HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Renungan Sabda untuk Misa Malam Natal.
A.
“PAX - Damai”
Inilah nama album Natal yang kami buat bersama Omah Poenakawan yang juga sebenarnya menjadi harapan iman kita menjelang misa di malam natal hari ini seperti yang dialami Zakaria dan Elisabeth pada bacaan hari ini.
Elisabeth yang mandul ternyata mengandung dan melahirkan dengan selamat. Zakharia yang bisu ternyata mendadak sembuh setelah ia memberi nama anaknya Yohanes.
Pastinya, saat-saat menjelang kedatangan Tuhan disertai banyak "berkat". Adapun Zakharia yang telah disembuhkan juga semakin merasakan bahwa ada karya Allah yang datang di balik berbagai peristiwa hidup keluarganya. Kebisuan telah memberinya banyak kesempatan untuk mensyukuri perjalanan hidupnya. Maka dari itu, yang pertama keluar dari mulutnya ketika ia sembuh adalah puji-pujian bagi Allah.
Ia bersyukur bukan hanya karena Allah menganugerahkan berkat bagi keluarganya tapi karena Allah berkenan mengunjungi umatNya untuk membebaskan mereka dari penderitaan.
Ya, kegelapan akan tunduk di hadapan sinarNya yang cemerlang. Lebih lagi Zakharia bersukacita, sebab anaknya akan ambil bagian dalam karya keselamatan itu.
Dkl: Kedatangan Yesus adalah tanda bagi kita untuk menghentikan setiap "kesedihan dan air mata dukacita" yang digantikan dengan "kegembiraan dan mata air sukacita". Seperti Zakharia, marilah kita bersukacita memuji-Nya karena Ia "melawat' umatNya (Kel 3:16; Kel 4:31; Kej 21:1; Kej 50:24-26, Maz 65:10; Maz 80:15; Yer 29:10).
"Dari Kuta ke Tarsus - Maranatha-Datanglah ya Tuhan Yesus!"
"METAL - MET menjelang naTAL."
B.
“Sagrada Familia – Keluarga Kudus.”
Natal (Bhs.Porto: "kelahiran") adalah hari raya kelahiran Yesus yang notabene adalah sebuah peristiwa keluarga, sebab Tuhan berkenan datang serta hidup dalam sebuah keluarga. Dan, sebetulnya, ada lima teladan natal yang bisa kita petik bagi keluarga kita juga, yakni:
1.Sukacita.
Natal adalah hari raya penuh makna yang memikat, sebab pada hari itu dirayakan kelahiran seorang bayi. Sosok bayi selalu bermakna pun memikat, apalagi bayi yang delapan hari kemudian diberi nama Yesus ini, “menjadikan segala-galanya baik” (Markus 7:37).
Cerita kelahiran Yesus sendiri dalam Injil Perjanjian Baru ditulis dalam kitab Matius (1:18-25) dan Lukas (2:1-21). "Menjadi anak" di depan Allah adalah syarat untuk masuk ke dalam Kerajaan surga. Untuk itu, orang harus merendahkan diri, menjadi kecil; lebih lagi: seperti Nikodemus, orang harus "dilahirkan kembali" (Yoh 3:7), "dilahirkan dari Allah" (Yoh 1:13), supaya "menjadi anak Allah" (Yoh 1:12). Rahasia Natal terjadi di dalam kita, kalau "rupa Kristus menjadi nyata" (Gal 4:19) di dalam kita.
Jelaslah, Natal adalah misteri sukacita, "pertukaran yang mengagumkan":
"O pertukaran yang mengagumkan! Pencipta sudi menjadi manusia dan lahir dari perawan. Tidak diperanakkan oleh seorang laki-laki, Ia datang ke dunia dan menganugerahkan kepada kita kehidupan ilahi"
(Antifon Ibadat Sore 1 Januari).
2.Sederhana.
Dalam kisah Natal, dinyatakan, karena Maria dan Yusuf tidak menemukan tempat menginap, mereka membenahi sebuah tempat hina di sebuah kandang. Di tempat yang begitu sederhanalah, Maria melahirkan dan meletakkan Yesus di palungan, tepatnya di Betlehem Efrata, Yudea, di kampung halaman Daud, leluhur Yusuf.
Tampak juga, dalam kandang/goa Natal, Yesus kecil terbaring diantara orang-orang sederhana dan lemah. Ia mau menjadi lemah dalam dan bersama kita, manusia yang jelas-jelas lemah. Inilah kado Natal Tuhan bagi kita. Ia datang dalam kesederhanaan. Ia menjadi teman dalam kelemahan. Yesus datang ke dunia dalam kemiskinan: sebuah kandang, dalam keluarga yang tidak kaya; para gembala sederhana adalah saksi-saksi pertama kejadian ini.
Dalam kemiskinan ini bersinarlah kemuliaan surga. Gereja tidak bosan-bosan, menyanyikan kemuliaan malam Natal ini:
“Perawan melahirkan hari ini Yang Abadi
dan bumi menyediakan gua untuk yang tidak dapat dihampiri, para malaikat dan gembala memuji Dia dan para majus mendekat dengan bintang, karena Engkau dilahirkan tuk kami, Engkau Anak mungil, Engkau Allah abadi!”
(Kontakion oleh Romanos)
3.Setia.
Menurut Injil Lukas, Maria mengetahui dari seorang malaikat bahwa dia telah mengandung dari Roh Kudus tanpa persetubuhan. Setelah itu dengan setia, mereka meninggalkan rumah di Nazaret untuk berjalan ke rumah leluhur Yusuf di Betlehem, untuk mendaftar dalam sensus yang diperintahkan oleh Kaisar Romawi, Agustus. Yusuf pun juga setia, walaupun dia tidak tahu siapa dan apa rencana Tuhan bagi keluarganya, dia tetap setia menemani Maria, bahkan sampai mengungi ke Mesir, yang begitu jauh tempatnya bukan?
4.Sabar.
Kedatangan Tiga orang Bijak dari Timur -- yang diduga berasal dari sekitar Arab atau Persia - untuk melihat Yesus yang baru dilahirkan menampakkan sifat sabar ini. Ketiga orang bijak tersebut, yang kerap disebut, Kaspar, Baltasar dan Melkhior ini, dengan sabar terus mengikuti Bintang, dari daerah Timur Tengah, sampai tiba di Yerusalem dan melaporkan kepada raja Yudea, Herodes Agung, sampai akhirnya merekapun tiba di kota Betlehem. Yohanes Pembaptis juga dengan sabar, terus bernubuat tentang pentingnya pertobatan.
5.Saling memberi.
Tiga raja memberikan emas, kemenyan, dan mur kepada bayi Yesus. Malaikat memberikan kabar sukacita kepada dunia, “Pada malam ketika Tuhan Yesus dilahirkan, para malaikat dan bala tentara surga memuji Allah dan berkata, "Damai sejahtera di bumi, diantara manusia yang berkenan kepadanya " (Lukas 2:14).
Para gembala memberikan kesiap-sediaannya untuk bergegas pergi ke kandang Yesus. Beberapa nyanyian Natal menyebutkan bahwa para gembala itu melihat sebuah bintang yang besar bersinar di atas kota Betlehem. Mereka mengikuti bintang itu hingga ke tempat kelahiran Yesus.
Para Nabi, dari Yesaya sampai Yohanes Pembaptis memberikan kesaksian dan nubuatnya tentang kedatangan Tuhan, bertobatlah-siapkan jalan bagi Tuhan.
Yosef memberikan perasaannya karena tunangannya hamil terlebih dahulu sebelum dinikahi. Maria memberikan rahimnya buat Yesus.
Dan terakhir serta tak terlupakan, ternyata Tuhan Allah sendiri memberikan Putera Tunggalnya kepada kita semua.
Disinilah, kita bisa bertanya, bukankah setiap kali kita melakukan lima teladan ini, kita melahirkan natal kembali dalam hati kita?
"Cari bantal di Kramat Jati - Selamat menyambut Natal dan Tuhan memberkati."
C.
“KELUARGA”.
Salah satu fokus utama Natal tercandra bahwasannya kedamaian dan sukacita Natal dimulai dari keluarga kita sendiri, karena jelas bahwa Yesus juga datang dari sebuah rumah bernama “KELUARGA”.
Adapun empat gelar Yesus yang menjadi contoh sebuah “Keluarga Allah” adalah Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Dengan keempat gelar tersebut, Yesus tampil sebagai seorang yang datang dari Allah, misi-Nya adalah menegakkan Keluarga Kerajaan Allah
Penjelasan tentang empat gelar Yesus, al:
1). Mesias disebut "Penasihat ajaib", karena Dia sendiri akan menjadi keajaiban adikodrati yang membawakan hikmat sempurna dan karenanya, menyingkapkan rencana keselamatan yang sempurna.
2). Dia digelari "Allah yang perkasa", karena dalam DiriNya seluruh kepenuhan ke-Allah-an akan berdiam secara jasmaniah (bdk. Kol. 2:9, bdk. Yoh. 1:1.14).
3). Disebut "Bapa yang kekal" karena Mesias datang bukan hanya memperkenalkan Bapa Sorgawi, tetapi Ia sendiri akan bertindak terhadap umat-Nya secara kekal bagaikan seorang Bapa yang penuh dengan belas kasihan, melindungi dan memenuhi kebutuhan anak-anak-Nya (Bdk. Mzm. 103:3).
4). Raja Damai, karena pemerintahan-Nya akan membawa damai bagi umat manusia melalui pembebasan dari dosa dan kematian (bdk. Rm. 5:1; 8:2).
Nubuat nabi Yesaya mengenai tokoh Mesias tersebut selalu dihidupkan di dalam Gereja sebagai bahan renungan Natal. Memang sudah selayaknya nubuat itu, lebih-lebih yang berkaitan dengan gelar "Raja Damai" selalu direnungkan kembali. Dunia, khususnya keadaan negara dan bangsa kita masih harus menghadapi berbagai persoalan yang mengancam kedamaian dan keadilan.
Sejumlah permasalahan bangsa antara lain: masih adanya tindakan (gerakan) intoleransi yang merusak kehidupan beragama, perusakan alam dan lingkungan hidup, kejahatan korupsi, dan lemahnya integritas para pemimpin bangsa dan agama. Keprihatinan dan kegembiraan yang dialami negara dan bangsa kita menjadi renungan yang tepat di malam Natal ini karena kedatangan Yesus yang membawa keselamatan dan damai sejahtera belum dapat diwujudkan sepenuhnya karena berbagai kendala tersebut.
Boleh dikatakan bahwa dunia di sekitar Yesus pada waktu itu tidak jauh berbeda dengan zaman sekarang. Zaman Yesus juga diliputi oleh berbagai tindakan intoleransi, bahkan intoleransi internal ketika para pemuka agama saling berebut pengaruh dan menganggap kelompok mereka yang paling benar. Kelompok imam, kelompok Farisi, dan kelompok Herodian adalah kelompok-kelompok yang mempunyai masa sendiri-sendiri. Kelompok-kelompok tersebut tidak kompak.
Oleh karena itu, tekanan penjajahan Romawi tidak dapat dienyahkan. Meskipun tidak kompak namun anehnya mereka semua dapat satu kata ketika melawan Yesus dan menghendaki kematian-Nya.
Kondisi memprihatinkan di saat kelahiran Yesus
Kasus korupsi, merosotnya moral serta rapuhnya integritas para pemimpin rakyat dan umat sudah terjadi di zaman Yesus. Mungkin yang tidak menjadi issue pokok adalah soal pelestarian alam. Yesus dilahirkan di dalam situasi kemiskinan dan penindasan yang dialami oleh bangsa Yahudi pada umumnya. Yusuf dan Maria hanyalah sebagian dari bangsa jajahan yang harus tunduk kepada penjajah Roma untuk melakukan sensus. Hal itu terjadi sekitar tahun 6 sM.
Seperti kita tahu, sensus penduduk dilakukan untuk menentukan seberapa besar pajak yang dapat ditarik dari rakyat. Jadi, kepergian Yusuf dan Maria dari Nazaret ke Betlehem adalah demi kepentingan penjajah. Sensus semacam itu diadakan oleh pemerintah Roma setiap 14 tahun sekali. Orang-orang harus kembali ke tanah asal mereka, yaitu ke tempat di mana mereka masih mempunyai tanah hak milik mereka berdasarkan warisan. Jadi, yang penting bukan kembali ke daerah di mana mereka dilahirkan tetapi kembali ke daerah di mana mereka masih mempunyai tanah warisan. Diperkirakan Yusuf masih punya tanah warisan di Betlehem. Bisa jadi Yusuf memang dibesarkan di Betlehem sebelum migrasi ke Nazaret.
Yesus lahir di palungan
Maria disebut sebagai tunangan Yusuf. Ikatan pertunangan ini sudah punya kekuatan hukum, tetapi keduanya masih belum diperbolehkan berhubungan suami isteri. Sebenarnya cukup Yusuf saja yang harus ke Betlehem untuk mendaftarkan diri. Namun, Maria yang sedang mengandung tua itu dibawanya serta ke Betlehem meskipun jarak dari Nazaret ke Betlehem sekitar 120 km. Jika ditempuh dengan berjalan kaki, dibutuhkan waktu sekitar 4 sampai 5 hari. Mengapa Maria dibawa serta? Kemungkinannya, Yusuf tidak mau meninggalkan Maria di Nazaret berhubung dengan kandungannya yang sudah besar itu. Yusuf membuktikan dirinya sebagai orang yang bertanggungjawab atas keluarganya.
Ternyata benar, Maria melahirkan anaknya ketika mereka berada di Betlehem. Tempat di mana Yesus dilahirkan ditunjukkan dengan ungkapan "dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan" (ay. 7). Karena Yesus dibaringkan di palungan, dapat diduga bahwa ia lahir di kandang hewan. Apalagi ayat 8 mengisahkan adanya para gembala dan kawanan ternak. Maria terpaksa melahirkan bayinya di tempat yang tidak semestinya karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Para gembala sebagai kelompok pinggiran
Para gembala yang sederhana itu justru mendapat kehormatan didatangi malaikat dan diberi warta tentang kelahiran Yesus Juruselamat. Para gembala sebenarnya termasuk kelompok yang dipandang rendah oleh kelompok yang setia pada hukum kebersihan kultis. Mereka dianggap tidak akan mampu mengikuti hukum-hukum ibadat secara detil. Pekerjaan yang mereka lakukan tentu menjadi hambatan bagi mereka untuk secara hukum dan peraturan ibadat, misalnya keharusan untuk mencuci tangan, bersih dari hal-hal yang menajiskan, dsb. Para gembala itu berjasa menggembalakan domba-domba yang disediakan untuk upacara korban di Bait Allah Yerusalem. Betlehem berada sekitar 8 km sebelah Selatan Yerusalem.
Namun jasa mereka terhadap Bait Allah itu tidak menolong nama baik mereka. Bagaimanapun juga mereka biasa digolongkan sebagai kelompok yang kurang taat pada aturan-aturan agama, terasing dari dunia Bait Allah. Justru kepada kelompok yang tersingkir dari kalangan Bait Allah inilah Tuhan berkenan memberitakan warta gembira keselamatan. Isi dari pewartaan para malaikat adalah: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan" (ay. 10-12). Sunggubh ironis, bahwa para gembala yang tidak diperkenankan oleh para imam Bait Allah untuk menjadi saksi di pengadilan itu kini dikehendaki oleh Alah sendiri sebagai saksi dari kemuliaan dan karya keselamatan-Nya. Wartanya jelas, bahwa Juruselamat telah lahir, tempatnya juga jelas (kota Daud, Betlehem), dan tandanya juga jelas (bayi dibungkus lampin, berbaring di palungan). Yang belum jelas bagi para gembala tentunya: Siapakah Juruselamat itu? Apakah makna keselamatan yang dibawa-Nya bagi para gembala? Kisah-kisah selanjutnya menyatakan bahwa para gembala dengan cara mereka sendiri dapat merasakan kegembiraan dan keselamatan yang diwartakan oleh para malaikat itu.
Kontras-kontras
Yang menarik dari Injil Natal adalah adanya kontras-kontras yang ditampilkan. Kebesaran duniawi dari Kaisar Agustus dikontraskan dengan kelembutan ilahi dari Yesus. Kuasa duniawi kaisar Agustus dikontraskan dengan kuasa surgawi Yesus. Kaisar Agustus terkenal sebagai kaisar yang ingin menciptakan “PAX ROMANA” (damai Roma). Ia berusaha sebisa mungkin untuk menciptakan damai di seluruh wilayah negara Roma dan jajahannya.
Dalam Injil hari ini, kaisar Agustus yang sering dipuja sebagai "juruselamat dunia" itu dibandingkan dengan Yesus Sang Juruselamat sejati. Ia membawa damai, tetapi bukan damai yang artinya "asal tidak ada perang". Damai Kristus adalah damai yang harus diwujudkan dari hati yang tulus dan menghendaki apa yang terbaik bagi Allah, sesama dan diri sendiri.
Peristiwa Penyelamatan
Kelahiran Yesus yang dipenuhi dengan suasana sederhana dan miskin itu dijadikan sebagai momen karya penyelamatan Allah. Ini semua terjadi karena Allah sungguh mengasihi umat-Nya sampai berkenan menunjukkan kemuliaan-Nya dengan tindakan kasih yang membebaskan manusia dari kuasa dosa, menguduskan manusia dan mengembalikan keutuhan ciptaan.
Menggali pesan bacaan
- Perayaan Natal tidak pernah absen dirayakan oleh umat Kristiani dari tahun ke tahun. Apakah makna Natal selalu sama? Tidakkah ada yang baru bagi kita karena kita merayakan peristiwa yang sama setiap tahun?
Ada sebuah kisah pendek:
Seorang gadis kecil diajak oleh neneknya pergi ke Gereja dan mengagumi gua Natal yang dipasang di dekat panti imam. Sang nenek berkata : "Lihat betapa indah patung-patung itu, lihat domba-domba yang rapi berjejer di sekitar Yesus bersama gembala mereka. Lampu-lampu goa berwarna-warni. Indah bukan?" Gadis kecil itu menjawab: "Ya nek, semuanya indah sekali. Namun ada satu hal yang menggangguku. Kenapa Yesusnya kecil terus? Besarnya masih sama dengan tahun lalu. Mengapa Yesus tidak tumbuh besar?"
Memang benar, patung bayi Yesus di gua Natal selalu kecil. Natal bagi kita tidak untuk merayakan tumbuhnya bayi Yesus, tetapi merayakan semakin tumbuhnya iman kita, semakin berkembangnya kedewasaan kita, terciptanya kehidupan yang semakin damai sejahtera, semakin besarnya kasih kita kepada Tuhan dan sesama, dsb.
- Apakah yang menjadi perhatian utama kita di saat Natal?
Sebuah kisah inspiratif lain mungkin dapat menjadi renungan kita:
“Mimpi Bunda Maria”
Yosef, aku bermimpi.
Aku tidak dapat memahaminya, namun mimpi itu tentang ulangtahun anak kita.
Umat kristiani dalam mimpiku mempersiapkan pestanya sekitar lima minggu.
Mereka telah menghiasi rumah dan membeli pakaian-pakaian baru.
Mereka rajin berbelanja dan membeli bermacam-macam hadiah.
Aneh bagiku, karena hadiah-hadiah itu bukan untuk Anak kita.
Mereka membungkusnya rapi dan meletakkannya di bawah sebuah pohon.
Ya betul Yosef, pohon buatan itu ada di dalam rumah mereka.
Mereka menghias pohon itu dengan lampu dan hiasan warna-warni.
Mereka memasang patung malaikat kecil di puncak pohon itu.
Semuanya tertawa-tawa dan tampak bahagia.
Yosef, mereka saling berbagi hadiah, tetapi tidak untuk Anak kita.
Aku tidak yakin apakah mereka mengenal Anak kita.
Mereka tidak pernah menyebut nama-Nya.
Aku rasa, jika Yesus ikut datang dalam pesta mereka,
mungkin akan mereka anggap pengganggu.
Betapa sedih jika Yesus tidak boleh hadir
di pesta ulangtahunnya sendiri.
Aku bersyukur bahwa itu hanya mimpi.
Betapa pahitnya Yosef, jika itu adalah kenyataan.
- Kita sekarang ini hidup di zaman kontras-kontras. Ada kaya-miskin, kuat-lemah, suci-profan, duniawi-surgawi, dan sebagainya. Yesus telah memilih lahir di tengah kelompok yang tersingkir, dengan cara yang amat sederhana. Gereja saat inipun setiap kali ditantang untuk menentukan pilihan. Pesta Natal mengingatkan Gereja akan perjuangan terus-menerus untuk mewartakan dan mewujudkan keselamatan. Adakah karya keselamatan Allah lewat Gereja sudah menjangkau mereka yang tertindas, tersingkir, menderita, miskin, terancam? Kita boleh yakin bahwa Gereja senantiasa mengemban obsesi untuk berpartisipasi pada karya keselamatan. Yang lebih penting bukan obsesinya, tetapi sejauh mana obsesi itu telah terwujud. Yang penting bukan teori tentang Natal tetapi buah-buah iman dari Natal.
Ada sebuah kisah lagi:
Seorang isteri sudah lama merindukan bukti cinta dari suaminya. Suatu kali dia memancing kepekaan suaminya untuk itu dengan menceritakan mimpinya: "Pak, aku tadi malam bermimpi kauberi bingkisan Natal. Di dalamnya kudapati gaun yang indah, sepatu warna coklat yang saya inginkan, dan sebuah jam tangan mungil yang indah. Kira-kira apa arti mimpi itu ya pak? " Suaminya menjawab dengan kalimat pendek dan meyakinkan, "Bu, nanti sore ibu akan tahu apa arti mimpi itu." Sang isteri amat gembira dan yakin bahwa di hari natal ini dia akan mendapatkan bukti cinta dari suaminya: gaun, sepatu dan jam tangan yang indah. Sorenya sang suami pulang dari toko, membawa sebuah bungkusan. Begitu masuk rumah, dia langsung memanggil isterinya dan berkata. "Bu, ini ada bingkisan untukmu?" Sang isteri gembira sekali karena pancingannya rupanya berhasil. Dengan antusias dibukanya bungkusan itu, ternyata isinya adalah sebuah buku yang berjudul: "Berbagai Tafsir dan Makna Mimpi".
Natal memang kisah yang indah dan mengharukan, namun tidak ada maknanya jika kisah itu tidak mengubah diri kita. Di hari Natal, orang lain membutuhkan bukti bahwa Yesus sungguh lahir di hati kita dan mengubah diri kita menjadi manusia yang semakin mampu mengasihi sesama. Namun, kerapkali Natal hanya berhenti pada kisah Yesus, Maria dan Yosef dua ribu tahun yang lalu.
D.
St. Ambrosius: Demi kita, Kristus hadir sebagai anak yang sederhana
Dia adalah seorang bayi dan juga seorang anak agar kalian sungguh menjadi manusia yang sempurna.
Dia dibungkus dalam kain lampin, agar kalian dibebaskan dari jerat dosa.
Dia berada di palungan, agar kalian bisa berada di sekeliling altar.
Dia berada di bumi agar kalian berada di antara bintang-bintang.
Dia ditolak oleh pemilik penginapan, agar kalian bisa berada di puri surga.
"Dia, yang kaya, menjadi miskin untuk kalian, karena dengan kemiskinan-Nya, kalian menjadi kaya."
Maka kemiskinan-Nya adalah warisan bagi kita, dan kelemahan-Nya adalah keutamaan bagi kita. Dia memilih untuk mengosongkan diri-Nya sendiri agar dapat menjadikan kita semua berkelimpahan. Isak tangis bayi itu membersihkan aku, air mata-Nya membersihkan dosaku.
Maka, ya Tuhan Yesus, aku menerima lebih banyak dari penderitaan-Mu karena aku telah ditebus lebih dari segalanya atas tindakan yang telah aku lakukan. ... Kalian melihat bahwa Dia berada di dalam kain lampin. Kalian tidak melihatnya di surga. Kalian mendengar tangisan seorang bayi, tetapi kalian tidak mendengar lenguhan seekor sapi yang mengenali Tuhannya, meskipun sapi tersebut mengenali Pemiliknya dan keledai yang berada di kandang juga mengenali Tuannya. [Exposition of the Gospel of Luke]
E.
St. Yohanes Chisostomus (547-407): Seluruh pesta perjamuan berasal dari kelahiran Yesus.
"Saat perjamuan segera tiba, dan ini merupakan perjamuan yang paling kudus dan bermakna. Tidak ada salahnya menyebut perjamuan itu sebagai yang utama dan ibu atas seluruh hari kudus. Perjamuan apakah itu? Perjamuan kelahiran Yesus dalam rupa manusia.
Dari situlah dimulai seluruh perjamuan, mulai dati Teofani (penampakan Tuhan), Paskah, Kenaikan Tuhan dan Pentekosta.
Darisanalah perjamuan tersebut berasal. Jika Kristus tidak hadir dalam rupa manusia, Dia tidak akan dibaptis dan menampakkan diri. Atau jika Dia tidak wafat di salib, tidak ada dasar untuk Paskah. Atau jika Dia tidak mengirimkan Roh Kudus, maka tidak ada perayaan Pentekosta. Maka, seperti banyak sungai yang diperanakkan dari sumber yang sama dan satu, perjamuan-perjamuan tersebut berawal dari kelahiran Kristus." (ON THE INCOMPREHENSIBLE NATURE OF GOD 6.23-24)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar