Ads 468x60px

POROS VATIKAN - PERU.



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
POROS VATIKAN - PERU.
Paus Fransiskus tiba di Peru pada tahap akhir lawatan di Amerika Selatan, Kamis (18/1), setelah melakukan perjalanan Apostolik di Chili.
Di Peru, Paus Fransiskus dijadwalkan bertemu dengan suku asli Peru dan mendengar langsung bagaimana penambangan emas di negara itu menghancurkan wilayah luas di tanah air mereka, di Amazon.
Sebelumnya, pada akhir kunjungan ke Chile, Paus menyoroti nasib para imigran yang rentan dan dengan keras membela seorang Uskup yang dituduh menutupi pelecehan seksual.
Di wilayah utara perbatasan Iquique, yang menurut dia merupakan "tanah impian" bagi banyak orang, Paus mengecam pelaku perdagangan manusia dan pihak-pihak lain yang memanfaatkan imigran tidak berdaya.
"Marilah kita mewaspadai orang-orang yang mengeksploitasi imigran yang tidak mengenal bahasa setempat atau tidak memiliki surat-surat yang diperlukan," kata Paus Fransiskus di depan sekitar 50 ribu jemaah yang menghadiri misa di tempat terbuka di Pantai Lobito, di Iquique.
Paus berusia 81 tahun itu dihadapkan pada berbagai masalah sensitif sejak mulai kunjungannya, Senin (16/1), dia menyampaikan permintaan maaf kepada korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh imam, berdoa dengan mereka yang selamat dari pemerintahan diktator Augusto Pinochet yang brutal, dan menyerukan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat pribumi yang dianiaya di Chile.
Kedatangan Paus Fransiskus di Peru sendiri disambut oleh Presiden Peru, Pedro Pablo Kuczynski di Bandara Internasional Lima.
Adapun ketika merayakan Misa Kudus di Dataran Huanchaco, tepat di luar kota pesisir Trujillo, daerah yang sering dilanda banjir dan badai yang disebabkan oleh fenomena El Nino, Paus Fransiskus mengajak orang-orang Peru untuk mengatasi kerugian mereka dan membangun masa depan yang lebih baik dengan bersatu bersama sebagai sebuah komunitas.
Linda Bordoni dari Vatican News melaporkan bahwa dalam homilinya Paus Fransiskus mengingat kembali banjir-banjir itu dan mengatakan “Sama seperti para rasul menghadapi badai di laut, kalian harus menghadapi beban “Niño costero.” Akibatnya yang menyakitkan masih tertinggal dalam begitu banyak keluarga, terutama mereka yang belum bisa membangun kembali rumah-rumah mereka.”
“Ini juga alasan mengapa saya ingin berada di sini dan untuk berdoa bersama kalian,” kata Paus, yang juga berbicara tentang “badai-badai” lain yang katanya bisa melanda pantai ini, dengan dampak buruk terhadap kehidupan anak-anak di sana.
Paus langsung berbicara tentang kekerasan terorganisir dan pembunuhan kontrak, masalah yang secara khusus sangat gawat di Peru utara. Paus mengecam ketidakamanan yang mereka pelihara.
Paus juga berbicara tentang “kurangnya kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja, terutama di kalangan kaum muda, yang dia katakan, menghambat mereka untuk membangun masa depan dengan martabat,” dan menyebut kurangnya perumahan yang aman bagi begitu banyak keluarga yang dipaksa tinggal di daerah yang sangat tidak stabil tanpa akses yang aman.
Kepada yang hadir, Paus Fransiskus mengingatkan, “Kalian telah menunjukkan bahwa masalah terbesar dapat dihadapi kalau umat bersama-sama “saling membantu seperti saudara dan saudari sejati.”
“Saya tahu, di saat kegelapan, di saat kalian merasakan beban Niño, tanah-tanah ini terus menggerakkan minyak solidaritas dan kemurahan hati menggerakkan kalian untuk beraksi, dan kalian pergi menemui Tuhan” memohon bantuan, kata Paus.
Sering kita bertanya-tanya tentang bagaimana menghadapi badai ini, atau bagaimana membantu anak-anak kita melewati situasi ini. “Saya ingin mengatakan kepada kalian bahwa tidak ada cara yang lebih baik daripada Injil: Yesus Kristus. Isilah selalu kehidupan kalian dengan Injil,” kata Paus.
Paus mengakhiri homili dalam Misa di hari kedua kunjungan apostolik ke Peru itu dengan meminta berkat “Lady of the Gate” (Perawan Maria Pintu Gerbang) yang sangat dicintai orang Peru, yang tempat ziarahnya terletak sekitar tujuh puluh kilometer timur laut Trujillo.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Jadilah Terang.....
Seperti Bintang-Bintang Kecil yang Menerangi Malam.”
Ketika berbicara di sebuah panti anak-anak tanpa keluarga di Puerto Maldonado, Peru, Paus Fransiskus mengatakan bahwa orang muda adalah cerminan Anak Yesus dan mengajak mereka untuk menjadi “terang", "sinar pengharapan” bagi dunia.
Paus Fransiskus sendiri mengadakan perjumpaan dengan anak-anak itu di tempat tinggal mereka Panti “The Little Prince” (Pangeran Kecil), 19 Januari 2018 seperti dilaporkan oleh Devin Watkins dari Vatican News. Saat itu Paus mengatakan kepada mereka, “Jadilah Terang", seperti 'bintang-bintang kecil yang menerangi malam.' Apa yang dikatakan Paus itu berasal dari cerita yang digunakan sebagai nama panti itu.
Bapa Suci juga mengajak anak-anak yang telah melewati Panti “The Little Prince” itu untuk menjadi terang pengharapan bagi yang sekarang tinggal di sana. “Betapa indahnya kesaksian kalian semua kaum muda yang pernah melewati jalan ini, yang menemukan cinta di panti ini dan sekarang bisa membentuk masa depan kalian sendiri!” Menurut Paus, teladan mereka sebagai model teladan positif adalah kesaksian terbaik bagi anak-anak di panti itu. Paus pun mengajak mereka berkunjung sesering mungkin.
Paus mengatakan kepada anak-anak itu bahwa mereka adalah cerminan Anak Yesus. “Dialah kekayaan kita. Kalian anak-anak adalah cerminan-Nya, dan kalian juga merupakan kekayaan kita semua, kekayaan paling berharga yang kita miliki, dan kita dipanggil untuk menjaga kekayaan itu.”
Paus lalu meminta maaf kepada anak-anak itu atas “saat-saat ketika kita orang dewasa tidak memperhatikan kalian.” Bapa Suci mengatakan senang melihat ada panti untuk anak-anak dan ada orang-orang yang membantu mereka melihat bahwa Tuhan “menempatkan mimpi di dalam hati kalian.”
Paus juga mengajak anak-anak, beberapa di antaranya berasal dari masyarakat adat, untuk belajar dan memanfaatkan kesempatan pendidikan. “Dunia membutuhkan kalian,” kata Paus yang juga mengajak mereka berhubungan dengan akar mereka namun tidak mengekang keingintahuan mereka. “Satukan yang lama dengan yang baru. Bagikan apa yang kalian pelajari dari dunia ini,” kata Paus.
Akhirnya, Paus berterima kasih kepada direktur panti itu, Pastor Xavier, dan semua yang memberikan waktu mereka untuk memperbaiki kehidupan anak-anak itu. “Dan terima kasih, karena menjadi bintang-bintang kecil yang menyinari malam hari,” kata Paus Fransiskus.
Orang Muda, kerusakan lingkungan dan korupsi
Ketika berbicara tentang kaum muda di tempat terpisah, Paus Fransiskus menegaskan bahwa kaum muda Peru adalah hadiah paling vital yang dimiliki bangsa itu. “Mereka mendorong kami untuk memimpikan masa depan penuh pengharapan,” kata Paus yang menggarisbawahi, “di atas pengharapan ini bertumbuh bayangan tumbuh, ada bayang-bayang ancaman.”
“Disatukan dengan Pengharapan” adalah tema kunjungan Paus Fransiskus ke Peru. Maka, dalam pertemuan dengan pihak yang berwenang di Lima itu, Paus meminta mereka berupaya mempertahankan pengharapan dalam menghadapi kerusakan lingkungan dan korupsi.
Paus berbicara tentang umat manusia “yang sedang melucuti bumi dari sumber alaminya, padahal tanpa sumber alam tidak akan ada bentuk kehidupan.” Hilangnya hutan dan hutan, lanjut Paus, “tidak hanya berarti hilangnya spesies, yang juga bisa menjadi sumber daya teramat penting bagi masa depan, tapi juga hilangnya hubungan vital yang bisa berakhir dengan berubahnya keseluruhan ekosistem.”
Dalam konteks ini, Paus menekankan “menyatu dalam mempertahankan pengharapan” berarti meningkatkan dan mengembangkan ekologi integral sebagai alternatif bagi “model pembangunan yang ketinggalan zaman … “
Bekerja sama mempertahankan pengharapan, kata Paus, “menuntut agar kita tetap memperhatikan dengan seksama bentuk degradasi lingkungan yang lain dan sering licik, yang semakin mencemari keseluruhan sistem kehidupan: korupsi.”
B.
Paus Fransiskus:
Lindungi Alam dari Bisnis yang Serakah
Paus Fransiskus menyerukan beberapa pesan penting, salah satunya langkah perlindungan suku dan pelestarian alam Amazon dalam kunjungannya ke Peru. Ia juga mengatakan kalau “bisnis yang serakah” tak diizinkan merusak unsur budaya dan alam di dunia.
Selama lima tahun terakhir, Paus Fransiskus memang terfokus dengan masalah perlindungan alam. Ia datang ke Amazon, yang telah lama didera oleh isu penebangan liar demi penambangan ilegal.
“Orang Amazon tidak pernah merasa terancam seperti sekarang untuk mempertahankan tanah mereka,” kata Paus Fransiskus di hadapan perwakilan puluhan suku yang datang ke acara pertemuannya, seperti Harakbut, Esse-ejas, Shipibos, Ashaninkas dan Juni Kuin.
Acara pertemuan antara Paus Fransiskus dan perwakilan suku-suku Amazon juga dihadiri oleh ribuan warga suku yang berjalan kaki dari berbagai pedalaman Peru ke tempat acara di Puerto Maldonado.
Paus Fransiskus mengawali pidatonya setelah mendengarkan pernyataan dari perwakilan suku-suku Amazon mengenai aksi pembabatan hutan yang semakin menyudutkan mereka.
“Mereka datang ke tanah kami tanpa mengajak diskusi. Mereka seakan memerkosa tanah kami,” kata Hector Sueyo, perwakilan dari Suku Harakbut.
Tak hanya penambang liar, penyelundup narkoba juga ikut memanfaatkan lahan hutan Amazon untuk akses yang mengakibatkan banyak kasus kekerasan terjadi. Sudah beberapa aktivis lingkungan dan warga suku yang tewas menjadi korban.
Paus Fransiskus selaku pimpinan tertinggi Gereja Katolik dan Tahta Suci Vatikan yang terakhir datang ke Amazon melanjutkan kunjungan Paus Yohanes Paulus II yamg juga berkunjung pada tahun 1985.
Dalam pidato, Paus Fransiskus juga mengatakan kalau Vatikan akan memberikan dukungan penuh untuk perlindungan terhadap budaya dan alam di Amazon.
Perwakilan suku-suku di Amazon berharap kunjungan Paus Fransiskus dapat membuat pemerintahan Presiden Pedro Pablo Kuczynski membuat aturan yang lebih berpihak kepada budaya dan alam Amazon.
C.
NO CORRUPT..
Sepenggal pidato Paus Fransiskus di depan para pejabat pemerintahan di Peru:
“Corruption is a "virus", a phenomenon that infects everything. We need a greater culture of transparency among public entities, the private sector and civil society”.
Patung raksasa "Christ of the Pacific" yang memiliki tinggi 123 kaki di Peru kabarnya terbakar beberapa hari yang lalu, persisnya lima hari sebelum kunjungan Paus Fransiskus ke Peru.
Kobaran api yang melalap bagian belakang patung itu pun cukup besar. Sehingga puluhan petugas pemadam kebakaran terpaksa dikerahkan ke lokasi kejadian. Terbakarnya patung yang digadang-gadang sebagai patung tertinggi di dunia itu diduga dilakukan dengan sengaja. Namun pihak kepolisian Peru menyampaikan bahwa kebakaran terjadi akibat korslet aliran listrik.
Mengetahui hal itu, Paus Fransiskus menghimbau supaya pemerintah lebih waspada dalam menangani masalah kebakaran serupa. Apalagi hal itu bisa berdampak pada kebakaran hutan yang lebih luas.
Tercandra, masyarakat Peru menunggu respon Paus terkait skandal korupsi yang melibatkan pembangunan patung Kristus dari Pasifik itu. Mereka masih tetap penasaran apakah paus akan menyinggung soal korupsi yang dilakukan para elit politik Peru yang melibatkan perusahaan Brasil Odebrecht, penyumbang dana pembangunan patung raksasa tersebut.
Perusahaan Odebrecht diduga terlibat suap dengan sejumlah elit politik dan dua mantan presiden Peru sebelumnya. Sementara presiden Pedro Pablo Kuczynki hampir dilengserkan dari posisinya pada bulan Desember lalu karena dituduh memiliki skandal dengan perusahaan tersebut.
Dan inilah sepenggal pidato Paus Fransiskus di depan para pejabat pemerintahan di Peru, terkait skandal korupsi di Peru itu: “Corruption is a "virus", a phenomenon that infects everything. We need a greater culture of transparency among public entities, the private sector and civil society”.
D.
HOMILI PAUS FRANSISKUS
DALAM MISA DI HUANCHACO, TRUJILLO (PERU) 20 Januari 2018
Negeri ini memiliki cita rasa Injil. Segala sesuatu di sekitar kita, dengan latar belakang lautan yang sangat luas ini, semakin membantu kita untuk memahami pengalaman yang dimiliki oleh para rasul bersama Yesus dan kita juga diundang untuk menghidupkannya kembali. Saya senang mengetahui bahwa kalian berasal dari berbagai wilayah di Peru utara untuk merayakan sukacita Injil ini.
Murid-murid tersebut, seperti kebanyakan dari kalian hari ini, mencari nafkah dari menjala ikan. Mereka pergi ke perahu, seperti beberapa orang dari kalian yang terus-menerus pergi ke caballitos de totora kalian (perahu gelagah tradisional), karena alasan yang sama seperti yang kalian lakukan : untuk memperoleh roti harian kalian. Sebagian besar kelelahan harian kita persis berkaitan dengan hal ini : berusaha menunjang keluarga-keluarga kita dan memberi mereka dengan apa yang akan membantu mereka membangun masa depan yang lebih baik.
"Danau ikan emas" ini, sebagaimana kalian namakan, telah menjadi sumber kehidupan dan berkat bagi banyak generasi. Danau ini telah memelihara impian dan harapan selama bertahun-tahun.
Seperti para rasul, kalian mengenal kuasa alam, kalian telah mengalami kekuatannya. Sama seperti para rasul menghadapi badai di danau, kalian harus menghadapi hantaman "Niño costero" yang akibat sangat menyakitkannya masih ada di dalam begitu banyak keluarga, terutama mereka yang belum mampu membangun kembali rumah-rumah mereka. Inilah juga mengapa saya ingin berada di sini dan berdoa bersama kalian.
Kita juga membawa kepada perayaan Ekaristi ini saat sulit yang mempertanyakan iman kita dan seringkali menyebabkannya goyah tersebut. Kita ingin mempersatukan diri kita kepada Yesus. Ia memahami penderitaan kita dan pencobaan kita; Ia mengalami penderitaan terbesar guna menyertai kita dalam pencobaan kita. Yesus yang tersalib ingin dekat dengan kita dalam setiap situasi yang menyakitkan, mengulurkan tangan dan membantu mengangkat kita. Karena Ia memasuki sejarah kita, Ia ingin ambil bagian dalam perjalanan kita dan menjamah luka-luka kita. Allah kita adalah Allah yang tidak asing dengan apa yang kita rasakan dan derita; sebaliknya, di tengah-tengah rasa sakit kita, Ia membentangkan tangannya ke arah kita.
Saat-saat "diterpa" ini mempertanyakan dan menantang kekuatan semangat kita dan keyakinan kita yang terdalam. Saat-saat "diterpa" ini membuat kita menyadari betapa pentingnya bersatu teguh, tidak sendirian, dan dipenuhi dengan kesatuan tersebut yang merupakan buah Roh Kudus.
Apa yang terjadi dengan para gadis dalam perikop Injil yang baru saja kita dengarkan? Tiba-tiba mereka mendengar teriakan keras yang membangunkan mereka dan membuat mereka bergegas. Beberapa orang dari mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki cukup minyak untuk bisa berjalan dalam kegelapan, sementara gadis-gadis lainnya mengisi pelita mereka dan dapat melihat serta berjalan menuju sang mempelai laki-laki. Pada waktu yang ditentukan, mereka masing-masing menunjukkan dengan apa kehidupan mereka diisi.
Hal yang sama terjadi pada diri kita. Ada kalanya kita menyadari dengan apa kehidupan kita diisi. Betapa pentingnya mengisi kehidupan kita dengan minyak yang memungkinkan kita menyalakan pelita kita dalam situasi kegelapan dan menemukan jalan untuk bergerak maju!
Saya tahu bahwa, dalam saat-saat kegelapan, ketika kalian jatuh dihantam badai Niño, daratan ini terus bergerak maju; kalian memiliki minyak yang dibutuhkan untuk pergi keluar guna saling menolong bagaikan saudara dan saudari sejati. Kalian memiliki minyak kesetiakawanan dan kemurahan hati yang mendorong kalian untuk bertindak, dan kalian pergi keluar untuk menemui Tuhan dengan isyarat dukungan nyata yang tak terhitung jumlahnya. Di tengah-tengah kegelapan, kalian bersama-sama dengan banyak orang lainnya, adalah bagaikan lilin-lilin yang menyala yang menerangi jalan dengan tangan terbuka, siap membantu menenangkan rasa sakit dan berbagi apa yang kalian miliki, dari kemiskinan kalian, dengan orang lain.
Dalam kisah Injil, kita melihat bagaimana para gadis yang tidak memiliki minyak pergi ke kota untuk membeli sedikit minyak. Pada saat genting dalam kehidupan mereka, mereka menyadari bahwa pelita mereka kosong dan mereka tidak memiliki apa yang penting untuk menemukan jalan sukacita sejati. Mereka pergi sendirian, maka mereka ketinggalan pesta. Ada banyak hal, seperti yang kalian ketahui, yang tidak bisa diada-adakan, apalagi dibeli. Jiwa suatu komunitas diukur dengan bagaimana ia berhasil secara bersama-sama mengatasi kesulitan dan kesukaran, untuk tetap berharap. Dengan berbuat demikian, mereka memberikan kesaksian terbesar terhadap Injil : "Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi" (Yoh 13:35). Karena iman membuka diri kita terhadap kasih yang nyata, diamalkan, murah hati dan berbelas kasihan, kasih yang bisa membangun dan membangun kembali harapan ketika segalanya tampak hilang.
Dengan cara ini, kita ambil bagian dalam karya Allah sendiri, yang oleh rasul Yohanes dijelaskan dengan menunjukkan kepada kita Allah yang menghapus air mata anak-anak-Nya. Allah melakukan karya ilahi ini dengan kasih lembut yang sama seperti yang dimiliki seorang ibu ketika ia menghapus air mata anak-anaknya. Alangkah indahnya pertanyaan yang akan diajukan Tuhan kepada kita: berapa banyak air mata yang kamu hapuskan hari ini?
"Badai-badai" lainnya bisa menghantam pantai ini, dengan dampak buruk pada kehidupan anak-anak di daratan ini. Badai-badai ini juga membuat kita mempertanyakan diri kita sebagai sebuah komunitas dan menguji kekuatan semangat kita.
Di antaranya adalah kekerasan terorganisir, seperti "pembunuhan bayaran", dan ketidaksejahteraan yang mereka kembang biakan. Atau kurangnya kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja, terutama di kalangan anak muda, yang menghalangi mereka membangun masa depan dengan bermartabat. Atau kurangnya perumahan aman bagi begitu banyak keluarga yang terpaksa tinggal di daerah-daerah yang sangat bergejolak tanpa akses yang aman. Atau banyak situasi lain yang telah kalian alami, yang, seperti gempa bumi yang mengerikan, menghancurkan rasa saling percaya sehingga perlu membangun suatu jaringan dukungan dan harapan; gempa bumi yang mengguncang jiwa dan membutuhkan seluruh minyak yang kita miliki, jika kita menanggapinya.
Kita sering bertanya-tanya tentang bagaimana menghadapi badai-badai ini, atau bagaimana membantu anak-anak kita melewati situasi-situasi ini.
Saya ingin mengatakan kepada kalian bahwa tidak ada jalan yang lebih baik daripada jalan Injil : jalan tersebut disebut Yesus Kristus. Penuhilah kehidupan kalian senantiasa dengan Injil.
Saya ingin mendorong kalian untuk menjadi sebuah komunitas yang membiarkan dirinya diurapi oleh Tuhan dengan minyak Roh Kudus. Ia mengubah, memperbaharui dan memperkuat segalanya. Di dalam Yesus, kita memiliki kekuatan Roh Kudus agar tidak menganggap lumrah hal-hal yang menyakitkan kita, yang mengeringkan semangat kita dan, yang lebih buruk lagi, merampas harapan kita.
Di dalam Yesus, kita memiliki Roh Kudus yang menjaga kita tetap bersatu sehingga kita bisa saling mendukung dan bersikap menentang apapun yang akan mengambil semua yang terbaik di dalam keluarga-keluarga kita.
Di dalam Yesus, Allah membuat kita menjadi suatu komunitas yang percaya yang mampu mempertahankan dirinya; suatu komunitas yang berharap dan oleh karena itu berjuang untuk menjungkirkan dan mengubah setiap kesulitan; suatu komunitas yang mengasihi, karena komunitas tersebut tidak akan membiarkan kita berpangku tangan.
Bersama Yesus, sabubari kota Trujillo ini dapat terus disebut "kota musim semi abadi", karena bersama-Nya, segala sesuatu adalah kesempatan untuk berharap.
Saya tahu tentang kasih yang dimiliki negeri ini bagi Perawan Maria, dan saya tahu bagaimana devosi kepada Maria selalu menopang kalian dan mengangkat kalian kepada Yesus. Marilah kita mohon kepada Bunda Maria untuk menutupi diri kita dengan mantelnya dan senantiasa membawa kita kepada Putranya.
Tetapi marilah kita melakukannya dengan bernyanyi bersama-sama marinera (tarian rakyat) Andes yang indah itu : "Bunda Maria dari Gerbang Otuzco, anugerahkanlah kepadaku berkatmu. Bunda Maria dari Gerbang Otuzco, berikanlah kepada kami kedamaian dan kasih sayang".
-------




WWF - WALK WITH FRANCIS
@ PERU.
Be the Light !
Jadilah Terang.....
Seperti Bintang-Bintang Kecil yang Menerangi Malam.”
Ketika berbicara di sebuah panti anak-anak tanpa keluarga di Puerto Maldonado, Peru, Paus Fransiskus mengatakan bahwa orang muda adalah cerminan Anak Yesus dan mengajak mereka untuk menjadi “terang", "sinar pengharapan” bagi dunia.
Paus Fransiskus sendiri mengadakan perjumpaan dengan anak-anak itu di tempat tinggal mereka Panti “The Little Prince” (Pangeran Kecil), 19 Januari 2018 seperti dilaporkan oleh Devin Watkins dari Vatican News. Saat itu Paus mengatakan kepada mereka, “Jadilah Terang", seperti 'bintang-bintang kecil yang menerangi malam.' Apa yang dikatakan Paus itu berasal dari cerita yang digunakan sebagai nama panti itu.
Bapa Suci juga mengajak anak-anak yang telah melewati Panti “The Little Prince” itu untuk menjadi terang pengharapan bagi yang sekarang tinggal di sana. “Betapa indahnya kesaksian kalian semua kaum muda yang pernah melewati jalan ini, yang menemukan cinta di panti ini dan sekarang bisa membentuk masa depan kalian sendiri!” Menurut Paus, teladan mereka sebagai model teladan positif adalah kesaksian terbaik bagi anak-anak di panti itu. Paus pun mengajak mereka berkunjung sesering mungkin.
Paus mengatakan kepada anak-anak itu bahwa mereka adalah cerminan Anak Yesus. “Dialah kekayaan kita. Kalian anak-anak adalah cerminan-Nya, dan kalian juga merupakan kekayaan kita semua, kekayaan paling berharga yang kita miliki, dan kita dipanggil untuk menjaga kekayaan itu.”
Paus lalu meminta maaf kepada anak-anak itu atas “saat-saat ketika kita orang dewasa tidak memperhatikan kalian.” Bapa Suci mengatakan senang melihat ada panti untuk anak-anak dan ada orang-orang yang membantu mereka melihat bahwa Tuhan “menempatkan mimpi di dalam hati kalian.”
Paus juga mengajak anak-anak, beberapa di antaranya berasal dari masyarakat adat, untuk belajar dan memanfaatkan kesempatan pendidikan. “Dunia membutuhkan kalian,” kata Paus yang juga mengajak mereka berhubungan dengan akar mereka namun tidak mengekang keingintahuan mereka. “Satukan yang lama dengan yang baru. Bagikan apa yang kalian pelajari dari dunia ini,” kata Paus.
Akhirnya, Paus berterima kasih kepada direktur panti itu, Pastor Xavier, dan semua yang memberikan waktu mereka untuk memperbaiki kehidupan anak-anak itu. “Dan terima kasih, karena menjadi bintang-bintang kecil yang menyinari malam hari,” kata Paus Fransiskus.
Orang Muda, kerusakan lingkungan dan korupsi
Ketika berbicara tentang kaum muda di tempat terpisah, Paus Fransiskus menegaskan bahwa kaum muda Peru adalah hadiah paling vital yang dimiliki bangsa itu. “Mereka mendorong kami untuk memimpikan masa depan penuh pengharapan,” kata Paus yang menggarisbawahi, “di atas pengharapan ini bertumbuh bayangan tumbuh, ada bayang-bayang ancaman.”
“Disatukan dengan Pengharapan” adalah tema kunjungan Paus Fransiskus ke Peru. Maka, dalam pertemuan dengan pihak yang berwenang di Lima itu, Paus meminta mereka berupaya mempertahankan pengharapan dalam menghadapi kerusakan lingkungan dan korupsi.
Paus berbicara tentang umat manusia “yang sedang melucuti bumi dari sumber alaminya, padahal tanpa sumber alam tidak akan ada bentuk kehidupan.” Hilangnya hutan dan hutan, lanjut Paus, “tidak hanya berarti hilangnya spesies, yang juga bisa menjadi sumber daya teramat penting bagi masa depan, tapi juga hilangnya hubungan vital yang bisa berakhir dengan berubahnya keseluruhan ekosistem.”
Dalam konteks ini, Paus menekankan “menyatu dalam mempertahankan pengharapan” berarti meningkatkan dan mengembangkan ekologi integral sebagai alternatif bagi “model pembangunan yang ketinggalan zaman … “
Bekerja sama mempertahankan pengharapan, kata Paus, “menuntut agar kita tetap memperhatikan dengan seksama bentuk degradasi lingkungan yang lain dan sering licik, yang semakin mencemari keseluruhan sistem kehidupan: korupsi.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar