HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Jumat, 29 Juni 2018
Hari Raya St. Petrus dan St. Paulus
Kisah Para Rasul (12:1-11)
(Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9; Ul: 2/4)
2 Timotius (4:6-8.17-18)
Matius (16:13-19)
"Pastor bonus - Gembala Baik!"
Inilah salah satu keutamaan dasar yang dikenangkan ketika Gereja merayakan kenangan iman akan teladan hidup St. Petrus dan St. Paulus
Petrus dan Paulus yang adalah "pastor bonus" sekaligus “founding fathers” memberikan 3 semangat dasar supaya kita semua juga bisa mempunyai "kunci", "kuasa untuk menampakkan cinta ilahi", antara lain:
1."Servant": Hamba.
Mereka mengajak kita untuk rendah hati menggembalakan karena didorong oleh semangat pengabdian, bukan untuk mendapatkan keuntungan/ketenaran pribadi seperti motto kepausan "servus servorum/hamba segala hamba."
Adapun 3 ciri pokok seorang "servant", yakni: melayani/service, mendukung/support dan memberdayakan/empowerment.
2."Shepherd": Gembala.
Mereka mengajak kita menggembalakan dengan murah hati, yakni sukarela, bukan karena terpaksa/sukar-rela, mempunyai "intentio pura" (tulus) bukan "intentio pura-pura" (penuh akal bulus) sehingga benar-benar menjadi "pastor aeternus/gembala abadi.
Adapun 3 ciri pokok "shepherd", yakni: peduli/caring, berani/courage dan berbelarasa/compassion.
3."Steward": Minister.
Mereka mengajak kita menjadi gembala yang baik hati, yang tidak suka banyak memberi perintah tetapi yang banyak menjadi model dan memberi teladan, yang tidak suka memberi instruksi tapi banyak berkomunikasi.
Adapun 3 ciri pokok "steward" yakni: dapat dipercaya/trustworthy, dapat bertanggungjawab/responsibility, dapat digugat/accountability.
"Mas Wayan mencari pita - Jadilah pelayan dengan penuh sukacita."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Caritas Pastoralis" – “Cinta kasih kegembalaan”.
Itulah salah satu "core values" yang saya tulis dalam buku "HERSTORY" (RJK, Kanisius) dan yang juga menjadi dasar iman ketika kita merayakan St. Petrus dan St. Paulus hari ini, saat Yesus memberikan kuasa pada Petrus yang menjadi "raison d'etre", alasan adanya Gereja (Bhs Porto: "Igreja - persekutuan umat beriman").
Adapun 3 semangat dasar dari "gembala baik", al:
A. GEMbira dalam karya:
“Engkaulah Petrus” (Mat 16:18). Ia diajak berubah oleh Tuhan. Dari Simon (pendengar) menjadi Petrus (batu karang), penjala ikan menjadi penjala manusia, nelayan menjadi pelayan, hamba menjadi sahabat, dari murid menjadi guru, dari orang yang penakut dan mudah menyangkal Yesus menjadi orang yang berani dan rajin bersaksi tentang Yesus, serta dari karyanya hanya di sekitar danau Galilea berubah menjadi karyanya bagi segala dan seluruh penjuru dunia.
Angelo Roncalli alias Paus Yohanes XXIII juga pernah mengatakan, “Setiap hari adalah panggilan bagi kita untuk berubah, jangan sampai hari-hari kita menjadi menakutkan seakan-akan kita tak dapat berkembang lebih baik lagi.” Dalam bahasa Davis Miles, “Marilah kita belajar memenuhi panggilan Ilahi untuk mencipta, karena “Aku selalu berpikir mengenai mencipta. Masa depanku mulai ketika aku bangun tiap pagi. Tiap hari aku menemukan sesuatu yang baru, yang kreatif dalam hidupku.”
Yang pasti, bukankah perubahan yang baik itu selalu mendatangkan sukacita dan kegembiraan dalam karya? Gaudete - Bersyukurlah!
B. BAjaga dalam doa:
Ketika Yesus ditangkap, Petrus ketakutan. Saat itulah, Petrus berbuat dosa dengan menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Tapi, syukurnya Petrus berdoa dan bertobat: ia menyesali perbuatannya dengan sepenuh hati. Ia menangisi penyangkalannya sepanjang hidupnya.
Di Israel, ada sebuah gereja dengan nama Gereja Petrus Ayam Berkokok (St.Peter Galicantu) bekas rumah Kayafas. Sebuah permenungan singkat: Yesus bisa jadi sangat sedih karena penyangkalan Petrus, murid kepercayaanNya.
Sekarang ini, Yesus yang sama juga sedang menatap kita. Dia berharap bahwa kita pun akan mau belajar seperti Petrus: mau berdoa dan bertobat - mengeluarkan air mata penyesalan atas dosa-dosa kita. Bukankah benar isi sebuah teks yang tertulis pada Scala Santa, “semakin kita berdoa dan bertobat, menangis dan menyesali dosa kita karena menyebabkan kesedihan yang mendalam terhadap Yesus, akan semakin kuat cinta kita akan Yesus.”
Scala Sancta sendiri adalah “Tangga Suci”, yang dipercaya sebagai tangga marmer dari bagian luar bekas rumah Pontius Pilatus di Yerusalem, yang dilalui Yesus saat hari penghukumanNya. Scala Santa ini sendiri terdiri 28 buah anak tangga yang ditutupi dengan papan kayu untuk melindunginya. Para peziarah dapat memperoleh indulgensi dengan cara naik tangga ini sambil jalan berlutut.
Yang pasti, kita bersama Gereja diutus seperti domba ke tengah "serigala", simbol carut marut dunia yang "SRakah iRI+GALAk". Bukankah doa membuat segalanya lebih ringan? Bukankah segala sesuatu jika dibuat bersama Allah pasti terasa lebih indah dan lebih mudah, dan itu bisa dibuat dengan doa-doa dan "latihan rohani" bukan? Orate - Berdoalah!
C. LAyani dalam cinta:
Petrus pergi dari Israel menuju kota Roma. Roma sendiri adalah pusat seluruh Kerajaan Romawi pada waktu itu. Di sanalah, Petrus berkarya: mewartakan Injil sekaligus mempertobatkan banyak orang. Di akhir hidupnya, Petrus meminta juga agar ia bisa menjalani hukuman mati dengan cara disalibkan, tetapi dengan kepalanya berada di bawah, sebab ia merasa tidak layak menderita seperti Yesus. Ia akhirnya wafat sebagai martir di Bukit Vatikan sekitar tahun 67.
Sebuah informasi:
Pada abad keempat, karena cintanya kepada Gereja, Kaisar Konstantinus membangun sebuah gereja besar di atas tempat sakral tersebut.
Dari sikap yang ketiga ini, baiklah juga kalau kita ingat bahwa tidak akan ada cinta yang diterima sebelum kita juga berani belajar memberikan cinta buat orang lain. Maka adalah tindakan yang amat baik, bila kita berani berkarya dalam pelayanan yg penuh cinta kasih: memberi cinta sekaligus per-HATI-an, menunjukkan dan membuktikan cinta dan kehangatan kita terlebih dahulu. Kadang kita juga lupa, semua karya baik kita: kehangatan, cinta kasih dan dukungan, ternyata juga bisa meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan kita sendiri.
Yang pasti, sebagai paus pertama dan "ketua" (bidel/pelayan) para rasul, Petrus menasihati kita: "Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan terpaksa tapi sukarela sesuai kehendak Allah, jangan mau mencari keuntungan tapi dengan pengabdian diri.
Itu sebabnya setiap ada paus yang terpilih dalam konklav di Kapel Sistine Roma, selalu ditampil-ulangkan motto kepausan, "Servus servorum - hamba dari segala hamba". Bukankah kita sebagai Gereja menjadi exist karena karya playanan yang murah hati di tengah dunia? Servite - layanilah!
"Cari kemeja dan kardus sepatu buat mas Kelik – Kita adalah Gereja yang Satu Kudus Katolik dan Apostolik".
2.
"Founding Father - Bapa Pendiri."
Inilah julukan yang bisa kita berikan pada St Petrus: "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini akan Kudirikan GerejaKu." Pastinya, kita bisa belajar beberapa keutamaan dari orang kudus ini, antara lain:
A."Reformatio vitae - Perubahan hidup":
Petrus dulunya adalah Simon. Ia mengalami "perubahan", dari nelayan menjadi pelayan, dari penjala ikan menjadi penjala manusia, dari pecundang menjadi pejuang. Dengan kata lain: Ia mengajak kita untuk lahir baru setiap harinya.
B."Imitatio Christi"- Mengikuti jejak Kristus:
Ia menjadi murid yang bergulat jatuh dan bangun dalam mengikutiNya. Ia seperti Yesus: sama-sama pernah dipenjara dan wafat sebagai martir (Yun: saksi). Petrus wafat pada era Kaisar Nero pada tahun 64 M dengan cara disalib kepala di bawah karena merasa tidak layak menyamai penyaliban Yesus. Jenazahnya dimakamkan di bukit Vatikan yang di kemudian hari, oleh Kaisar Konstantinus dibangun basilika Santo Petrus dengan altar utama persis di atas makamnya.
C."Illuminatio cum Deo - Pencerahan bersama Tuhan:
Petrus mengalami sapaan dan perjumpaan pribadi dengan Yesus. Hal inilah yang menguatkan dan mencerahkan kendati ia harus menghadapi risiko yang besar: Petrus ditangkap dan dipenjarakan dengan terbelenggu serta dijaga ketat oleh para prajurit (Kis 12:4-6). Bisa jadi, satu keyakinan imannya karena dicerahkan Tuhan, yakni: "Cukuplah kasih karuniaKu bagimu sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna" (2 Kor 12:9).
"Dari Belarus ke Sukabumi - Santo Petrus doakanlah kami."
3.
“Unam sanctam catholicam et apsotolicam Ecclesiam – Gereja yang satu kudus katolik dan apostolik.”
Inilah salah satu ciri Gereja Katolik ketika Yesus bersabda kepada Simon: "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan menguasainya!"
Dengan kata-kata ini, Yesus berjanji untuk mendirikan gereja-Nya berlandaskan kebenaran apostolik dari pengakuan Petrus, Paulus dan para rasul lainnya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah yang hidup (Mat 16:16; Kis 2:14-26). Yesus sendiri menyebut muridNya itu "Petrus" (Yun: Petros, batu kecil) tapi Ia melanjutkan dengan mengatakan: "di atas batu karang ini (Yun: petra, batu karang besar) Aku akan mendirikan jemaatKu."
Jelas bahwa Yesus sendirilah yang menjadi Batu Karang, landasan utama dan pertama dalam Gereja (1 Kor 3:11). Dalam bahasa St Petrus: “Yesus adalah batu hidup dan terpilih, batu penjuru yang mahal" (1Pet 2:4,6-7). Pada saat yang bersamaan, Petrus-Paulus serta kita semua merupakan batu-batu hidup untuk mendirikan rumah rohani yang dibangun oleh Allah (1Pet 2:5), dimana alam maut yakni iblis dan semua usaha jahatnya tidak akan menguasai gerejaNya (Mat 16:18).
Lebih lanjut, Yesus memberikan “kunci” kepada Petrus, ”Kuasa Untuk Nampakkan Cinta Ilahi” lewat Gereja untuk:
(1) Menegur dosa dan melaksanakan hdp gerejani (Mat 18:15-18)
(2) Berdoa bagi terjadinya kehendak Allah (Mat 18:19-20);
3) Mengikat kuasa setan serta membebaskan orang yg tertawan
(4) Memberitahukan kesalahan dosa+kebenaran Allah (Kis 2:23; 5:3,9)
(5) Memberitakan keselamatan+pengampunan dosa (Yoh 20:23; Kis 2:37-40; Kis 15:7-9).
"Bang Jaja masuk majalah HIDUP - Jadilah Gereja yang benar-benar hidup!"
4.
Kutipan Teks Misa:
“Hari ini disucikan karena rasul-rasul bahagia Petrus dan Paulus martir. Para martir ini menyaksikan apa yang mereka wartakan. Mereka mengikuti tuntutan iman sejati, mereka menyatakan kebenaran dan mati untuk itu. Satu hari ini ditentukan untuk merayakan dua orang rasul yang dimartir. Tetapi keduanya itu satu. Meskipun terjadi pada hari yang berbeda-beda, tetapi bersatu. Petrus mendahului, Paulus mengikuti. Marilah kita menjunjung tinggi iman mereka, hidup mereka, jerih payah mereka, penderitaan mereka, pengakuan mereka dan pengajaran mereka.” (St. Agustinus)
Antifon Pembuka
Inilah orang-orang yang semasa hidupnya telah menyuburkan Gereja dengan darah mereka: dari piala Tuhan mereka telah minum dan menjadi sahabat-sahabat Allah.
These are the ones who, living in the flesh, planted the Church with their blood; they drank the chalice of the Lord and became the friends of God.
Nunc scio vere, quia misit Dominus Angelum suum: et eripuit me de manu Herodis, et de omni exspectatione plebis Iudæorum.
Doa Pembuka
Ya Allah, pada Hari Raya Santo Petrus dan Paulus ini, Engkau telah melimpahkan sukacita yang sejati. Bantulah Gereja-Mu untuk senantiasa mengikuti ajaran Rasul-rasulmu, yang telah menyampaikan dasar iman kepada kami. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kisah Para Rasul (12:1-11)
"Sekarang benar-benar tahulah aku bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes."
Waktu terjadi penganiayaan terhadap jemaat, Raja Herodes mulai bertindak dengan keras terhadap beberapa orang dari jemaat. Ia menyuruh membunuh Yakobus, saudara Yohanes, dengan pedang. Ketika ia melihat bahwa hal itu menyenangkan hati orang Yahudi, ia melanjutkan perbuatannya itu dan menyuruh menahan Petrus. Waktu itu hari raya Roti Tidak Beragi. Setelah Petrus ditangkap, Herodes menyuruh memenjarakannya di bawah penjagaan empat regu, masing-masing terdiri dari empat prajurit. Maksudnya ialah, supaya sehabis Paskah ia menghadapkannya ke depan orang banyak. Demikianlah Petrus ditahan di dalam penjara. Tetapi jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah. Pada malam sebelum Herodes menghadapkannya kepada orang banyak, Petrus tidur di antara dua orang prajurit, terbelenggu dengan dua rantai. Selain itu prajurit-prajurit pengawal sedang berkawal di muka pintu. Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan dekat Petrus, dan cahaya bersinar dalam ruang itu. Malaikat itu menepuk Petrus untuk membangunkannya. Kata malaikat itu, “Bangunlah segera!” Maka gugurlah rantai itu dari tangan Petrus. Lalu kata malaikat itu kepadanya, “Ikatlah pinggangmu dan kenakanlah sepatumu!” Petrus pun berbuat demikian. Lalu malaikat itu berkata kepadanya, “Kenakanlah jubahmu dan ikutlah aku!” Lalu ia mengikuti malaikat itu keluar, dan ia tidak tahu bahwa apa yang dilakukan malaikat itu sungguh-sungguh terjadi; sangkanya ia melihat suatu penglihatan. Setelah mereka melalui tempat kawal pertama dan tempat kawal kedua, sampailah mereka ke pintu gerbang besi yang menuju ke kota. Pintu itu terbuka dengan sendirinya bagi mereka. Sesudah tiba di luar, mereka berjalan sampai ke ujung jalan, dan tiba-tiba malaikat itu meninggalkan dia. Dan setelah sadar akan dirinya, Petrus berkata, “Sekarang benar-benar tahulah aku bahwa Tuhan telah menyuruh malaikat-Nya dan menyelamatkan aku dari tangan Herodes dan dari segala sesuatu yang diharapkan orang Yahudi.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 838
Ref. Tuhan telah membebaskan dan menyelamatkan daku.
Ayat. (Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9; Ul: 2/4)
1. Aku hendak memuji Tuhan setiap waktu; puji-pujian kepada-Nya selalu ada di dalam mulutku. Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarkan dan bersukacita.
2. Muliakanlah Tuhan bersama dengan daku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya. Aku telah mencari Tuhan, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan daku dari segala kegentaranku.
3. Tujukanlah pandanganmu kepada-Nya, maka mukamu akan berseri-seri dan tidak akan malu tersipu-sipu. Orang yang tertindas ini berseru, dan Tuhan mendengarkan; Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakannya!
4. Malaikat Tuhan berkemah di sekeliling orang-orang yang bertakwa, lalu meluputkan mereka. Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya Tuhan! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!
Bacaan dari Surat kedua Rasul Paulus kepada
Timotius (4:6-8.17-18)
"Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran."
Saudaraku terkasih, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan, dan saat kematianku sudah dekat. Aku telah mengakhiri pertandingan dengan baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; bukan hanya kepadaku, tetapi juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa. Tuhan akan melepaskan daku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga. Bagi-Nyalah kemuliaan selama-lamanya! Amin.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Mat 16:18)
Engkaulah Petrus, dan di atas wadas ini akan Kudirikan Gereja-Ku, dan kerajaan maut tidak akan mengalahkannya.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (16:13-19)
"Engkau adalah Petrus, kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga."
Sekali peristiwa Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi. Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Jawab mereka, “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” Lalu Yesus bertanya kepada mereka, “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Simon Petrus, “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” Kata Yesus kepadanya, “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus, sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di surga. Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus, dan di atas batu karang ini akan Kudirikan Gereja-Ku, dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Surga, dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di surga.”
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
"Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?" Demikian pertanyaan Yesus kepada para murid. Barangkali jika pertanyaan itu ditujukan kepada kita, kita akan tersentak, terdiam dan baru merenung memikirkan jawabannya. Bisa jadi kita memberikan jawaban yang mirip dengan apa yang disampaikan para murid. Artinya, kita sekadar menjawab dengan menggunakan pandangan umum yang dipahami oleh orang-orang sekitar kita. Jawaban kita 'klasik', ela elu, atau sekadar mengikuti pendapat orang lain.
Tokoh Petrus, salah seorang murid Yesus dapat menjadi contoh bagi kita. Ia menjawab pertanyaan Yesus berdasar dari pengalaman dan pergulatan hidup yang dialami selama ia dekat dengan Yesus memungkinkan dirinya untuk mengenal diri Yesus yang sebenarnya. Karena itu, berkat relasi pribadi tersebut, Yesus pun mengatakan kepada Petru, bahwa ia laksana batu karang; menjadi pribadi-pribadi yang kokoh dalam iman.
Kedekatan kita dengan Yesus menjadi bagian penting dalam hidup beriman. Jika kita semakin kenal dengan Yesus, kita pun akan semakin mampu untuk menyadari siapa Yesus bagi hidup kita. Dan, pengenalan yang mendalam pasti juga akan memberikan dampak dalam hidup, doa dan karya kita.
Antifon Komuni (Bdk. Mat 16:16.18)
Petrus berkata kepada Yesus, "Engkaulah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Yesus menjawab, "Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku."
Peter said to Jesus: You are the Christ, the Son of the living God. And Jesus replied: You are Peter, and upon this rock I will build my Church.
Tu es Petrus, et super hanc petram ædificabo Ecclesiam meam.
5.
"BHINNEKA TUNGGAL CINTA."
Suatu hari, Yesus berjalan- jalan di surga dan menyadari kehadiran orang- orang berdosa yang tidak sepantasnya berada disana.
Ia lalu memanggil Petrus sebagai penjaga pintu surga dan menanyakan hal itu, apakah Petrus telah lalai dalam menjalankan tugasnya.
Ditanya demikian, Petrus mengeluh,
"Oh Yesus, aku sebenarnya sudah melaksanakan tugasku baik baik, aku menyeleksi dengan ketat siapa2 saja yg boleh masuk kemari. Tapi BundaMu itu, setiap kali orang pendosa yang kutolak berseru- seru kepadanya, 'Maria, Maria, tolonglah aku..', ia membuka jendela lebar2 dan orang-orang itu berlompatan masuk, dan aku tentu saja tak bisa mencegah apalagi melarangnya, karna yaa.. dia kan ibuMu.."
A.
DOA KEPADA ST. PETRUS
Rasul Petrus yang mulia,
karena engkau adalah batu karang,
dimana Allah yang Mahakuasa telah membangun Gereja-Nya,
berilah kami apa yang kami mohon kepadamu:
harapan yang teguh,
iman yang hidup, dan
kasih yang membara;
penyangkalan diri yang total,
ketidakterikatan terhadap dunia,
kesabaran dalam kesulitan,
kerendahan hati dalam kemakmuran,
keheningan dalam doa,
kemurnian dalam hati,
kehendak yang benar dalam setiap pekerjaan,
ketekunan dalam memenuhi setiap kewajiban-kewajiban hidup,
ketetapan dalam penyelesaian setiap persoalan,
kepasrahan pada kehendak Allah dan
ketekunan dalam kasih karunia Allah sampai mati;
supaya, berkat perantaraan dan jasa-jasamu yang luhur,
kami dibuat pantas untuk hadir di hadapan Tahta dan Gembala Jiwa Abadi,
Yesus Kristus, yang bersama dengan Bapa dan Roh Kudus,
hidup dan berkuasa, selama-lamanya.
Amin.
Bapa Kami..
3 x Salam Maria..
Santo Petrus, doakanlah kami.
Amin
B.
DOA KEPADA ST. PAULUS
Santo Paulus yang mulia, sesudah menganiaya Gereja, engkau dijadikan, berkat kasih karunia Allah, rasul-Nya yang paling bersemangat.
Untuk membawa kabar gembira Yesus, Penyelamat Ilahi kita sampai ke ujung dunia, engkau dengan sukacita mengalami penjara, disesah, dirajam dan kapal karam, serta segala bentuk penganiayaan yang memuncak pada penumpahan darah kemartiranmu demi Tuhan kita, Yesus Kristus.
Berilah kami rahmat untuk bekerja keras mewartakan iman kepada sesama dan untuk menerima setiap pencobaan dan kesengsaraan di jalan yang kami lalui.
Bantulah kami untuk disemangati surat-suratmu dan untuk ambil bagian dalam cinta matimu kepada Yesus, supaya setelah kami menyelesaikan tugas-tugas kami di dunia ini, kami dapat bergabung bersama engkau untuk memuji Dia dalam Kerajaan Surga yang abadi, selama-lamanya.
Amin.
Bapa Kami...
3 x Salam Maria...
St. Paulus, doakanlah kami.
Amin.
C.
KILAS BALIK.
HOMILI PAUS FRANSISKUS
DALAM MISA HARI RAYA SANTO PETRUS DAN SANTO PAULUS DI BASILIKA SANTO PETRUS,
VATIKAN
KUNCI - Kuasa Untuk Nampakkan Cinta Ilahi: "Menutup dan Membuka"
Bacaan Ekaristi :
Kis 12:1-12;
Mzm 34; 2Tim 4:6-8, 17-18;
Mat 16:13-19
Sabda Allah dalam liturgi hari ini menyajikan kontras pokok yang jelas antara menutup dan membuka. Bersama dengan gambaran ini kita dapat memikirkan lambang kunci yang dijanjikan Yesus kepada Simon Petrus sehingga ia bisa membuka pintu masuk ke kerajaan surga, dan tidak menutupnya di hadapan orang-orang, seperti beberapa ahli Taurat dan orang Farisi yang munafik yang dicela Yesus (bdk. Mat 23:13).
Bacaan dari Kisah Para Rasul (12:1-11) memperlihatkan kita tiga contoh "menutup" : Petrus dijebloskan ke dalam penjara; jemaat berkumpul di balik pintu-pintu yang tertutup dalam doa; dan - dalam kelanjutan bacaan kita - Petrus mengetuk pintu yang tertutup rumah Maria, ibu Yohanes yang disebut Markus, setelah dibebaskan.
Dalam tiga contoh "menutup" ini, doa muncul sebagai jalan keluar utama. Ia adalah sebuah jalan keluar bagi jemaat, yang beresiko menutup dirinya keluar dari penindasan dan ketakutan. Ia adalah sebuah jalan keluar bagi Petrus yang, pada awal mula perutusan yang diberikan kepadanya oleh Tuhan, dijebloskan ke dalam penjara oleh Herodes dan beresiko dihukum mati. Sementara Petrus berada dalam penjara, "jemaat dengan tekun mendoakannya kepada Allah" (Kis 12:5). Tuhan menjawab doa itu dan mengutus malaikat-Nya untuk membebaskan Petrus, "menyelamatkannya dari tangan Herodes" (bdk. ayat 11). Doa, sebagai pemercayaan yang rendah hati kepada Allah dan kehendak-Nya yang kudus, selalu merupakan jalan keluar dari jadi "tertutup"-nya kita, sebagai individu-individu dan sebagai sebuah jemaat.
Paulus juga, menulis kepada Timotius, berbicara tentang pengalaman pembebasannya, tentang menemukan sebuah jalan keluar dari hukuman mati yang akan segera terjadi pada dirinya. Ia mengatakan kepada kita bahwa Tuhan siap siaga dan memberinya kekuatan untuk melaksanakan karya penginjilan bangsa-bangsa (bdk. 2Tim 4:17). Tetapi Paulus berbicara juga tentang "membuka" yang jauh lebih besar, menuju sebuah cakrawala yang jauh lebih luas. Ia adalah cakrawala kehidupan kekal, yang menantinya di akhir "perlombaan" duniawinya. Kita bisa melihat seluruh kehidupan Sang Rasul dalam hal "pergi keluar" dalam pelayanan bagi Injil. Kehidupan Paulus benar-benar diproyeksikan ke depan, dengan membawa Kristus kepada orang-orang yang tidak mengenal-Nya, dan kemudian dalam ketergegasan, seolah-olah, ke dalam pelukan Kristus, untuk "diselamatkan masuk ke dalam Kerajaan-Nya di surga" (ayat 18).
Marilah kita kembali ke Petrus. Kisah Injil (Mat 16:13-19) tentang pengakuan imannya dan perutusan yang dipercayakan kepadanya oleh Yesus memperlihatkan kita bahwa kehidupan Simon, para nelayan Galilea - seperti kehidupan kita masing-masing - membuka, membuka sepenuhnya, ketika kehidupan itu menerima dari Allah Bapa anugerah iman. Simon berangkat pada perjalanan - sebuah perjalanan yang panjang dan sulit - yang akan membawanya pergi keluar dari dirinya, meninggalkan semua dukungan manusiawinya, terutama harga dirinya yang diwarnai dengan peninggalan diri yang berani dan murah hati. Dalam hal ini, proses pembebasannya, doa Yesus bersifat menentukan : "Aku telah berdoa untuk engkau [Simon], supaya imanmu jangan gugur" (Luk 22:32). Demikian bersifat menentukan juga tatapan Tuhan yang penuh kasih setelah Petrus menyangkal-Nya tiga kali : sebuah tatapan yang menembus jantung dan membawa air mata pertobatan (bdk. Luk 22:61-62). Pada saat itu, Simon Petrus dibebaskan dari penjara kebanggaan diri dan ketakutannya, serta mengatasi godaan menutup hatinya terhadap panggilan Yesus untuk mengikuti-Nya di sepanjang jalan salib.
Saya menyebutkan bahwa, dalam kelanjutan perikop dari Kisah Para Rasul, ada sebuah rincian yang patut dipertimbangkan (bdk. 12:12-17). Ketika Petrus mendapati dirinya secara ajaib dibebaskan dari penjara Herodes, ia pergi ke rumah ibu Yohanes yang disebut Markus. Ia mengetuk pintu yang tertutup dan seorang hamba perempuan yang bernama Rode datang. Mengenali suara Petrus, dalam ketidakpercayaan dan sukacita, bukannya membukakan pintu, ia berlari memberitahu majikannya. Kisah, yang bisa tampak jenaka, membuat kita merasakan suasana ketakutan yang menuntun jemaat Kristen tinggal di belakang pintu-pintu yang tertutup, tetapi juga tertutup terhadap kejutan-kejutan Allah.
Rincian ini berbicara kepada kita tentang sebuah godaan terus menerus bagi Gereja, yang menutup dirinya dalam menghadapi bahaya. Tetapi kita juga melihat pembukaan-pembukaan kecil yang melaluinya Allah dapat berkarya. Santo Lukas memberitahu kita bahwa di rumah itu "banyak orang berkumpul dan berdoa" (ayat 12). Doa memungkinkan kasih karunia membuka sebuah jalan keluar dari ketertutupan menuju keterbukaan, dari ketakutan menuju keberanian, dari kesedihan menuju sukacita. Dan kita dapat menambahkan : dari perpecahan menuju kesatuan.
Ya, kita mengatakan hari ini dengan keyakinan, bersama-sama dengan saudara-saudara kita dari Delegasi yang diutus oleh Patriark Ekumenis Bartolomeus yang tercinta yang ambil bagian dalam perayaan para Santo Pelindung Roma. Hari ini juga merupakan sebuah perayaan persekutuan bagi seluruh Gereja, sebagaimana terlihat oleh kehadiran para uskup agung metropolitan yang telah datang untuk pemberkatan pallium, yang akan mereka terima dari para perwakilan saya di takhta mereka masing-masing.
Semoga Santo Petrus dan Santo Paulus mengantarai kita, sehingga kita dengan sukacita dapat maju pada perjalanan ini, tindakan Allah yang membebaskan, dan bersaksi baginya di hadapan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar