APOGHTEMATA PATRUM EDISI JUNI
(RJK. 2018).
The devil is afraid of us when we pray and make sacrifices. He is also afraid when we are humble and good. He is especially afraid when we love Jesus very much. He runs away when we make the Sign of the Cross.
-Saint Anthony, Abbot
01 Juni
Pada waktu masih muda, Abas Euprepius mengunjungi seorang penatua dan berkata kepadanya : “Bapa, berilah saya sebuah perkataan supaya saya selamat.”
Sang penatua itu menjawab : “Kalau engkau ingin selamat, pada waktu engkau mengunjungi seseorang, jangan mulai berbicara sebelum engkau ditegur.”
Dipenuhi dengan rasa keremuk-redaman hati akibat perkataan itu, ia meniarap dan berkata : “Saya telah membaca banyak buku sebelumnya, tetapi saya tak pernah menerima pelajaran seperti ini.”
Lalu ia pergi dengan mendapat manfaat rohani yang sangat besar
02 Juni
Dikatakan tentang Abas Helladius bahwa ia tinggal selama 20 tahun di Cellia tanpa pernah mengangkat matanya untuk melihat atap gereja. Ia biasa makan roti dan garam saja.
Ketika Paskah tiba, ia biasa berkata : “Para saudara harus makan roti dan garam; sedangkan bagiku, aku harus berusaha sedikit lebih karena Paskah. Oleh karena itu, kalau seluruh hari lainnya aku makan sambil duduk, maka sekarang waktu Paskah ini, aku akan berusaha untuk makan sambil berdiri.”
03 Juni
Abas Evagrius berkata :
“Duduklah dalam sel-mu, pusatkan pikiranmu. Ingatlah akan hari kematianmu. Lalu lihatlah apa yang akan terjadi dengan kematian tubuhmu; biarkan roh mu menjadi berat, terimalah rasa sakit, kutuklah kesia-siaan dunia, supaya engkau dapat selalu tinggal dalam damai yang ada di muka matamu tanpa henti."
"Ingatlah juga apa yang terjadi di neraka dan pikirkan tentang keadaan jiwa-jiwa di situ, rasa sepi mereka yang menyakitkan, keluhan mereka yang sangat pahit, ketakutan mereka, pemberontakan mereka, penantian mereka."
"Pikirkan tentang kesusahan mereka yang tanpa akhir dan air mata yang dicucurkan oleh jiwa mereka sampai keabadian. Ingatlah juga akan hari kebangkitan ketika engkau herus menghadap dan berdiri di hadapan Allah. Bayangkan pengadilan yang menakutkan dan mengerikan. Pertimbangkan nasib yang diperuntukkan bagi para pendosa, rasa malu mereka di hadapan wajah Allah dan para malaikat serta malaikat agung dan semua orang, hukuman –hukuman , api abadi, cacing yang selalu menggerogoti, kegelapan, kertakan gigi, ketakutan dan ratapan."
"Pikirkan juga hal-hal baik yang dilimpahkan kepada orang benar : kepercayaan teguh di hadapan Allah Bapa dan Putra-Nya, para malaikat dan malaikat agung serta semua orang kudus, kerajaan Surga, dan anugerah-anugerah dari kenyataan itu, kegembiraan dan kebahagiaan."
"Tetaplah terus merenungkan ingatan akan kedua kenyataan itu. Tangisilah pengadilan para pendosa, timbulkan rasa takut pada dirimu agar jangan sampai engkau juga mengalami kesusahan-kesusahan itu. Tetapi bergembiralah dan bersukacitalah atas nasib para orang benar. Berusahalah memperoleh kegembiraan itu tetapi jadilah asing terhadap penderitaan itu. Entah engkau di dalam entah di luar selmu, perhatikanlah supaya ingatan akan hal-hal itu tak pernah meninggalkanmu, sehingga, syukur atas ingatan akan hal-hal itu, sekurang-kurangnya engkau bisa terbebaskan dari pikiran-pikiran yang salah dan merugikan.”
04 Juni
Abas Evagrius berkata : “Kendalikan dirimu dari afeksi terhadap banyak orang, supaya rohmu tidak menjadi kacau sehingga kedamaian batinmu tidak terganggu.”
05 Juni
Abas Evagrius berkata : “Merupakan sesuatu yang baik kalau berdoa tanpa melantur, tetapi menyanyikan mazmur tanpa melantur merupakan sesuatu yang lebih baik lagi.
06 Juni
Abas Evagrius berkata : “Tetaplah selalu mengingat saat kematianmu dan jangan lupa akan pengadilan abadi, maka tidak akan ada kesalahan dalam jiwamu.”
Ia juga berkata : “Buanglah pencobaan-pencobaan maka tak seorang pun akan selamat.”
07 Juni
Abas Evagrius berkata bahwa salah seorang Bapa biasa mengatakan : “Makanlah sedikit dengan teratur; kalau cinta kasih digabungkan dengannya, maka itu akan membimbing rahib dengan cepat menuju ambang pintu apatheia (suatu keadaan dimana nafsu-nafsu dapat dikuasai).
08 Juni
Pada suatu hari di Cellia, ada sebuah pertemuan untuk membicarakan satu dan lain hal, Abas Evagrius juga berbicara.
Kemudian seorang imam berkata kepadanya : “Bapa, kami tahu bahwa kalau Bapa tinggal di negeri Bapa sendiri, Bapa barangkali sudah menjadi seorang Uskup dan seorang pemimpin yang besar, tetapi sekarang Bapa duduk di sini sebagai seorang yang asing.”
Ia dipenuhi dengan keremuk redaman hati, tetapi ia sama sekali tidak menjdai bingung dan sambil menundukkan kepalanya ia menjawab : “Saya sudah berbicara satu kali tetapi tidak akan saya lanjutkan.” (Ayub 39, 38)
09 Juni
Abas Zeno, murid Silvanus yang suci, berkata : “Jangan tinggal di suatu tempat yang terkenal, jangan diam dekat seseorang yang punya nama besar, dan jangan meletakkan pondasi bangunan sel untuk dirimu dalam satu hari.”
10 Juni
Dikatakan tentang Abas Zeno bahwa sejak awal ia sama sekali tidak pernah mau menerima apa pun dari seorang pun. Mereka yang membawakan sesuatu untuknya, kembali dengan sakit hati karena ia tidak menerima apa pun saja. Sedangkan orang lain yang datang kepadanya karena ingin memperoleh suatu kenang-kenangan dari rahib agung itu juga kembali dengan sakit hati karena ia tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepada mereka.
Lalu sang penatua itu berkata : “Apa yang harus kulakukan, karena mereka yang membawa sesuatu sakit hati, begitu juga mereka yang mengharapkan sesuatu, sakit hati ? Aku tahu apa yang kiranya tepat bagiku : kalau seseorang membawa sesuatu untukku, aku akan menerimanya dan aku akan memberikannya kepada orang yang minta sesuatu dariku.”
Maka ia melakukan hal itu dan menjadi damai serta memuaskan setiap orang.
11 Juni
Seorang rahib Mesir datang mengunjungi Abas Zeno di Syria dan mempersalahkan dirinya sendiri di hadapan sang penatua, mengenai godaan-godaan yang dialaminya.
Penuh dengan rasa kagum, Zeno berkata : “Rahib-rahib Mesir menyembunyikan keutamaan-keutamaan yang mereka miliki dan tak henti-hentinya mempersalahkan diri mereka sendiri tentang kesalahan-kesalahan yang tidak mereka lalukan. Sedangkan rahib-rahib Syria dan Yunani berlaku seolah-olah memiliki keutamaan-keutamaan yang tidak mereka miliki dan menyembunyikan kesalahan-kesalahan yang mereka yang lakukan.”
12 Juni
Beberapa saudara datang mengunjungi Abas Zeno dan bertanya : “Apakah arti yang dikatakan dalam Kitab Ayub, ‘Seluruh langit tidak bersih pada pendangan-Nya ?’ (Ayub 15,5)”.
Sang penatua menjawab : “Para saudara telah mengabaikan dosa-dosa mereka dan malah ingin menyelidiki hal-hal surgawi. Itulah tafsiran dari perkataan : ’Hanya Allah yang murni’, dari sebab itu Ia berkata. ‘Seluruh langit tidak bersih.”
13 Juni
Dikatakan tentang Abas Zeno bahwa ketika ia tinggal di Scetis, ia keluar dari selnya pada waktu malam, menuju ke arah rawa-rawa. Ia mengembara kesana kemari tanpa tujuan selama 3 hari 3 malam.
Akhirnya ia menjadi lelah dan kekuatannya habis, ia terjatuh kelihatannya seperti mau mati.
Tetapi kemudian ada seorang anak kecil berdiri di depannya sambil memegang roti dan sekendi air lalu berkata kepadanya : “Bangun dan makanlah.”
Ia berdiri dan berdoa, mengira bahwa itu hanya sebuah khayalan.
Anak itu berkata kepadanya lagi : “Engkau telah bekerja dengan baik.”
Lalu ia berdoa untuk kedua kalinya dan ketiga kalinya.
Anak itu berkata lagi : “Engkau telah bekerja dengan baik.”
Kemudian sang penatua bangun mengambil makanan itu dan memakannya. Anak itu berkata : “Engkau telah berjalan demikian jauh sehingga engkau telah berada jauh dari selmu. Karena itu bangunlah dan ikutilah aku.”
Segera ia menemukan dirinya berada dalam selnya.
Lalu sang penatua itu berkata kepada anak itu : “Masuk dan marilah kita berdoa.”
Tetapi ketika sang penatua masuk ke dalam, anak itu menghilang.
14 Juni
Suatu ketika Abas Zeno berjalan-jalan di Palestina dan menjadi lelah. Ia duduk dekat sebuah pohon mentimun untuk memakannya, lalu ia berkata kepada dirinya sendiri : “Ambillah sebuah mentimun dan makanlah, itu kan hanya hal kecil.”
Tetapi ia menjawab dirinya sendiri : “Para pencuri ditangkap untuk dihukum. Karena itu ujilah dirimu sendiri untuk melihat apakah engkau dapat menanggung hukuman.“
Ia bangun dan berdiri di bawah matahari selama 5 hari. Ketika ia cukup terbakar matahari, ia berkata : “Engkau tidak dapat menanggung hukuman”.
Dan ia berkata kepada pikirannya : “Karena engkau tidak dapat menanggung hukuman, maka jangan mencuri dan jangan makan.”
15 Juni
Abas Zeno berkata : “Kalau seseorang ingin supaya Allah mendengarkan doanya dengan segera, maka sebelum ia berdoa untuk apa pun saja, bahkan untuk jiwanya sendiri, ketika ia berdiri dan merentangkan tangannya ke arah Allah, ia harus berdoa dengan sepenuh hatinya untuk para musuhnya. Berkat tindakannya itu Allah akan mendengarkan setiap hal yang ia minta.”
16 Juni
Di sebuah desa ada seorang rahib yang mencapai tingkat puasa demikian rupa sehingga ia disebut “sang puasa”.
Abas Zeno mendengar hal itu dan menyuruh dia datang. Ia datang dengan senang hati. Mereka berdoa dan duduk. Sang penatua mulai bekerja dengan silensium. Karena ia tidak berhasil berbicara kepada sang penatua maka sang puasa mulai menjadi bosan.
Lalu ia berkata kepada sang penatua : “Doakan saya, Bapa, karena saya ingin pergi.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Mengapa ?”
Ia menjawab : “Karena hati saya seakan-akan berada di atas api dan saya tidak tahu mengapa demikian. Untuk mengatakan yang sesungguhnya, ketika saya di desa dan berpuasa sampai malam, tidak pernah terjadi hal seperti ini pada saya.”
Sang penatua berkata : “Di desa engkau menyantapi dirimu melalui telingamu. Tapi pergilah dan mulai sekarang makanlah pada jam kesembilan dan apa pun yang kau lakukan, lakukan itu secara diam-diam.”
Segera ia mulai mempraktekkan nasihat itu, tetapi si sang puasa merasa sulit untuk menunggu sampai jam kesembilan. Dan mereka yang mengenal dia berkata : “Sang puasa dikuasai oleh iblis.”
Maka ia pergi kepada sang penatua untuk menceritakan semuanya itu.
Sang penatua berkata kepadanya : “Cara ini sesuai dengan kehendak Allah.”
17 Juni
Abas Makarius berkata kepada Abas Zakarias : “Katakanlah kepadaku, apakah pekerjaan seorang rahib ?”
Ia berkata kepadanya : “Bagaimana ini, malah Bapa bertanya kepada saya ?” (waktu itu Zakarias masih seorang anak muda).
Abas Makarius berkata : “Zakarias, anakku, engkau sungguh mantap untuk memberi inspirasi bagiku. Allah-lah yang menyuruh aku untuk bertanya kepadamu.”
Lalu Zakarias berkata kepadanya : “Bapa, menurut pendapatku, ia menjadi seorang rahib kalau ia bertindak keras pada dirinya sendiri dalam segala hal.”
18 Juni
Pada suatu hari Abas Musa berkata saudara Zakarias : “Katakanlah kepadaku, apa yang harus kulakukan ?”
Mendengar itu Zakarias meniarap di kaki sang penatua dan berkata : “Apakah Bapa bertanya kepada saya ?”
Sang penatua berkata kepadanya : “Percayalah kepadaku, Zakarias, anakku, aku telah melihat Roh Kudus turun ke atasmu dan sejak itu aku terdorong untuk bertanya kepadamu. “
Kemudian Zakarias menarik kap kepalanya, meletakkannya di bawah kakinya dan menginjak-injaknya sambil berkata : “Orang yang tidak bersedia membiarkan dirinya diperlakukan seperti ini, tidak dapat menjadi seorang rahib.”
19 Juni
Pada suatu hari ketika ia sedang duduk di Scetis, Abas Zakarias mendapat penglihatan. Ia pergi kepada ayahnya, Carion, untuk menceritakan hal itu.
Carion, seorang asket, tidak mengerti akan hal itu. Lalu ia bangun dan memukul Zakarias keras-keras sambil berkata bahwa itu berasal dari iblis.
Tetapi Zakarias terus memikirkan hal itu lalu ia malam-malam pergi ke Abas Poemen untuk menceritakan masalahnya kepadanya dan bagaimana hatinya terbakar dalam dirinya. Kemudian sang penatua, yang melihat bahwa hal itu berasal dari Allah, berkata kepadanya : “Pergilah kepada seseorang penatua dan apa pun yang ia katakan kepadamu untuk dilakukan, lakukanlah.”
Zakarias pergi kepada penatua itu dan bahkan sebelum ia dapat menanyakan sesuatu, sang penatua itu melarang dia bicara sambil mengatakan segala sesuatu yang telah terjadi dan berkata bahwa penglihatan itu berasal dari Allah. “Tetapi pergilah”, katanya, “dan patuhilah ayahmu.”
20 Juni
Abas Poemen berkata bahwa Abas Musa bertanya kepada Abas Zakarias, yang sedang menghadapi ajalnya : “Apa yang kau lihat ?”
Zakarias menjawab : “Bapa, bukankah lebih baik membiarkan daku dalam damai ?”
Musa berkata : “Ya, lebih baik membiarkan engkau dalam damai, anakku.”
Pada saat kematiannya, Abas Isidorus yang sedang duduk di sana melihat ke arah surga dan berkata : “Bergembiralah, Zakarias, anakku, karena pintu kerajaan surga terbuka bagimu.”
21 Juni
Abas Yesaya berkata : “Tak ada sesuatu pun yang demikian berguna bagi para pemula kecuali penghinaan-penghinaan. Seorang pemula yang menanggung penghinaan-penghinaan adalah seperti sebuah pohon yang di-airi setiap hari.”
22 Juni
Abas Yesaya berkata kepada mereka yang memulai suatu awal yang baik dengan menyerahkan diri mereka di bawah bimbingan para Bapa yang suci, demikian : “Warna asal dari kain celupan tidak pernah hilang. Dan sama seperti tunas yang masih muda itu mudah dibentuk dan dibengkokkan, demikian juga dengan para pemula yang hidup di bawah bimbingan.”
23 Juni
Abas Yesaya berkata : “Seorang pemula yang pergi cari satu pertapaan ke pertapaan lain adalah seperti seekor binatang yang melompat ke sana kemari karena takut akan tali kekang.”
24 Juni
Dikatakan tentang Abas Yesaya bahwa pada suatu hari ia mengambil sebatang ranting dan pergi ke tempat pengirikan untuk menggiling dan berkata kepada pemiliknya : “Tolong gilingkan sedikit gandum untukku.”
Si pemilik menjawab : “Apakah Bapa membawa panenannya ?”
Ia menjawab : “Tidak.”
Si pemilik berkata : “Lalu bagaimana Bapa dapat mengharapkan diberi gandum kalau Bapa tidak punya panenan ?”
Kemudian sang penatua berkata kepadanya : “Jadi, kalau seseorang tidak bekerja, ia tidak menerima upah ?”
Si pemilik menjawab : “Tidak.”
Sesudah itu sang penatua pergi. Ketika melihat apa yang telah ia lakukan, saudara-saudara membungkuk di hadapannya dan bertanya kepadanya mengapa ia bertindak seperti itu.
Sang penatua berkata kepada mereka : “Aku melakukan hal itu sebagai sebuah contoh : barang siapa tidak bekerja ia tidak akan menerima ganjaran dari Allah.”
25 Juni
Abas Yesaya berkata : “Kalau Allah ingin mengasihani sebuah jiwa yang memberontak, yang tidak mau menanggung kesusahan apa pun dan yang hanya melakukan apa yang ia inginkan saja, maka Allah akan membiarkan jiwa itu mengalami penderitaan yang tidak ia inginkan, supaya ia mau mencari Allah lagi.”
26 Juni
Abas Yesaya berkata : “Kalau seseorang ingin mambalas kejahatan dengan kejahatan, ia dapat melukai jiwa saudaranya hanya dengan satu anggukan kepala saja.”
27 Juni
Seseorang bertanya kepada Abas Yesaya apakah ketamakan itu. Ia menjawab : “Tidak percaya pada penyelenggaraan Allah terhadap dirimu, tidak mengharapkan janji-janji Allah dan mencintai kesombongan (besar mulut).”
28 Juni
Abas Yesaya ditanya, apakah fitnah itu. Ia menjawab : “Fitnah berarti menganggap sepi kemuliaan Allah dan membenci sesamanya.”
29 Juni
Abas Yesaya ditanya, apakah marah itu. Ia menjawab : “Amarah adalah berkelahi/bertengkar, berbohong dan ketidak pedulian.”
30 Juni
Abas Yesaya berkata : “Bagiku, aku takut akan tiga hal : saat ketika jiwaku meninggalkan tubuhku, dan saat ketika aku harus tampil di hadapan Allah, serta saat ketika hukuman dijatuhkan kepadaku.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar