergerak pada suatu kedudukan (posisi). Dari posisi suatu sikap tubuh dapatlah ditentukan arah dan jarak suatu tujuan (sasaran), dan untuk menentukan arah dan jarak, digunakanlah sisi dari sebuah sikap sebagai latar muka untuk melakukan tidakan pembelaan diri, yaitu sisi kiri atau kanan, sisi depan atau sisi belakang., sisi atas atau bawah, sisi tinggi/ rendah, luar atau dalam.

KENAAN DAN TUMPUAN
1. KENAAN - adalah bagian anggota tubuh yang sengaja digerakan untuk berhubungan langsung dengan tubuh lawan agar cidera.
Penggunaan "bentuk sikap"
Telapak dan jari tangan mengepal. Meninju/ menumbuk.
Telapak dan jari tangan lurus merentang. Menampar/ menepis.
Telapak dan jari tangan membentuk cakar. Mencakar/ Mencengkeram.
Jari telunjuk lurus merentang. Tusukan
2. TUMPUAN - adalah bagian permukaan tubuh yang digunakan sebagai titik untuk berpijak, dengan sudut yang bersesuaian pada saat menekan lantai.Tumpuan yang baik membuat keseimbangan tubuh jadi selaras, dan berguna dalam membentuk sikap atau pada saat melakukan gerak.
Tumpuan merupakan komponen dasar dalam membentuk kuda-kuda, dengan kekuatan ujung- ujung jari telapak kaki yang terarah masuk sedikit kedalam dapat mencengkeram lantai.
Bukan hanya kaki, Punggung dan bahu juga berfungsi sebagai tumpuan dalam melakukan gulingan (roll),ataupun paha dan betis bagian luar pada saat melakukan sikap kuda-kuda bawah.
KUDA-KUDA DAN PASANG
Kuda-kuda adalah suatu bentuk sikap tubuh yang bersiap sedia menghadapi lawan, dan menjadi
titik tolak dalam melakukan tindakan pembelaan diri : bertahan, menyambut serang ataupun menyerang lawan.Kuda- kuda yang baik ditentukan oleh letak dan bentuk yang tepat, dimulai dari tumpuan (pijakan), lutut, paha dan pinggul/ pinggang.
Kuda- kuda merupakan sikap dasar yang terbentuk dari latihan yang bertahun- tahun, dan yang dilakukan dengan penuh kesabaran dan berulang- ulang.Tujuan yang prinsipil dalam pembentukan kuda- kuda adalah kemantapan (stabilitas), yaitu kemampuan memadukan keseimbangan (balancing) dengan kekuatan / strength.
Struktur kuda-kuda menentukan kecepatan koordinasi tungkai dan mekanisme bertarung, ada gerakan yang pendek dan kuat menghentak, atau gerakan berirama namun tepat dan keras.
Dari pembentukan sikap kuda-kuda inilah timbul pengertian mengenai tujuan dan daya guna gerak berikutnya, kemudian ditemukanlah suatu bentuk sikap yang sangat dikuasai oleh seorang pesilat, dan dapat digunakan begitu saja (otomatis) untuk menghadapi berbagai bentuk serangan, inilah yang disebut Pasang, atau bentuk sikap bebas, yaitu berdasarkan improvisasi pelaku- nya.
a. Pengelompokan Sikap Dasar
Kuda-kuda Tinggi ; - Depan, -Tengah, -Hadap, -Belakang.
Kuda-kuda Rendah ; -Depan, -Tengah, -Hadap, -Belakang.
Kuda-kuda Bawah : -Depan, -Tengah, -Hadap, -Belakang.
Pemberian nama kuda-kuda berdasarkan bentuk sikapnya, pemberian nama : Tinggi, Rendah dan Bawah ditinjau dari letak sikapnya, pemberian nama : Depan, Hadap, Tengah dan Belakang ditinjau dari sisi sikapnya.
GERAK merupakan perubahan bentuk bangun atau perpindahan letak suatu wujud tampilan.
BENTUK SIKAP LINTASAN GERAK FUNGSI SASARAN
Telapak dan jari- jari tangan - Melesat lurus kedepan. Pukulan Depan Wajah.
mengepal dipinggang.
Jari telunjuk merentang lurus. Melesat lurus kedepan Tusukan Mata
Kedua telapak dan jari – jari - Melesat lurus kedepan Sorogompo Dada
tangan mengepal.
GERAK DASAR adalah perpaduan antara bentuk sikap dengan lintasan gerak untuk melakukan tindakan beladiri.Pemberian nama Gerak Dasar oleh organisasi ditinjau dari kegunaan/ fungsi tindakannya, dan diterapkan sebagai materi baku.
b. Pengelompokan Gerak Dasar
1.Hindaran atau mengelak, adalah menjauhkan atau meluputkan diri dari lintasan serang lawan.
Sebagian besar hindaran termasuk dalam Tata Langkah, termasuk juga serangan kaki atau tangkisan oleh kaki, sebab setiap kaki menyerang/ menangkis selalu terjadi langkah.
Tata Langkah adalah cara mengatur langkah untuk menentukan arah dan jarak dari lawan, jarak mempengaruhi kesempatan (waktu) yang ditempuh dalam melakukan tindakan beladiri.
Jenis-jenis Langkah
A. Langkah Manunggal, mengangkat dan memindahkan satu pijakan kaki ke arah lain
B. Langkah Ganjil, yaitu melangkah dengan meniggalkan tumpuan lama, hinggap dengan satu tumpuan/ pijakan pada 1 titik mata angin di lingkaran imajiner, antara titik mata angin bersudut 45 derajat, yang terdiri dari : Lgk Gi 1 s/d 12
C. Langkah Ganda, yaitu melompat, meninggalkan tumpuan lama, hinggap dengan dua pijakan sekaligus pada 1 titik mata angin untuk kaki depan dan diluar lingkaran imajiner untuk kaki belakang, terdiri dari: Lgk Ga 1 (Rangsek Maju), 5 (Rangsek Mundur), 12.
D. Simpir, yaitu setengah melangkah maju atau mundur, kedua kaki jadi bersilang. Simpir terdiri dari:, Simpir Maju Depan, Simpir Maju Belakang, Simpir Mundur Depan, Simpir Mundur Belakang
Keterangan : Berguling (Roll) Maju atau Mundur merupakan cara melakukan perpindahan letak dari dan ke Kuda-kuda Bawah.
Tangkisan - Tangkisan adalah cara menahan atau mengalihkan serangan lawan (Antisipasi). Jenis–jenis Tangkisan, terdiri dari: Tangkis Atas, Tangkis Atas Luar, Tangkis Samping Luar, Tangkis Bawah Luar, Tangkis Bawah, Tangkis Bawah Dalam, Tangkis Samping Dalam, Tangkis Atas Dalam, Silang Bawah, Silang Atas, Tepis Bawah, Tepis Atas, Buang Bawah, Buang Atas, Potong Bawah, Potong Atas.
Keterangan
• Tepis -mengalihkan serangan lawan dengan cara menampar atau menolak.
• Buang menangkap dan mendorong/ melempar
Serangan - adalah menghantam lawan dengan tujuan membuat lawan tidak berdaya.
Balas - adalah menyerang setelah menghindar/ menangkis.
Jenis-jenis serangan
Pukulan, terdiri dari: Belah, Belah Luar, Tebang, Sangga Luar, Sangga, Sangga Dalam, Tebas, Belah Dalam, Pukulan Maju, Sorogompo, Sikut Maju, Sikut Depan, Sikut Samping, Sikut Bawah, Sikut Belakang, Pasu Depan, Pasu Samping.
Tendangan, terdiri dari: Lututan Depan, Lututan Samping, Tangguhan, Tendangan Depan, Tendangan Samping, Sabitan, Tendangan Berganti, Trap, Gjrosan, Kepetan, Samplakan, Tendangan Balik, Paculan Depan, Paculan Belakang, Pengkalan Maju, Pengkalan Mundur, Sapuan Atas, Sapuan Bawah, Gamparan Atas, Gamparan Bawah, Tendangan Kuda, Jlontrotan, Cecak an, Guntingan.
Keterangan :
• Sapuan Atas, berfungsi untuk mengait.
• Cecak an, dan Guntingan berfungsi untuk mengunci.
• Lintasan gerak Gamparan Bawah adalah berputar melingkar (Circle)
• Samplakan, Kepetan, Tangguhan dan Trap dapat digunakan untuk menangkis.
c. JURUS DAN KEMBANGAN
Jurus, adalah perpaduan beberapa gerak dasar yang ditetapkan.
Jurus menunjukkan identitas suatu disiplin seni beladiri, hampir setiap jurus pencak silat THS-THM terangkai dalam 7 lintasan gerak dasar terikat, dan setiap jurus diberi nama berdasarkan abjad (huruf) Latin, jadi berjumlah 26 jurus.
Dengan merangkai jurus (huruf) menjadi kata atau kalimat, terbentuklah Kembangan Wajib.
Kembangan adalah seni merangkai gerak beladiri pencaksilat. Kembangan Bebas adalah seni merangkai gerak pembelaan diri yang tidak terikat dengan ketentuan, dan dapat juga dirangkai secara bebas dari beberapa gerak dasar.
Kembangan Bebas dapat dilakukan dengan cara :
“ Shadow Fighting”, yaitu dimulai dari membentuk sikap kuda-kuda atau pasang , dilakukanlah pola langkah sambil menerapkan tindakan beladiri (mengelak,menangkis dan menyerang) dalam menghadapi satu atau beberapa lawan yang dibayangkan (visualization)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar