Ads 468x60px

VENI VENI VENITE, O SANCTE SPIRITU



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
VENI VENI VENITE, O SANCTE SPIRITU
Usulan Novena Roh Kudus:
Berhembuslah dalam diriku, ya Roh Kudus,
agar segala pikiranku kudus.
Bertindaklah dalam diriku, ya Roh Kudus,
agar karyaku juga kudus.
Tariklah hatiku, ya Roh Kudus,
agar aku mencintai hanya yang kudus.
Teguhkanlah aku, ya Roh Kudus,
agar aku memperjuangkan segala yang kudus.
Peliharalah aku, ya Roh Kudus,
agar aku senantiasa kudus. Amin.
PROLOG:
Pentakosta (bahasa Yunani) hari “kelima puluh” sesudah Paskah. Pada masa perjanjian lama, pada hari itu dirayakan pesta syukur atas hasil panen. Bagi orang Kristen, Pentakosta adalah pesta peringatan turunnya Roh Kudus atas para rasul di Yerusalem pada hari kelima puluh sesudah kebangkitan Yesus.
Pentakosta adalah hari kelahiran Gereja. Dalam kalendarium Gereja termasuk hari raya besar. Warna liturgi adalah merah untuk memperingati lidah-lidah api yang disebut dalam Kis 2 : 2 - 13 sebagai lambang Roh Kudus yang menganugerahkan kharisma untuk mewartakan Injil kepada semua bangsa (Kharisma sebenarnya berarti: karunia / anugerah Roh Kudus, yang merupakan suatu rahmat istimewa yang menonjol pada diri seorang yang memilikinya. Kharisma bukan pameran rahmat, melainkan diberikan oleh Tuhan demi pembangunan / pengembangan Gereja/1 Kor 12:7.
Singkatnya, kharisma diberikan sebagai anugerah khusus untuk menjalankan suatu tugas dengan baik di dalam Gereja / jemaat, Paulus menyebut beberapa kharisma, antara lain: karunia melayani, mengajar, memberi nasehat, membagikan derma, bahasa roh, penyembuhan).
Jelasnya, Hari Raya Pentakosta mengingatkan kita akan turunnya Roh Kudus yang dijanjikan Yesus atas Gereja yang masih muda, yaitu atas para murid bersama Bunda Maria, yang dengan tekun, sehati dalam doa bersama menantikan kedatangan-Nya, sesudah la naik ke surga. Ketika tiba hari Pentakosta itu, turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah di mana mereka duduk. Lalu tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus.
Apa arti perayaan Pentakosta bagi kehidupan kita yang merayakannya? Bagi kita, turunnya Roh Kudus dan kadar daya kuasa-Nya bagi hidup kita dalam Gereja, bergantung dari persatuan kita dengan Yesus Kristus dalam doa, Ekaristi dan karya nyata. Karena itu kita harus sungguh-sungguh hidup dari kuasa karya Roh Kudus, di mana Kristus dalam RohNya itu meraja di dalam hidup kita dan kita hidup dalam sikap taat dan setia kepada-Nya.
Maka, di sanalah akan terjadi perubahan dan pembaharuan dalam hidup bersama sebagai suatu persekutuan umat Allah dalam Gereja yang satu, kudus, katolik dan apostolik. Roh Kudus pula memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran, yaitu mengajarkan kita bagaimana seharusnya kita hidup dan melaksanakan kehendak Bapa di surga.
Itulah sebabnya, sebelum merayakan Pentakosta, Gereja biasanya mempersiapkan diri “mohon karunia Roh Kudus” dengan mengadakan novena . Novena adalah bentuk kebaktian selama sembilan (= novem, bahasa latin) hari berturut-turut, bersama-sama atau sendiri-sendiri untuk memperoleh rahmat khusus. Dasar Gereja menganjurkan novena adalah doa para rasul yang menantikan turunnya Roh Kudus selama sembilan hari di Yerusalem (lih. Kis 2). Kebaktian ini dilaksanakan untuk mempersiapkan diri bagi penerimaan rahmat rohani.
Di hari raya Pentakosta, sambil merayakan kelahiran Gereja, kita dianjurkan ber-novena mohon karunia Roh Kudus tercurah dalam diri kita, agar kita mampu mengatasi segala problematika hidup (ketika berhadapan dengan diri sendiri, sesama, dan Tuhan, atau ketika sakit-sehat, untung-malang, gagal-berhasil, dll.) dalam tuntunan Roh Kudus. Dan lebih dari itu, sebagai manusia yang terdiri dari “daging” dan “roh”, kita mohon agar kita lebih kuat hidup menurut Roh dan berbuah Roh dalam hidup keseharian ; kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5 : 22 - 23a).
Akhirnya, selamat ber-novena.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
Hari ke-1
Datanglah Roh Kudus, Tolonglah Kami di Saat
hidup terasa berat dan iman mulai goyah.
Doa Pembuka
Bapa di surga, sering kami mengalami keletihan dalam menjalani hidup ini. Beban hidup yang harus kami panggul terasa berat, banyak peristiwa hidup yang tak mengenakkan hati, dan banyak pula kesulitan serta halangan dalam melangkah. Ya Roh Kudus, datanglah menolong kami karena kami tak sanggup untuk melangkah seorang diri. Doa ini kami panjatkan dengan pengantaraan Yesus Kristus, Allah sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama : II Korintus 1 : 3 - 11
Bacaan Injil : Matius 11 : 25 - 30
Inspirasi Homili :
Perjalanan hidup St. Paulus adalah perjalanan yang amat melelahkan dan berat. Sejak pertobatannya, dia terus diburu untuk dibunuh. Pewartaannya seringkali juga ditolak. Begitu berat beban hidupnya sampai-sampai ia menulis demikian : "Sebab kami mau, saudara-saudara, supaya kamu tahu akan penderitaan yang kami alami di Asia-Kecil. Beban yang ditanggungkan atas kami adalah begitu besar dan begitu berat, sehingga kami telah putus asa juga akan hidup kami."
Justru pengalaman hidup berbeban berat berbuah melimpah. Di saat seperti itu Paulus berefleksi lebih dalam : "Tetapi hal itu terjadi, supaya kami jangan menaruh kepercayaan pada diri kami sendiri, tetapi hanya kepada Allah yang membangkitkan orang-orang mati." Dan akhirnya, Paulus justru bisa mensyukuri hidup.
Yesus pun menyaksikan beratnya hidup di sekitarnya, khususnya orang-orang sederhana. Mereka adalah orang-orang yang harus mencucurkan keringat untuk mendapatkan sesuap nasi. Mereka adalah orang-orang yang tertindas, mengalami ketidakadilan dan kemiskinan hidup. Namun, mereka adalah orang-orang yang tak mudah menyerah akan hidup keras yang itu meskipun mereka letih dan lelah juga. Justru, mereka yang hidup dalam kesederhanaan dan kemiskinan hidup sering memiliki makna dan nilai hidup yang tinggi. Terhadap orang-orang demikian, Yesus mengajak dan menyapa mereka dengan lembut dan menyentuh : "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu…"
Suatu sore saya berjalan-jalan mengelilingi gereja. Di gua Maria seorang gadis berlutut dengan wajah menunduk ke bawah. Agak lama dia. Namun, iseng-iseng saya menunggunya selesai berdoa. Gadis ini adalah gadis yang saya kenal juga. Lantas, kita bincang-bincang. Rupa-rupanya dia sering datang ke gua serta duduk bersimpuh di hadapan tabernakel. Ada beban berat, namun setiap kali dia datang ke Bunda dan Yesus beban itu terangkat. "Kalau saya tidak lari ke gereja, rasanya hidup saya sudah hancur berkeping" sharing gadis yang duduk di sekolah menengah umum itu. Dia juga sadar bahwa masalahnya terus ada dan tidak lenyap, namun dia percaya bahwa dia tak sendirian didalam menanggung beban hidup itu.
Hidup ini memang berat dan membuat iman ini mudah goyah. Seperti si gadis tadi, setiap orang diajak untuk datang dan lari kepada Yesus yang telah mati dan bangkit untuk kita semua. Datang dan lari pulalah kepada Bunda Maria karena dia akan menghibur dan berdoa sebagaimana doa seorang ibu kepada anaknya yang tak kunjung putus.
Doa Persiapan Persembahan
Terimalah ya Bapa persembahan roti dan anggur ini. Kami haturkan ke meja perjamuan-Mu sebagai sembah bakti kami bahwa kami adalah manusia yang mudah letih menghadapi kehidupan ini. Biarlah persembahan ini mengingatkan kami bahwa kekuatan hidup datang daripada-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Doa Sesudah Komuni
Puji dan syukur kami sampaikan berkat perayaan surgawi ini, ya Bapa. Makanan rohani telah kami terima untuk menghadapi hidup yang memang tidak ringan ini. Ya Roh Kudus, kami andalkan kekuatan-Mu agar iman kami tidak goyah meskipun ditimpa beban hidup yang berat. Doa ini kami mohon dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
2.
Hari ke-2
Datanglah Roh Kudus, Tolonglah Kami di Saat
Mudah iri hati dan sulit bersyukur.
Doa Pembuka
Allah Bapa yang mahamurah, kami bersyukur atas penyertaan-Mu dalam hidup kami. Ampunilah kami bila kami masih mudah iri hati dan sulit bersyukur atas anugerah-Mu. Bukalah hati kami untuk menyadari rahmat anugerah-Mu, terlebih atas Yesus Kristus, Putera-Mu. Dialah Tuhan dan Pengantara kami, yang bersatu dengan Dikau dan Roh Kudus, Allah sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama : Kisah 5 : 17 - 20
Bacaan Injil : Lukas 7 : 36 - 50
Inspirasi Homili :
Ibu Tuty tidak habis pikir dan terheran-heran dengan Ibu Cembokur, tetangga depan rumahnya. Ia tahu bahwa Ibu Cembokur berasal dari keluarga yang “pas-pasan”, kerap bertandang ke rumah untuk silaturahmi. Yang membuat Ibu Tuty heran adalah ketika pada suatu hari ia menyempatkan diri bertandang ke rumah Ibu Cembokur, ternyata barang-barang yang dimiliki Ibu Cembokur sebagian besar mirip dengan apa yang Ibu Tuty punya..hiasan dapur, kulkas, TV, dan sofa. Bu Tuty bertanya “dari manakah barang-barang itu?” Ibu Cembokur mengakui bahwa semua itu dibelinya dengan kredit. Jadi, selama ini dia berkunjung ke rumah Bu Tuty untuk menjiplak semua itu.
Melelahkan bukan menjadi orang yang mudah iri hati? Dalam ilustrasi di atas Ibu Cembokur diam-diam iri hati terhadap apa yang dimiliki Ibu Tuty, sehingga memaksakan diri untuk memiliki tanpa memperhitungkan pemasukan. Iri hati tidak hanya karena orang lain punya barang, sementara diri kita tidak punya. Bisa juga karena orang lain memiliki bakat, ketrampilan, pacar, suami, istri, orang-orang baik yang tidak kita miliki.
Dalam Bacaan I (Kisah) sikap orang yang iri hati dapat mencelakakan orang lain. Karena takut popularitasnya memudar, terancam kedudukannya, dan tidak bisa mengadakan mukjizat, Imam Besar dan para pengikutnya memenjarakan para rasul. Mereka tidak sekedar menyingkirkan para rasul, bahkan menghendaki kematian rasul-rasul itu. Tentu saja Allah tidak tinggal diam, melihat orang-orang benar itu dikucilkan. Allah membebaskan mereka.
Kenapa seseorang itu iri hati? Kenapa orang itu terlalu terfokus pada apa yang dimiliki orang lain? Ternyata, masalah iri hati muncul karena orang itu kurang bersyukur. Ia melihat Allah sebagai donatur, yang memberi lebih pada orang lain, karena itu menuntut diberi juga. Kalau Allah tidak memberi seperti apa yang diharapkan orang iri hati, maka Allah bukan Allah. Bagi orang iri hati, Allah sekedar dia yang bisa memuaskan iri hatinya, bahkan dianggap tidak ada Allah.
Dalam bacaan II (Lukas) Yesus tampil sebagai Allah yang penuh belas kasih dan pengampunan. Belas kasih dan pengampunan-Nya tertuju bukan kepada orang-orang Farisi, orang-orang yang iri hati. Rahmat-Nya justru dialami oleh orang yang rendah hati dan mengandalkan Yesus. Perempuan yang datang tanpa takut kepada Yesus, mengakui kedosaan dirinya. Akan tetapi, ia tidak terpuruk dan terus menyesali dosa-dosanya. Ia berani datang karena memandang Yesus sebagai Allah yang baik hati, penuh kasih dan pengampunan. Tindakannya menyeka kaki Yesus, merupakan ungkapan syukurnya atas pengalaman diakui, diterima oleh Yesus. Dosa-dosanya diampuni sehingga ia mengalami kemerdekaan, terbebas dari belenggu dosa.
Seperti apakah gambaran kita akan Tuhan? Sebagai donatur, hakim yang kejam atau mandor yang mengawasi? Atau, Bapa yang baik hati? Manakah kebaikan dan kemurahan Allah yang telah aku alami sampai saat ini? Jangan-jangan karena kurang mensyukuri kebaikan-Nya, kita ini menjadi orang-orang yang iri hati, mudah menggerutu, dan menghabiskan energi untuk menjatuhkan orang lain.
Doa Persembahan
Allah Bapa Maha Pemurah,terimalah roti dan anggur yang kami persembahkan kepada-Mu sebagai lambang persembahan diri kami. Jadikan hati kami untuk senantiasa bersyukur atas anugerahmu dalam hidup ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Doa Sesudah Komuni
Allah Bapa Maha Pengampun, kami bersyukur atas santapan Ekaristi yang boleh kami sambut. Kami berterima kasih atas sabda-Mu yang boleh kami renungkan. Semoga sabda-Mu terus membuka hati kami untuk tergerak melakukan tindakan nyata yang berbelaskasih, mengampuni dan berkarya. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
3.
Hari ke-3
Datanglah Roh Kudus, Tolonglah Kami di Saat
yang lebih “menarik” Datang
dan kesetiaan memudar.
Doa Pembuka
Ya Allah yang Maha setia, pandanglah kami umat-Mu yang berkumpul di tempat ini, pandanglah keluarga-keluarga Kristiani dimanapun mereka berada dengan segala situasi mereka. Ajarlah kami bersyukur atas keluarga kami. Ajarlah kami untuk setia menjalani hidup ini bersama keluarga kami. Jauhkanlah segala godaan dan marabahaya yang bisa membuat kami jauh dari pada-Mu. Demi Kristus putra-Mu, dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama : Filipi 2 : 1-8
Bacaan Injil : Yohanes 2 : 1-11
Inspirasi Homili :
"Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu dan sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik; akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang."
Bila tidak dijaga, lama kelamaan cinta suami-istri bisa memudar. Awalnya segala sesuatu terasa manis. Masa pacaran merupakan masa-masa manis. Pergulatan hidup semakin nyata, karakter pasangan semakin terbuka positip dan negatifnya. Idealnya adalah anggur cinta kasih itu tetap terasa manis sampai maut memisahkan, namun yang juga sering terjadi adalah luka demi luka terjadi tanpa pengampunan, konflik berkepanjangan, kesulitan ekonomi yang semakin membuat hidup keluarga terasa berat.
“Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat”.
Perkawinan bukan sekedar relasi manusia (perasaan cinta manusia) belaka. Dalam perkawinan pun Allah ikut serta memberkati dan hadir bersama keluarga. Maka keluarga-keluarga Katolik pun harus memperhatikan kehidupan rohani keluarga. Relasi suami istri menjadi lambang dari relasi cinta Allah kepada manusia yang selalu setia. Maka suami-istri pun dituntut untuk setia, mengampuni, mengorbankan diri demi kebahagiaan pasangannya.
“Seorang laki laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging.”
Perkawinan adalah persatuan cinta satu orang laki-laki dan satu orang wanita yang akan menciptakan kesatuan total dalam seluruh dimensi hidup. Maka pasangan yang akan menikah harus menyatukan pandangan hidup, pengenalan karakter atau sifat, kesatuan ekonomis, dan lain-lain.
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia"
Tak ada alasan apapun yang bisa memisahkan sakramen perkawinan kecuali oleh kematian. Perkawinan Katolik bersifat tetap dan tak terceraikan.
Doa Persembahan
Ya Allah kami hunjukkan persembahan roti dan anggur ini bersama suka dan duka hidup keluarga kami. Biarlah kami semakin hari makin berani mengorbankan diri demi kebahagiaan keluarga kami sebagaimana Engkau sendiri mengorbankan diri sampai akhir untuk kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Doa Sesudah Komuni
Ya Allah sumber cinta dan kesetiaan abadi, terima kasih atas begitu banyak rahmat yang sudah Kau berikan kepada kami. Rahmat Ekaristi Kudus, rahmat kesetiaan berdoa dalam novena ini. Biarlah kami menantikan kedatangan Roh Kudus dalam keluarga kami sambil dengan tekun menjalani suka dan duka kehidupan keluarga kami. Sempurnakanlah keluarga kami dengan terang cinta-Mu yang tiada habisnya untuk kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
4.
Hari ke-4
Datanglah Roh Kudus, Tolonglah Kami di Saat kebohongan dianggap biasa
dan kejujuran menjadi mahal.
Doa Pembuka
Ya Allah Bapa yang maha baik, perkenankanlah Engkau hadir di tempat ini, karuniakanlah Roh-Mu kepada kami, agar kami semua dapat merasakan penyertaan-Mu dalam hidup kami. Buatlah kami mampu melaksanakan apa yang menjadi kehendak-Mu di tengah kehidupan dunia ini yang kerap kali membuat kami terlena dan melupakan Dikau. Doa ini kami panjatkan dengan pengantaraan Kristus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama : Yesaya 33 : 14 - 16
Bacaan Injil : Markus 12 : 13 - 17
Inspirasi Homili :
Saudari dan saudara yang dicintai Tuhan, dalam hidup di dunia ini ada hal-hal yang tidak benar, namun menjadi sesuatu yang biasa. Tidak jarang juga karena sudah biasanya orang tidak jujur, maka ketika orang jujur, menjadi celaan orang-orang lainnya. Untuk itu di sini akan dipaparkan beberapa contoh dalam hidup kita.
Pada suatu ketika ada seorang ibu datang kepada seorang imam bertanya, “Romo, bohong untuk kebaikan boleh gak ?” lalu imam itu pun balik bertanya, “Bohong seperti apa?” “Misalnya kalau saya sedang pergi dengan teman-teman ke mal, lalu ketika pulang bertemu dengan suami dan ditanya saya bilangnya dari latihan koor di Gereja. Habis kalau dibilang pergi dengan teman-teman ia akan mengeluarkan banyak pertanyaan susulan. Kan capek jawabnya.” Atau ada seorang anak pelajar berkata, “Romo teman-teman di sekolah pada nyontek, masa saya tidak boleh nyontek ? Nanti saya dibilang sok suci lagi!” Atau ada seorang pemuda bertanya pula, “Romo di tempat saya bekerja ada yang namanya uang terima kasih. Kalau kami memberikan pelayanan cepat bagi suatu perusahaan, maka perusahaan itu akan memberikan uang terima kasih kepada kami. Pertanyaannya adalah apakah saya boleh terima uang itu? Kalau saya tidak terima, saya akan diomelin atasan, karena uang itu akan dikumpulkan dan dibagi rata dengan semua pekerja seperti saya.”
Saudari dan saudara, tentunya masih ada banyak kisah yang serupa dengan ini. Namun terlepas dari semuanya itu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana kita menyikapi semuanya itu . Maka marilah kita belajar dari bacaan-bacaan yang telah kita dengar hari ini.
Bacaan I
Yesaya hidup kira-kira tahun 740SM. Pada masa hidupnya Yesaya senantiasa berjuang menyuarakan, bahwa bangsa Israel harus memurnikan diri. Yesaya menilai bahwa bangsa Israel mengalami kemunduran akhlak. Mereka banyak melakukan ketidakadilan dan penindasan terhadap yang miskin. Berangkat dari situasi itulah Yesaya menyerukan untuk hanya mengandalkan Tuhan dalam hidup. Bangsa Israel, kalau tetap hidup dalam kedosaan akan mengalami hukuman, sedangkan kalau berpaling kepada Tuhan akan mendapat lindungan-Nya.
Injil
Bacaan Injil mengajak kita untuk menempatkan posisi Allah pada tempatnya dan menempatkan kehidupan di dunia sesuai dengan tempatnya pula. Dalam mata uang “Dinar” Romawi memang terdapat dua sisi. Di satu sisi tercetak wajah kaisar dan di sisi yang lain tertulis Tuhan dan imam agung.
Dengan menyatakan “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah!" Yesus ingin mengatakan, bahwa tempatkanlah Allah dan tempatkanlah kaisar dalam posisinya masing-masing. Kalau Allah ditempatkan sebagai Allah, maka Ia harus mendapat tempat sebagai pusat. Segala tingkah laku dalam hidup diharapkan dapat sesuai dengan pemberian diri kepada-Nya.
Saudari dan saudara, dengan demikian dapat dikatakan di tengah situasi apa pun, apa yang kita lakukan adalah pemberian diri kita kepada Tuhan. Tuhan harus menjadi pusat pelayanan kita. Segala bentuk dan cara dapat dipikirkan sesuai dengan situasi konkret. Namun arah gerak kita adalah menempatkan Allah di atas segalanya. Di tengah situasi sulit apa pun nilai kejujuran dan kemurnian diri harus dipertimbangkan dengan seksama, yang merupakan sarana pemberian diri kita kepada Tuhan.
Doa Persembahan
Ya Allah Bapa kami yang kuasa dan penuh kasih setia, perkenankanlah Engkau menerima kurban persembahan ini yang menjadi satu dengan kurban putera-Mu sendiri. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Doa Sesudah Komuni
Ya Allah Bapa kami melalui persatuan dengan Putera-Mu, yaitu dengan menyambut tubuh dan darah-Nya kami meyakini hidup kami Engkau kuatkan dan Kau beri karunia untuk mengupayakan kejujuran dalam hidup di dunia ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
5.
Hari ke-5
Datanglah Roh Kudus, Tolonglah Kami di Saat
Tawaran dunia begitu memikat
dan Mati Raga kehilangan arah.
Doa Pembuka
Allah Bapa Mahakuasa dan Kekal, dengan pembaptisan Engkau menganugerahi kami Roh Kristus demi keselamatan kami. Tidak jarang kami terbenam dalam kenikmatan dunia dan kurang berpegang dalam Roh Kristus. Penuhilah kami dengan rahmat-Mu agar kami memiliki keteguhan iman menghadapi godaan duniawi dan lebih serius terlibat dalam karya keselamatan-Mu di dunia. Sebab Dialah Tuhan dan Pengantara kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama : Roma 8 : 1 - 17
Bacaan Injil : Lukas 8 : 4 - 15
Inspirasi Homili :
Alkisah di sebuah kerajaan antah berantah, seorang raja bijak memiliki 4 orang putri. Pada sebuah kesempatan sang raja hendak berkeliling mengunjungi seluruh wilayah yang berada di bawah kekuasaannya. Hal itu memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Karena itu sang raja mengumpulkan 4 orang putrinya untuk mengalihkan wewenang kerajaan sekaligus semacam seleksi putri ke berapa yang pantas menggantikan dirinya kelak. Sang raja berbicara di hadapan semua putrinya dan memberikan sebutir padi kepada masing-masing putrinya. Sang raja memberikan sebutir padi begitu saja tanpa penjelasan. Sang raja bijak pergi meninggalkan istana memulai perjalanan keliling kerajaan.
Rupa-rupanya tiap putri memiliki reaksi yang berbeda-beda. Putri pertama, langsung masuk ke kamar dan menaruh sebutir padi itu di kotak kristal yang indah agar setiap hari dia bisa memandang padi tersebut. Putri kedua, juga masuk ke dalam kamar dan menaruh butiran padi itu di kotak di tempat yang aman yakni di kolong tempat tidur. Putri ketiga, terbawa oleh karakteristiknya yang pragmatis mengambil keputusan untuk membuang butir padi itu karena dia merasa butiran padi itu tidak berguna. Putri keempat, membutuhkan waktu berhari-hari merenungkan apa yang bisa dia lakukan dengan sebutir padi pemberian ayahanda tercinta. Setelah terbenam dalam perenungan berhari-hari, putri bungsu mengambil keputusan untuk menanam butir padi itu di kebun istana. Dan benar saja, setelah sang raja kembali ke istana, putri bungsu sudah memiliki hamparan padi yang mulai menguning dan karena kebijaksanaannya itu putri bungsu itu dipilih untuk menjadi pengganti sang raja.
Pengalaman hidup masa kini mengajarkan bahwa semakin kita berjalan menuju kesempurnaan rohani, semakin besar godaan dan rayuan dunia menghambat perjalanan itu. Tak kalah banyak godaan duniawi merayu para pengikut Kristus masa kini. Tawaran kenikmatan, pemujaan berlebihan pada tubuh bahkan komersialisasi tubuh semakin menantang dalam penghayatan iman.
Dalam hal ini, Rasul Paulus mengingatkan kita agar kita tidak hidup menuruti keinginan daging melainkan hidup di bawah bimbingan Roh. “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal dari daging; mereka yang hidup menurut Roh memikirkan hal-hal yang dari Roh” (ay. 5). Lebih tegas Rasul Paulus mengajak kita untuk hidup dalam Roh Kristus yang telah dianugerahkan kepada kita. “Tetapi kamu tidak hidup di dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh Kristus ia bukan milik Kristus” (ay. 9).
Pengendalian diri dikalahkan dengan tawaran kenikmatan badani dan duniawi belaka. Banyak orang mulai kehilangan makna pengendalian diri, mati raga demi perkembangan hidup rohani. Singkatnya, pengendalian diri menjadi ‘komoditas’ keutamaan yang tidak laku pada jaman sekarang. Tuhan Yesus menjelaskan secara gamblang tentang pengembangan diri menuju kesempurnaan hidup rohani dalam perumpamaan tentang seorang penabur. Di sana ada pelbagai macam jenis ‘ladang’ tempat bertumbuhnya benih-benih sabda Tuhan. Juga diuraikan dalam ilustrasi seorang raja dengan keempat putrinya.
Pengendalian diri pada jaman ini tidak hanya berarti pengekangan badaniah, tentu saja hal itu tetap penting, melainkan lebih jauh berarti pengembangan diri pribadi demi kebaikan bersama. Sejalan dengan SAGKI, mati raga jaman kini berarti mengembangkan diri bagi perwujudan keadaban publik baru.
Doa Persiapan Persembahan
Ya Allah Bapa kami, Engkau menghendaki agar perayaan keselamatan ini menghasilkan rahmat bagi kami. Kami mohon, semoga persembahan kami dalam rupa roti dan anggur ini cukup pantas untuk memohonkan karunia Roh Kudus-Mu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Doa Sesudah Komuni
Allah, Bapa Tuhan kami Yesus Kristus, engkau senantiasa mendampingi pergulatan hidup kami dalam diri Roh-Mu. Perkenankanlah Roh-Mu membuka hati kami yang tenggelam dalam nikmat dunia agar kami mampu bangkit dan semakin terlibat dalam karya keselamatan-Mu di dunia ini. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
6.
Hari ke-6
Datanglah Roh Kudus, Tolonglah Kami di Saat “kebiasaan buruk” menguat di masyarakat
dan kami terbawa arus.
Doa Pembuka
Allah Bapa Maha Kuasa, Engkau menciptakan dunia beserta segala isinya. Jagat raya beserta seluruh mahluk-Mu berjalan penuh harmoni di bawah hukum-Mu. Engkau mendidik kami untuk membuat beraneka ragam peraturan supaya kami dapat hidup berdampingan satu sama lain. Namun kini hati kami tersesak oleh berbagai macam kebiasaan buruk yang tumbuh subur di tengah masyarakat kami dan tidak jarang pula kami larut di dalamnya. Ya Allah Bapa Kami, utuslah Roh Kudus-Mu agar kami mampu melawan arus kebinasaan itu dan menggantinya dengan ajaran kasih Putra-Mu, Yesus Tuhan kami. Sebab Dialah Pengantara kami yang bersatu dengan Dikau dan dalam persekutuan dengan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama : Yesaya 29 : 13 - 16
Bacaan Injil : Matius 15 : 1- 11
Inspirasi Homili :
Himpitan hidup yang kita rasakan sekarang ini membuat kita tidak mudah lagi membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Tuntutan jam kerja yang ketat ditambah lagi dengan kemacetan kota Jakarta, membuat kita tidak lagi mentaati aturan lampu lalu lintas. Bisa kita lihat sendiri atau bahkan kita sendiri juga telah terbiasa, di mana orang lebih suka menerobos lampu merah dari pada menunggu dengan penuh kesabaran, tempat sampah dan telepon umum yang menjadi fasilitas publik hanya tinggal sejarah karena orang lebih suka merusaknya dari pada mempergunakannya. Contoh kecil di atas masih bisa kita tambah ke dalam daftar litani kebiasaan buruk yang sepertinya sudah biasa terjadi dan kita tidak lagi merasa bersalah bila melakukan pelanggaran tersebut.
Bangsa kita seolah-olah berjalan tanpa budaya atau peradaban yang bisa dibanggakan. Dalam masyarakat kita seolah-olah sedang tren prinsip “asal tidak ketahuan” atau “tahu sama tahu”. Maksudnya : perbuatan salah dan keliru boleh dan sah-sah saja asal tidak ketahuan oleh pihak yang berwenang atau tiap orang bisa mengambil keuntungan dari kebiasaan tersebut. Korupsi misalnya : mulai dari tingkat kecil sampai kelas kakap sekarang dianggap biasa dan wajar asal tidak ketahuan. Tradisi “uang pelicin” pun jaman sekarang malah menjadi sebuah keharusan demi kelancaran persoalan hidup kita. Sebagai orang beriman kristiani yang dituntut punya semangat lebih, kita mungkin mengalami dilema ketika kita mengalami berbagai macam kebiasaan buruk dalam masyarakat kita. Di satu sisi hidup kita seolah-olah bisa lebih gampang kalau kita mengikuti arus tersebut. Sedangkan di sisi lain, kita tahu betul bahwa dengan kebiasaan buruk tersebut akan ada pihak lain yang dirugikan terutama mereka yang berada di pihak yang lemah.
Dalam bacaan pertama, Nabi Yesaya mencela bangsa Israel yang menyembah Tuhan dengan berbagai macam ibadatnya padahal hatinya jauh dari Allah. Allah mengecam ibadat Israel yang tidak datang dari hati yang tulus dan dibarengi dengan tindakan nyata sehari-hari. Sedangkan dalam bacaan Injil, Yesus mengajarkan kita untuk tidak takut dalam melawan tradisi dan kebiasaan buruk yang telah mendarah daging dalam masyarakat tempat kita hidup. Yesus mencela orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang dengan dalih mengikuti peraturan nenek moyang untuk menutupi kebobrokan hidup mereka. Yesus lebih melihat segala peraturan dan hukum dari kaca mata kasih kepada mereka yang miskin, kecil dan tersingkir.
Dalam berhadapan dan melawan budaya yang tidak baik dalam masyarakat, kita perlu menciptakan budaya baru atau budaya tandingan yang kita lakukan dengan penuh kesadaran dan hati yang tulus. Budaya baru ini tidak boleh hanya sebagai wacana ataupun ide, tetapi bisa dimulai dari diri kita sendiri. Mulailah dari hal-hal kecil misalnya : membuang sampah pada tempatnya, mentaati lampu lalu lintas di jalan raya, berusaha tepat waktu di mana pun kita berada dan lain sebagainya.
Kalau masing-masing dari kita telah berusaha menciptakan suatu budaya baru dari kehidupan sehari-hari yang sederhana, maka kita bagaikan lilin-lilin kecil yang dikumpulkan bersama yang terangnya semakin bersinar di kegelapan malam.
Doa Persiapan Persembahan
Ya Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus, dengan segala kerapuhan dan keterbatasan kami, kami persembahkan seluruh niat kami untuk memperbaharui muka bumi ini. Dengan bantuan rahmat dan penyertaanMu, berilah kami daya untuk terus berjuang tidak kenal lelah terlebih dikala usaha kami tampak sia-sia. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Doa Sesudah Komuni
Ya Allah Bapa, kami bersyukur kepadaMu atas segala rencanaMu untuk hidup kami. Kami sadar bahwa dari padaMu lah kebahagiaan kami berasal dan kepadaMulah seluruh hidup kami tertuju. Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus berilah kami kekuatan untuk memandang masa depan dengan lebih cerah dan mampu menjalaninya dengan kepercayaan penuh kepadaMu. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
7.
Hari ke-7
Datanglah Roh Kudus, Tolonglah Kami di Saat penderitaan sesama di depan mata
dan kepekaan nurani hilang.
Doa Pembuka
Ya Allah, Bapa yang penuh kasih, bukalah mata hati dan budi kami agar kami mampu mendengar dan menghayati firman yang akan dibaca dengan mata iman yang makin terang. Biarlah hati kami semakin peka pula terhadap penderitaan sesama. Bukankah Engkau sendiri berfirman : ”Segala sesuatu yang engkau lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, engkau melakukannya untuk Aku.” Semoga dengan sikap ini, kami pun mampu melihat kehadiran wajah-Mu. Demi Yesus Kristus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama : 1 Petrus 3 : 13 - 22
Bacaan Injil : Matius 25 : 31- 40
Inspirasi Homili :
Dalam situasi kacau, penuh penderitaan, dan kemiskinan, semua orang akan mudah untuk saling menyalahkan, tidak ada yang mau peduli terhadap mereka yang menjadi korban, mereka yang menderita, mereka yang berkekurangan. Iklim semacam ini seringkali menimbulkan kesulitan untuk bisa melihat segala sesuatunya dengan hati nurani yang jernih dan kepekaan nurani yang tajam.
Masyarakat yang sedang dalam keadaan kacau pun, baik oleh karena kesulitan ekonomi, maupun politik, seringkali sulit untuk diajak berbicara. Dalam situasi ini, pembicaraan yang paling efektif bukan dengan menggurui atau khotbah, melainkan melalui suatu kesaksian hidup. Yesus secara eksplisit bahkan mengidentikkan diri-Nya dengan mereka yang menderita dan berkekurangan. “Segala sesuatu yang engkau lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, engkau lakukan untuk Aku.”
Namaku Yono, aku siswa SMA putus sekolah. Keluargaku cukup berada. Ayahku pengusaha tahu tersukses di kota kecil kelahiranku. Ibuku membantu usaha ayah. Aku anak tunggal semata wayang yang amat dimanja orangtuaku. Karena kenakalanku sudah tidak dapat ditolerir lagi, aku diusir dari rumah. Aku hidup menggelandang menjadi pengemis di ibukota. Hingga akhirnya aku ditampung Mak Idep di Bantar Gebang sebagai pemulung dan pengorek sampah.
Mak Idep hidup sendiri, setelah diceraikan oleh suaminya tanpa mempunyai keturunan. Usianya 53 tahun, dan wajahnya tampak lebih tua dari usianya. Pagi buta Mak Idep sudah bekerja dan menyiapkan sepiring nasi dan tahu goreng untuk sarapan pagiku, aku seolah sudah seperti anaknya sendiri. Mak Idep mengajarku untuk semakin peduli terhadap sesama, tanpa banyak bicara. Di sini kepekaan dan nuraniku mulai tumbuh dan berkembang. Mak Idep memberi dari kekurangannya, aku teringat akan kisah “si janda miskin” di Kitab Suci. Dan aku teringat akan Sabda Tuhan : ”Sesungguhnya segala sesuatu yang engkau lakukan untuk salah seorang dari saudaraku yang paling hina ini, engkau MELAKUKANNYA UNTUK AKU.”
Bagaimana sikapku menghadapi orang miskin dan menderita? Mampukah aku melihatnya dengan hati yang jernih dan terang?
Doa Persiapan Persembahan
Ya Allah, Bapa yang penuh kasih, bersama roti dan anggur ini kami persembahkan pula hati dan budi kami, agar Kau persatukan dengan hati-Mu yang mahakudus dan penuh kasih kepada sesama yang menderita. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Doa Sesudah Komuni
Ya Allah, Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur atas santapan rohani dalam perayaan Ekaristi Novena hari ketujuh ini. Semoga dengan santapan rohani ini, iman, perkataan dan tindakan kami digerakkan oleh Roh Kepekaan untuk mampu melihat penderitaan sesama, dan Roh Penolong dan Penghiburan agar mampu menolong dan menghibur mereka yang berkesulitan dan berkekurangan. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
8.
Hari ke-8
Datanglah Roh Kudus, Tolonglah Kami di Saat
Korupsi merajalela dan kami tak berdaya.
Doa Pembuka
Ya Allah Bapa di surga, bukalah hati dan budi kami. Mampukanlah kami untuk dapat mengatasi permasalahan bangsa kami yang terpuruk akibat korupsi yang merajalela. Janganlah kami Kau buat tak berdaya. Semoga kami mampu mengikuti teladan putra-Mu yang jujur, murah hati, dan peduli pada penderitaan sesama. Dialah Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama : Kisah 25 : 13 - 21
Bacaan Injil : Matius 18 : 21-35
Inspirasi Homili :
Robert Moffat, pelopor utusan Injil di Afrika, berhasil memperoleh kepercayaan Makaba, kepala suku pribumi yang paling ditakuti. Suatu hari ketika Moffat datang berkunjung ke tempat kepala suku itu, ia berkata, “Saya ingin mengabarkan berita baik kepada Bapak. Orang mati akan bangkit kembali!”
“Apa? Orang mati akan bangkit lagi?” tanya si kepala suku. “Apakah ayahku dan mereka yang telah kubunuh dalam pertempuran akan bangkit lagi?” “Ya!” tegas Moffat.
Sekilas rasa takut dan ngeri terbersit pada wajah Makaba, karena ia teringat akan kekejaman-kekejaman yang pernah dilakukannya. Dengan suara bergetar ia berkata, “Saya tidak mau lagi mendengar kabar tentang orang mati akan bangkit. Orang mati pasti tak akan bangkit. Aku telah membantai ribuan orang. Mereka pasti tak akan bangkit!”
Kebangkitan adalah bagian tak terpisahkan dari rencana Allah yang kekal. Kebangkitan Kristus adalah jaminannya. Hanya orang yang belum membereskan dosa-dosanya, akan ngeri membayangkan kebangkitan.
Bangsa Indonesia Terpuruk. Adalah suatu kenyataan bahwa bangsa Indonesia tetap berada dalam krisis yang berkepanjangan. Meski di sana-sini ada hal-hal positif yang muncul, namun secara nasional kondisi keterpurukan lebih dominan. Ada bahaya bahwa bangsa akan kehilangan harapannya. Masyarakat semakin kehilangan kepercayaan pada para politisi dan partai politik yang dilihat hanya mengusahakan kepentingan mereka sendiri dan terlibat dalam “money politics”. Korupsi merajalela dari atas sampai ke bawah. Pembawaan banyak wakil rakyat (walau tidak semua tentunya) di lembaga eksekutif, yudikatif bahkan legislatif, dari pusat sampai daerah memberi kesan bahwa mereka memandang tugas panggilan mereka semata-mata sebagai kesempatan untuk memperkaya diri. Otonomi daerah memungkinkan pejabat setempat sepenuhnya melibatkan diri dalam korupsi dan penghisapan rakyat, para hakim bisa dibeli, kedaulatan hukum tinggal impian. Indonesia semakin terpuruk karena korupsi yang merajalela. Apa yang dapat kita lakukan?
Kita ditantang untuk menjadi saksi kasih sayang dan solidaritas Allah. Gereja Katolik sadar, bahwa ia harus pertama-tama menjadi Gereja bagi orang miskin. Kemiskinan adalah akibat pembagian kekuasaan yang tidak seimbang. Koruptor semakin menyebabkan rakyat kecil semakin miskin. Oleh karena itu Gereja menyadari diri harus berpihak pada orang miskin. Tetapi dalam kenyataan, Gereja Katolik malah memberi kesan bahwa ia adalah Gereja orang kaya. Umat mengkritik imam-imam dan religius yang gaya hidupnya mengikuti hidup kaum elit. Begitu pula lembaga-lembaga Gereja Katolik (seperti sekolah, rumah sakit, panti asuhan, dll) yang semakin tertutup terhadap orang miskin, karena mereka tidak dapat membayar biayanya. Bahkan yang tragis adalah dalam Gereja pun sudah ada kasus korupsi dan ketidakjujuran.
Keengganan banyak rohaniwan dan rohaniwati dalam kedudukan penting untuk memberikan pertanggung-jawaban transparan, baik kepada para atasan maupun terhadap umat, merupakan hal yang tidak dapat dibenarkan. Apa yang harus kita lakukan? Kita sebagai anggota Gereja bersama dengan kekuatan-kekuatan lain yang berkehendak baik menyelamatkan masyarakat dari keterbelakangan, kebodohan, kemiskinan. Sikap “mengutamakan orang miskin “ harus menjadi kenyataan. Di tingkat paroki dan komunitas basis, penggunaan dana yang dikumpulkan lewat APP perlu dipertanggungjawabkan secara transparan kepada umat. Dalam lembaga-lembaga Gereja di bidang pendidikan atau kesehatan hendaknya tidak hanya berusaha menghasilkan pendapatan tinggi, namun harus dapat memberi tempat bagi orang-orang miskin yang tidak mampu membayar..
Kita siap membereskan dosa-dosa kita? Orang yang belum membereskan dosa-dosanya akan ngeri membayangkan kebangkitan. Apa artinya? Ia selalu takut berkata jujur. Gelisah kalau ada pihak lain yang mengetahui kesalahannya. Orang tidak terbuka pada diri sendiri apalagi terhadap orang lain. Orang-orang macam ini selalu mencari kesempatan untuk mencari akal sedemikian rupa agar kesalahannya ditutupi, bahkan berani membayar mahal pada pihak-pihak yang terkait.
Orang-orang macam ini takut menerima akibat dari perbuatannya. Berbeda dengan Paulus yang menjadi seorang tahanan. Ia berani mempertanggung jawabkan perbuatannya, karena ia tidak menutup-nutupi kesalahan. Orang-orang Yahudi menuntut kematian Paulus, tetapi mereka tidak berhasil menemukan alasan untuk hukuman demikian. ( Bacaan I ) Orang yang dituduh, difitnah, dianianiaya tidak akan takut kalau ia terus bersandar pada Allah. Ia tidak akan mau disuap, diberi banyak kemudahan-kemudahan, fasilitas, dsb apabila diminta untuk memberi kesaksian palsu. Korupsi dapat kita berantas, mulai dari diri kita sendiri. Kita telah menerima rahmat penebusan dari Kristus. Dosa-dosa kita telah diampuni oleh darah yang mahal. (ingat lagu “ Bukan dengan barang fana, Kau membayar dosaku, dengan darah yang mahal …“ ) Kristus tidak bersalah tapi Ia yang menebus dosa kita. Apakah kita masih menuntut kesalahan orang lain, terang-terangan mengambil hak orang lain, korupsi kecil-kecilan sampai besar-besaran, hanya mementingkan kepentingan pribadi? Dan yang lebih parah, menindas, memeras orang-orang kecil, miskin menjadi semakin miskin?
Hal tersebut kiranya sama seperti seorang hamba yang sudah dibebaskan hutang-hutangnya oleh raja yang menaruh belaskasihan kepada hamba itu. Tetapi apa yang diperbuat oleh hamba itu? Ia menangkap dan mencekik hamba lain yang berhutang padanya. Ia tidak menaruh belaskasihan, ia hanya mementingkan dirinya sendiri. Hamba yang telah dlunasi hutangnya tidak sadar diri bahwa ia diselamatkan dengan belas kasih (Bacaan Injil). Belas kasih Allah telah memampukan kita memperoleh jaminan keselamatan, maka dengan belas kasih pula mari kita berikan yang terbaik kepada semua orang terutama orang-orang miskin. Jangan sampai membiarkan mereka semakin miskin. Mulailah dengan bersikap jujur, selalu bersyukur atas rejeki yang diterima, dan tidak mencari-cari kesempatan untuk mencari rejeki dengan tidak halal sekecil apapun. Kalau kita memulai dari diri kita sendiri, yakinlah bahwa kita akan mampu mengatasi korupsi yang merajalela. Semoga..
Doa Persiapan Persembahan
Allah Bapa yang mahakudus, terimalah persembahan kami. Melalui segala upaya kami untuk tetap jujur pada diri kami sendiri dan pada orang lain yang kami layani. Berkatilah juga semua usaha kami untuk membangun kehidupan bangsa yang lebih baik. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Doa Sesudah Komuni
Allah yang maha adil, kami bersyukur kepada-Mu karena Kau menerangi kami dengan firman-Mu. Menguatkan kami dengan santapan surgawi dan mempercayakan kami untuk membangun kehidupan kami dan bangsa kami menjadi lebih baik. Kami percaya berkat bantuan Roh Kudus-Mu, kami mampu mengatasinya, khususnya korupsi yang semakin merajalela dan membuat kami tak berdaya. Semua ini kami panjatkan dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
9.
Hari ke-9
Datanglah Roh Kudus, Tolonglah Kami di Saat kesulitan datang bertubi-tubi
dan kami kehilangan harapan.
Doa Pembuka
Allah yang berbelas kasih, Engkau memperhatikan umat-Mu dalam segala situasi, baik dalam kesulitan dan kegembiraan. Dampingilah kami saat kesulitan datang menimpa kami sehingga kami tidak kehilangan pengharapan. Kuatkanlah iman kami agar tetap setia menghadapinya dengan perpegang teguh pada firman-Mu. Demi Kristus Tuhan dan Pengantara kami, yang hidup bersama Engkau dan Roh Kudus, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama : Ayub 16 : 1 – 17
Bacaan Injil : Lukas 24 : 13 – 35
Inspirasi Homili :
Titin seorang mahasiswi, dari penampilannya tampak begitu riang, sepintas orang akan menyangka tidak ada beban dalam hidupnya. Ia menyimpan semua persoalan dan kesulitan yang dihadapinya. Ia berasal dari keluarga biasa saja dari segi ekonomi. Sejak enam tahun yang lalu ibunya menderita sakit kanker, ia menjadi peran pengganti ibunya dalam urusan rumah tangga. Bapaknya sibuk bekerja hingga larut malam demi mencukupi kebutuhan keluarga. Dalam situasi yang sulit ini ia pun tetap tekun meneruskan studinya. Titin masih berusaha untuk aktif dalam kegiatan Gereja dengan mengikuti koor.
Tidak lama kemudian, ibunya meninggal. Seluruh keluarga merasa kehilangan orang yang dicintainya, apalagi saudara dan ayahnya. Ayahnya sangat merasa kehilangan dan pernah bilang tidak percaya lagi kepada Tuhan. Demikian juga adiknya merasa putus asa, akhirnya terjerumus pada pergaulan yang tidak sehat. Beberapa kesulitan yang dihadapi memuncak pada dirinya, ternyata dia menderita kanker sebagaimana ibunya. Dokter menyatakan positif mengindap kanker payudara stadium dua. Sejak saat itu, mendadak ia tidak pernah muncul di kegiatan koor, mengurung diri di rumah, dan kuliah tidak bersemangat lagi. Ia sungguh putus asa, mengapa kesulitan dan penderitaan mesti dialami keluarga dan dirinya, mengapa bukan menimpa orang lain. Tidak ada lagi harapan masa depan bagi dirinya. Pikirnya, adakah orang lain yang peduli? keluarga sudah berantakan, mungkinkah orang lain mau ikut merasakan penderitaannya? Ia sangat kecewa dengan Tuhan. Bukankah sejak dulu berusaha menjadi orang yang baik, rajin berdoa, aktif di gereja, mengambil tanggung jawab dalam keluarga? Ia bertanya-tanya “dimana keadilan Tuhan?”, untuk apa memikirkan masa depan? cepat atau lambat kematian akan datang? Ia kecewa, “mutung”, kehilangan harapan...
Kenyataan dalam hidup ini, sering kali kesulitan datang terus-menerus, sangat masuk akal kalau kita menjadi kehilangan harapan. Kita tidak berdaya menghadapi kesulitan dan tantangan, sehingga hidup seolah-olah sampai pada titik nadir yang tidak ada lagi gunanya, paling-paling hanya menunggu akhir dari kehidupan ini. Bagaimana kita menghadapi semua kesulitan dan tantangan itu?
Ayub salah satu tokoh Perjanjian Lama, sungguh mengalami kesulitan dan penderitaan luar biasa dalam hidupnya. Hidup yang semula merupakan berkat dari Allah dirasa menjadi kutukan dari Tuhan. Ayub tampil sebagai orang yang saleh dan jujur di hadapan Tuhan. Rahmat Tuhan dirasakan dengan mempunyai anak yang banyak, harta yang cukup dan istri yang baik, serta keluarga terpandang. Namun semuanya berakhir dengan sebuah kegagalan, di mana anak-anak dan istri menjadi tidak bermoral dan akhirnya seluruh kepunyaannya habis. Disitulah Ayub menjadi kecewa, marah terhadap Tuhan, putus harapan dan tidak berdaya. Hiburan dari teman-temannya dianggap sebagai hiburan palsu, kenyataanya, dirinya tetap menderita tidak berdaya karena Tuhan membiarkan semua penderitaan itu. Ayub merasa Tuhan penyebab segalanya, menghancurkan rumah tangganya dan anak-anaknya, menghadapkan dirinya dengan musuh-musuhnya, sampai fisik Ayub sungguh tak berdaya kurus dan kering. Menurutnya, ia tidak berdosa dan bersalah tetapi Tuhan tetap menghukumnya.
Itulah Ayub orang yang taat dan saleh kepada Tuhan pada waktu mengalami kesulitan terus-menerus kehilangan harapan. Namun di akhir kisah Ayub dalam kitabnya, kesetiaannya dalam aneka kesulitan itu ia dipulihkan seperti sedia kala.
Kebingungan dan putus harapan juga dialami oleh kedua murid yang pulang kampung ke Emaus. Sekian lama mengikuti Yesus mempunyai harapan akan pembebasan dari pendudukan Romawi tidak terwujud. Yesus telah mati, tetapi beberapa murid mengatakan Dia bangkit tetapi mereka tidak melihatnya. Kehadiran Yesus dalam makan bersama yang diawali dengan ucapan syukur, mengucap berkat dan memecahkan roti membuahkan harapan baru akan keputusasaan, bahwa Tuhan hidup menyertai mereka. Itulah pengalaman para murid yang di terangi Roh Yesus yang hadir dalam ketidakpastian yang menumbuhkan pengharapan akan masa depan bersama Tuhan.
Kadang kita tertimpa kesulitan atau bencana yang bertubi-tubi yang membuat hidup ini sungguh berat tak menentu. Dunia ini seakan runtuh, tidak peduli kepada nasib kita. Kita merasa bahwa hidup ini tidak berguna lagi. Mungkin kita mengalami penyakit yang menahun tiada kunjung sembuh, ditinggal mati orang yang dikasihi, ketidak harmonisan dalam keluarga, kegagalan mendidik anak. Semua datang beruntun menimpa kita sampai tak berdaya menghadapinya.
Pada saat mengalami semuanya itu sungguh tidak ada harapan lagi untuk hidup. Kita mengalami “shock” atas peristiwa kemalangan yang menimpa kita. Kita tidak bisa menerima. Hidup kita sudah baik-baik, mungkin tekun dalam doa, rela berkorban demi kebaikan sesama, tetapi kenapa kemalangan menimpa kita, entah penyakit atau musibah. Dengan sekuat tenaga, jatuh bangun berusaha menghadapi aneka kesulitan tetapi tetap saja kebaikan, keharmonisan atau kesembuhan tidak kunjung tiba.
Sebagaimana Ayub akan bertanya kepada Tuhan, mengapa Tuhan begitu tega mencobai dirinya? Kita akan protes : dimana keadilan Tuhan? dimana kasih setianya? Kekecewaan-demi kekecewaan berkembang sampai pada titik puncak sehingga tidak percaya lagi akan Tuhan. Demikian juga dialami para murid yang ke Emaus tidak ada harapan akan kebangkitan Tuhan.
Kalau kita merenungkannya kegetiran hidup juga dialami oleh orang lain. Bukankah setiap orang mengalami, mungkin tingkatannya berbeda atau mungkin lebih berat dibanding diri kita. Kita tidak sendirian, kita bersama-sama mengalami kesulitan-kesulitan hidup. Adakah secercah pengharapan akan semua kesulitan itu? Kedua murid Emaus melihat Tuhan hadir dalam Roh-Nya. Semula murung, kecewa, putus asa tumbuh kepercayaan penuh. Akankah kita tinggal dalam kekelaman dan keterpurukan? Kekecewaan, penyakit, persoalan keluarga dan segala kesulitan tetap akan ada. Saat itulah iman kita diuji antara penyerahan kepada Tuhan atau memberontak dan menyalahkan Tuhan. Justru kita diajak semakin menyadari di dalam kesulitan menyerahkan kepada Tuhan. Mungkin doa dan permohonan kita dikabulkan Tuhan dengan cara berbeda. Disitulah iman kita diuji apakah tetap percaya pada Tuhan atau tidak? Murid di Emaus bersuka cita setelah tahu kalau yang bersama dengan mereka itu adalah Tuhan.
Kita juga perlu semakin menyadari di tengah-tengah kesulitan Roh Tuhan masih menyertai kita. Bukankah Allah masih mengaruniai kehidupan? Kita tetap masih bertahan dalam kesulitan walaupun kadang pasang surut dalam iman. Tuhan pasti mengulurkan kasihnya, entah melalui penghiburan, bantuan dan pendampingan dari teman atau orang yang mengasihi kita. Mari bangkit sebagaimana murid di Emaus berkobar-kobar semangatnya. Saatnya untuk menyatukan semua kesulitan itu dengan tekad yang kuat menghadapinya. Kita tidak sendirian. Kita ingin maju, bersama dalam iman pada Yesus, menyongsong kehidupan penuh pengharapan. Tuhan pasti akan membukakan jalan bagi orang yang setia kepada-Nya.
Doa Persembahan
Allah Bapa Yang Berbelas Kasih, semoga Engkau berkenan menerima persembahan kami dalam rupa roti dan anggur ini bersama dengan semua kesulitan-kesulitan hidup kami, dan Engkau berkenan menggabungkannya dengan kurban Kristus di kayu salib yang menyelamatkan kami, agar kami tetap setia dan berpengharapan dalam menghadapi kesulitan hidup ini dalam terang kasih-Mu, dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Doa Sesudah Komuni
Allah Bapa sumber cinta kasih dan penghiburan kami, kami bersyukur kepadaMu atas rahmat cintakasih-Mu yang Kau curahkan kepada kami berupa tubuh dan darah-Mu sehingga kami mempunyai kekuatan baru dalam menghadapi kesulitan hidup kami serta menemukan pengharapan baru akan kehidupan ini atas rahasia cinta-Mu itu. Bimbinglah kami dalam menjalani kehidupan ini agar tetap setia kepada Engkau serta selalu berusaha berada di jalan-Mu ditengah-tengah kesulitan kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar