Wejangan dan Homili Paus di Peru 2018
Wejangan dan Homili Paus di Peru:
A.
HOMILI PAUS FRANSISKUS
DALAM MISA DI PANGKALAN UDARA
LAS PALMAS, LIMA (PERU)
"HATI-HATI DENGAN SINDROM YUNUS."
"Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu" (Yun 3:2). Dengan kata-kata ini, Tuhan berbicara kepada Yunus dan menyuruhnya berangkat ke kota besar itu, yang akan dihancurkan karena banyak kejahatannya. Di dalam Injil, kita juga melihat Yesus berangkat ke Galilea untuk mewartakan Kabar Baik (bdk. Mrk 1:14). Kedua bacaan tersebut mengungkapkan Allah yang mengalihkan pandangan-Nya ke kota masa lalu dan kota masa kini. Tuhan berangkat melakukan perjalanan : ke Niniwe, ke Galilea, ke Lima, ke Trujillo dan Puerto Maldonado ... Tuhan datang ke sini. Dia berangkat untuk masuk ke dalam sejarah pribadi dan nyata kita. Kita merayakannya belum lama ini: Dialah Imanuel, Allah yang senantiasa ingin bersama kita. Ya, berada di sini, di Lima, atau di manapun kalian tinggal, dalam rutinitas hidup dan pekerjaan sehari-hari kalian, dalam mendidik untuk berpengharapan yang kalian berikan kepada anak-anak kalian, di tengah cita-cita dan kecemasan kalian; dalam privasi rumah dan suara jalanan-jalanan kita yang memekakkan telinga. Di sanalah, di sepanjang jalan-jalan sejarah yang berdebu, Tuhan datang untuk bertemu kalian masing-masing.
Terkadang apa yang terjadi pada Yunus bisa terjadi pada kita. Kota-kota kita, dengan situasi-situasi yang menyakitkan dan ketidakadilan sehari-hari, dapat membuat kita tergoda untuk melarikan diri, bersembunyi, kabur. Yunus, dan kita punya banyak alasan untuk melakukannya. Memandang kota, kita bisa mulai dengan mengatakan bahwa ada "warga yang menemukan sarana yang memadai untuk mengembangkan kehidupan pribadi dan keluarga mereka - dan hal itu menyenangkan kita - namun masalahnya adalah banyak "bukan warga", "setengah warga" atau "sisa-sisa urbanisasi"[1]. Mereka ditemukan di sepanjang pinggir-pinggir jalan kita, tinggal di pinggiran kota-kota kita, dan tidak memiliki kondisi yang dibutuhkan untuk keberadaan yang bermartabat. Sungguh menyakitkan menyadari bahwa di antara "sisa-sisa urbanisasi" ini terlalu sering kita melihat wajah anak-anak dan remaja. Kita melihat wajah masa depan.
Melihat hal-hal ini di kota-kota kita dan lingkungan-lingkungan kita - yang seharusnya menjadi tempat-tempat perjumpaan, kesetiawanan, dan sukacita - kita berakhir dengan apa yang bisa kita sebut sindrom Yunus : kita kehilangan hati dan ingin melarikan diri (bdk. Yun 1:3). Kita menjadi acuh tak acuh, dan akibatnya, tanpa nama dan tuli terhadap orang lain, dingin dan keras hati. Jika ini terjadi, kita melukai jiwa bangsa kita. Seperti yang diperlihatkan oleh Paus Benediktus XVI, "ukuran sebenarnya dari kemanusiaan pada dasarnya ditentukan dalam hubungan dengan penderitaan dan para penderitanya ... Masyarakat yang tidak dapat menerima para anggotanya yang sedang menderita dan tidak mampu membantu dengan ambil bagian dalam penderitaan mereka dan menanggungnya secara batin melalui 'kegairahan bersama' adalah masyarakat yang kejam dan tidak manusiawi."[2]
Setelah mereka menangkap Yohanes, Yesus berangkat ke Galilea untuk memberitakan Injil Allah. Tidak seperti Yunus, Yesus bereaksi terhadap berita menyedihkan dan tidak adil tentang penangkapan Yohanes dengan memasuki kota; Ia memasuki Galilea dan dari kota-kota kecilnya Ia mulai menabur benih-benih harapan besar: bahwa Kerajaan Allah sudah dekat, bahwa Allah ada di antara kita. Injil sendiri menunjukkan kepada kita sukacita dan pengaruh riak-riak yang diakibatkannya ini : dimulai dengan Simon dan Andreas, lalu Yakobus dan Yohanes (bdk. Mrk 1:14-20). Kemudian melalui Santa Rose de Lima, Santo Turibius, Santo Martin de Porres, Santo Juan Macías, Santo Francisco Solano, hingga kepada kita, yang diwartakan oleh sejumlah besar saksi yang percaya kepada-Nya itu. Kerajaan Allah telah datang kepada kita untuk bertindak sekali lagi sebagai penangkal tepat waktu terhadap globalisasi ketidakpedulian. Dalam menghadapi Sang Kasih itu, kita tidak bisa tetap acuh tak acuh.
Yesus mengundang murid-murid-Nya untuk mengalami saat ini rasa kekekalan : mengasihu Allah dan sesama. Ia melakukan hal ini satu-satunya cara yang Ia bisa lakukan, cara Allah, dengan membangkitkan kelembutan dan kasih kerahiman, dengan membangkitkan rasa welas asih dan membuka mata mereka untuk melihat kenyataan seperti yang dilakukan Allah. Ia mengundang mereka untuk menghasilkan ikatan-ikatan baru, perjanjian-perjanjian baru yang kaya akan kehidupan kekal.
Yesus berjalan melalui kota-kota bersama murid-murid-Nya dan mulai melihat, mendengar, memperhatikan orang-orang yang telah menyerah dalam menghadapi ketidakpedulian, direndahkan oleh dosa berat karena korupsi. Ia mulai membawa terang kepada banyak situasi yang telah membunuh harapan umat-Nya dan membangkitkan harapan baru. Ia memanggil murid-murid-Nya dan mengundang mereka untuk pergi bersama-Nya. Ia memanggil mereka untuk berjalan ke seluruh kota, tetapi pada kecepatan yang berbeda; Ia mengajarkan mereka untuk memperhatikan apa yang sebelumnya mereka abaikan, dan Ia menunjukkan kebutuhan baru dan mendesak. Bertobatlah, kata-Nya kepada mereka. Kerajaan Surga berarti menemukan di dalam Yesus Allah yang terlibat dengan kehidupan umat-Nya. Ia terlibat dan melibatkan orang lain untuk tidak takut menjadikan sejarah kita sebuah sejarah keselamatan (bdk. Mrk 1:15, 21).
Yesus terus berjalan di jalanan-jalanan kita. Ia mengetuk hari ini, seperti yang Ia lakukan kemarin, di pintu-pintu dan hati kita, untuk menghidupkan kembali nyala harapan dan cita-cita yang patah bisa diatasi oleh persaudaraan, ketidakadilan bisa dikalahkan oleh kesetiakawanan, kekerasan bisa dibungkam oleh senjata perdamaian. Yesus terus memanggil kita; Ia ingin mengurapi kita dengan Roh-Nya sehingga kita juga bisa pergi mengurapi orang lain dengan minyak yang mampu menyembuhkan harapan yang terluka dan memperbarui cara kita melihat berbagai hal.
Yesus terus berjalan dan membangkitkan harapan, sebuah harapan yang membebaskan kita dari kelembagaan-kelembagaan yang hampa dan pemaparan-pemaparan yang bersifat umum. Ia mendorong kita untuk masuk seperti ragi ke tempat kita berada, ke tempat kita tinggal, ke setiap sudut kehidupan kita sehari-hari. Kerajaan surga ada di antara kalian, Ia berkata kepada kita. Kerajaan surga ada di mana pun kita berusaha menunjukkan sedikit kelembutan dan kasih sayang, di mana pun kita tidak takut untuk menciptakan ruang bagi orang buta supaya dapat melihat, orang lumpuh supaya dapat berjalan, orang kusta supaya dapat menjadi tahir dan orang tuli supaya dapat mendengar (bdk. Luk 7:22), sehingga semua orang yang telah kita anggap hilang bisa menikmati kebangkitan. Allah tidak akan pernah lelah berangkat untuk bertemu anak-anak-Nya. Bagaimana kita bisa menyalakan harapan jika tidak ada para nabi? Bagaimana kita menghadapi masa depan jika tidak ada kesatuan? Bagaimana Yesus sampai ke semua sudut tersebut jika tidak ada saksi-saksi yang berani dan teguh?
Hari ini Tuhan memanggil kalian masing-masing untuk berjalan bersama-Nya di kota, di kota kalian. Ia mengundang kalian untuk menjadi murid misioner-Nya sehingga kalian bisa menjadi bagian dari bisikan besar itu yang ingin terus bergema di berbagai sudut kehidupan kita: Bersukacitalah, Tuhan besertamu!
[1] Seruan Apostolik Evangelii Gaudium, 74.
[2] Ensiklik Spe Salvi, 38.
(PS)
B.
WEJANGAN PAUS FRANSISKUS
DALAM DOA MALAIKAT TUHAN
DI PLAZA DE ARMAS, LIMA (PERU)
"KITA TIDAK BISA MEM-"PHOTOSHOP"-KAN ORANG LAIN, DUNIA MAUPUN DIRI KITA."
Orang-orang muda terkasih, saya senang berada di sini bersama kalian. Pertemuan ini sangat penting bagi saya, terutama dalam tahun persiapan Sinode tentang kaum muda ini. Wajah kalian, pertanyaan dan hidup kalian penting bagi Gereja dan kita perlu memberi mereka arti penting yang pantas mereka dapatkan. Kita juga harus memiliki keberanian dari banyak orang muda di negeri ini yang tidak takut untuk mengasihi dan mempertaruhkan segalanya bagi Yesus.
Sahabat-sahabat terkasih, berapa banyak teladan yang kalian milik! Saya memikirkan Santo Martin de Porres. Tidak ada seorang pun yang mencegah pemuda tersebut untuk menggapai mimpinya, tidak ada sesuatu pun yang mencegahnya untuk menghabiskan hidupnya untuk orang lain, tidak ada sesuatu pun yang mencegahnya untuk mengasihi, dan ia melakukannya karena ia telah menyadari bahwa Tuhan terlebih dulu mengasihinya. Seperti dia: seorang mulato. Ia telah menghadapi banyak kesulitan. Di mata orang lain, bahkan sahabat-sahabatnya, tampaknya ia kalah dalam segala hal, tetapi ia tahu bagaimana melakukan satu hal yang akan menjadi rahasia hidupnya : ia tahu bagaimana mempercayai. Ia percaya kepada Tuhan yang mengasihinya. Apakah kalian tahu mengapa? Karena Tuhan telah mempercayainya terlebih dahulu; sama seperti Ia mempercayai kalian masing-masing dan tidak akan pernah lelah mempercayai kalian.
Kalian mungkin mengatakan bahwa terkadang hal ini sangat sulit. Saya memahami hal tersebut. Pada saat-saat tersebut, kita bisa berpikir negatif, kita bisa merasa terbebani oleh berbagai situasi, dan nampaknya kita tertinggal di pinggir lapangan, sementara berbagai situasi tersebut berada di atas angin. Tetapi tidak seperti itu, khan?
Ada saat-saat ketika kalian bisa merasa tidak berdaya untuk menggapai keinginan dan impian kalian. Kita semua mengalami situasi seperti itu. Sahabat-sahabat terkasih, pada saat-saat tersebut ketika iman kita tampak pudar, ingatlah bahwa Yesus ada di samping kalian. Jangan menyerah! Jangan kehilangan harapan! Ingatlah orang-orang kudus yang menyertai kita dari surga. Pergilah kepada mereka, berdoalah dan jangan pernah lelah memohon pengantaraan mereka. Tidak hanya orang-orang kudus masa lalu, tetapi juga orang-orang masa kini : negeri ini memiliki banyak orang kudus, karena ia adalah negeri orang-orang kudus. Mintalah pertolongan dan nasihat dari orang-orang yang kalian kenal karena wajah mereka memancarkan sukacita dan kedamaian. Biarkan mereka menyertai kalian saat kalian mengarungi jalan kehidupan.
Yesus ingin melihat kalian bergerak. Ia ingin melihat kalian menggapai cita-cita kalian dan menjadi antusias dalam mengikuti petunjuk-petunjuk-Nya. Ia akan membawa kalian di sepanjang jalan sabda bahagia, sebuah jalan yang tidak mudah tetapi menarik, sebuah jalan yang tidak bisa dilewati sendirian, tetapi hanya dilewati sebagai sebuah regu, di mana setiap anggota menawarkan yang terbaik dari dirinya. Yesus mengandalkan kalian seperti dahulu Ia mengandalkan Santa Rose de Lima, Santo Turibius, Santo Juan Macías, Santo Francisco Solano dan banyak lainnya. Hari ini Ia bertanya apakah, seperti kepada mereka, kalian siap mengikuti-Nya. Apakah kalian bersedia mengikuti-Nya? Dituntun oleh Roh-Nya dalam menghadirkan Kerajaan keadilan dan kasih-Nnya?
Sahabat-sahabat terkasih, Tuhan memandang kalian dengan harapan. Ia tidak pernah bertumbuh dengan berkecil hati bersama kita. Mungkin kita adalah orang-orang yang bertumbuh dengan berkecil hati, tentang diri kita atau tentang orang lain.
Saya tahu bahwa kita semua suka melihat foto yang disempurnakan secara digital, tetapi itu hanya berfungsi untuk gambar; kita tidak bisa mem-"photoshop" orang lain, dunia, atau diri kita sendiri. Penapisan warna dan definisi tinggi hanya berfungsi dengan baik dalam video; kita tidak pernah bisa menerapkannya pada sahabat-sahabat kita. Ada gambar yang sangat bagus, tetapi benar-benar palsu. Izinkan saya meyakinkan kalian bahwa hati tidak dapat di-"photoshop"-kan, karena itulah tempat kasih sejati dan kebahagiaan sejati harus ditemukan.
Yesus tidak menginginkan kalian memiliki hati "kosmetik". Ia mengasihi kalian sebagaimana adanya, dan Ia memiliki sebuah impian untuk kalian semua. Jangan lupa, Ia tidak berkecil hati dengan kita. Tetapi jika kalian berkecil hati, saya mengundang kalian untuk melihat-lihat Alkitab dan mengingat jenis sahabat-sahabat yang dipilih Allah.
Musa, ia tidak pandai berbicara; Abraham, seorang yang sudah lanjut usia; Yeremia, sangat muda; Zakheus, bertubuh pendek; para murid, yang tertidur saat Yesus mengatakan kepada mereka bahwa mereka seharusnya berdoa; Paulus, seorang penganiaya orang Kristen; Petrus, yang menyangkal-Nya ... dan kita bisa melanjutkan daftar ini. Jadi apa alasan yang bisa kita tawarkan?
Ketika Yesus melihat kita, Ia tidak memikirkan betapa sempurnanya kita, tetapi tentang seluruh kasih yang kita miliki di dalam hati kita untuk diberikan dengan melayani orang lain. Itulah hal yang penting bagi-Nya, dan Ia akan selalu memprihatinkan hal itu. Ia tidak khawatir dengan tinggi badan kalian, atau apakah kalian pandai berbicara atau tidak, apakah kalian tertidur saat kalian berdoa, atau apakah kalian masih sangat muda atau sudah sangat tua. Satu-satunya pertanyaan-Nya adalah : Apakah kamu ingin mengikuti-Ku dan menjadi murid-Ku? Jangan buang waktu menyamarkan hati kalian, tetapi isilah hidup kalian dengan Roh Kudus!
Yesus terus-menerus menunggu untuk memberi kita Roh-Nya, yaitu Kasih yang Allah ingin curahkan ke dalam hati kita, untuk menjadikan kita murid-murid misioner-Nya.
Dengan mengikuti Yesus, kita jangan pernah berhenti. Sekalipun kita membuat kesalahan, Tuhan selalu memberi kita kesempatan baru untuk terus berjalan bersama-Nya.
Orang-orang muda yang terkasih, dalam doa-doa saya, saya mempercayakan kalian kepada perawatan Perawan Maria. Yakinlah bahwa ia sudi menyertai kalian setiap saat dalam hidup kalian, di sepanjang persimpangan perjalanan kalian, terutama pada saat-saat ketika kalian harus membuat keputusan-keputusan penting. Ia akan selalu ada di sana, seperti seorang Ibu yang baik, mendorong dan mendukung kalian, agar tidak bertumbuh dengan berkecil hati. Dan jika kalian berkecil hati dengan apa pun, jangan khawatir, karena ia akan memberitahu Yesus. Jangan berhenti berdoa, jangan berhenti memohon, jangan berhenti mempercayai perlindungan keibuannya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar