HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
SERI "HERSTORY" (6)
Maria Ines Teresa Arias Espinosa
OPORTET ILLUM REGNARE
PROLOG
Suatu hari, saya pernah diminta memimpin perayaan Ekaristi dalam bahasa Spanyol bagi komunitas Amerika Latin di Jakarta. Adapun misa sore itu dirayakan di Kapel Seminari Wacana Bhakti di bilangan Selatan Jakarta. Ada enam puluhan orang Katolik dari Amerika Latin: Spanyol, Mexico, Veneuela, Colombia, Portugal, Argentina, Brasil dsbnya. Saya awalnya merasa asing dan kikuk karena tidak ada yang saya kenal, dan sebenarnya saya juga tidak lancar berbahasa Amerika Latin. Ternyata ada satu hal baik, yang melegakan: diantara mereka, terselip beberapa suster biarawati berinisial “MC” di belakangnya. Yah, para suster inilah yang ternyata siap sedia mendampingi komunitas Amerika Latin, terlebih dalam pelayanan liturgis. Beberapa suster ini juga begitu fasih berbicara dalam dialek Amerika Latin. Siapakah mereka? Mereka adalah para suster “MC”, bukan “Master Ceremony” tentunya, tapi Misionaris Claris, dan Ibu Maria Ines Teresa Arias Espinosa adalah tokoh besar di balik kongregasi ini: “Sejak bangun pagi sampai saat tidur malam, hati dan jiwa kami, bagaikan kecapi yang harmonis bergetar memujiNya”.
SKETSA PROFIL
"Que Todos Te Conoscan Y Te Amen,
Es La Unica Recompensa Que Quiero"
"Tuhan, semoga semua orang
mengenal dan mencintaiMu,
inilah balasan satu-satunya yang kuinginkan"
Maria Ines Teresa Arias Espinosa terlahir di Ixtland del Rio, Nayarit, Mexico pada tanggal 7 Juli 1904, sebagai anak kelima dari delapan bersaudara. Ia dibaptis pada tanggal 9 Juli 1904 dengan nama Maria Manuelita de Jesus. Manuelita panggilan kecilnya. Ayahnya, Eustaquio Arias Arroniz adalah seorang ahi hukum dan ibunya bernama Maria Espinosa y Lopez Portillo. Eustaquio Arias bekerja sebagai pengacara, sedangkan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka berdua berasal dari Guadalajara, Jalisco, Mexico. Keluarga Eustaquio sendiri adalah penganut Katolik yang taat. Anak-anak, termasuk Manuelita, mendapat pendidikan agama yang baik sejak masa kanak-kanak mereka. Pada tahun 1911, Manuelita menerima komuni pertama. Manuelita sendiri tumbuh sebagaimana layaknya gadis-gadis lain pada jamannya.
Pada tahun 1924, ketika usianya menginjak dua puluh tahun, dalam buku hariannya, ia menulis: “Saya merasa ada sesuatu yang sedang terjadi dalam hidup saya. Saya sangat yakin bahwa ada sesuatu yang belum saya mengerti terjadi pada diri saya.” Jelas, pada tahun itu, mulailah juga saat yang penuh rahmat dalam hidupnya. Hal ini bermula, ketika sepupunya Angelita Gallardo memberikan sebuah buku rohani, “Biografi dari Satu Jiwa”, cerita tentang kehidupan Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Manuelita remaja tergugah hatinya untuk hidup suci sepenuhnya di dalam Tuhan dan bagi kemuliaan nama Tuhan, sang Raja Semessta Alam.
Pada bulan Oktober 1924, pada saat Kongres Ekaristi Nasional sedang berlangsung di Guadalajara Mexico, ia mengalami perjumpaan rohani dengan Yesus. Ia menamakannya sebagai “SAAT PERTOBATAN”: “Pada waktu Yesus lewat di dekatku, Dia menjatuhkan pandangan mataNya pada jiwaku, tertuju pada mataku, hatiku mengikuti-Nya dan aku tidak dapat kembali lagi . “
Pada tahun 1926, ketika berlangsung pengejaran terhadap gereja di Mexico, persis di Hari Raya Kristus Raja, ia berniat membaktikan dirinya kepada Tuhan. Ia mempersembahkan dirinya untuk perdamaian Mexico. 7 Juli 1929, Manuelita akhirnya masuk ke sebuah biara kontemplatif, yaitu tarekat “Suster Clarisas Sacramentaria” di Los Angeles, California (pada waktu itu, para suster Claris Meksiko sedang berada dalam pengungsian di Amerika, karena pengejaran terhadap Gereja masih terjadi di Mexico).
8 Desember 1929, bersama Hari Raya Maria Immaculata, Manuelita berganti nama menjadi: “Maria Ines Teresa dari Sakramen Mahakudus”. Setahun kemudian, pada tanggal 12 Desember 1930, Maria Ines Teresa mengikrarkan kaul pertama di gereja Santo Toribio di Los Angeles, California, di depan pigura Bunda Maria Guadalupe. Sementara ia berlutut di depan altar, ia merasakan perjumpaan rohani yang mendalam dengan Bunda Maria. Dia juga mendengar sebuah janji Bunda Maria: “Jikalau termasuk dalam rencana Tuhan mempergunakan engkau untuk karya-karya kerasulan, aku berjanji untuk mendampingi dalam segala langkahmu dengan memberikan kata-kata pada bibirmu yang dapat menyadarkan hati orang, disertai rahmat yang mereka butuhkan. Aku berjanji pula karena jasa-jasa putraku, untuk memberikan kepada mereka semua dengan siapa engkau mempunyai hubungan, biarpun hanya secara rohani, rahmat pengudusan dan ketetapan sampai akhir. ”
Sejak saat itulah, di tengah kesederhanaan biara kontemplatif, dia menjadi misionaris tersembunyi melalui doa dan kurban demi “keselamatan jiwa-jiwa”, seperti Santa Theresia dari Kanak-Kanak Yesus. Ia selalu memancarkan kegembiraan dan kehangatan pada orang-orang sekitarnya.
Tahun 1931, komunitas Clarisas Sacramentaria kembali ke Mexico dan panggilan misioner Maria Ines semakin kuat dan mantap. Maka, sesudah mengadakan banyak discretio spirituum, semacam pertimbangan sekaligus penegasan dalam roh serta membuat segala prosedur yang dibutuhkan, Uskup Cuernavaca, Mgr. Francisco Gonzalez Arias menyetujui pendirian biara kontemplatif Claris Misionaris. Adapun pendirian biara kontemplatif Claris Misionaris ini mempunyai tujuan akhir untuk menjadi sebuah kongregasi misionaris yang baru. Maria Ines sendirilah yang mengirimkan permohonan ini ke Roma. Dekrit pengabulannya ditandatangani di Roma pada tanggal 12 Mei tahun 1945.
Pada tanggal 21 Agustus 1945, para biarawati dari biara kontemplatif membuat perpisahan bagi Maria Ines beserta kelima biarawati lainnya yang akan memulai karya misionaris di Cuernavaca. Dengan perayaan misa yang pertama pada tanggal 25 Agustus 1945, di satu rumah pinjaman di jalan Xicotentcatl No 16, Cuernavaca, dimulailah pendirian biara baru, yang nantinya akan menjadi sebuah kongregasi misionaris.
Enam tahun kemudian, persisnya pada tanggal 31 Mei 1951, Maria Ines mengirimkan sebuah permohonan pengesahan atas tarekat barunya ini ke Tahta Suci. Dalam waktu kurang dari satu bulan, kongregasi baru ini mendapat pengesahan dari Vatikan, tepatnya pada tanggal 22 Juni 1951. Kongregasi ini mendapat nama resmi, Misioneras Clarisas del Santissimo Sacramento (Misionaris Claris Dari Sakramen Maha Kudus). Peristiwa ini dikenal sebagai “Hari Transformasi”, yang berarti perubahan dari biara kontemplatif menjadi kongregasi misionaris.
Ibu Maria Ines Teresa saat itu juga ditunjuk oleh Tahta Suci sebagai Superior General yang pertama. Ia sendiri mengambil motto bagi kongregasi barunya: "Oportet Illum Regnare - Dia Harus Meraja”. Pada tahun itu juga (1951), Ibu Maria Ines mengirim tiga orang susternya ke tanah misi pertama, yaitu Jepang. Dengan berbekal bahasa Inggris, tiga orang suster Misionaris Claris ini memulai karya mereka di negri Sakura. Mereka langsung mendapat kesulitan karena tidak banyak orang Jepang pada waktu itu yang mengerti bahasa Inggris. Hanya dengan ketekunan dan keuletan yang luar biasa, tiga orang suster MC ini berhasil menjalankan misinya dengan baik. Kini tercatat sekitar 60 suster asli Jepang masuk dalam konggregasi ini.
Selain ke Jepang, Misionaris Claris juga menyebar serta menjelajah pebagai benua dan melebar-luaskan misi ilahi ke beberapa negara lain seperti: Sierra Leone, Nigeria, Amerika Serikat, Costa Rica, Irlandia, Spanyol, Mexico, India, Korea, Rusia, Argentina, Italia hingga Indonesia. Jumlah anggotanya di seluruh dunia mencapai 600 suster, suatu jumlah yang cukup besar untuk sebuah tarekat yang baru.
Ibu Maria Ines akhirnya meninggal dunia pada 22 Juli 1981 di Roma. Ibu Maria Ines Teresa Arias menerima sebuah gelar “Hamba Allah” dan gelar “Venerabilis” (yang pantas dihormati) pada tanggal 3 April 2009 dari Tahta Suci. 27 Juni 2011, Paus Benediktus XVI menyetujui mukjizat yang terjadi berkat perantaraan Ibu Maria Ines. 21 Apr 2012, dilangsungkan beatifikasi Madre Maria Ines Teresa di Basilika Maria Guadalupe, Mexico.
Beberapa warisan iman, yang diberikannya tampak pada pelbagai kelompok beriman yang dirintisnya. Mereka kerap disebut, “Keluarga Inesiana”, antara lain:
- Van – Clar (Misionaris Awam): Sebuah komunitas awam, yang lahir dalam gereja pada waktu yang hampir bersamaan dengan Kongregasi Misionaris Claris. Tujuan kelompok ini adalah “menghidupi Injil“, dengan mempraktekkan janji baptis dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, masyarakat dan gereja, sesuai dengan semboyan pokoknya: “Hidup bagi Kristus”.
- Imam-Imam Misionaris Kristus untuk Gereja Universal (MCIU): Sebuah lembaga misionaris pria. Pendiriannya terjadi berdasarkan pengalaman akan Allah dari berbagai kaum muda dari kelompok VAN-CLAR yang ingin membaktikan diri seutuhnya pada Allah. Walaupun lembaga ini masih muda, tetapi mereka sudah melaksanakan misi Ad Gentes di Sierra Leona, Afrika.
- Kelompok Imam “MADRE INES“: Beranggotakan imam-imam projo/diosesan yang menginginkan hidup menurut spiritualitas dari Ibu Maria Ines. Kelompok Imam “MADRE INES“ ini sendiri merupakan bagian utuh dari Keluarga Inesiana yang terus berkembang-mekar dalam gereja Universal, yang diperkaya dan diperkuat untuk perluasan misi.
REFLEKSI TEOLOGIS
1. Vitamin C,D dan E
Cinta, Doa, Ekaristi.
Tuhan, berilah aku jiwa-jiwa, banyak jiwa,
semua jiwa dari seluruh dunia
agar mereka mencintaiMU
untuk selama-lamanya. (F.463).
Secara sederhana, Maria Ines mempunyai sebuah modal dasar untuk menjadi seorang sahabat pilihan Tuhan. Dia mempunyai trilogi vitamin iman, antara lain:
- Vitamin C (Cinta)
Panggilan hidup dan cintanya kepada jiwa-jiwa dan kepada salib yang melebur dalam dirinya menjadi kepasrahan sepenuhnya karena cintanya yang mendalam kepada Allah dan Bunda Maria: “Ambillah aku Tuhan sebagai alat kemuliaan-Mu dan bawalah aku. Jangan pernah merasa menyesal mengutusku. Aku ingin membuat mereka mencintai-Mu, amat sangat mencintaiMu“ (tulisan pribadi Maria Ines). Yah, “vitamin C” Maria Ines nampak jelas dari semangat misionernya: Ia bersemangat dan berani melampaui segala batasan dan rintangan. Ia pandai bergaul dengan segala lapisan masyarakat, semuanya ini demi keinginannya yang besar untuk mengenalkan Kristus kepada semakin banyak orang. Ia juga melintasi lautan dan segala penjuru dunia, melalui ribuan kilometer tanah yang panas atau padang belantara yang dingin, tanpa memperdulikan keletihan dan kesulitan. Senyum yang selalu menghias bibirnya dan kobaran semangat kasihnya, membuat semua orang tertular bila berhadapan dan berhubungan dengan pribadinya: “Fiat! Fiat! Fiat! Hatiku tidak mampu berkata lain. Betapa besar rasa sukacita dalam hatiku, memiliki sesuatu yang dapat dipersembahkan kepada Allah! Sesuatu yang menimbulkan penderitaan, yang melukai.” (F.579). Kini, para penerusnya melayani sesama dalam pelbagai karya, tentunya penuh dengan “vitamin C”, cinta, terlebih pada empat bidang pokok, yakni: pastoral katekese; sosial; pendidikan serta kesehatan. Vitamin C Maria Ines juga membuat Misionaris Claris semakin mendalam akarnya sekaligus meluas sayapnya. Mereka berkarya di berbagai negara, seperti:
• Roma - pusat kongregasi MC
• Amerika - Mexico, Costa Rica, Amerika Serikat, Argentina
• Eropa - Spanyol, Irlandia, Italia, Rusia
• Asia - Jepang, Indonesia, Korea Selatan, India
• Afrika - Nigeria, Sierra Leone
Lebih lanjut, kalau kita perhatikan, pada logo kongregasi yang didirikan Maria Ines, terdapat “Salib Misioner”, yang berarti sebuah ajakan iman untuk senantiasa berusaha melaksanakan rencana Allah, untuk menyelamatkan semua orang, dan bersedia ditugaskan di mana saja karena adanya vitamin cinta yang besar kepada Tuhan dan Bunda Maria.
-Vitamin D (Doa)
Aku ingin semalam suntuk berdoa.
Alangkah manisnya mengalami,
merasakan dan menikmati-Nya,
tenggelam di dalam-Nya, meniadakan diri dihadapan-Nya,
dan memeluk hati-Nya. (F.585).
Sejak umur 20 tahun, hidup Maria Ines sungguh hidup yang Ekaristis. Setiap hari dilaluinya selama 8 jam dalam doa dan kontemplasi. Buah-buah doanya, diendapkannya dalam spiritualitas kongregasi yang didirikannya, yakni: jurus “3K”, Kegembiraan , Kesederhanaan, Kepercayaan.
Kecintaannya berdoa bersama Bunda Maria juga membuat dia memiliki keakraban dengan Bunda Maria. Bersama hidup doanya yang mendalam, ia ingin membuat Allah serta Bunda Maria Guadalupe, Ratu dan Ibu segala bangsa, serta pelindung utama kongregasi agar dikenal dan semakin dicintai: “Aku mau Bundaku yang terkasih, membawa kasih, cinta, kehalusan, perhatianmu ke seluruh bangsa di dunia, aku ingin mereka semua jatuh cinta padamu. Dan aku ingin mengatakan kepada mereka bahwa betapa besarnya cintamu kepada mereka. Oleh sebab itu aku mau agar mereka mengenalmu dan dengan demikian dapat mencintaimu.” (F.567).
-Vitamin E (Ekaristi)
“Aku akan selalu bernyanyi bagi Tuhan,
yang telah melimpahi aku
dengan anugerah-anugerah-Nya;
aku dilimpahi amat banyak anugerah belaskasihan-Nya,
sehingga meluap dari kemiskinan dan kehinaan hatiku.” (F.569).
Ekaristi adalah pusat kehidupan hariannya. Di hadapan tabernakel dan dalam kemesraan sebagai putri Maria, Maria Ines senatiasa menyelaraskan semua percobaan dan penderitaannya dengan pebagai kepentingan Yesus: "Engkau memperhatikan kepentingan-kepentinganKu dan Aku akan memperhatikan kepentingan-kepentinganMu".
Di lain matra, semangat Kongregasi Misionaris Claris sendiri adalah: “EMIM” (Ekaristi, Misioner, Imami, Marian). Karismanya berpusat pada Yesus Ekaristis: pembimbing, sumber cinta dan kekuatan panggilan para Misionaris Claris. Disinilah, Maria Ines mengajak setiap orang untuk menghayati misteri Yesus Ekaristis, terlebih dalam adorasi, ibadat suci, sikap bersyukur, penghayatan kurban Yesus di altar dalam pergulatan hidup sehari-hari. Bersama Maria Ines, Misionaris Claris juga diajak untuk mempersembahkan dirinya sebagai “hosti” (kurban). Yah, sebagai hosti yang hidup bagi orang lain. Ia mengajak kita mempersatukan diri dengan Yesus, yang mengurbankan diri-Nya untuk keselamatan seluruh dunia.
Dalam logo kongregasi yang dirintis oleh Maria Ines, dua gambar yang menekankan makna ekaristi, bisa kita ingat disana:
- Pertama: Daun Palem Ekaristik, sebuah jalinan persatuan dengan Tuhan, dalam sembah sujud pada Sakramen Mahakudus, sebuah santapan rohani yang menguatkan.
- Kedua: Lentera Imami, sebuah usaha mempersembahkan hidup sebagai “hosti yang hidup” (kurban silih) untuk keselamatan jiwa-jiwa.
2.”O R K”
Oase Rohani Katolik
Tanggal 15 September 1960 adalah hari yang bersejarah. Pada tanggal tersebut, tiga orang suster Misionaris Claris untuk pertama kalinya datang ke Indonesia, tepatnya di kota Madiun, Jawa Timur. Mereka datang atas undangan Administrator Apostolik waktu itu, yaitu Mgr. Gaetano Alibrandi. Pada awalnya tiga suster perintis ini berkarya di Poliklinik dan BKIA Panti Bagija, milik keuskupan. Kini, sesudah 46 tahun, Misionaris Claris telah memiliki 66 anggota dari Indonesia. Para suster Indonesia ini selain dari Jawa, juga datang dari pelbagai daerah lain. Secara berkala, mereka mengirim beberapa anggotanya untuk studi lanjut di luar negri, khususnya Roma.
Mereka sendiri berkarya di Madiun, Surabaya, Flores dan pastinya di Jakarta. Adapun karya mereka terutama di bidang kesehatan dan pendidikan. Sebagian di antara mereka juga ada yang berkarya di bidang pastoral. Nah, disinilah, di tengah pebagai kebisingan dan hiruk pikuk di kota Metropolitan Jakarta, umat Katolik bersyukur memiliki sebuah rumah doa. Rumah doa ini sendiri dinamakan “Rumah Doa Santa Maria Guadalupe”, yang berlokasi di Perumahan Duren Sawit Baru di Jakarta Timur, yang baru selesai direnovasi dan telah diresmikan oleh Mgr. Suharyo pada 29 Juli 2010.
“Rumah Doa Santa Maria Guadalupe”, yang didirikan oleh para penerus Maria Ines ini hadir sebagai: “ORK”. ORK sendiri bisa berarti: “Oase Rohani Katolik”, sebuah tempat dan sarana insani yang memberikan mata air imani kehidupan, sebuah sumber dan kesegaran rohani bagi umat dalam bentuk rekoleksi, retret pribadi maupun kelompok, seminar dan pelbagai gladi rohani lainnya.
“ORK” ini juga sungguh-sungguh bisa menjadi “oase”, jika setiap orang mengingat tiga sifat dasar sebuah “ORK - Oase Rohani Katolik”, yakni:
-O brolkan iman, dan bukan gosipan.
-R obohkan setan, dan bukan persahabatan
-K asihi Tuhan, dan bukan kejahatan.
Tiga sifat dasar “ORK - Oase Rohani Katolik” inilah, yang juga dinyata-wartakan oleh Maria Ines beserta para pengikutnya, bukan?
3. “SOP”: Simple, Optimistic, Positive Thinking
Suster Concepcion Casas namanya. Dialah pimpinan biara Misionaris Claris di Roma, yang pernah 20 tahun tinggal dalam satu komunitas bersama Maria Ines. Menurutnya, Maria Ines, atau biasa disebut Madre Ines, adalah orang yang penuh dan utuh, cerdas sekaligus bernas. Ia terbiasa memikirkan segala sesuatu secara ‘clara et disctinta - jelas dan terpilah-pilah.
Selain itu, meskipun cerdas dan menduduki jabatan pimpinan, Maria Ines tidak pernah sombong. Sebaliknya, ia adalah sosok orang beriman, yang bercorak dasar: “SOP”: simple (bersahaja), optimistic (percaya dan penuh semangat), positive thinking (berpikir baik tentang orang lain). Di atas semuanya, ia adalah seorang yang memiliki iman yang jost dan harapan yang kokoh. Ia juga hadir sebagai seorang sahabat serumah yang menyenangkan. “Dia memang seorang pemimpin sejati!”, tutur Suster Concepcion meyakinkan. Sst, apakah kita juga sudah mempunyai “SOP” dalam menu harian kita sendiri?
EPILOG
Ibu Maria Ines adalah seorang figur iman, dimana pelbagai ajaran rohaninya timbul dari hati yang jatuh cinta pada Tuhan dan Bunda Maria. Dia jelas dan tegas ingin menaklukkan dunia bagi Kristus, agar semua orang semakin mengenal dan mencintai Tuhan. Semua karya dan warta ini didorong oleh sebuah semangat dasar, yaitu “Semoga semua mengenal dan mencintai-Mu.”
Baginya, hidupnya dan hidup para anggota Misionaris Claris betujuan sebagai pembawa injil yang hidup. Sikap kesediaan ini harus memancarkan Kristus dan cintaNya yang kekal dan abadi kepada semua orang, dalam pelbagai karya kerasulan. Dan, sesungguhnya, di atas semuanya itu, keyakinan imannya selalu menjadi pengharapan imannya: “Oportet Illum Regnare – Dia Harus Meraja”. Bagaimana dengan pengharapan iman kita sendiri?
ASPIRASI
“Bawalah banyak pekerja ke kebun anggur-Mu, ya Bapa Surgawi ! Bawalah kami pada-Mu, bawalah aku: aku mau mempersembahkan semua cintaku dan kutinggalkan semuanya ini untuk-Mu, aku akan mengurbankan diriku dalam hati Maria untuk jiwa-jiwa.”
(Maria Ines Teresa Arias Espinosa)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar