Ads 468x60px

APOGHTEMATA PATRUM EDISI OKTOBER




HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
"TTS" - "TRIBUTE TO SAINT":
St. Antonius, Abas dkk. (PART X)
APOGHTEMATA PATRUM EDISI OKTOBER
(RJK. 2018).
The devil is afraid of us when we pray and make sacrifices. He is also afraid when we are humble and good. He is especially afraid when we love Jesus very much. He runs away when we make the Sign of the Cross.
-Saint Anthony, Abbot
01 Oktober
Abas Yohanes dari Kilikia berkata : “ Marilah kita meniru para Bapa kita : mereka hidup sangat keras, tetapi damai, di tempat ini.”
Ia juga berkata : “Anak-anakku, janganlah kita mengkotori tempat ini, karena para Bapa kita telah membersihkannya dari setan-setan. Inilah tempat untuk asketis dan bukan untuk urusan duniawi.”
02 Oktober
Abas Yohanes dari Kellia menceritakan kisah berikut kepada kami : “Di Mesir ada seorang pelacur yang kaya dan sangat cantik. Para bangsawan dan orang-orang terkemuka mendatanginya.
Pada suatu hari ia berada di dekat gereja dan ingin masuk. Subdiakon yang berdiri di pintu gereja tidak mengijinkan dia masuk dan berkata : “Engkau tidak pantas masuk rumah Allah karena engkau najis.”
Ketika uskup mendengar suara gaduh perdebatan mereka, ia keluar.
Kemudian pelacur itu berkata kepada uskup : “Ia tidak mengijinkan aku masuk gereja.”
Uskup berkata kepadanya : “Engkau tidak diijinkan masuk karena engkau tidak suci.”
Pelacur itu dipenuhi keremuk-redaman hati dan berkata kepada uskup : “Mulai sekarang saya tidak akan berzinah lagi.”
Uskup menjawab : “Kalau engkau membawa kekayaanmu ke sini, baru aku akan yakin bahwa engkau tidak akan berzinah lagi.”
Ia membawa kekayaannya dan uskup membakar semuanya itu.
Kemudian wanita itu masuk ke dalam gereja sambil menangis dan berkata : “Kalau di bawah sini saja sudah seperti ini penderitaan yang harus kualami, apalagi nanti di dunia atas sana ?”
Maka ia bertobat dan menjadi bejana pilihan.
03 Oktober
Abas Yohanes dari Thebaid berkata : “Pertama-tama seorang rahib harus memiliki kerendahan hati. Karena, itulah perintah utama dari Tuhan yang berkata : ‘Berbahagialah orang yang miskin dalam roh, sebab bagi mereka kerajaan Surga.’ (Mat 5,3).
04 Oktober
Dikatakan tentang Abas Isidorus, seorang imam, bahwa pada suatu hari seorang saudara mengundang dia makan.
Tetapi sang penatua menolak untuk datang dengan berkata : “Adam terperdaya oleh makanan dan ia harus hidup di luar Firdaus.”
Saudara itu berkata kepadanya : “Apakah Bapa demikian takut meninggalkan sel Bapa ?”
Sang penatua menjawab : “Anakku, aku takut karena iblis berjalan keliling seperti singa yang mengaum-aum mencari orang yang dapat ditelannya ( 1 Ptr 5,8).”
Ia sering berkata : “Kalau seseorang memberi dia minum, ia tidak mau menerimanya. Lot, karena dipaksa oleh anak-anaknya, menjadi mabuk oleh anggur. Dan sebagai akibat kemabukannya itu, iblis dengan mudah menjerumuskan dia ke dalam perbuatan zinah yang memalukan.”
05 Oktober
Abas Isidorus berkata : “Kalau engkau sungguh-sungguh menginginkan kerajaan Surga, tinggalkanlah kekayaan dan carilah kebaikan-kebaikan ilahi.”
Ia juga berkata : “Tidak mungkin bagimu hidup menurut Allah kalau engkau mencintai kesenangan dan uang.”
06 Oktober
Abas Isidorus berkata : “Kalau engkau berpuasa secara teratur, jangan engkau membanggakan diri. Kalau engkau meninggikan dirimu karena berpuasa, lebih baik engkau makan daging saja. Lebih baik bagi seorang rahib makan daging daripada meninggikan diri karena sombong dan memuliakan diri sendiri.”
07 Oktober
Abas Isidorus berkata : “Para murid harus mencintai mereka yang sungguh-sungguh menjadi guru mereka, sebagai Bapa mereka. Dan harus takut akan mereka, sebagai pemimpin mereka. Tetapi mereka tidak boleh kehilangan rasa takut mereka karena cinta dan juga tidak boleh kehilangan cinta mereka karena rasa takut.”
08 Oktober
Dikatakan tentang Abas Isidorus bahwa kalau asa seorang saudara datang mengunjunginya, ia akan lari menghindar sampai ke ujung selnya yang paling ujung.
Para saudara bertanya kepadanya : “Bapa, apa yang Bapa lakukan ?”
Ia menjawab : “Binatang-binatang buas, kalau mereka lari masuk ke sarang mereka, mereka akan selamat.”
Ia mengatakan hal itu untuk mendidik para saudara.
09 Oktober
Salah seorang dari para Bapa menceritakan tentang Abas Yohanes dari Persia, bahwa cintakasihnya yang besar telah membuat dia menjadi orang yang lugu sekali.
Ia tinggal di Arab-Mesir. Pada suatu hari ia meminjam sejumlah uang dari seorang saudara dan membeli rami untuk pekerjaannya.
Lalu seorang saudara datang dan meminta kepadanya : “Bapa, berilah saya sedikit rami supaya saya dapat membuat jubah untuk saya sendiri.”
Ia memberinya dengan segera.
Hal yang sama dilakukannya kepada saudara lain yang datang untuk meminta rami guna membuat pakaiannya.
Orang-orang lain datang dan meminta kepadanya barang-barang dan ia memberi mereka begitu saja dengan gembira.
Kemudian si pemilik uang datang untuk menagih kembali uangnya.
Sang penatua berkata kepadanya : “Aku akan pergi untuk mendapatkannya bagimu.”
Karena ia tidak dapat mengembalikan uang itu kepadanya, ia pergi ke Abas Yakobus, seorang diakon, untuk mohon kepadanya memberi dia sejumlah uang, supaya ia dapat mengembalikan uang saudara tadi.
Dalam perjalanannya ke Abas Yakobus, ia menemukan sekeping uang di tanah, tetapi ia tidak mengambilnya. Ia berdoa dan kembali ke selnya.
Tetapi saudara itu datang lagi menagih dan sang penatua berkata : “Aku akan sungguh mengusahakannya.”
Sekali lagi ia pergi, menemukan keping uang di tanah yang sama dan sekali lagi ia berdoa lalu kembali ke selnya.
Akan tetapi saudara itu datang lagi menagih seperti sebelumnya.
Sang penatua berkata kepadanya : “Kali ini aku akan sungguh-sungguh mengembalikannya kepadamu.”
Sekali lagi ia bangun dan pergi ke tempat di mana keping uang itu tergeletak. Ia berdoa dan pergi ke Abas Yakobus sambil berkata : “Bapa, ketika aku datang ke sini, aku menemukan uang ini di jalan. Tolong Bapa umumkan kepada tetangga sekitar kalau-kalau ada yang kehilangan uang. Dan kalau pemiliknya sudah ditemukan, tolong berikan ini kepadanya.”
Maka Abas Yakobus mengumumkan hal itu selama 3 hari, tetapi tak ada seorang pun yang datang untuk mengambil uang tersebut.
Kemudian sang penatua berkata kepada Abas Yakobus : “Kalau tidak ada orang yang kehilangan, maka berikanlah uang itu kepada saudara ini, karena aku telah berhutang kepadanya. Ketika aku datang ingin memohon derma kepadamu supaya aku dapat mengembalikan kepadanya apa yang menjadi miliknya, aku telah menemukan uang itu.”
Abas Yakobus menjadi heran, karena meskipun ia berhutang dan menemukan uang itu, ia tidak langsung mengambilnya dan memberikannya kepada saudara itu.
Begitu juga hal yang mengagumkan dalam dirinya, yaitu kalau seseorang datang untuk meminjam sesuatu kepada Abas Yohanes, ia tidak memberikannya sendiri kepadanya tetapi berkata kepada si peminjam itu. “Ambillah sendiri apa saja yang kau butuhkan.”
Dan kalau seseorang mengembalikan sesuatu kepadanya, ia akan berkata : “Letakkan itu di tempat semula.”
Kalau si peminjam tidak mengembalikan barang pinjamannya, ia tidak mengatakan apa pun kepadanya.
10 Oktober
Dikatakan tentang Abas Yohanes dari Persia bahwa kalau ada penjahat datang kepadanya, ia mengambil sebuah baskom untuk membasuh kaki mereka. Maka mereka akan menjadi bingung dan mulai berbuat silih.
11 Oktober
Seseorang berkata kepada Abas Yohanes dari Persia : “Kita telah menanggung banyak penderitaan demi kerajaan surga. Apakah kita akan mewarisinya ?”
Sang penatua menjawab : “Bagiku, aku yakin akan memperoleh warisan Yerusalem surgawi. Mengapa aku harus tidak yakin ? Aku telah menerima tamu denga ramah seperti Abraham, menjadi orang yang lemah lembut seperti Musa, suci seperti Harun, sabar seperti Ayub, rendah hati seperti Daud, menjadi seorang pertapa seperti Yohanes, penuh dengan keremuk-redaman hati seperti Yeremia, menjadi seorang guru seperti Paulus, penuh iman seperti Petrus, bijaksana seperti Salomo. Aku ini seperti seorang pencuri namun telah dianugerahkan semua keutamaan itu oleh Dia yang hakikatnya adalah baik, maka aku juga yakin Ia akan menganugerahkan kerajaan-Nya.”
12 Oktober
Dikatakan tentang Abas Yohanes, murid Abas Paulus, bahwa ia seorang yang sangat taat. Ada beberapa kuburan, tempat tinggal seekor serigala.
Sang penatua melihat, di tempat itu ada pupuknya. Lalu ia menyuruh Yohanes pergi untuk mengambilnya.
Ia berkata : “Bapa, apa yang harus kuperbuat dengan serigala itu ?”
Sang penatua berkata kepadanya secara berkelakar : “Kalau ia menyerangmu, ikat dia dan bawa kemari.”
Lalu, pada waktu sore, Yohanes pergi ke sana, dan sungguh, serigala itu menyerang dia.
Sesuai dengan instruksi sang penatua, ia berusaha menangkapnya. Tetapi serigala itu lari. Ia mengejarnya sambil berseru : “Aku harus mengikatmu.”
Akhirnya ia menangkap dan mengikatnya. Karena lama tidak kembali, sang penatua menjadi cemas dan duduk menunggu.
Ketika ia kembali, ia membawa serigala itu terikat. Ketika sang penatua melihat hal itu, ia menjadi kagum.
Tetapi ia ingin menguji kerendahan hatinya, maka ia menegurnya sambil berkata : “Bodoh! Mengapa engkau membawa anjing tolol ini kesini ?”
Lalu sang penatua langsung melepaskannya dan membiarkan serigala itu pergi.
13 Oktober
Pada suatu hari Abas Iskak dari Thebe pergi ke sebuah biara. Ia melihat seorang saudara sedang berbuat dosa maka ia menghukumnya.
Ketika ia kembali ke gurun, seorang malaikat Tuhan datang dan berdiri di muka pintu selnya dan berkata : “Aku tidak mengizinkan engkau masuk.”
Tetapi ia mendesak sambil berkata : “Apa masalahnya ?”
Malaikat itu menjawab : “Allah telah mengutus aku untuk menanyakan kepadamu, kemana engkau akan mengucilkan saudara yang bersalah yang telah kau hukum itu.”
Langsung ia menyesal dan berkata : “Aku telah berdosa, ampunilah aku.”
Kemudian malaikat itu berkata : “Bangunlah, Allah telah mengampunimu. Tetapi sejak saat ini dan untuk selanjutnya, berhati-hatilah, jangan menghakimi seorang pun sebelum Allah menghakiminya.”
14 Oktober
Dikatakan tentang Abas Apolo bahwa ia mempunyai seorang murid bernama Iskak, yang terlatih secara sempurna dalam semua perbuatan baik dan memiliki anugerah doa yang tak kunjung putus pada saat ekaristi.
Kalau ia ke gereja, ia tidak mengijinkan seorang pun ikut bersamanya. Ia biasa berkata bahwa segala sesuatu itu baik asalkan pada saatnya masing-masing, “Karena untuk segala sesuatu ada waktunya.”
Begitu synaxis berakhir, ia langsung lari seakan-akan dikejar api dan cepat-cepat kembali ke selnya. Pada akhir synaxis kerap disajikan sepotong roti dan secawan anggur untuk para saudara, tetapi ia tidak mau menerimanya. Bukan karena ia ingin menolak agape para saudara, tetapi karena ia ingin mempertahankan doa tanpa kunjung putus sesudah ibadat itu.
Pada suatu ketika ia jatuh sakit. Ketika para saudara mendengar hal itu mereka datang mengunjunginya.
Sambil duduk di sampingnya, mereka bertanya : “Abas Iskak, mengapa Bapa lari dari saudara-saudara pada akhir setiap ibadat ?”
Ia menjawab mereka : “Aku tidak lari dari para saudara, tetapi dari tipu muslihat licik para iblis. Kalau seseorang memegang sebuah pelita bernyala dan tetap membiarkannya di udara terbuka, pelita itu akan padam karena angin. Kita juga sama, kalau kita diterangi oleh ekaristi kudus dan tetap tinggal di luar sel kita, roh kita akan menjadi gelap.”
Begitulah cara hidup Abas Iskak yang suci.
15 Oktober
Abas Yusuf dari Thebe berkata :
“Ada tiga pekerjaan yang berkenan di mata Tuhan.
Yang pertama, orang yang dengan rasa syukur menerima cobaan-cobaan yang mendatanginya ketika ia sakit.
Yang kedua, orang yang melaksanakan seluruh pekerjaannya semata-mata di hadirat Allah, tanpa mempedulikan pengharapan dari pihak manusia.
Yang ketiga, orang yang tetap taat di bawah seorang Bapa rohani dengan menyangkal sama sekali kehendaknya sendiri.
Yang terakhir itu sungguh akan memperoleh mahkota mulia. Bagiku, aku memilih untuk sakit saja.”
16 Oktober
Abas Kasianus mengisahkan kejadian berikut : “Germanus yang suci dan aku pergi ke Mesir untuk mengunjungi seorang penatua.
Ketika ia menjamu kami dengan baik, kami bertanya kepadanya : Mengapa Anda tidak memegang aturan puasa ketika Anda menerima saudara-saudara yang datang berkunjung, sama seperti yang diperlakukan terhadap kami di Palestina ?”
Ia menjawab : “Untuk berpuasa selalu ada kesempatan. Tetapi kalian tidak selalu dapat berada bersamaku. Lagipula, puasa memang berguna dan perlu, tetapi itu merupakan sesuatu yang kita pilih sendiri, sedangkan melakukan karya kasih adalah hukum Allah yang diperintahkanNya untuk kita lakukan.
Jadi karena menyambut Kristus dalam diri kalian, aku harus melayani kalian dengan segala keramahan. Tetapi kalau aku telah berpisah dari kalian, aku dapat melanjutkan lagi aturan puasa. Karena “dapatkah para tamu undangan pesta nikah berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka ? Tetapi ketika mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa” (Mrk 2, 19-20).
17 Oktober
Abas Kasianus berkata :
“Ada seorang penatua yang dilayani oleh seorang perawan suci.
Para rahib berkata bahwa sang penatua itu tidak suci.
Sang penatua tersebut mendengar apa yang dikatakan orang-orang. Ketika hampir meninggal, ia berkata kepada para Bapa : Kalau aku mati, tanamkanlah tongkatku ini di kuburan. Kalau tongkat ini tumbuh dan berbuah, ketahuilah bahwa aku bersih dari mengadakan hubungan dengan dia. Tetapi kalau tongkat ini tidak tumbuh, ketahuilah bahwa aku telah berbuat dosa dengannya.
Maka mereka menanam tongkat itu dan pada hari ketiga tongkat itu bertunas serta berbuah. Mereka semua memuliakan Allah.“
18 Oktober
Abas Kasianus menceritakan hal berikut ini : “Abas Yohanes dari sebuah pertapaan yang besar, datang kepada Abas Paesius yang telah tinggal selama 40 tahun sangat jauh di padang gurun.
Karena ia sangat suka dengan Abas Paesius dan dapat berbicara bebas kepadanya, maka ia bertanya kepadanya : "Kebaikan apa yang telah engkau lakukan selama tinggal di sini, dalam kesunyian begitu lama dan tidak mudah diganggu oleh seorang pun ?"
Ia menjawab : Semenjak aku tinggal dalam kesunyian, matahari tak pernah melihat aku makan.
Abas Yohanes berkata kepadanya : Kalau aku, matahari tak pernah melihat aku marah.”
19 Oktober
Abas Kasianus menceritakan tentang seorang penatua yang tinggal di padang gurun.
Penatua itu memohon kepada Allah untuk memberi dia kemampuan tidak pernah tertidur selama konferensi rohani berlangsung. Tetapi kalau ada seseorang yang mengucapkan kata-kata umpatan atau kata-kata kosong, semoga Tuhan memberi dia kemampuan untuk segera tidur supaya telinganya tidak pernah tersentuh oleh racun seperti itu.
Sang penatua itu juga berkata bahwa iblis, musuh semua instruksi rohani, bekerja keras untuk menimbulkan kata-kata kosong.
Ia memberi contoh berikut : “Sekali waktu aku sedang berbicara kepada beberapa saudara tentang suatu topik yang bermanfaat. Mereka dikalahkan oleh rasa kantuk yang mendalam sehingga bahkan untuk mengangkat kelopak mata pun mereka tak dapat lagi.
Lalu untuk memperlihatkan kepada mereka kuasa iblis, aku mulai memasukkan subyek pembicaraan yang tidak penting. Langsung mereka terbangun, penuh kegembiraan.
Kemudian aku berkata kepada mereka sambil mengeluh : Sampai sekarang kita sedang membahas hal-hal surgawi dan mata kalian menjadi berat karena kantuk.
Tetapi ketika aku mulai berbicara tentang hal yang tak berguna, kalian semua bangun dengan segera. Karena itu, saudara-saudara, aku mohon dengan sangat kepada kalian untuk mengenali kuasa iblis jahat. Awasilah dirimu sendiri dan jagalah diri kalian dari keinginan untuk tidur ketika kalian sedang mengerjakan atau mendengarkan sesuatu yang rohani.”
20 Oktober
Abas Kasianus berkata :
“Ada seorang pejabat terkenal yang melepaskan barang miliknya dan membagikannya kepada orang miskin.
Ia masih menyimpan sedikit untuk keperluan pribadinya karena ia tidak bersedia direndahkan akibat dari penyangkalan diri yang total. Ia juga tidak bersedia menempatkan diri dengan sungguh-sungguh ikhlas di bawah peraturan biara.
Santo Basilius berkata kepadanya : “Engkau telah kehilangan pangkat jabatanmu tanpa menjadi seorang rahib.”
21 Oktober
Abas Kasianus berkata : “Ada seorang rahib tinggal di sebuah gua di padang gurun. Kaum kerabatnya memberitahu dia, Ayahmu sakit keras, hampir meninggal. Datanglah dan terimalah warisannya.
Ia menjawab kepada mereka : "Aku sudah mati bagi dunia sebelum dia dan orang mati tidak mewarisi apa pun dari orang yang masih hidup.”
22 Oktober
Seorang saudara berkata kepada Abas Kronius : “Ucapkanlah sepatah kata bagiku.”
Ia berkata kepadanya : “Ketika Elisa datang kepada wanita Sunem, ia mendapati wanita itu tidak sedang sibuk dengan seorang pun, maka ia mengandung dan melahirkan seorang anak, berkat kedatangan Elisa” (2 Raj 4).
Saudara itu bertanya : “Apa maksudnya itu ?”
Sang penatua menjawab : “Kalau jiwa terjaga dan bebas dari segala pelanturan serta meninggalkan kehendaknya sendiri, maka Roh Allah dapat menerobos masuk dan jiwa akan mengandung, karena jiwa sudah siap untuk itu.”
23 Oktober
Seorang saudara bertanya kepada Abas Kronius : “Bagaimana caranya supaya orang dapat menjadi rendah hati?”
Sang penatua menjawab : “Melalui takut akan Allah.”
Saudara itu bertanya lagi : “Dan tindakan apa yang menjadikan dia takut akan Allah ?”
Sang penatua menjawab : “Menurut pendapatku, ia harus menarik diri dari semua kesibukan dan membiarkan dirinya mengalami kesusahan badani serta dengan sekuat tenaga menyadari bahwa ia akan meninggalkan tubuhnya menghadap pengadilan Allah.”
24 Oktober
Abas Kronius berkata : “Jikalau Musa tidak menggembalakan domba-dombanya ke gunung Sinai, ia tidak akan melihat nyala api dari dalam semak duri.”
Seorang saudara bertanya kepadanya : “Semak itu melambangkan apa ?”
Ia menjawab : “Semak duri itu melambangkan usaha jasmani. Karena ada tertulis : Kerajaan Surga itu seperti harta yang terpendam di ladang (Mat 13,44).”
Saudara itu berkata kepada sang penatua : “Jadi, orang tidak akan maju dan tidak akan memperoleh pahala apapun tanpa kesusahan badani ?”
Sang penatua berkata kepadanya : “Sesungguhnya ada tertulis : Marilah kita memandang Yesus, yang memimpin kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan mengabaikan kehinaan, tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi Dia (Ibr 12,2). Daud juga berkata : Aku tidak akan membiarkan mataku tertidur atau kelopak mataku terlelap, sampai aku mendapatkan tempat untuk Tuhan" (Mzm 132,4).
25 Oktober
Ada seorang rahib di Scetis bernama Abas Karion. Ia mempunyai dua orang anak.
Ketika ia meninggalkan dunia untuk menjadi rahib, ia menyerahkan pemeliharaan kedua anaknya itu kepada istrinya.
Kemudian ada kelaparan di Mesir. Istrinya datang ke Scetis, dalam keadaan melarat tidak punya apa-apa lagi dan membawa serta kedua anak itu (yang satu seorang laki-laki bernama Zakaria, yang lainnya seorang perempuan).
Ia menunggu di tanah berawa, agak jauh dari sang penatua (di dekat Scetis, ada rawa dan mereka mendirikan kapel serta sumur-sumur di situ). Ada kebiasaan di Scetis bahwa kalau seorang wanita datang untuk berbicara dengan seorang saudara atau seseorang lain yang ingin ditemuinya, mereka harus duduk cukup jauh yang satu dari yang lain, sementara mereka berbicara.
Lalu si wanita berkata kepada Abas Karion : “Engkau telah menjadi rahib dan sekarang ada kelaparan. Siapa yang akan memberi makan anak-anakmu ?”
Abas Karion berkata : “Suruhlah mereka kemari.”
Si wanita berkata kepada anak-anak itu : “Pergilah kepada ayahmu.”
Ketika mereka sudah dekat pada ayahnya, yang perempuan berlari kembali kepada ibunya sedangkan yang laki-laki tetap tinggal bersama ayahnya.
Kemudian sang penatua itu berkata kepada istrinya : “Baiklah. Bawalah anak perempuan itu dan pergilah. Aku akan memelihara anak laki-laki ini.”
Maka ia dibesarkan di Scetis dan setiap orang tahu bahwa itu anaknya. Ketika si anak tumbuh menjadi lebih besar, mereka menggerutu tentang dia dalam pertemuan mereka.
Mendengar itu Abas Karion berkata kepada anaknya : “Zakaria bangunlah. Kita akan pergi dari sini, karena para Bapa menggerutu.”
Si anak muda itu berkata kepadanya : “Bapa, setiap orang di sini tahu bahwa aku anakmu. Tetapi kalau kita pergi ke tempat lain, kita tidak dapat lagi berkata bahwa aku anakmu.”
Akan tetapi sang penatua berkata : “Bangunlah, mari kita pergi dari sini.”
Maka mereka pergi ke Thebaid. Di sana mereka mendapat sebuah sel dan tinggal beberapa hari. Tetapi di sana pun terjadi gerutuan yang sama tentang anak itu.
Lalu ayahnya berkata kepadanya : “Zakaria, bangunlah, kita akan pergi ke Scetis.”
Beberapa hari sesudah kedatangan mereka di Scetis, sekali lagi pada saudara menggerutu tentang dia.
Maka Zakaria muda pergi ke danau yang penuh dengan garam nitrat, menanggalkan pakaiannya, turun ke danau dan masuk ke dalamnya sampai sebatas leher. Ia tetap begitu selama beberapa jam yang dapat ditanggungnya sampai tubuhnya berubah menjadi seperti seorang kusta. Lalu ia keluar mengenakan pakaiannya kembali dan pulang kepada ayahnya yang hampir tidak mengenalinya.
Ketika ia pergi ke pertemuan seperti biasanya, Abas Isidorus, imam di Scetis, mendapat pewahyuan tentang apa yang telah ia lakukan.
Ketika ia melihat Zakaria, ia dipenuhi rasa kagum, lalu berkata kepadanya : “Minggu lalu anak Zakaria datang seperti seorang manusia, sekarang ia datang seperti seorang malaikat.”
27 Oktober
Abas Karion berkata : “Aku telah bekerja lebih keras daripada anakku, Zakaria, namun aku belum mencapai tingkat kerendahan hati dan keheningan setingkat dia.”
28 Oktober
Abas Poemen berkata tentang Abas Kopres bahwa ia sedemikian suci sehingga kalau ia sakit dan terbaring di tempat tidur, ia masih bersyukur dan menyangkal kehendaknya sendiri.
Abas Kopres berkata : “Berbahagialah orang yang menanggung penderitaan dengan bersyukur.”
29 Oktober
Abas Cyrus dari Alexandria ditanya tentang godaan percabulan dan ia menjawab : “Kalau engkau tidak memikirkannya, berarti engkau tidak memiliki harapan. Karena kalau engkau sedang tidak memikirkan hal itu, berarti engkau sedang melakukannya. Yang kumaksudkan ialah bahwa ia yang tidak berjuang melawan dosa itu dan mengendalikannya dalam roh nya, ia akan berbuat dosa itu secara fisik. Sungguh benar bahwa orang yang sedang berbuat cabul tidak digelisahkan oleh pikiran tentang hal itu.”
Sang penatua bertanya kepada saudara itu : “Apakah engkau tidak biasa berbicara kepada wanita ?”
Saudara itu menjawab : “Tidak. Pikiran-pikiranku berisi gambaran-gambaran tentang mereka, entah yang lalu maupun yang baru. Mereka yang sudah meninggallah yang menguasai pikiranku.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Jangan takut kepada yang sudah mati, tetapi larilah dari yang masih hidup dan di atas segalanya, bertekunlah dalam doa.”
30 Oktober
Beberapa rahib yang dinamakan Euchites (nama sebuah bidaah yang dikenal juga sebagai mesalianis, yaitu mereka yang menganut paham dualisme dan melihat doa secara terlalu rohani sehingga mengabaikan hal-hal yang berbau jasmani. Bidaah ini dikutuk dalam konsili Efesus tahun 431), pergi ke Enaton untuk mengunjungi Abas Lucius.
Sang penatua bertanya kepada mereka : “Apa pekerjaan tangan kalian ?”
Mereka menjawab : “Kami tidak melakukan kerja tangan. Tetapi seperti dikatakan oleh Rasul, kami berdoa tanpa henti.”
Sang penatua bertanya lagi, apakah mereka tidak makan dan mereka menjawab, mereka makan.
Kemudian ia berkata kepada mereka : “Ketika kalian sedang makan, lalu siapa yang berdoa untuk kalian ?”
Ia bertanya lagi apakah mereka tidak tidur, dan mereka menjawab, mereka tidur.
Dan ia berkata kepada mereka : “Ketika kalian tidur, lalu siapa yang berdoa untuk kalian ?”
Mereka sama sekali tidak dapat menjawab apa pun. Ia berkata kepada mereka : “Maafkan daku. Jadi kalian tidak melakukan apa yang kalian katakan. Aku akan memperlihatkan kepada kalian, bagaimana sementara aku melakukan pekerjaan tanganku, aku berdoa tanpa henti. Aku duduk bersama Allah, sambil merendam daun-daun palma dan menjalin tali, aku berkata : Ya Allah, kasihanilah aku menurut kebaikan-Mu yang besar dan kelimpahan belaskasihan-Mu, selamatkanlah daku dari dosa-dosaku.”
Lalu ia bertanya kepada mereka, apakah itu bukan doa dan mereka menjawab, itu doa.
Kemudian ia berkata lagi kepada mereka : “Karena itu ketika aku menghabiskan seluruh hari dengan bekerja dan berdoa, aku menghasilkan dua keping uang di muka pintu dan aku membeli makananku dengan sisa uang yang ada. Orang yang mengambil dua keping uang itu akan berdoa bagiku ketika aku sedang makan dan ketika aku sedang tidur. Maka, berkat rahmat Allah, aku memenuhi perintah untuk berdoa tanpa henti.”
31 Oktober
Dikisahkan tentang seorang saudara yang telah berbuat salah.
Ketika ia pergi kepada Abas Lot, ia menjadi gelisah dan ragu-ragu, keluar-masuk, tidak dapat duduk.
Abas Lot berkata kepadanya : “Ada apa, saudara ?”
Ia berkata : “Aku telah berbuat kesalahan besar dan aku tidak dapat mengatakannya kepada Bapa.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Akuilah saja dan aku akan memikulnya.”
Lalu ia berkata : “Aku telah jatuh ke dalam percabulan, dan untuk melakukannya, aku telah memberi persembahan kepada berhala-berhala.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Percayalah, bertobat itu mungkin. Pergilah, duduklah dalam guamu, makanlah hanya satu kali dalam dua hari dan aku akan memikul separuh dari dosamu.”
Sesudah tiga minggu, sang penatua mendapatkan kepastian bahwa Allah telah menerima pertobatan saudara itu. Kemudian saudara itu tetap tinggal di bawah ketaatan kepada sang penatua sampai kematiannya.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar