HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERI "HERSTORY" (5)
Angela Merici
SOLI DEO GLORIA
PROLOG
Siapa yang tidak kenal motto “SERVIAM”? Inilah sebuah motto khas anak-anak sekolahan Ursula di bilangan Jakarta Pusat dan BSD - Tangerang. Harum namanya, ranum prestasinya. Bahkan, kerap SMU Ursula Jakarta menjadi salah satu sekolah terbaik di Indonesia. Yah, ada pelbagai sekolah unggulan, bernafaskan spiritualitas Katolik, yang dirintis-kelola oleh para suster dengan inisial di belakangnya, “OSU”. Pelbagai yayasan sekolah dari Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, SMU, SMK dan pebagai lembaga kejuruan serta panti asuhan dan panti sosial yang tersebar-pencar di pulau Jawa dan Timur Indonesia (NTT) menjadi saksi bisu indahnya karya dan warta kasih mereka. Melayani, melayani, sekali lagi melayani! Sebuah nama orang kudus ada di belakang semua karya indah penuh entitas dan kualitas ini: Angela Merici.
SKETSA PROFIL
Bertindaklah, majulah, percayalah,
berusahalah, yakinlah, berserulah kepadaNya dengan segenap hati anda.
Anda tentu akan menyaksikan hal-hal yang mengagumkan
bila anda mengarahkan segalanya demi kemuliaan Allah
dan kebahagiaan jiwa-jiwa.”
(Angela Mericci)
Angela Merici terlahir pada 21 Maret 1474 di Desenzano (sekarang Via Castello 96), sebuah desa kecil dekat Lago Garda di Italia Utara. Ia memiliki seorang saudari perempuan, yang tiga tahun lebih tua usianya. Ayahnya bernama, Giovanni Merici dari Desenzano, keturunan bangsawan Brescia yang sederhana. Ibunya bernama, Catherine Biancosi dari Salo. Sifat sosial ibunya yang selalu memperhatikan orang-orang kecil lemah miskin dan tersingkir memberi pengaruh yang baik bagi Angela. Kedua orang tua Angela juga sering menceritakan kisah orang kudus kepada anak-anaknya, sehingga kedua putrinya kerap bermain dan berkhayal menjadi orang suci. Lewat hidup bersama dalam keluarga, khususnya lewat kasih orangtuanya, Angela sungguh mengalami ecclesia domestica, rumah bagaikan sebuah gereja.
Dalam perjalanan waktu, kedua orangtua Angela meninggal karena terkena wabah suatu penyakit ketika ia masih berusia 10 tahun. Sejak itu, Angela dan kakaknya tinggal bersama pamannya, Biancoso de Bianchi di Salo, tempat kelahiran ibunya, sebuah kota di tepi Danau Garda.
Pada saat Angela berusia 13 tahun, kakak perempuan Angela meninggal pula dan ini membuat sedih hatinya. Kakak perempuannya itu meninggal sebelum seorang imam sempat memberinya sakramen perminyakan. Angela amat kuatir akan keselamatan jiwa saudarinya itu. Dia bertanya-tanya, ”Di manakah saudarinya yang dicintainya itu? Di surgakah? Atau di api penyucian? Mungkinkah di neraka?”
Suatu hari, ketika Angela sedang berada di ladang, dia melihat sebuah vision (penglihatan): serombongan malaikat sedang naik turun tangga, yang menghubungkan dunia dengan surga, dan di antara malaikat-malaikat itu, ada serombongan gadis-gadis. Angela mengenali saudarinya juga ada di sana. Pengalaman iman ini membuat Angela merasakan suatu konsolasi, perasaan damai dalam hatinya. Ia ingin melakukan sesuatu untuk menyatakan rasa terima kasihnya. Keinginannya itu membuatnya berjanji untuk melewatkan seluruh hidupnya, hanya bagi kemuliaan Tuhan: Soli Deo Gloria!
Perlahan tapi pasti, Angela tumbuh menjadi seorang remaja yang pintar dan bersinar, cantik dan menarik. Dia cerdas, lugas dan bernas, mudah bergaul dengan segala macam orang dari pelbagai strata sosial. Tapi, di lain segi, ia tetap ingin menyerahkan diri hanya bagi Kristus: Soli Deo Gloria. Maka, dia masuk dalam Ordo Ketiga St. Fransiskus dan mengucapkan kaul kemurnian.
Mengacu pada kacamata historis, Angela waktu itu memang hidup di zaman Renaissance dan Reformasi, yang ditandai oleh pelbagai konflik. Di antara orang-orang sezamannya, ada yang tersohor seperti Nicholas Copernicus, Cristopher Columbus dan Vasco da Gama. Di satu pihak, ilmu pengetahuan dan kesenian berkembang pesat. Di lain pihak, perang antar negara mengakibatkan kemiskinan material dan rohani. Tradisi banyak yang ditinggalkan dan pendidikan iman menjadi merosot. Kegelapan dan pelbagai bentuk penyimpangan juga menyusup dalam kalangan gereja dan biara-biara. Gereja sangat membutuhkan pembaharuan!
Ketika Angela berusia 22 tahun, pamannya meninggal, dan Angela kembali ke Desenzano. Sebagai seorang anggota Ordo Ketiga St.Fransiskus, ia terpanggil untuk mengajar anak-anak tetangganya yang miskin. Suatu hari ia mendapat penglihatan kembali: dia melihat dirinya sedang memberi pelajaran agama kepada para pemudi. Sejak saat itulah, dia mengajak teman-teman wanitanya yang bergabung dengan Ordo Ketiga St.Fransikus untuk mengumpulkan dana dan membangun sekolah guna mendidik anak-anak dan para pemudi di sekitarnya dengan aneka pengajaran. Pekerjaan tersebut dilakukan dengan penuh kasih, sehingga cepat berkembang.
Dalam tahun 1516, pemimpin Ordo Ketiga St.Fransiskus mengirim Angela ke Brescia untuk menjumpai dan menghibur Caterina Patengola yang baru saja mengalami dukacita, karena kematian suami dan dua anak laki-lakinya. Ternyata, perjumpaannya dengan Caterina Patengola membawanya mengenal konteks kota Brescia yang memang sedang mengalami berbagai kehancuran: Banyak penduduk mengalami penderitaan; anak-anak terlantar, dan gadis-gadis direndahkan. Sedikit demi sedikit, Angela membantu semua yang membutuhkannya di Brescia. Dia menjadi berkat bagi sesamanya: yang lemah dikuatkannya, yang sedih dihiburnya, yang bertengkar didamaikannya.
Demikianlah, Angela berkarya selama 14 tahun di Brescia. Banyak orang yang menghargai pelayanannya, terlebih ketika Angela bersama para pengikutnya membuka pelbagai sekolah untuk para gadis di kota kelahirannya, Desenzano dan di Brescia, Italia.
Ketika semua karya dan wartanya semakin berkembang, Angela didesak oleh para pengikutnya untuk mendirikan sebuah ordo suster-suster yang bergerak di bidang pendidikan, namun dia merasa belum pantas untuk tugas seperti itu. Lalu Angela pergi berziarah ke Tanah Suci Yerusalem, lebih dari enam bulan yang penuh dengan resiko dan bahaya dari bajak laut, perampok, badai, dan segala macam ancaman lainnya. Ia berziarah untuk melakukan discretio spirituum, semacam pembedaan roh, pada tahun 1524. Namun celaka, pada awal perjalanan ziarah, tiba-tiba matanya menjadi buta. Akan tetapi, Angela dipulihkan dari kebutaannya di tengah perjalanan pulang, yaitu di sebuah tempat berdoa di pulau Kreta: “Si Deus pro nobis, quis contra nos? - Bila Tuhan beserta kita, siapa yang berani melawan kita?”
Setelah itu, pada tahun 1525, Angela pergi ke Roma untuk mengikuti perayaan Tahun Jubileum. Empat tahun kemudian, pada tahun 1529, karena adanya invasi militer, dia mengungsi ke Cremona bersama Agustino Gallo, seorang insinyur pertanian Brescia serta beberapa kerabat yang lain. Disanalah, Angela berjumpa dengan Francesco Sforza, seorang penguasa dan pengusaha Milan, yang ketika berkunjung ke Brescia pernah berkenalan dan meminta untuk didoakan oleh Angela.
Setelah Angela kembali ke Brescia, ia membuat semacam biara sederhana pada tahun 1533 bersama para pengikutnya. 12 orang tinggal bersamanya di dekat Gereja St. Afra, Brescia, tetapi sejumlah wanita yang lain tinggal bersama keluarganya. Tiga tahun kemudian, 25 November 1536, duapuluh delapan wanita muda tersebut mempersembahkan hidup mereka kepada Tuhan. Itulah yang menjadi asal mula berdirinya Ordo Santa Ursula (OSU).
Pada mulanya, para wanita itu yang tergabung dalam Ordo Santa Ursula (OSU) ini tetap tinggal di rumah mereka masing-masing. Oleh karena berbagai macam halangan dan kesulitan, diperlukan waktu yang cukup lama sebelum pada akhirnya, mereka dapat hidup bersama dalam sebuah biara. Angela sendiri juga menulis buku wasiat, nasehat rohani, dan pelbagai aturan Ordo Santa Ursula bagi kongregasi yang baru didirikannya itu.
Angela akhirnya wafat pada 27 Januari 1540 di Brescia, pada saat kongregasinya masih dalam tahap awal berdiri. Sebelum wafatnya, Angela dalam ekstase berkata: “Ke dalam tanganMu kuserahkan rohku”. Ketika wafat, Angela mengenakan pakaian berwarna coklat yang disayanginya, (tanda bahwa dia adalah seorang anggota Ordo Ketiga Santo Fransiskus), sambil tangannya memegang tongkat peziarah yang digunakannya sewaktu berziarah ke Tanah Suci.
Paus Clement XIII memberinya gelar Beata pada 24 Maret 1807, dan Paus Pius VII memberinya kanonisasi di Gereja St. Petrus di Roma. Sekarang, suster-suster Ursulin telah tersebar di berbagai negara di seluruh dunia. Ordo mereka terus melanjutkan karya dan karisma Angela Merici, teristimewa dalam bidang pendidikan anak-anak dan remaja putri.
REFLEKSI TEOLOGIS
1. “Ursula”: URusan iman. SUcikan jalan. LAyani Tuhan
Angela mempercayakan kongregasinya dalam perlindungan Santa Ursula, yaitu santa pelindung pendidikan di abad pertengahan, yang dihormati sebagai pemimpin para wanita dan juga teladan martir dan keperawanan kristiani. Oleh karena itulah, ordo yang dirintis oleh Angela ini diberi nama sesuai nama santa pelindung mereka. Bagi saya, nama “Ursula” secara sederhana, sebenarnya memiliki tiga keutamaan pokok, yakni:
-URusan iman: Angela mempunyai devosi besar pada Santa Ursula yang pada waktu itu sangat populer dalam iman kristiani. Ada banyak kesamaan antara keduanya, terlebih menyangkut urusan iman. Beberapa diantaranya: keluhuran sejati Ursula, keberanian imannya menghadapi pelbagai hal demi melaksanakan rencana Allah, ziarah sucinya ke Roma, serta getaran kegembiraan iman yang terjalin di seluruh kisah hidupnya. Angela menyadari bahwa misinya untuk mendirikan sebuah komunitas religius, juga menuntut keberanian, kesadaran dan keberanian iman, sama seperti ketika Ursula mengumpulkan perawan-perawan di sekitarnya untuk menjadikan mereka “pengantin Kristus”. Keibuan rohani yang serupa, yang penuh sukacita dan antusiasme menarik Angela kepada figur Ursula, sebagai pemimpin para perawan kristiani.
-SUcikan jalan: Cita-cita Angela adalah sama dan sebangun dengan cita-cita para anggota keluarga besar Fransiskan lainnya dalam mencapai kesucian: “Hidup di tengah-tengah dunia, tetapi bukan dari dunia”, sesuai dengan apa yang diajarkan dan dicontohkan oleh Santo Fransiskus dari Assisi. Dan, disinilah Angela terpikat-erat pada figur Ursula, terlebih karena kegigihannya membela keperawanan suci sampai pada kemartiran. Satu hal lain lagi yang menariknya mungkin juga peranan Ursula sebagai kapten yang mengepalai laskar para perawan meneguhkan niat dirinya untuk menjadi nakhoda bagi kongregasi baru yang dirintisnya.
-LAyani Tuhan: Angela melihat dalam diri Ursula, seorang perempuan muda yang berani “menantang laut yang bergelora” demi sebuah misi pelayanannya pada “Yang Ilahi”. Oleh sebab itu, selain bercermin pada hidup Ursula yang dibaktikan demi cintanya pada Yesus Kristus dan kemuliaan Allah, maka Angela bersama para suster Ursulin tetap menjaga keseimbangan hidup doa, komunitas, dan karya pelayanan. Ini merupakan pemberian diri yang diarahkan demi pelayanan kepada Tuhan sekaligus kemuliaanNya. Spiritualitas dari nasehat terakhir Angela sendiri adalah hidup dalam keserasian sehati dan sekehendak, terikat satu sama lain dalam cinta kasih, saling menghargai, saling membantu, saling bersabar dalam Yesus Kristus.
Spiritualitas pelayanan Tuhan ini diimplementasikan dalam beberapa sikap utama. Pertama, sikap saling menghargai yang diwujudkan dengan memberi pujian dan apresiasi atas hasil pekerjaan sesama suster dan mitra kerja mereka. Kedua, sikap saling membantu. Sikap ini antara lain diwujudkan dengan melaksanakan pelbagai tugas perutusan. Para suster terlibat dalam pelayanan di pebagai paroki, seperti katekese, menjadi pendamping rekoleksi katekumen, membimbing pelbagai kelompok kategorial: Legio Maria, Misdinar, dsbnya. Ketiga, keterikatan satu sama lain dalam cinta kasih. Hal ini diharapkan dapat menumbuhkan sikap solidaritas antar sesama suster dan orang lain.
Tiga hal dasar yang mendasari pelayanan kepada Tuhan inilah juga yang ditanamkan Angela dalam diri para pengikutnya: Soli Deo Gloria! Sebuah contoh: Misionaris Ursulin pertama mendarat di Jakarta, tanggal 7 Februari, 1856. Mereka datang dari Sittard, Belanda, atas permintaan Mgr P.M. Vrancken, Vikaris Apostolik waktu itu. Ketujuh suster datang dengan kapal, dan jarak Belanda-Jakarta ditempuh dalam 140 hari. Perjalanan yang sangat berat, bukan? Misionaris Ursulin kedua datang dan memperkuat barisan mereka, dengan segala perjungan memahamai bahasa dan budaya setempat. Sekolah Ursulin pertama lalu didirikan di Noordwijk (sekarang Jalan Ir. H. Juanda Jakarta). Kendati ada banyak kesulitan, jumlah suster ini terus bertambah dalam semangat Angela untuk setia melayani Tuhan. Ite Missa est - Pergilah, kalian diutus!
2.”Cerdik” dan “Tulus”
CERdas dan terdiDIK” seperti ular. TUtur katanya haLUS” seperti merpati
"Jika karena perubahan jaman dan keadaan
perlu untuk membuat peraturan baru
atau untuk merubah sesuatu,
lakukan hal itu dengan kebijaksanaan
setelah mendengar nasihat yang baik.
Langkah anda pertama senantiasa harus kembali ke Yesus Kristus,
berdoa dengan sungguh-sungguh bersama dengan semua puteri anda.
Dengan cara ini, niscaya Yesus Kristus akan berada di tengah-tengah anda
sebagai Tuhan yang sejati dan baik,
Dia akan memberi terang kepada anda
dan mengajarkan anda apa yang harus anda perbuat."
(Angela Mericci)
-Cerdik: Cerdas dan terdidik
Selain memiliki kecantikan fisik, Angela juga memiliki kecantikan hati. Ia sangat memperhatikan orang miskin dan kelangsungan pendidikan kaum perempuan. Terutama, para perempuan yang kurang mampu. Perhatian itulah yang ia wujudkan pula dengan mendirikan sebuah ordo yang diberi nama Ordo Santa Ursula (OSU). Karya pendidikan menjadi salah satu lahan kerasulan para suster Ursulin, termasuk di Indonesia. Dari tangan mereka inilah, lahir beberapa sekolah besar. Di Jakarta saja misalnya, ada sekolah St. Theresia di kawasan Menteng, St. Maria di Jl. Juanda dan St. Ursula di Jln Pos Jakarta, dengan pelbagai level, dari TK sampai SMA/SMK. Hingga saat ini, bahkan SMP dan SMA Ursula Jakarta masih merawat niat awal pendiri mereka dengan hanya menerima murid perempuan.
Pendidikan memang merupakan salah satu bentuk ungkapan yang paling komprehensif dari spiritualitas Santa Angela. Pendidikan yang diselenggarakan oleh suster-suster Ordo Santa Ursula merupakan upaya untuk mengembangkan peserta didik menjadi manusia seutuhnya, yang “cerdik – cerdas dan terdidik”: mampu menyesuaikan diri dengan perubahan jaman, situasi sekitar, dan kondisi dirinya sendiri. Para ursulin mengupayakan supaya setiap orang bisa mengembangkan kemampuan fisik dan mental, daya juang, pengendalian diri, relasi sosial, serta keyakinan diri yang bertumpu pada iman. Dengan demikian, mereka mampu memanfaatkan diri dan semua ciptaan Tuhan secara bijaksana untuk mencapai kebahagiaan diri dan sesama.
Mengacu pada semangat Angela Merici, enam sikap dasar untuk membuat orang menjadi “cerdas dan terdidik”, antara lain:
• Sikap keibuan, yang merupakan sikap lemah lembut dan mengenal setiap peserta didik sebagai pribadi yang unik (cura personalis).
• Sikap tegas, berpegang dalam ketaatan pada aturan-aturan yang berlaku.
• Sikap bijaksana, untuk bersikap lembut atau tegas sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Mulai dengan diri sendiri, mulai dari hal kecil dan mulai dari saat ini.
• Sikap rendah hati, menyadari keterbatasan diri sebagai pendidik dan kesadaran bahwa peserta didik juga merupakan sumber kebijaksanaan. Selain itu, menyampaikan hal-hal sederhana yang hakiki dan mendasar untuk mencapai tujuan pendidikan.
• Sikap pasrah, kesediaan untuk menerima kenyataan apa adanya sesudah berusaha sekuat tenaga sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dan kemudahan yang tersedia di lingkungan sekelilingnya.
• Sikap kekeluargaan, kepedulian kepada sesama sebagai saudara yang sederajat sekaligus mempunyai bela-rasa terhadap mereka yang terlupakan, terabaikan, tertindas.
Dalam pelayanan pendidikan, nilai keenam di atas (yakni: kekeluargaan, kepedulian dan belarasa) diwujudkan para pengikut Angela dengan memberi beasiswa kepada siswa-siswi yang kurang mampu. Pemberian ini tidak terbatas hanya pada siswa-siswi yang bersekolah di sekolah Ursulin, tetapi terbuka juga bagi siswa di luar sekolah Ursulin di Indonesia. Hal ini sebagai perwujudan pemikiran Santa Angela, yakni semua siswa-siswi sekolah adalah anak-anak Allah, maka mereka juga perlu mendapat perhatian. Menurut Santa Angela, ini adalah bagian dari misi yang dipercayakan Gereja, yaitu karya pendidikan demi pewartaan Injil ke ujung bumi supaya Yesus dikenal, dicintai, dan disembah oleh semua orang.
-Tulus: Tutur katanya halus
Seruan dan sapaan yang paling efektif pada hati orang lain, terlebih hati para pendosa adalah teladan hidup suci, yang penuh cinta dan kesabaran, disertai perilaku setia pada tugas dan kesalehan yang sejati. Dengan jalan inilah, Angela telah menobatkan para pendosa. Yah, selain cerdik, tentu baik jika setiap karya dan warta diwarnai dengan sikap tulus. Yah, secara sederhana “tulus” bisa berarti, “tutur katanya halus.” De facto, karya pendidikan Ursulin tidak hanya pendidikan formal, tetapi juga pendidikan non-formal. Panti Asuhan Santo Vincentius Bidaracina, Jakarta Timur, dan Panti Asuhan Pondok Damai Kampung Sawah, Bekasi, Jawa Barat, adalah sisi lain pelayanan dan ketulusan suster-suster Ursulin. Di luar Jakarta, bentuk pelayanan pendidikan non-formal para suster Ursulin, antara lain Asrama Putri Providentia Bandung.
Selain itu, pelbagai karya-karya sosial suster Ordo Santa Ursula kerap dilaksana-nyatakan secara tulus dalam berbagai bidang: ekonomi, pendidikan, akomodasi, kesehatan, pekerjaan, dukungan, saran, doa, dan lain-lain. Tujuan akhir dari aneka karya sosial ini adalah sebuah upaya konsientisasi, semacam penyadaran dan pemberdayaan seseorang atau sekelompok masyarakat dalam rangka menghidupi diri mereka sendiri, mungkin dalam bentuk kerja sama dengan orang lain namun tidak tergantung kepada orang lain, bertumpu pada pandangan "memberi kail dan bukan memberi ikan".
Satu hal yang pokok, bahwasannya pelbagai karya kerasulan Ursulin diilhami oleh semangat Santa Angela yang ditimba dari tulisan-tulisannya. Tulisan Angela sendiri sangat mementingkan harkat manusia. Jadi karya dan warta kasih yang ditangani Ursulin, haruslah diutamakan ketulusan hati yang mengembangkan potensi manusia secara utuh dan menyeluruh.
2. Jurus “3 K”
“Komunikasi, Koordinasi dan Kolaborasi”
Dalam dunia dan rimba persilatan, setiap pendekar, dari kelas Shaolin, Sun Go Kong sampai si Pitung atau Jampang, kerap mempunyai jurus pamungkas. Disinilah, tercandra bahwa Angela bersama setiap anggota kongregasi Ursulin juga memiliki sebuah jurus iman, yang saya sebut dengan jurus “3K”, yaitu:
-Kolaborasi
Karisma Angela meninggalkan banyak warisan indah, salah satunya adalah dengan adanya Mitra Ursulin, yakni orang-orang yang bekerjasama dengan Ursulin dan menghayati spiritualitas yang sama, yaitu spiritualitas Santa Angela di tengah dunia harian. Inilah sebuah upaya kolaborasi (ko: bersama, labor: bekerja) antara para Ursulin dengan para awam. Kerjasama ini sendiri kerap bukan merupakan ikatan formal, melainkan ikatan batin dan hubungan persahabatan, yang bersifat sukarela dan bisa saling melebar-luaskan jaringan karya yang lebih optimal. Di Indonesia, tercandra adanya dua kelompok Mitra Ursulin: Kerabat Santa Angela (KSA) dan Putri-putri Santa Angela (PSA).
-Komunikasi
Adalah merupakan fakta bahwa dalam setiap komunitas, termasuk Kongregasi “OSU” ini terdapat banyak karakter, latar belakang dan kepentingan, dan sering kali perbedaan itu menjadi sumber konflik. Maka, wajarlah jika Angela juga menekankan perlunya sebuah komunitas komunikasi. Baginya, sebuah komunikasi menjadi baik jika terarahkan segalanya hanya demi kemuliaan Allah dan kebahagiaan jiwa-jiwa.
Lebih lanjut bicara soal komunikasi, sepakat dengan pepatah Latin, animal est homo loquens (manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berkomunikasi), bukankah tindakan manusia paling dasar adalah tindakan komunikasi? Tujuan komunikasi sendiri adalah saling pengertian - mutual understanding. Hal ini bisa terjadi ketika setiap pribadi mengambil alih peran pribadi yang lain. Dengan mengambil alih peran orang lain, kita dapat merefleksikan diri kita sendiri dan mengarahkan proses komunikasi yang jelas, benar, tepat dan tulus. Itulah sebabnya Angela menciptakan lingkup kehidupan harian yang memudahkan interaksi antar anggotanya. Interaksi berdasarkan saling pengertian dan kaya akan kontak sosial, tentunya dengan tetap berpegang pada semboyan pokoknya, “Soli Deo Gloria”. Yah semua bentuk dan tujuan komunikasi ini, hanyalah semata demi kemuliaan Tuhan. Komunikasi sendiri bukan bertujuan untuk mencari keseragaman atau kesimpulan stabil lagi logosentris, tapi saling berbagi (“komunikasi”:communicare, “berbagi”) dalam kesalingan yang positif. Karena jelaslah, komunikasi dalam sebuah kongregasi itu bukan sekedar supaya bisa bertahan - “to survive”, tapi supaya setiap pribadi sungguh-sungguh hidup – “to live”. Mungkin itulah sebabnya juga, Ursulin begitu kaya akan pelbagai karakter dan bahkan pakaian biaranya juga tidak terlalu seragam, bukan?
-Koordinasi
Koordinasi (co: bersama, ordinat: titik), sebuah upaya menghubungkan titik demi titik yang terpisah menjadi sebuah garis bersama yang tidak terputus demi tujuan bersama. Inilah jurus “3K” terakhir dari Angela dan para penerusnya. Sebuah kisah nyata memberi gambarannya: Waktu itu, Paus Leo XIII (1810-1903) sangat gencar mempromosikan persatuan. Ia menyampaikan keinginannya kepada para Ursulin di seluruh dunia agar mereka bersatu di bawah seorang pemimpin umum yang tinggal di Roma. Sebagai tanggapannya, 18 Agustus 1900, Ibu Marie Julien menulis surat undangan kepada para pemimpin biara Ursulin yang ingin membentuk “uni”. Sebagai jawaban, utusan dari 71 biara hadir dalam pertemuan yang dibuka tanggal 15 Nopember 1900 di Roma. 62 dari 71 biara menyatakan ingin membentuk “uni”. Tanggal 28 Nopember 1900, Paus Leo XIII memberi izin tertulis untuk pembentukan “uni” ke-62 biara yang telah mencapai kata sepakat itu. Jadi, pada tahun 1900 itulah, terbentuk “Uni Roma Ordo Santa Ursula”, sebuah keluarga rohani, terdiri dari 62 biara, yang didirikan oleh Angela Merici, sebuah tarekat religius internasional, yang terdiri dari 30 provinsi dan kelompok yang tersebar-pencar dalam 35 negara, dengan jumlah 2500-an suster. Dalam “Uni Roma Ordo Santa Ursula” inilah, kontemplasi dan aksi saling meresapi dan saling menjiwai. Satu harapannya: In nomine Deifeliciter – dalam nama Tuhan semoga berbuah.
EPILOG
Angela mempunyai banyak keutamaan yang terus aktual di tengah zaman yang tunggang-langgang ini. Baiklah, sebuah pesan rohaninya kita ingat lagi, “Saudari-saudariku yang terkasih, kita adalah anak-anak para kudus. Kita mencari tanah ke mana mereka telah pergi dan cintakasih kita adalah untuk Tuhan kita, yang memerintah di tanah itu. Akan tetapi jalan menuju tanah itu adalah jalan penyangkalan-diri dan penderitaan. Demikianlah Dia, Kekasih kita, menempuh jalan itu dan menarik para kekasih-Nya untuk mengikuti-Nya. Kita termasuk di antara mereka yang mengikuti-Nya. Kita sekarang sedang menabur benih, namun akan menuai panen apabila Allah menentukan sudah tiba saatnya, asal saja kita tidak menyerah di tengah jalan.” “Lakukanlah sekarang, lakukanlah sekarang, apa yang anda ingin agar anda telah lakukan pada saat kematianmu.” Yah, kita diajak untuk terus menabur benih dalam keseharian hidup mulai dari hari ini. Sebuah benih Kerajaan Allah yang terus diwartakan bagi semakin banyak orang lain. Inilah misi iman kita bersama, sebuah misi agung dengan semangat ilahi ala Angela Merici, “Soli Deo Gloria!
ASPIRASI
Tuhan,
Sinarilah kegelapan hatiku
Dan berikanlah rahmat-Mu
Aku lebih suka mati dari pada menghina kemuliaan-Mu
Teguhkanlah pengertian dan kasihku, ya Tuhan
Sehingga menghalangiku memalingkan diri dari kemuliaan wajah-Mu
Karena kemuliaan-Mu membuat setiap hati yang gelisah menjadi tenang
Tuhanku sumber kehidupan dan pengharapanku
Kumohon tariklah hatiku yang hina dina ini
Bakarlah diriku dalam nyala api kasih-Mu
Terutama semua keinginan dan kasih yang tak berkenan dihadapan-Mu
Terimalah ya Tuhan diriku yang sering terjatuh dalam noda dosa
Yang seringkali tak mampu mengenali yang baik dan yang buruk
Kupersembahkan kepada-Mu
Semua pikiranku , kata-kata, dan perbuatanku
Semua yang kumiliki baik yang nampak maupun tak nampak
Kuletakkan semuanya di bawah kaki salib-Mu seraya memohon kemurahan-Mu (DOA SANTA ANGELA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar