HIK – HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
"In Memoriam":
Santa Agnes, Perawan dan Martir (21 Januari).
...Aku tidak akan mengkhianati Mempelai-ku
dengan menuruti keinginan dunia.
Ia telah memilihku
dan aku adalah milik-Nya...
Agnes berarti “domba” dalam bahasa Latin. Ia adalah seorang martir pada abad ke-4 awal, yang dikenal karena hidup baktinya sebagai perawan. Gadis muda itu dibunuh karena menolak menyembah dewa-dewa kafir Romawi.
Makamnya kemudian ditempatkan di The Basilika of St. Agnes di Roma yang dibangun untuk menghormatinya. Icon St. Agnes sering melukiskan ia sedang mendekap seekor anak domba (Agnus), lambang kemurnian, dan memegang daun palma sebagai lambang keberanian.
Menurut tradisi selama berabad-abad, di Vatikan, pada setiap perayaan St. Agnes, Paus akan memberkati domba- domba muda, yang kelak wolnya akan dibuat pallium. 2 ekor domba muda yang biasanya berusia kurang dari setahun, dibawa dalam keranjang-keranjang ke Casa Santa Marta untuk diberkati Paus.
Untuk melambangkan kemurnian Santa Agnes, salah satu anak domba memakai mahkota bunga berwarna putih, sementara yang lain memakai rangkaian bunga berwarna merah untuk mengenang kesaksian kesetiaannya bahkan sampai mati.
Anak-anak domba itu pada musim panas berikutnya akan dicukur untuk mendapatkan wol yang kemudian digunakan para suster menenun pallium.
Pallium adalah stola dari wol berwarna putih berhiaskan enam salib hitam yang dikenakan Uskup Agung Metropolitan di leher mereka sebagai simbol otoritas dan kesatuan mereka dengan Paus.
Setelah ditenun, pallium-pallium disimpan dalam guci di makam Santo Petrus sampai saat Paus memberikannya kepada para Uskup Agung Metropolitan yang baru diangkat pada Hari Raya Santo Petrus dan Paulus, tanggal 29 Juni.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
St. Agnes
Santa Agnes dikenal sebagai Agnes dari Roma, Ines, Ines del Campo, dan Ynez. Nama "Agnes" mirip dengan kata Latin agnus, yang berarti "domba". Untuk alasan ini penggambaran Santa Agnes sering termasuk seekor anak domba. Nama sebenarnya berasal dari kata Yunani yang berarti "suci, murni, sakral".
Agnes adalah salah satu "martir perawan" gereja Roma. Dia adalah satu dari tujuh wanita, selain Perawan Maria yang Diberkati, yang disebutkan dalam Kanon Misa Romawi (Doa Syukur Agung I). Orang Suci: Felisitas, Perpetua, Agata, Lusia, Cecilia, dan Anastasia adalah enam lainnya. Agnes adalah santo pelindung kesucian, tukang kebun, anak perempuan, Pramuka, melibatkan pasangan dan korban pemerkosaan.
`Agnes' sendiri dalam bahasa Latin berarti `anak domba' atau `kurban', sementara dalam bahasa Yunani berarti `murni, suci'.
Agnes seorang gadis remaja yang cantik jelita dan berasal dari keluarga kaya. Banyak pemuda bangsawan Romawi terpikat padanya; mereka saling bersaing agar dapat memperisteri Agnes. Tetapi Agnes menolak mereka semua dengan halus dan mengatakan bahwa ia telah mengikatkan diri pada seorang Kekasih yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Procop, putera Gubernur Romawi, termasuk salah seorang di antara para pemuda yang amat marah dan merasa terhina oleh penolakan Agnes. Mereka melaporkan Agnes kepada Gubernur dengan tuduhan pengikut Kristus.
Pada mulanya Gubernur bersikap ramah serta lembut kepadanya. Ia menjanjikan harta serta kedudukan jika saja Agnes mau menyangkal imannya dan menikah dengan Procop.
Agnes menolak, berkali-kali diulanginya pernyataannya bahwa ia tidak dapat memiliki mempelai lain selain dari Yesus Kristus.
Karena pernyataannya itu, Agnes diseret ke depan mezbah berhala dan diperintahkan untuk menyembahnya. Bukannya menyembah berhala, Agnes malahan mengulurkan tangannya dan membuat Tanda Salib, tanda kemenangan Kristus. Gubernur kemudian memperlihatkan kepadanya api penyiksaan, kait besi, serta segala macam alat penyiksa lainnya, tetapi gadis muda itu tetap tabah dan tidak gentar sedikit pun.
Karena Agnes tetap keras kepala, Gubernur mengancam akan mengirim Agnes ke rumah pelacuran. Tetapi Agnes menjawab, “Yesus Kristus amat pencemburu, Ia tidak akan membiarkan kemurnian para mempelainya dicemarkan seperti itu. Ia akan melindungi dan menyelamatkan mereka.”
Katanya lagi, “Kalian dapat menodai pedang kalian dengan darahku, tetapi kalian tidak akan pernah dapat menodai kesucian tubuhku yang telah kupersembahkan kepada Kristus.”
Gubernur amat marah mendengar perkataannya itu. Ia memerintahkan agar Agnes, saat itu juga, dikirim ke rumah pelacuran dengan perintah bahwa semua orang berhak menganiayanya sesuka hati mereka.
Orang banyak datang untuk menyaksikan peristiwa itu. Tetapi, ketika melihat pancaran sinar wajah Agnes yang kudus dan agung serta sikapnya yang tenang, penuh kepercayaan kepada Kristus yang melindunginya, orang banyak itu takut dan tidak berani mendekat. Seorang pemuda tampil dan berusaha mengganggu Agnes.
Pada saat itu juga, dengan kilat yang dari surga, pemuda itu tiba-tiba menjadi buta dan jatuh ke tanah dengan tubuh gemetar. Teman-temannya dengan ketakutan membopongnya serta membawanya kepada Agnes yang kemudian menyanyikan lagu puji-pujian kepada Kritus, sehingga pemuda itu dapat melihat serta sehat kembali.
Gubernur amat murka dan menjatuhkan hukuman mati pada Agnes. Algojo mendapat perintah rahasia untuk dengan segala cara membujuk Agnes, tetapi Agnes menjawab bahwa ia tidak akan pernah menyakiti hati Mempelai Surgawi-nya.
Orang banyak menangis menyaksikan seorang dara yang lembut dan jelita dengan belenggu dan rantai yang terlalu besar bagi ukuran tubuhnya yang kecil, digiring ke tempat hukuman mati. Ia terlalu muda untuk memahami arti kematian, namun demikian ia siap menghadapinya tanpa gentar sedikit pun.
Sesungguhnya, Agnes diliputi sukacita yang besar karena ia akan segera diperkenankan menyongsong mempelainya. Sama sekali tidak dihiraukannya ratap tangis mereka yang memohonnya untuk menyelamatkan nyawanya. “Aku tidak akan mengkhianati Mempelai-ku dengan menuruti keinginan kalian,” katanya, “Ia telah memilihku dan aku adalah milik-Nya.”
Kemudian Agnes berdoa, membungkukkan badannya untuk menyembah Tuhan, dan segera menerima hujaman pedang yang menghantarkan jiwanya yang suci kepada kekasihnya. Agnes telah mempertahankan kemurniannya dan memperoleh mahkota martir di surga.
Agnes wafat sebagai martir sekitar tahun 304 - 305 dalam pemerintahan Kaisar Diocletian. Usia Agnes pada waktu itu baru 13 tahun. Meskipun tidak banyak catatan sejarah yang ada mengenai St. Agnes, ia amat populer. Hal ini terutama karena St. Ambrosius serta para kudus Gereja lainnya banyak menulis tentangnya.
Adapun jenasah Agnes disemayamkan di pemakamam keluarga di Via Nomentana dekat kota Roma. Kurang lebih lima puluh tahun kemudian, yaitu pada tahun 354, Kaisar Konstantin Agung mendirikan sebuah gereja besar di tempat itu. Tubuh Agnes disemayamkan di bawah altar Gereja. Pada abad ketujuh, gereja itu kemudian dipugar, diperbesar serta diperindah dan sekarang dikenal sebagai Basilika St. Agnes.
Selama berabad-abad, setiap tahun sekali, yaitu pada pesta St. Agnes, dua anak domba tak bercela dipersembahkan dan diberkati di Basilik St Agnes. Kemudian kedua anak domba itu dipelihara oleh para biarawati Benediktin dari Santa Cecilia di Trastevere hingga hari Kamis Putih, yaitu pada saat mereka digunting bulunya. Dari bulu mereka dibuatlah 12 pallium yaitu semacam stola istimewa yang dikirimkan kepada Bapa Suci. Bapa Suci memberikan pallium tersebut kepada para Uskup Agung yang mengenakannya sebagai lambang anak domba yang digendong oleh Gembala Yang Baik.
Pesta St. Agnes dirayakan oleh Gereja Katolik di seluruh dunia setiap tanggal 21 Januari: "Kristus mempercantik jiwaku dengan perhiasan rahmat dan kebajikan. Aku ini milik Dia, yang dilayani oleh para malaikat."
2.
“Crescit en eundo - Bertumbuh sambil berjalan.”
Itulah “kritik ideologis” Yesus bahwa hidup iman kita harus selalu bertumbuh dalam realitas. Iman yang tumbuh seperti anggur baru karena berasal dari kedekatan dengan Tuhan, bukan yang secara terpaksa melulu cuma demi mentaati aturan. Iman yang bertumbuh dari dalam hati karena yakin bahwa Tuhan yang diimaninya adalah Tuhan yang aktual, yang “gaudere cum gaudentibus et fiere cum fientibus-bergembira dengan yang bersukacita dan yang menangis dengan yang berdukacita”.
Dkl: kita diajak mempunya iman aktual yang tanggap jaman – bukan gagap jaman, yang terbuka, bukan tertutup dan pernah diselubungi ideologis, yang benar-benar tulus dan bukan pernah akal bulus karena sarat intrik taktik konflik dan kepentingan.
Bersama dengan teladan St Agnes (Lat:anak domba - kurban yg suci dan murni), tercandra ada 3 ciri iman yg bertumbuh, yakni "3M", al:
A."Menyegarkan kehidupan":
Agnes adalah gadis baik, cantik, menarik paras dan laras segarnya. Karena ia mempunyai "3B - Beauty Brain Behavior", wajar orang yang melihatnya menjadi segar dan jatuh hati.
B."Menampakkan kegunaan":
St. Agnes berkata "Kristus percantik jiwaku dengan perhiasan rahmat dan kebajikan". Imannya jelas berguna supaya ia tetap rendah hati walau cantik dan dikagumi.
C."Menguatkan kerapuhan":
"St. Agnes tidak takut algojo - Dialah perawan tegar dan budiman", itulah kata-kata St. Ambrosius yang kuatkan iman kita.
Sudahkah hidup/iman kita juga aktual: menyegarkan, menampakkan kegunaan dan menguatkan hidup orang lain?
"Jauh dekat naiknya Xenia - Jadilah berkat bagi seluruh dunia".
3.
Madah Ibadat Bacaan, Pagi, Siang, SKI
PW SANTA AGNES, PERAWAN & MARTIR
Ya Allah, bersegeralah menolong aku
Ya Tuhan, perhatikanlah umat-Mu
Kemuliaan..
Alleluya
MADAH IBADAT BACAAN
Ya Yesus Tuhan putra santa prawan
Yang dilahirkan sangat mentakjudkan
Kami bernyanyi dan memperingati
Perawan suci
Perawan ini yang kami hormati
Martir sejati yang berhati murni
Walaupun lemah namun tetap tabah
Pantang menyerah
Mati tak gentar diancam tak mundur
Meski dikejar semangat tak luntur
Sungguh pahlawan mati demi iman
Kepada Tuhan
Berkat doanya ya Allah pencipta
Diampunilah kami yang berdosa
Agar supaya kami bahagia
Senantiasa
Amin
MADAH IBADAT PAGI
Kristus sumber kemurnian
Dan tumpuan kemartiran
yang mengganjar keduanya
Dengarkanlah doa hamba
Perawan tabah dan murni
Yang kami kenangkan ini
Merebut dua mahkota
Sebagai martir dan dara
Semoga berkat doanya
Kaulebur semua dosa
yang pernah kami lakukan
Tergoda bujukan lawan
Mulyalah Engkau ya Tuhan
Yang lahir dari perawan
Bersama Bapa dan RohNya
Sepanjang segala masa
Amin
MADAH IBADAT SIANG
Kita bersama memuji
Tuhan Allah maha suci
Yang mengurniakan rahmat
Kepada seluruh umat
Kita menyatakan hormat
Pada Tuhan penyelamat
Sambil sujud mohon berkat
Agar tabah lagi kuat
Terpujilah Allah Bapa
Bersama Putra tercinta
Yang memperoleh Roh suci
Pembaharu muka bumi
Amin
DOA
Allah yang kekal dan kuasa, yang lemah dalam pandangan dunia Kaupilih untuk mempermalukan yang berkuasa.
Hari ini kami kenangkan kesaksian santa Agnes, yang menyerahkan nyawa demi imannya.
Semoga kamipun teguh dalam iman, dan tetap setia sampai mati. Demi Yesus Kristus, pengantara kami, Amin.
SKI - JALAN KERAHIMAN
Membuang kemarahan, kegusaran, kekerasan, dan balas dendam merupakan tuntutan mutlak agar kita dapat hidup dengan tenang dan damai.
Tindakan pengampunan dan belas kasih menunjukkan bahwa kita adalah anak-anak Allah.
--------------------
PALLIUM: SKETSA HISTORIS TEOLOGIS.
Pada setiap tanggal 21 Januari, memperingati orang kudus St. Agnes (yang dalam bahasa Latin berarti 'anak domba yang suci murni' atau `kurban', sementara dalam bahasa Yunani berarti `murni, suci'), dilakukan pemberkatan kepausan (papal blessing) untuk sepasang anak domba, yang menurut tradisi dipelihara oleh para biarawati San Lorenzo di Panisperna.
Dua ekor domba yang biasanya berusia kurang dari setahun ini kemudian dibawa dalam keranjang-keranjang oleh para biarawan yang juga bekerja di Basilika St. Agnes ke Basilika Lateran atau Casa Santa Marta untuk diberkati Paus.
Untuk melambangkan kemurnian Santa Agnes, salah satu anak domba itu dikenakan mahkota bunga berwarna putih, sementara yang lain memakai rangkaian bunga berwarna merah untuk mengenang kesaksian kesetiaan iman.
nya sampai mati.
Adapun domba yang diberkati Paus ini kemudian akan dicukur pada hari Kamis Putih, dan bulunya ditenun menjadi palium, yang disimpan dalam guci di makam Santo Petrus sampai saat Paus memberikannya kepada para uskup agung yang baru diangkat.
Tercandra, pallium yang berasal dari bulu-bulu wol dari domba, yang lebarnya 5cm serta dihiasi 6 salib sutra hitam sebagai simbol luka-luka Kristus dan pin emas permata ini ditenun oleh para biarawati Benediktine St. Sisilia dari Transtevere.
Pallium (berasal dari pallium atau palla Romawi, sehelai mantel wol) sendiri adalah salah satu vestimentum gerejawi dalam Gereja Katolik Roma, awalnya dikhususkan bagi Sri Paus, namun selama berabad-abad kemudian, paliium juga dianugerahkan oleh Paus kepada para uskup agung sebagai lambang dari yurisdiksi yang diembankan kepada mereka oleh Tahta Suci.
Jelasnya, pallium adalah salah satu busana liturgi, berupa kain yang dikenakan di atas stola, terbuat dari wol), semacam aksesoris khas yang hanya diberikan kepada uskup agung metropolitan. Pallium tidak diberikan kepada uskup agung yang tidak memimpin metropolitan (misalnya para duta besar Vatikan di berbagai negara) atau uskup biasa.
Semenjak Paus Paulus VI menyingkirkan tiara dalam upacara penobatan Paus, pallium memang menjadi tanda pengambil-alihan Gereja Katedral Roma. Bagi para uskup agung, pallium merupakan tanda jabatan seorang uskup agung atau uskup metropolit dan melambangkan kuasa yang diberikan oleh Hukum Gereja kepadanya selaku uskup agung dalam persatuan dengan Gereja Katolik Roma.
Secara teologis, pallium melambangkan anak domba, yang oleh Kristus diserahkan kepada Petrus untuk digembalakan (Yoh 21, 15-17). Selain itu, palium juga melambangkan Kristus sendiri, gembala yang baik, yang memanggul domba yang hilang di pundaknya dan membawanya pulang. Pallium menjadi simbol "caritas pastoralis", cinta kasih kegembalaan dari sang Gembala Baik : simbol dari domba yang hilang, dicari, ditemukan dan dipikulnya di atas bahu sang Gembala Baik.
Adapun aksesoris dari bulu domba ini dikenakan dengan dikalungkan di pundak. Kelihatan sederhana, tapi sungguh sarat makna, seperti juga busana gereja yang lainnya. Pastinya, pallium hanya dipakai oleh paus dan uskup-uskup agung dalam perayaan liturgi meriah, dimana asal-usul pallium sendiri bermula dari stola yang kemudian diperpendek, dihubungkan sehingga melingkar, berwarna putih dengan hiasan 6 gambar salib dan dikalungkan di leher di atas stola dan kasula.
Konon, pada awal kekristenan, pallium panjangnya sekitar 12 kaki dan dikenakan untuk menghangatkan badan. Umat Kristiani mengambil bentuk ini dan menganggapnya sebagai lambang iman kepada Kristus.
Penggunaan pallium mengalami perkembangan seiring perkembangan jaman. Pada abad ketiga, pallium dikenakan baik oleh kaum awam maupun kaum klerus; pada abad keempat, dikenakan oleh Paus dan akhirnya hanya beliau seorang yang mengenakannya secara eksklusif; pada abad kelima, pallium dikenakan oleh Paus dan para klerus penting yang menerimanya sebagai hadiah dari Paus; pada abad kesembilan, pallium dikenakan secara eksklusif oleh Paus, para uskup agung metropolit dan uskup-uskup tertentu sebagai tanda kehormatan; dan sesuai dekrit tahun 1978, pallium dikenakan oleh Paus dan para uskup agung metropolit serta Patriark Yerusalem.
Dan, sejak tahun 2015, Paus Fransiskus memutuskan bahwa pallium itu tidak disematkan langsung oleh Paus kepada Uskup Metropolit yang berhak menerimanya. Melainkan pallium itu akan ‘dibuka’ di wilayah keuskupan dan disematkan oleh Nuntio Dubes Vatikan di setiap negara kepada uskup yang telah berhak menerimanya, disaksikan oleh para imam dan umat setempat.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar