Ads 468x60px

APOGHTEMATA PATRUM EDISI SEPTEMBER






HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
"TTS" - "TRIBUTE TO SAINT":
St. Antonius, Abas dkk. (PART IX)
APOGHTEMATA PATRUM EDISI SEPTEMBER
(RJK. 2018).
The devil is afraid of us when we pray and make sacrifices. He is also afraid when we are humble and good. He is especially afraid when we love Jesus very much. He runs away when we make the Sign of the Cross.
-Saint Anthony, Abbot
01 September
Pada suatu hari Abas Yohanes sedang duduk di Scetis dan para saudara datang kepadanya untuk menanyakan pikiran-pikiran mereka.
Salah seorang penatua berkata : “Yohanes, engkau itu seperti seorang pelacur yang memamerkan kecantikannya untuk menambah jumlah kekasih-kekasihnya.”
Abas Yohanes mencium dia dan berkata : “Engkau benar, Bapa.”
Salah seorang muidnya bertanya kepadanya : “Apakah Bapa tidak sakit hati dikatakan begitu ?”
Ia menjawab : “Tidak, dalamku sama dengan luarku.”
02 September
Mereka mengatakan bahwa kalau Abas Yohanes menerima upah dari seluruh hasil kerjanya selama musim panas, ia akan membawa upah itu ke Scetis sambil berkata : “Para janda dan anak yatim piatuku ada di Scetis.”
03 September
Dikatakan tentang Abas Isidorus, seorang imam dari Scetis, bahwa kalau siapa saja mempunyai seorang saudara yang sakit, atau yang hidupnya sembarangan/ngawur atau yang pemarah dan ingin mengusirnya pergi, ia akan berkata : “Bawalah dia kepadaku.”
Lalu ia akan mengurusnya dan menyembuhkannya melalui penderitaannya yang lama.
04 September
Seorang saudara bertanya kepada Abas Isidorus : “Mengapa para iblis begitu takut kepada Bapa ?”
Sang penatua menjawab : “Karena aku mempraktekkan askesis sejak saat aku menjadi rahib, dan aku tidak mengizinkan kemarahan mencapai bibirku.”
05 September
Abas Isidorus berkata bahwa selama 40 tahun ia telah digoda untuk berdosa dalam pikirannya tetapi tidak pernah ia ikuti entah untuk menjadi iri entah untuk menjadi marah.
Ia juga berkata : “Pada suatu hari aku pergi ke pasar untuk menjual beberapa barang kecil. Ketika aku melihat kemarahan mendatangi aku, aku meninggalkan barang-barangku dan lari.”
06 September
Pada suatu hari Abas Isidorus mengunjungi Abas Teofilus, Uskup Agung dari Alexandria, dan ketika ia kembali ke Scetis para saudara bertanya kepadanya : “Ada berita apa dari kota ?”
Ia menjawab mereka : “Sungguh, saudara-saudara, aku tidak melihat seorang pun di sana, kecuali Uskup Agung.”
Mendengar itu mereka jadi sangat penasaran dan berkata kepadanya : “Lalu, apakah telah terjadi bencana di sana, Bapa ?”
Ia berkata : “Tidak sama sekali, tetapi pikiran yang timbul sesudah melihat setiap orang tidak membuat aku menjadi lebih baik.”
Mendengar ucapannya itu mereka dipenuhi rasa kagum dan memperkuat niat mereka untuk menjaga mata dari macam-macam pelanturan.
07 September
Abas Isidorus berkata :
“Para kudus adalah orang yang bijaksana karena mereka mengenal kehendak Allah. Dengan menaati kebenaran, manusia mengatasi segala sesuatu, karena ia adalah gambar dan rupa Allah. Dari semua bujukan iblis, yang paling mengerikan ialah mengikuti kehendaknya sendiri, yaitu pikirannya sendiri, dan bukan hukum Allah. Seorang manusia yang melakukan kehendaknya sendiri akan mengalami penderitaan di kemudian hari, karena ia tidak mengenal misteri dan tidak mengikuti jalan para kudus untuk mencapai keselamatannya. Sekaranglah saat untuk bekerja keras bagi Tuhan, karena keselamatan diperoleh sesudah saat penderitaan, seperti tertulis : ‘Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu’ (Luk 21,19).”
08 September
Abas Poemen berkata tentang Abas Isidorus bahwa di mana saja ia menyapa para saudara di gereja ia hanya mengatakan satu hal saja : “Ampunilah saudaramu, supaya kamu pun diampuni.”
09 September
Abas Isidorus dari Pelusia berkata :
“Hidup tanpa bicara lebih baik daripada bicara tanpa hidup. Karena yang pertama berarti bahwa orang yang hidup benar melakukan kebalikan bahkan dengan diamnya, sedangkan yang kedua berarti bahwa orang itu tidak melakukan kebaikan bahkan kalau ia bicara. Jikalau kata dan hidup saling berkaitan maka keduanya membentuk seluruh filsafat.”
10 September
Abas Isidorus dari Pelusin berkata :
“Hargailah keutamaan dan jangan menjadi budak kemuliaan yang sia-sia. Karena yang pertama adalah lestari sedangkan yang kedua segera musnah.”
11 September
Abas Isidorus dari Pelusin berkata :
“Banyak orang menginginkan keutamaan, tetapi takut untuk maju terus di jalan keutamaan itu, sedangkan orang lain berpikir bahwa keutamaan tidak ada. Maka perlu menyemangati yang pertama supaya membuang kemalasan mereka dan mengajar yang kedua apa sesungguhnya keutamaan itu.”
12 September
Abas Isidorus berkata :
“Cacat (sifat buruk) menjauhkan manusia dari Allah dan memisahkan mereka satu sama lain. Maka kita harus berpaling daripadanya secepat mungkin dan mengejar keutamaan yang mengarah kepada Tuhan dan menyatukan kita satu sama lain. Definisi keutamaan dan filsafat ialah : kesederhanaan dan keugaharian.”
13 September
Abas Isidorus berkata :
“Puncak kerendahan hati itu mengagumkan dan jurang kesombongan itu mengerikan. Aku menasihati kamu ikutilah jalan yang pertama dan janagn jatuh ke dalam yang kedua.”
14 September
Abas Isidorus berkata :
“Keinginan untuk memiliki itu berbahaya dan mengerikan, tak pernah terpuaskan, mendorong jiwa yang dikuasainya ke puncak kejahatan. Karena itu marilah kita usir dia dengan gigih sejak awal. Karena, sekali dia menjadi penguasa, tak dapat lagi dikalahkan.”
15 September
Abas Isak berkata tentang Abas Pambo yang biasa berkata demikian : “Pakaian rahib harus sedemikian rupa sehingga kalau ia membuangnya ke luar selnya, sesudah 3 hari tidak ada orang yang mau mengambilnya.”
16 September
Pada suatu hari orang-orang datang untuk mentahbiskan Abas Ishak menjadi imam. Mendengar itu ia lari ke Mesir. Ia masuk ke padang rumput dan bersembunyi di tengah tumpukan rumput kering.
Maka para klerus mengejar dia. Ketika mereka tiba di padang yang sama, mereka beristirahat sebentar, karena hari sudah malam.
Mereka melepaskan keledai mereka untuk makan rumput. Keledai itu datang ke dekat tempat persembunyian sang penatua.
Maka ketika fajar tiba dan mereka mencari sang keledai, mereka menemukan juga Abas Ishak, sehingga mereka menjadi heran.
Mereka ingin mengikat sang penatua, tetapi ia tidak mau dan berkata : “Aku tidak akan lari lagi, karena inilah kehendak Tuhan, sehingga ke mana saja aku lari aku tak dapat menghindar dari kehendak-Nya.”
17 September
Abas Iskak berkata :
“Ketika aku masih muda, aku tinggal bersama Anas Cronius. Ia tidak pernah menyuruh aku untuk mengerjakan suatu pekerjaan pun, meskipun ia sudah tua dan gemetaran. Ia sendiri yang bangun dna melayani aku dan setiap orang pada waktu makan."
"Kemudian aku tinggal bersama Abas Theodorus dari Pherme dan ia juga tidak menyuruh aku mengerjakan sesuatu, ia sendiri yang menyiapkan meja dan berkata kepadaku : “Saudara, kalau engkau mau, silahkan makan.”
Aku menjawab : ‘Saya datang kepada Bapa untuk menolong Bapa, mengapa Bapa tidak pernah menyuruh saya untuk mengerjakan sesuatu ?’
Tetapi sang penatua sama sekali tidak menjawab. Maka aku pergi kepada para penatua untuk menceritakan hal itu.
Mereka datang dan berkata kepadanya : ‘Bapa, saudara ini telah datang kepada Bapa dengan maksud menolong Bapa. Mengapa Bapa tidak pernah menyuruh dia melakukan sesuatu ?’
Sang penatua berkata kepada mereka : ‘Apakah aku seorang senobit, sehingga aku harus memberi perintah kepadanya ? Memang aku tidak menyuruh apa pun kepadanya, tetapi kalau ia mau ia dapat mengerjakan apa yang ia lihat sedang aku kerjakan.’
Sejak saat itu aku mengambil inisiatip untuk melakukan apa yang sang penatua ingin perbuat. Dan mengenai sang penatua sendiri, apa yang ia lakukan ia lakukan dengan diam. Demikianlah ia mengajar aku untuk bekerja dengan diam.
18 September
Abas Iskak memberitahukan apa yang biasa dikatakan oleh Abas Pambo : “Pakaian rahib harus sedemikian rupa sehingga kalau ia membuangnya ke luar selnya, sesudah 3 hari tidak ada orang yang mau mengambilnya.”
19 September
Beberapa Bapa pergi ke Panephysis untuk mengunjungi Abas Yusuf dan ingin menanyakan dia bagaimana mereka harus menerima saudara-saudara yang datang menginap, apakah mereka sebaiknya menemani para tamu itu dan berbicara bebas dengan mereka.
Sebelum mereka bertanya kepadanya, sang penatua berkata kepada muridnya : "Perhatikanlah apa yang akan kulakukan hari ini dan tetaplah diam. Kemudian sang penatua meletakkan dua buah tikar, satu di sebelah kanannya dan satu di sebelah kirinya, sambil berkata : “Silahkan duduk.”
Kemudian ia masuk ke dalam selnya dan mengenakan pakaian pengemis. Lalu ia keluar lagi dan berjalan di antara mereka.
Sesudah itu ia masuk ke dalam dan mengenakan pakaiannya sendiri, keluar lagi dan duduk di antara mereka.
Mereka menjadi heran dengan apa yang telah dilakukannya.
Maka ia berkata kepada mereka : “Apakah kalian telah memperhatikan apa yang kuperbuat ?”
Mereka menjawab : “Ya.”
“Apakah aku berubah ketika mengenakan pakaian yang lusuh itu ?”
Mereka menjawab : “Tidak.”
Lalu ia berkata lagi : “Jadi aku tetap sama ketika mengenakan dua macam pakaian itu. Yang satu tidak mengubah aku dan yang lainnya tidak merugikan aku.
Begitulah seharusnya tindakan kita kalau kita menerima saudara-saudara yang bertamu, sesuai dengan Injil suci yang bersabda : “Berilah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.” (Mat 22,21).
Karena itu, kalau saudara-saudaramu datang, terimalah mereka dan berbicaralah bebas dengan mereka. Tetapi kalau kita sendirian, kita harus menangis supaya kita dapat bertekun.”
Mendengar kata-kata itu para pengunjung dipenuhi rasa heran karena ia telah menjawab apa yang ada dalam batin mereka sebelum mereka sempat menanyakan kepadanya. Dan mereka memuliakan Allah.
20 September
Abas Poemen bertanya kepada Abas Yusuf : “Apa yang harus kulakukan bila nafsu-mafsu menyerang aku ? Apakah aku harus menolaknya ataukah membiarkan mereka masuk ?”
Sang penatua berkata kepadanya : “Biarkan mereka masuk dan berperanglah melawan mereka.”
Maka ia kembali ke Scetis dimana ia tinggal.
Lalu ada seorang dari Thebes datang ke Scetis dan berkata kepada para saudara : “Aku bertanya kepada Abas Yusuf apakah aku harus menolak nafsu-nafsu yang mendatangi aku , ataukah membiarkan mereka masuk?" Dan ia menjawab, "Aku tidak boleh memberi peluang sedikitpun kepada mereka untuk masuk, tetapi harus menolaknya dengan segera.”
Ketika Abas Poemen mendengar bahwa Abas Yusuf telah berbicara demikian kepada saudara dari Thebes itu, ia bangkit dan pergi mengunjunginya di Panephysis dan berkata : “Bapa, aku telah meminta nasihat kepada Bapa tentang pikiran –pikiranku dan Bapa telah mengatakan begini kepadaku sedangkan kepada saudara dari Thebes itu, mengatakan begitu.”
Sang penatua berkata kepadanya : “Bukankah engkau tahu bahwa aku mengasihi engkau ?”
Ia menjawab : “Ya.”
“Dan bukankah engkau berkata kepadaku : berbicaralah kepadaku seperti engkau berbicara kepada dirimu sendiri ?”
“Itu betul.”
Lalu sang penatua berkata lagi : “Sungguh, kalau nafsu-nafsu memasuki kamu dan kamu bertempur melawan mereka, kamu akan menjadi lebih kuat. Aku berbicara kepadamu seperti kepada diriku sendiri. Tetapi ada orang yang tidak dapat memperoleh manfaat dengan cara itu, maka kalau nafsu-nafsu mendatangi mereka, mereka harus segera menolaknya.”
21 September
Seorang saudara bertanya kepada Abas Yusuf : “Apa yang harus kulakukan karena aku tidak punya kekuatan untuk menanggung kejahatan, juga tidak untuk melakukan karya kasih ?”
Sang penatua menjawab : “Kalau engkau tak dapat melaksanakan kedua-duanya, sekurang-kurangnya jagalah suara hatimu terhadap segala godaan untuk berbuat jahat yang melawan kasih kepada sesamamu, maka engkau akan selamat.”
22 September
Seorang saudara bertanya kepada Abas Yusuf : “Aku ingin meninggalkan biara dan hidup seorang diri.”
Sang penatua menjawab : “Pergilah ke mana jiwamu menemukan tempat yang paling damai baginya dan tinggallah di situ tanpa ragu.”
Saudara itu berkata lagi : “Tetapi aku merasa damai baik di biara maupun dalam hidup seorang diri. Apakah Bapa dapat mengatakan apa yang harus kulakukan ?”
Sang penatua berkata : “Kalau engkau merasa damai baik di biara maupun dalam hidup seorang diri, coba, pertimbangkan kedua gagasan itu secara seksama, dan gagasan yang kau rasakan paling bermanfaat bagimu serta paling membuat kemajuan, itulah yang harus kau lakukan.”
23 September
Dikatakan tentang Abas Yusuf dari Panephysis bahwa ketika ia hampir meninggal, sementara beberapa penatua duduk mengelilinginya, ia memandang ke jendela dan melihat iblis sedang duduk dekat jendela itu.
Lalu ia memanggil muridnya dan berkata kepadanya : “Ambilkan tongkatku, karena di situ ada yang mengira bahwa aku sudah tua sehingga tidak punya kekuatan lagi untuk melawan dia.”
Ketika ia menggenggam tongkatnya, para penatua melihat si iblis lari terbirit-birit melalui jendela seperti anjing dan menghilang dari penglihatan.
24 September
Abas Yakobus berkata : “Lebih baik menerima tamu daripada bertamu.”
Ia memperingatkan setiap orang yang menerima pujian supaya memikirkan dosa-dosanya dan menyadari bahwa ia tidak berhak mendapatkan apa yang telah dikatakan tentang dirinya itu.
25 September
Abas Yakobus berkata : “Sama seperti lampu menerangi ruang gelap, demikian pun takut akan Allah, kalau memasuki hati seseorang, akan menerangi dia, mengajarkan dia semua keutamaan dan perintah Allah.”
26 September
Abas Yakobus berkata : “Kita tidak memerlukan hanya kata-kata saja, karena sekarang ada banyak kata di dunia manusia. Tetapi kita memerlukan perbuatan nyata. Itulah yang dituntut, bukannya kata-kata yang tidak menghasilkan buah apa-apa.”
27 September
Seorang saudara bertanya kepada Abas Hierax : “Ucapkanlah sepatah kata saja, bagaimana supaya aku dapat selamat ?”
Sang penatua berkata kepadanya : “Duduklah di selmu, kalau engkau lapar makanlah, kalau engkau haus minumlah. Hanya saja jangan bicara buruk tentang seorang pun juga dan engkau akan selamat.”
Abas Hierax juga berkata : “Aku tak pernah mengucapkan atau ingin mendengarkan ucapan duniawi.”
28 September
Ketika masih muda Abas Yohanes bertanya kepada seorang penatua : “Bagaimana Bapa dapat menjalankan karya Allah dengan damai ? Karena kami tidak dapat melakukannya, tidak juga dengan susah payah.”
Sang penatua berkata :
“Kami dapat melakukannya karena kami menganggap karya Allah sebagai yang utama, sedangkan kebutuhan-kebutuhan badani sebagai tambahan. Padahal kalian menjadikan kebutuhan-kebutuhan badani sebagai yang utama dan karya Allah yang tambahan.
Karena itulah kalian menjadi susah dan karena itulah juga Sang Penyelamat berkata kepada para murid. ‘Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Mat 6, 33).”
29 September
Abas Yohanes berkata : “Bapa kita, Abas Antonius, berkata bahwa ia tak pernah memanfaatkan kebaikan saudara lain demi keuntungan pribadinya sendiri.”
30 September
Abas Yohanes dari Kilikia, pimpinan biara Rhaithou, berkata kepada saudara-saudara : “Anak-anakku, marilah kita lari dari keinginan-keinginan daging, dengan cara yang sama seperti ketika kita lari dari dunia.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar