Ads 468x60px

APOGHTEMATA PATRUM EDISI AGUSTUS.



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
"TTS" - "TRIBUTE TO SAINT":
St. Antonius, Abas dkk. (PART VIII)
APOGHTEMATA PATRUM EDISI AGUSTUS.
(RJK. 2018).
The devil is afraid of us when we pray and make sacrifices. He is also afraid when we are humble and good. He is especially afraid when we love Jesus very much. He runs away when we make the Sign of the Cross.
-Saint Anthony, Abbot
01 Agustus
Ama Theodora ditanya tentang percakapan yang didengar oleh seseorang :
“Kalau seseorang biasa mendengarkan percakapan duniawi, bagaimana ia masih dapat hidup bagi Allah semata-mata, bagaimana nasihat ibu ?”
Ia berkata :
“Sama seperti ketika engkau duduk di meja makan dan ada banyak santapan yang dihidangkan, engkau mengambil beberapa tapi tanpa rasa senang, demikian juga ketika percakapan duniawi terdengar olehmu, palingkanlah hatimu kepada Allah dan bersyukurlah pada sikap itu, maka engkau tidak akan mendengarkannya tanpa rasa senang dan mereka tidak akan membawa kerugian apapun padamu.”
02 Agustus
Seorang rahib menderita gangguan dalam tubuhnya, ia diserang oleh kutu-kutu busuk. Padahal ia dulunya seorang kaya.
Maka iblis berkata kepadanya :
“Bagaimana engkau dapat menanggung hidup seperti ini, penuh dengan kutu busuk ?”
Tetapi rahib itu, karena keagungan jiwanya, menang melawan iblis tersebut.
03 Agustus
Dikatakan tentang Abas Yohanes Kerdil bahwa ia mengundurkan diri ke padang gurun Scetis dan tinggal di sana dengan seorang penatua dari Thebes.
Sang penatua itu mengambil sebatang kayu kering, menanamnya dan berkata kepada Yohanes : “Siramlah ini setiap hari dengan sebotol air, sampai ia menghasilkan buah.”
Karena sumber airnya sangat jauh maka ia harus berangkat pada waktu sore dan kembali keesokan harinya.
Pada akhir tahun ketiga kayu itu tumbuh dan berbuah. Lalu sang penatua mengambil beberapa buahnya dan membawanya ke gereja. Ia berkata kepada saudara di gereja : “Ambil dan makanlah buah dari ketaatan.”
04 Agustus
Abas Yohanes Kerdil berkata :
“Kalau seorang raja ingin merebut kota musuhnya, mula-mula ia akan memutus sumber air dan makanan sehingga musuh-musuhnya akan menyerah kepadanya karena ancaman bahaya maut akibat kelaparan. Begitu juga sama halnya dengan nafsu-nafsu daging : kalau seorang rahib kuat berpuasa dan menanggung lapar maka musuh-musuh jiwanya menjadi lemah.”
05 Agustus
Beberapa penatua menjamu diri mereka sendiri di Scetis dengan mengadakan makan bersama, di antara mereka hadir Abas Yohanes.
Seorang imam yang dihormati bangun untuk menawarkan minum, tetapi tak seorang pun menerimanya kecuali Yohanes Kerdil.
Mereka menjadi heran dan bertanya kepadanya : “Bagaimana engkau yang termuda berani membiarkan dirimu dilayani oleh seorang imam ?”
Lalu ia berkata kepada mereka :
“Kalau aku bangun untuk menawarkan minum, aku senang seandainya setiap orang menerimanya, karena itu berarti aku dihargai. Itulah alasannya mengapa aku menerima tawarannya supaya ia juga merasa dihargai dan tidak menjadi susah karena tak seorangpun mau menerima sesuatu daripadanya.”
Ketika mereka mendengar itu, mereka semua menjadi penuh kekaguman pada kemampuannya mengadakan penegasan roh.
06 Agustus
Pada suatu hari ketika Abas Yohanes sedang duduk di muka gereja, para saudara meminta nasihat kepadanya mengenai pikiran –pikiran mereka.
Salah seorang penatua yang melihat itu menjadi iri dan berkata kepadanya : “Yohanes, bejanamu penuh dengan racun.”
Abas Yohanes menjawab : “Benar sekali apa yang Bapa katakan. Dan itu baru bagian luar yang Bapa lihat. Seandainya Bapa bisa melihat bagian juga, lalu apa yang akan Bapa katakan ?”
07 Agustus
Para saudara biasa menceritakan bagaimana ketika pada suatu hari mereka sedang duduk untuk mengadakan agape, salah seorang saudara mulai tertawa.
Ketika melihat itu, Abas Yohanes mulai menangis dan berkata : “Apa yang ada dalam hatinya, sehingga saudara itu tertawa, padahal seharusnya ia menangis karena ia sedang makan pada saat agape ?”
08 Agustus
Pada suatu hari beberapa saudara datang untuk menguji Abas Yohanes, untuk melihat apakah ia membiarkan pikirannya menjadi kacau kalau mereka membicarakan hal-hal duniawi.
Mereka berkata kepadanya : “Kita bersyukur kepada Allah karena tahun ini ada banyak hujan dan pohon-pohon palma bisa mendapatkan minum, dan tunas-tunas mereka tumbuh, dan para saudara bisa bekerja tangan dengan baik.”
Abas Yohanes berkata kepada mereka : “Demikianlah halnya kalau Roh Kudus turun ke dalam hati para rahib, mereka akan diperbaharui dan mereka menghasilkan daun-daun ketakutan akan Allah.”
09 Agustus
Abas Yohanes berkata :
“Aku seperti orang yang duduk di bawah sebuah pohon besar dan melihat binatang-binatang buas serta ular-ular mendatangi dia dalam jumlah yang banyak. Ketika ia tidak dapat bertahan lebih lama lagi, ia cepat-cepat memanjat pohon itu dan selamat. Begitu juga dengan aku. Aku duduk di dalam selku dan menyadari datangnya pikiran-pikiran jahat, dan ketika aku tidak punya kekuatan lagi untuk melawan mereka, aku berlindung pada Allah melalui doa dan aku diselamatkan dari musuh itu.”
10 Agustus
Abas Poemen berkata tentang Abas Yohanes Kerdil bahwa ia berdoa kepada Allah supaya mengambil nafsu-nafsunya dari dirinya sehingga ia menjadi bebas dari kesusahan.
Ia pergi dan mengatakan kepada seorang penatua demikian : “Aku merasakan diriku damai, tanpa seorang musuh pun.”
Sang penatua berkata kepadanya :
“Pergi, mohonlah kepada Allah supaya Ia mengirim pertempuran sehingga engkau dapat memperoleh kembali kesusahan dan kerendahan hati yang biasa kau miliki, karena melalui pertempuranlah jiwa berkembang maju.”
Maka ia mohon kepada Allah dan ketika pertempuran datang, ia tidak lagi berdoa supaya itu dilenyapkan tetapi berkata : “Tuhan, berilah aku kekuatan untuk bertempur.”
11 Agustus
Seorang saudara bertanya kepada Abas Yohanes : “Bagaimana dengan jiwaku ini, meskipun memar karena luka-luka tetapi tidak merasa malu mencela sesamaku ?”
Sang penatua menjawab menceritakan kepadanya sebuah perumpamaan yang berkaitan dengan mengumpat sesuatu :
“Ada seorang pria miskin yang mempunyai seorang istri. Ia melihat seorang wanita lain yang sangat cantik lalu mengambilnya. Kedua wanita itu telanjang bulat.
Lalu ada sebuah pesta tengah berlangsung di dekat situ dan kedua wanita itu mohon kepadanya untuk membawa mereka ke pesta tersebut. Ia membawa mereka dengan memasukkan keduanya ke dalam sebuah tong besar lalu berlayar sampai ke tempat pesta itu.
Ketika hari menjadi panas, orang-orang tidur untuk beristirahat. Salah seorang wanita itu mengintip keluar tong itu dan ketika ia melihat tidak ada seorang pun di situ, pergilah ia ke tumpukan –tumpukan kain-kain bekas dan menyambung beberapa kain sehingga menjadi semacam korset yang ia pakai, lalu ia berjalan-jalan dengan mantapnya.
Wanita yang satunya, dengan tetap duduk dalam tong dan masih dalam keadaan telanjang, berkata : “Lihat pelacur itu, tidak malu berjalan-jalan sambil telanjang.”
Suaminya yang menjadi susah karena perkataan itu, berkata kepadanya :
“Memang benar-benar hebat! Dia sekurang-kurangnya menyembunyikan ketelanjangannya, sedangkan engkau malah sama sekali telanjang bulat. Apakah engkau tidak malu mengatakan demikian ?”
Begitulah jadinya kalau orang mencela sesamanya.”
12 Agustus
Abas Yohanes menceritakan kepada seorang saudara kisah tentang jiwa yang ingin bertobat sebagai berikut :
“Di sebuah kota ada seorang pelacur yang punya banyak kekasih. Salah seorang gubernur mendekati dia dan berkata : 'Berjanjilah kepadaku bahwa engkau mau menjadi orang baik, maka aku akan menikahimu.'
Ia berjanji dan gubernur itu membawanya ke rumahnya.
Kekasih-kekasihnya yang tetap mengejar dia, berkata satu sama lain : ‘Sang gubernur telah memboyong dia ke rumahnya, karena itu kalau kita pergi ke rumahnya dan ia tahu, kita pasti akan dihukum olehnya. Mari kita lewat jalan belakang dan bersiul kepadanya. Kalau ia mengenali suara siulan kita dan menemui kita, kita tidak bisa dituduh bersalah.
Kemudian ketika mendengar siulan itu, si wanita menutup telinganya dan masuk kamar dalam serta menutup semua pintu.”
Beginilah penjelasan dalam cerita sang penatua : pelacur itu ialah jiwa kita; kekasih-kekasihnya ialah nafsu-nafsu dan orang-orang lain; gubernur ialah Kristus; kamar dalam ialah tempat tinggal abadi; mereka yang bersiul ialah iblis-iblis jahat, tetapi jiwa selalu berlindung pada Tuhan.
13 Agustus
Pada suatu hari ketika Abas Yohanes bepergian ke Scetis dengan beberapa saudara, penunjuk jalan mereka kehilangan arah karena hari sudah malam.
Maka para saudara berkata kepada Abas Yohanes : “Apa yang harus kita lakukan, Bapa, supaya kita tidak mati berkeluyuran, karena saudara itu sudah kehilangan arah ?”
Sang penatua berkata kepada mereka : “Kalau kita berbicara kepadanya, pasti ia akan menjadi susah dan malu. Begini saja, aku akan berpura-pura sakit dan berkata bahwa aku tidak dapat berjalan lagi, lalu kita dapat tinggal di sini sampai fajar.”
Itulah yang ia lakukan.
Saudara-saudara yang lain berkata : “Kami juga tidak akan pergi tetapi ingin tinggal menemani Bapa.”
Lalu mereka duduk di situ sampai fajar dan dengan demikian mereka tidak membuat saudara itu menjadi susah atau gelisah.
14 Agustus
Ada seorang penatua di Scetis yang sangat keras terhadap tubuhnya tetapi sangat sulit untuk mengingat.
Ia datang menghadap Abas Yohanes untuk bertanya kepadanya tentang lupa.
Sesudah menerima perkataan Abas Yohanes, ia kembali ke selnya tetapi ia lupa akan apa yang telah dikatakan Abas Yohanes kepadanya.
Maka ia pergi lagi bertanya kepadanya dan sesudah mendengar kata yang sama ia pulang.
Begitulah ia lakukan berkali-kali : pergi ke sana, tetapi ketika pulang ia lupa lagi.
Kemudian ketika ia bertemu dengan Abas Yohanes ia berkata kepadanya : “Apakah Bapa tahu bahwa aku telah lupa lagi apa yang telah Bapa katakan kepadaku ? Tetapi sekarang aku tidak ingin merepotkan Bapa, maka aku tidak akan datang lagi ke sini.”
Abas Yohanes berkata kepadanya : “Pergi dan nyalakanlah sebuah lampu.”
Ia melakukannya.
Sang penatua berkata lagi : “Ambil beberapa lampu lagi dan nyalakanlah mereka dari lampu yang pertama.”
Ia melakukannya demikian.
Kemudian Abas Yohanes berkata kepadanya : “Apakah lampu pertama menderita kerugian karena lampu-lampu lainnya dinyalakan dari dia ?”
Ia menjawab : “Tidak.”
Maka sang penatua melanjutkan :
“Demikian juga dengan Yohanes. Bahkan kalau seluruh Scetis datang menemui aku, mereka tidak dapat memisahkan saku dari cinta Kristus. Karena itu, kapan saja engkau kehendaki, datanglah kepadaku tanpa ragu.”
Demikianlah, berkat kesabaran kedua orang ini, Allah membuang sifat pelupa dari sang penatua itu. Itulah karya para rahib Scetis : mereka memberi semangat kepada mereka yang sedand mengalami konflik batin dan mereka bersikap keras terhadap diri mereka sendiri untuk memenangkan orang lain supaya berbuat baik.
15 Agustus
Seorang saudara bertanya kepada Abas Yohanes : “Apa yang harus saya lakukan ? Seorang saudara kerap datang mengambil saya untuk bekerja. Karena saya sakit dan lemah saya jadi lelah karena bekerja. Apa yang harus saya perbuat untuk tetap mematuhi perintah ?”
Sang penatua menjawab : “Kaleb berkata kepada Yosua bin Nun, ‘Aku berumur 40 tahun ketika Musa hamba Tuhan itu menyuruh aku bersamamu ke padang gurun di tanah ini. Sekarang aku berumur 85 tahun, pada waktu ini aku masih dapat ikut ambil bagian dalam peperangan dan untuk keluar darinya. (bdk Yos 14, 7-11).
Begitu juga denganmu. Kalau engkau cukup kuat untuk keluar dan untuk masuk, pergilah untuk bekerja. Tetapi kalau engkau tidak dapat melakukannya, duduklah di dalam selmu dan tangisilah dosa-dosamu sehingga kalau mereka menemukan dikau penuh dengan keremukredaman hati, mereka tidak akan memaksa engkau untuk keluar.”
16 Agustus
Abas Yohanes berkata : “Siapa yang menjual Yusuf ?”
Seorang saudara menjawab : “Saudara-saudaranya.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Bukan. Kerendahan hatinyalah yang menjual dia, karena ia sebetulnya dapat berkata. ‘Aku saudara mereka’ dan memprotes. Tetapi karena ia diam saja, maka ia menjual dirinya sendiri melalui kerendahan hatinya. Kerendahan hatinya itu jugalah yang mengangkat dia menjadi mangkubumi di Mesir.”
17 Agustus
Abas Yohanes berkata : “Jangan menuduh/ mempersalahkan diri kita sendiri, berarti kita meletakkan beban yang ringan ke atas kita. tetapi dengan membenarkan diri kita sendriri, berarti kita meletakkan beban berat ke atas diri kita.”
18 Agustus
Abas Yohanes berkata : “Kerendahan hati dan takut akan Allah adalah keutamaan yang berada di atas semua keutamaan lainnya.”
19 Agustus
Abas Yohanes berkata kepada muridnya : “Hendaknya kita menghormati satu orang saja, maka setiap orang akan menghormati kita. Tetapi kalau kita menghina satu orang, yaitu Allah, maka setiap orang akan menghina kita dan kita akan celaka.”
20 Agustus
Ketika Abas Yohanes pergi ke gereja di Scetis, ia mendengar beberapa saudara sedang berbantahan, maka ia kembali ke selnya. Ia berputar dulu 3 kali sebelum ia masuk ke selnya.
Beberapa saudara yang melihat dia, menjadi heran mengapa ia berbuat demikian, maka mereka bertanya kepadanya.
Ia menjawab : “Telingaku penuh dengan perbantahan tadi, sehingga aku mengelilingi selku lebih dahulu untuk membersihkannya, kemudian aku memasuki selku dengan pikiranku sudah tenang.”
21 Agustus
Abas Yohanes adalah orang yang sangat bersungguh-sungguh dalam mencari Allah.
Pada suatu ketika seseorang yang datang mengunjunginya memuji pekerjaannya tetapi ia diam saja karena ia sedang menjalin tali.
Sekali lagi pengunjung itu mulai berbicara dan ia tetap diam.
Pada kali ketiga ia berkata kepada pengunjung itu : “Sejak engkau datang ke sini, engkau telah mengusir Allah daripadaku.”
22 Agustus
Seorang penatua datang ke sel Abas Yohanes dan menemukan dia sedang tidur dengan seorang malaikant berdiri di atas dirinya sedng mengipasinya.
Melihat itu ia pergi.
Ketika Abas Yohanes bangun, ia berkata kepada muridnya : “Apakah ada orang yang datang ketika aku tidur ?”
Si murid menjawab : “Ya. Seorang penatua.”
Maka mengertilah Abas Yohanes bahwa penatua itu adalah rohnya sendiri dan ia telah melihat malaikat.
23 Agustus
Abas Yohanes berkata :
“Kupikir, sangat baik kalau seorang rahib memiliki sedikit-sedikit dari semua keutamaan. Karena itu, bangunlah pagi-pagi setiap hari dan mencoba memperoleh awal dari setiap keutamaan serta setiap perintah Allah.
Berlaku sabar sekali, dengan rasa takut dan tahan menderita lama, dalam kasih akan Allah, dengan segenap jiwamu dan segenap badanmu. Melatih kerendahan hati yang agung, menanggung kesusahan batin; berjaga dan kerap berdoa dengan takwa dan meratap, dengan kemurnian bicara dan menguasai mata.
Kalau engkau dihina jangan menjadi marah; tetap dalam damai dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.
Jangan memperhatikan kesalahan orang lain, dan jangan mencoba membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain, sambil menyadari bahwa engkau lebih rendah daripada setiap ciptaan.
Menyangkal segala sesuatu yang bersifat materi dan daging. Hidup dari salib, dalam peperangan, dalam kemiskinan rohani, dalam askesis rohani yang dijalankan dengan sukarela, dalam berpuasa, laku tobat dan airmata, dalam penegasan roh, dalam kemurnian jiwa, berpegang pada apa yang baik.
Melakukan pekerjaanmu dalam damai. Bertekun dalam keadaan berjaga, dalam kelaparan dan kehausan, dalam kedinginan dan ketelanjangan, dan dalam penderitaan. Menutup dirimu sendiri dalam makam seakan – akan engkau sudah mati, sehingga pada segala saat engkau berpikir tentang kematian yang sudah mendekat.”
24 Agustus
Salah seorang Bapa bertanya kepada Abas Yohanes Kerdil : “Apakah seorang rahib itu ?”
Ia menjawab : “Ia adalah pekerja keras. Rahib bekerja keras di segala bidang yang ia lakukan. Itulah arti seorang rahib.”
25 Agustus
Abas Yohanes Kerdil berkata :
“Ada seorang penatua rohani yang hidup sendirian. Ia sangat dihormati dalam kota dan mempunyai nama baik yang tak tercela. Ia diberi tahu bahwa ada seseorang penatua yang hampir meninggal, memohon supaya ia datang untuk memeluk dia sebelum ia mati.
Lalu ia berpikir, kalau aku pergi siang hari, orang-orang pasti akan berlarian menemuiku untuk memberi kehormatan besar kepadaku, sehingga aku sama sekali tidak akan tenang. Karena itu aku akan pergi pada waktu malam sesudah gelap supaya aku bisa terhindar dari perhatian orang-orang.
Tetapi lihatlah, dua malaikat diutus Allah dengan membawa lampu untuk menerangi dia. Makin ia ingin lari dari kemuliaan, malah makin ia dimuliakan.
Dengan demikian terpenuhilah apa yang tertulis : “Orang yang merendahkan diri akan ditinggikan” (Luk 14,11).
26 Agustus
Abas Yohanes Kerdil berkata : “Sebuah rumah tidak dibangun mulai dari atas lalu ke bawah. Engkau harus mulai dengan fondasi supaya dapat mencapai atapnya.
Mereka bertanya kepadanya : “Apa arti perkataan itu ?” Ia menjawab : “Dasarnya/fondasinya ialah sesama kita yang harus kita menangkan dan itulah tempat untuk memulai. Karena seluruh perintah Kristus tergantung dari yang satu itu.”
27 Agustus
Abas Yohanes berkata kepada saudaranya : “Kalau kita sama sekali terhina dalam pandangan manusia, seharusnya kita bergembira karena kita menjadi terhormat dalam pandangan Allah.”
28 Agustus
Inilah kisah tentang Abas Yohanes.
Ada seorang gadis muda bernama Paesia. Orang tuanya meninggal sehingga ia menjadi yatim piatu. Ia memutuskan untuk menjadikan rumahnya tempat penginapan untuk para Bapa dari Scetis.
Begitulah untuk jangka waktu yang lama ia menyambut dan melayani para Bapa. Tetapi lama kelamaan sumber nafkah hidupnya habis dan ia mulai kekurangan.
Beberapa orang jahat datang mengunjunginya dan merubah tujuan hidupnya. Ia mulai menjalani hidup jahat, menjadi seorang pelacur.
Para Bapa ketika mengetahui hal itu, menjadi sangat sedih dan memanggil Abas Yohanes Kerdil serta berkata kepadanya :
“Kami mendengar bahwa saudari itu menjalani hidup yang jahat. Padahal selama ia mampu, ia telah berbuat kasih kepada kami, maka sekarang giliran kami untuk berbuat kasih kepadanya dan untuk menolong dia. Karena itu pergilah kepadanya dan sesuai dengan kebijaksanaan yang telah Allah berikan kepadamu, kembalikan dia ke hidup yang benar.”
Maka Abas Yohanes pergi kepadanya dan berkata kepada penjaga pintu yang sudah tua : “Katakan kepada nyonyamu, aku ada di sini.”
Tetapi perempuan penjaga pintu itu menyuruh dia pergi dengan berkata : “Sejak semula kalian telah menggerogoti barang-barangnya, lihatlah sekarang betapa miskinnya dia.”
Abas Yohanes berkata kepadanya : “Katakan kepadanya, aku punya sesuatu yang akan sangat membantu dia.”
Anak-anak penjaga pintu mengejek dia dan berkata : “Apa yang ingin kauberikan kepadanya sehingga engkau mendesak untuk bertemu dengannya?”
Ia menjawab : “Bagaimana kalian tahu bahwa aku bermaksud memberikan sesuatu untuknya ?”
Perempuan tua itu pergi ke atas dan berbicara dengan nyonyanya tentang Abas Yohanes.
Paesia berkata kepadanya : “Rahib-rahib itu selalu pergi ke daerah Laut Merah dan menemukan mutiara-mutiara.”
Lalu ia bersiap-siap dan berkata kepada penjaga pintunya : “Silahkan bawa dia kemari.”
Ketika Abas Yohanes naik ke atas, ia menyiapkan diri untuknya dan berbaring di tempat tidur.
Abas Yohanes masuk dan duduk di sampingnya. Sambil menatap matanya, sang penatua berkata kepadanya : “Apa yang telah kau dapatkan dengan berbuat melawan Yesus seperti ini ?”
Ketika ia mendengar itu ia menjadi sama sekali kaku.
Kemudian Abas Yohanes menundukkan kepalanya dan mulai menangis tersedu-sedu.
Ia bertanya kepadanya : “Bapa, mengapa Bapa menangis ?”
Ia mengangkat kepalanya lalu menunduk lagi sambil menangis lalu berkata kepadanya : “Aku melihat setan sedang bermain di mukamu, bagaimana aku tidak menangis?”
Mendengar itu ia berkata kepadanya : “Bapa, apakah mungkin untuk bertobat ?”
Ia menjawab : “YA.”
Ia berkata : “Bawalah saya ke mana saja yang Bapa kehendaki.”
“Marilah kita pergi”, katanya dan ia bangun untuk pergi bersama sang penatua.
Abas Yohanes memperhatikan bahwa ia tidak membuat persiapan apa pun untuk meninggalkan rumahnya; maka ia menjadi heran tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Ketika mereka tiba di padang gurun, malam sudah mendekat. Ia membuat bantal kecil dari pasir, membuat tanda salib di atasnya lalu berkata kepada si wanita : “Tidurlah di sini.”
Kemudian, sedikit lebih jauh ia membuat hal yang sama untuk dirinya, mengucapkan doa-doanya dan berbaring tidur.
Ketika ia bangun tengah malam, ia melihat ada seberkas sinar dari surga ke tempat si wanita berbaring dan ia melihat para malaikat Allah membawa jiwanya.
Maka ia bangkit dan pergi ke tempat itu untuk menyentuh kaki si wanita. Ketika ia melihat bahwa ternyata si wanita sudah meninggal, ia meniarap ke tanah sambil berdoa kepada Allah.
Lalu ia mendengar suara ini : “Satu jam pertobatan telah cukup untuk menyelamatkan dia, lebih daripada laku tobat banyak orang yang dilangsungkan terus-menerus tetapi tanpa disertai dengan semangat yang sama seperti dalam pertobatannya itu.”
29 Agustus
Abas Poemen berkata bahwa Abas Yohanes pernah berkata demikian : Para kudus itu seperti macam-macam pohon yang masing-masing menghasilkan buah yang berbeda-beda, tetapi diairi dari sumber yang sama. Pekerjaan orang kudus yang satu berbeda dari yang lainnya, tetapi Roh yang sama-lah yang berkarya dalam diri mereka semua.
30 Agustus
Abas Yohanes menceritakan kisah 3 orang filsuf yang saling berteman.
Filsuf pertama meninggal dan menyerahkan putranya di bawah asuhan salah seorang dari kedua temannya itu.
Ketika anak itu beranjak dewasa, ia menggauli istri walinya, yang memergoki mereka lalu mengusir anak itu.
Meskipun anak muda itu datang meminta ampun kepada walinya, ia tidak mau menerimanya dan berkata : “Pergi dan bekerjalah selama 3 tahun sebagai tukang tambang, baru aku akan mengampunimu.”
Sesudah 3 tahun anak muda itu kembali kepadanya dan kali ini si wali berkata : “Engkau masih harus berbuat silih, pergi dan bekerjalah untuk 3 tahun lagi, dan serahkan semua upahmu, juga tanggunglah semua penghinaan.”
Demikianlah ia melakukannya.
Lalu walinya berkata : “Sekarang pergilah ke Athena dan belajarlah filsafat.”
Di sana ada seorang penatua yang duduk di pintu gerbang kota para filsuf dan ia biasa menghina setiap orang yang mau masuk.
Ketika ia menghina anak muda itu, ia mulai tertawa sehingga si penatua bertanya : “Mengapa engkau tertawa padahal aku menghina engkau ?”
Ia menjawab : “Apakah engkau mengharap supaya aku tidak tertawa ? Selama 3 tahun, untuk menerima penghinaan aku harus membayar, tetapi sekarang aku menerima penghinaan secara gratis. Itulah sebabnya mengapa aku tertawa.”
Lalu Abas Yohanes berkata : “Pintu gerbang Tuhan juga seperti itu. Dan para Bapa harus melewatinya melalui banyak penghinaan supaya dapat masuk dengan penuh kegembiraan ke dalam kota Allah.”
31 Agustus
Abas Yohanes berkata :
“Kalau seorang rahib dalam jiwanya memiliki alat-alat Tuhan, ia akan dapat tinggal dalam selnya, bahkan kalau ia tidak memiliki alat-alat duniawi apapun. Kalau seorang rahib memiliki alat-alat duniawi tetapi ia tidak memiliki alat-alat Tuhan, ia masih dapat menggunakan alat-alat duniawinya itu untuk tinggal dalam sel nya. Tetapi kalau seorang rahib tidak memiliki baik alat-alat Tuhan maupun alat-alat duniawi, sama sekali tidak mungkin ia tinggal dalam sel nya.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar