Ads 468x60px

Minggu, 16 Desember 2018

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH
Minggu, 16 Desember 2018
Hari Minggu Adven III
Zefanya (3:14-18a)
(Yes 12:2-3.4bcd.5-6; Ul: lih. 6)
1 Filipi (4:4-7)
Lukas (3:10-18)
“Gaudete in Domino semper - Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan”).
Pada Minggu Adven III ini, lilin “merah muda” di lingkaran/korona Adven dinyalakan. Warna merah muda ini didapat dari pencampuran warna ungu (Adven) dengan warna putih (Natal).
Maksudnya sukacita Natal sudah mulai kita rasakan karena sudah sangat dekat tetapi belum / tidak penuh; sukacita Natal itu sudah tak tertahankan lagi, sudah mulai kelihatan tetapi belum nampak jelas atau belum penuh dengan nuansa "RJK" - "Rejoice, Joy, Kindness"
Maka Minggu Adven ketiga dalam Tahun Liturgi disebut "Minggu Gaudete”. Bahasa Latin “gaudete” berarti “sukacita”, melambangkan adanya sukacita di tengah masa pertobatan.
Pada hari Natal, keempat lilin ini akan diganti dengan lilin-lilin putih; masa persiapan kita selesai sudah dan kita memasuki sukacita yang besar dan istimewa yakni “TERANG” itu sudah datang ke dalam dunia dan tinggal di tengah-tengah kita.
Lebih lanjut, Nabi Yesaya juga menjelaskan mengapa kita harus bersukacita dalam penantian ini? Karena yang dinantikan adalah Mesias. Dia-lah yang akan datang membawa damai dan sukacita sejati: “Orang lumpuh bukan hanya berjalan tetapi meloncat-loncat seperti rusa; orang bisu tidak hanya bisa berkata-kata tetapi menyanyikan lagu pujian; duka dan keluh kesah akan lenyap.”
Dalam nada yang sama penginjil Matius mengajak supaya orang tidak ragu-ragu dan bimbang tentang Mesias itu. Karena tanda kehadiran-Nya jelas: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta disembuhkan, orang tuli mendengar, orang mati hidup kembali dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.
Tercandra, ada dua alasan dasar mengapa minggu ke-3 advent disebut sebagai minggu "gaudete" yang penuh "RJK", Rejoice, Joy dan Kindness, al:
1.
Nama "Gaudete” yang berarti "bersukacitalah” ini diambil dari antifon pembukaan pada Minggu Adven ketiga tersebut, yaitu:
”Bersukacitalah selalu dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat” (Flp 4:4.5). Ini adalah perintah agar kita bersukacita. Sukacita itu datang dari kenyataan bahwa pesta kelahiran Tuhan sudah dekat.
Minggu ke3 Adven adalah titik tengah dari keseluruhan Masa Adven yang berlangsung selama empat minggu. Di tengah masa persiapan yang bersifat prihatin dan matiraga itu, Gereja memberikan ”intersisi", semacam "break/istirahat", yang mengajak umat bersukacita. Hal ini juga dilakukan pada Masa Prapaskah, yaitu pada Minggu Prapaskah keempat (Minggu Laetare).
Minggu Gaudete ini juga mengingatkan umat bahwa Masa Adven akan segera berakhir dan pesta kedatangan Yesus Kristus sudah semakin mendekat. Maka, perlu dikembangkan harapan yang akan menumbuhkan kesabaran dan ketekunan untuk mempersiapkan diri sampai akhir. Kita dapat bertahan dalam kesulitan dan tantangan hanya ketika kita sadar bahwa buah-buahnya sangat layak (bdk Yak 5:7-10).
2.
Dalam Minggu Gaudete ini, warna liturgi yang digunakan hari ini bukanlah melulu ungu tetapi bisa merah muda (pink/rose). Demikian juga, warna lilin yang dinyalakan Minggu ini di lingkaran Adven ialah merah muda atau merah.
Warna merah muda melambangkan bahwa penderitaan zaman ini tidak sebanding dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita.
Pada prakteknya, minggu ketiga di masa Adven yang disebut "Minggu Gaudete" ini mengajak kita hidup penuh dengan semangat "JOST", JOy and SpiriT (bersukacita & bersemangat)
Minggu Gaudete yang penuh "JOST", JOy and SpiriT (bersukacita & bersemangat) ini sendiri adalah saat ketika kita mengekspresikannya dengan lebih mendalam. Seperti kolase yang indah, pilihan Kitab Suci untuk Minggu Gaudete ini terdapat kata-kata tentang kerinduan manusia yang mendalam, termasuk aneka pengalaman sukacita dari Perjanjian Lama sampai Baru.
Jelasnya, kabar gembira yang penuh sukacita/joy dan semangat/spirit ini adalah beberapa kerinduan besar hati kita, seperti ajakan Rasul Paulus: "Saudara-saudara, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang..." (Flp 4:4-5a). Semper Gaude-Bersyukurlah selalu!
Marilah Berdoa:
Tuhan Yesus Kristus,
Tuhan atas terang maupun gelap,
utuslah Roh Kudus-Mu atas kami
dalam mempersiapkan Natal.
Kami, yang begitu sibuk dengan berbagai macam perkara,
mencari saat teduh untuk mendengarkan suara-Mu setiap hari.
Kami, yang khawatir atas begitu banyak hal,
merindukan kedatangan-Mu di tengah kami.
Kami, yang Engkau berkati dalam berbagai macam cara,
mendamba kepenuhan sukacita kerajaan-Mu.
Kami, yang berbeban berat,
mendamba sukacita kehadiran-Mu.
Kami ini umat-Mu, yang berjalan dalam kegelapan,
namun rindu akan terang.
Kepada-Mu kami berseru, “Datanglah Kristus Tuhan!”
Amin.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Third Sunday of Advent.
GAUDETE...
Lord, open my lips, and my mouth shall declare your praise. I lift my heart up to you, Lord, to thank you for the blessings you shower on me each day. You are the 'joy of my soul.'
I know that in your great love,
I am held and protected by you.
I pray and listen to the good news you send;
I ask and feel the healing.
I am freed by you
from the things in this world
that let me hide from you.
I rejoice, I rejoice, down to my soul.
Help me to prepare my heart
to be open and able to receive your immense love. May the Lord bless us, protect us from all evil and bring us to everlasting life. Amen.
=====
MADAH HARIAN PAGI
(Minggu, 16 Desember 2018 - Hari Minggu Adven III)
Dengarkan suara Tuhan
Yang mengecam kejahatan
Usirlah jauh impian
Serta karya kegelapan.
Bangunlah hati merana
Yang parah terluka dosa
Sebab Kristus bercahaya
Bersinar laksana surya.
Kristus datang bagai domba
Yang menghapus dosa kita
Mari mohon dengan tekun
Supaya diberi ampun.
Dipuja dan dipujilah
Bapa dan Putera Allah
Bersama Roh mahamulya
Selalu senantiasa. Amin.
DOA
Ya Bapa, lihatlah umat-Mu, yang tekun menantikan pesta kelahiran Putera-Mu. Kami mohon, semoga kami dapat menikmati bahagia sebesar itu dan dapat merayakan dengan kebaktian yang meriah. Demi Yesus Kristus, pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.
A.
"Countdown to Christmas"
Biarlah kebaikanMu nyata bagi kami, supaya kami yang tercipta dari citraMu, melihat kebenarannya.
Dengan kekuatan kami sendiri,
kami tak dapat meniru kemegahan, kuasa, dan
bahkan tak dapat mencoba menyamainya.
Namun belas kasihMu menjangkau dari Surga,
menembus awan dan bumi di bawah.
Kau datang kepada kami sebagai seorang kanak kecil,
namun Kau membawa bagi kami hadiah terbesar dari segala hadiah, hadiah kasih abadi.
Belailah kami dengan tangan kecilMu,
Dekaplah kami dengan lengan mungilMu, dan
Tembusilah hati kami dengan tangisan manisMu.
+ St. Bernard of Clairvaux
Let Your goodness Lord appear to us, that we
made in your image, conform ourselves to it.
In our own strength
we cannot imitate Your majesty, power, and wonder nor is it fitting for us to try.
But Your mercy reaches from the heavens through the clouds to the earth below.
You have come to us as a small child,
but you have brought us the greatest of all gifts, the gift of eternal love.
Caress us with Your tiny hands,
Embrace us with Your tiny arms
and pierce our hearts with Your soft, sweet cries. - St. Bernard of Clairvaux (1090-1153).
B.
ULASAN EKSEGETIS
BACAAN INJIL HARI MINGGU ADVEN III TAHUN C 16 Desember 2018 (Luk 3:10-18) : "LANGKAH-LANGKAH PEMBARUAN HIDUP"
Bacaan pertama hari Minggu Adven III tahun C (Zef 3:14-18a) menghibur kota Yerusalem yang kini tinggal reruntuh­an belaka akibat penyerbuan Nebukadnezar.
Seperti terungkap dalam 13 ayat yang mendahuluinya, malapetaka ini dipahami sebagai hukuman bagi kelakuan buruk umat sendiri.
Tetapi keadaan sudah berubah. Tuhan kini berbalik mengasihani umat-Nya dan berjanji akan berada kembali di tengah-tengah mereka. Ia akan mengumpulkan mereka yang tercerai-berai. Yerusalem dan penduduknya diimbau agar tidak lagi bersedih. Kebe­sarannya akan pulih. Harapan hidup kembali. Tuhan akan mendatangi kota suci-Nya dan tinggal di sana lagi. Iman ini tum­buh pada zaman setelah pembuangan dan tetap hidup dalam masa Perjanjian Baru. Injil-Injil, khususnya Lukas, memakainya dalam wujud pola perjalanan Yesus menuju ke Yerusalem – dia itulah Raja yang dinanti-nantikan orang, dia itulah Penyelamat yang diharap-harapkan datang ke kota sucinya.
Dalam Injil yang dibacakan bagi kesempatan ini, yakni Luk 3:10-18, dikisahkan bagaimana orang-orang yang datang kepada Yohanes Pembaptis berharap dapat membarui diri. Ter­ung­kap dalam beberapa ayat sebelumnya (ay. 7-9) kecaman keras Yohanes Pembaptis terhadap mereka yang disebut­nya “keturunan ular berbisa”. Mereka diperingatkan agar jangan melamun akan luput dari murka pada akhir zaman nanti. Bahwasanya mereka lahir sebagai keturunan Abraham sama sekali bukan jaminan. Jalan satu-satunya agar selamat ialah bila mereka menghasilkan buah yang baik. Bila tidak, mereka ibarat pohon yang akan ditebang dan dimusnahkan dengan api.
1.
“NYEPI” KE PADANG GURUN
Mendengar kata-kata Yohanes tadi, orang-orang mulai gelisah lalu minta dibaptis olehnya sambil menyatakan niat mau memperbarui diri. Waktu itu baptisan lazim dilakukan sebagai ungkapan niat membarui diri di hadapan seorang guru yang dihargai.
Ada macam-macam kelompok: orang kaya, pemungut cukai, dan tentara. Meskipun termasuk “kaum terhormat” dalam masyarakat, mereka sering dianggap sudah terlampau jauh terpisah dari kehidupan orang Yahudi yang beragama. Mereka dinilai sebagai kaum egois, orang-orang kemaruk dan kawanan pemeras.
Namun demikian, dalam Injil Lukas digambarkan bagaimana orang-orang yang biasanya dianggap sudah tak tertolong lagi itu masih mempunyai kesempatan. Ingat perumpamaan anak yang hilang tetapi kembali (Luk 15:11-32), perumpamaan pemungut cukai yang dengan tulus mengakui keberdosaannya (Luk 18:9-14), Zakheus yang ikhlas mengamalkan separo miliknya (Luk 19:1-10). Mereka ditonjolkan Lukas sebagai orang-orang yang dengan rendah hati bertanya “Apakah yang harus kami perbuat?” Pertanyaan ini juga sering timbul dalam lubuk hati banyak orang, juga dalam batin kita.
Cara-cara memperbaiki diri yang dianjurkan Yohanes sejalan dengan kehidupan masing-masing. Yang serba berkecukupan dianjurkan berbagi kelebihan dengan orang lain, yang mem­punyai wewenang menarik pajak hendaknya belajar berlaku jujur, yang memiliki kekuasaan, senjata, dan organisasi dapat belajar agar tidak mempraktekkan kekerasan. Tidak pada tempatnya mengkhotbahkan secara harfiah anjuran-anjuran Yohanes itu. Keadaan masyarakat berbeda-beda dari zaman ke zaman dan dari tempat ke tempat.
Tetapi tak meleset bila dikatakan anjuran Yohanes itu membuat orang berpikir bahwa kedudukan dan kekuasaan tak dapat dilepaskan dari kewajiban untuk menjalankannya sesuai dengan maksud kedudukan itu, begitu pula kelebihan material menuntut pengamalan, bukan penimbunan belaka. Inilah prinsip penalaran moral yang berlaku di mana-mana dan kapan saja.
Namun demikian, penalaran seperti di atas belum tentu membawa perubahan dalam diri orang secara menyeluruh. Orang perlu sejenak meninggalkan kebisingan hidup dan menemukan ketenangan batin.
Mereka yang mendengarkan Yohanes Pembaptis itu datang ke padang gurun untuk “nyepi” ke daerah Yordan, meninggalkan Yerusalem yang inggar- bingar dan penuh kezaliman (“Ierousaleem” katakan saja mudahnya “Yeru-zalim”) untuk melihat prospek kembali ke Yerusalem yang jadi tempat keselamatan (“Hierosolyma” – mudahnya – “Yeru-syalom”).
Di situ orang boleh berharap mendapat pertolongan kekuatan-kekuatan ilahi yang diimbau Yohanes Pembaptis dan menjadi peka mendengarkan isyarat ilahi. Dalam suasana seperti inilah ajakan untuk memperbaiki diri akan lebih merasuki batin dan budi. Kekuatan-kekuatan ilahi itulah yang akan meluruskan batin orang dan menimbun lubang-lubang yang biasanya membuat batin orang tak rata, yang “nggronjal”. Pertobatan yang sungguh baru bisa terjadi bila berawal dalam suasana kesunyian yang sarat dengan kehadiran ilahi. Ini pertobatan yang menghadirkan Tuhan
2.
LANGKAH-LANGKAH PEMBARUAN HIDUP
Dalam Injil bagi Minggu Adven II tahun C kita mendengar Yohanes mewartakan baptisan tobat demi pengampunan dosa (Luk 3:1-6). Ia mendekatkan orang kepada kekuatan-kekuatan ilahi yang memberi hiburan dan karena itu orang dapat mulai berharap dan mencari arah baru yang segar.
Orang baru bisa berharap bila pernah mengalami penghiburan bahwa ada kemungkinan untuk itu. Warta Kitab Suci menekankan adanya penghiburan dari atas sebagai dasar harapan sejati. Ini landasan bagi teologi harapan yang kukuh dan yang dapat nyata-nyata menolong orang.
Memang tidak dapat disangkal adanya unsur jeri dan jera. Dalam tahap tertentu kekuatan-kekuatan ilahi itu bukan hanya pesona yang menghibur, tetapi juga membuat orang tergetar. Perjumpaan dengan Yang Ilahi sering dialami orang sebagai yang mengejutkan, sebagai keberdosaan yang menyakitkan, yang mencemaskan.
Kecaman keras yang sebelumnya diutarakan Yohanes dalam Luk 3:7-9 menyadarkan orang akan dimensi ini. Akan tetapi, kata-kata tajam Yohanes itu ditujukan bagi orang yang sudah mulai mencari arah baru, dengan kata lain, sudah mulai “bertobat”. Mereka itu sudah terhibur dan memiliki harapan.
Tahapan selanjutnya ialah sikap bertanya “Apa yang harus dikerjakan?” (Luk 3:10.12.14) seperti terungkap dalam Injil kali ini. Orang mau belajar mengubah diri, belajar memperhatikan sesama, belajar berlaku adil dan lurus. Keinginan inilah yang menjadi kenyataan hadirnya kekuatan-kekuatan ilahi yang datang mempersiapkan dan meluruskan jalan seperti kata-kata Yesaya yang dikutip dan diterapkan Lukas dalam bacaan Injil pada ulasan Injil Minggu lalu.
Inilah kekuatan-kekuatan moral yang bakal menjinakkan kecenderungan serakah, main kuasa, curang … dan pelbagai kenyataan buruk di dunia ini yang menjadi bagian kehidupan manusia. Bila terjadi, mulai jelaslah makna anjuran Yohanes agar orang memberikan sehelai dari “dua helai baju” kepada orang yang tak mempunyainya.
Ada pasang surut dalam tahap-tahap tadi. Ini deskripsi, bukan evaluasi terhadap pengalaman. Pengalaman membawa kita maju bila digambarkan dan dimengerti, bukan bila dinilai begini atau begitu menurut seperangkat ukuran yang sudah lazim dipakai. Kepekaan mengenai hal ini amat berguna dalam bimbingan rohani dan pelayanan pastoral pada umumnya.
3.
MENGAJAK ORANG BERTANYA
Dalam konteks Injil Lukas, orang-orang yang datang ke Yohanes itu sebenarnya orang-orang yang sudah maju jauh. Banyak ahli tafsir yang melihat tokoh Yohanes Pembaptis beserta pengikutnya sebagai kaum rahib yang menjauhi hidup di Yerusalem dan menyepi di padang gurun. Kita banyak mendengar mengenai kelompok-kelompok seperti itu: kaum Ebioni, kaum Eseni, dan kaum rahib dari pertapaan Qumran.
Bagaimana menerapkan gagasan di atas bagi keadaan yang berbeda, bagi umat yang tidak hidup dalam suasana pertapaan seperti itu, bagi orang-orang yang belum melangkah ke pertobatan seperti orang-orang yang datang ke Yohanes Pembaptis itu? Tak banyak faedahnya memakai mimbar khotbah untuk mencela sikap-sikap atau contoh-contoh kejahatan dan kedosaan. Salah-salah malah akan menjauhkan orang dari Gereja.
Lebih mudah diterima bila dijelaskan bahwa bertobat dapat mulai dengan membangun sikap tidak mengalah kepada ketidaksempurnaan dalam kehidupan ini. Sikap yang paling berlawanan dengan pertobatan ialah takut, tak berbuat apa pun.
Yohanes Pembaptis mengajarkan sikap tidak menerima begitu saja bengkak-bengkoknya jagat ini yang mempengaruhi dan membentuk kehidupan. Dalam pandangan Lukas, sang Pembaptis menyerukan kekuatan-kekuatan dari atas sana untuk mengalahkan daya-daya yang tidak lurus tadi. Sekali lagi sikap “nyepi” dapat membantu orang membiarkan diri disertai kekuatan-kekuatan tadi sambil menjauhi kebisingan daya-daya jahat.
4.
SPIRITUALITAS PELAYAN SABDA: Luk 3:15-18
Yohanes Pembaptis itu pewarta kedatangan sang Penyelamat. Pelayanannya juga khas. Ia menyiapkan orang agar makin ingin berjumpa dengan Tuhan sendiri. Pelayanan seperti inilah yang menjadi dasar kerohanian para pelayan sabda. Juga di masa kini. Dan lebih dalam lagi. Ketika orang mulai menduga-duga apakah dia itu sang Mesias sendiri, Yohanes menegaskan dirinya bukan Dia yang dinanti-nantikan. Ia mengatakan tak pantas melepaskan tali kasut Mesias sekalipun. Ungkapan ini berlatar yuri­dik dan artinya “mengklaim” harapan umat. Maklum, melepaskan tali kasut di sini berhubungan dengan praktek menunjukkan alas kaki kepada pihak yang boleh memandang pembawa alas kaki itu mewakili secara sah pemilik yang tak hadir secara fisik. Ini praktek yuridik tradisional yang dikenal di pelbagai tempat dan sering dipakai dalam upacara nikah per procura. Yohanes tidak merasa pantas menjadi wakil yang sah sekalipun dari Yesus. Jadi, ungkapan itu bukan ungkapan basa-basi saleh, melainkan ungkapan yuridik. Ia menyatakan diri sama sekali tak memiliki hak mengukuhi umat Tuhan. Lalu siapakah Yohanes Pembaptis itu? Menurut Lukas, dia itu suara di padang gurun, di kesunyian, suara yang memperdengarkan kehadiran Tuhan dan mengajak kekuatan-kekuatan ilahi menyiapkan orang agar mampu menerima Tuhan sendiri. Yohanes Pembaptis bergerak dalam senyapnya awang-uwung yang sarat dengan kekuatan-kekuatan ilahi, tetapi ia juga bisa didengar oleh orang-orang yang hidup dalam kebisingan sehari-hari. (AG).
C.
Kutipan Teks Misa.
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. (Flp 4:6)
Antifon Pembuka (Flp 4:4-5)
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan: bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat.
Rejoice in the Lord always; again I say, rejoice. Indeed, the Lord is near.
Gaudete in Domino semper: iterum dico, gaudete: modestia vestra nota sit omnibus hominibus: Dominus prope est. Nihil solliciti sitis: sed in omni oratione petitiones vestrae innotescant apud Deum.
Doa Pembuka
Ya Allah, pandanglah umat-Mu, yang dengan tekun menantikan perayaan kelahiran Putra-Mu. Bantulah kami agar kami bersukacita karena keselamatan yang seagung itu, dan dengan riang-ria merayakannya dalam ibadat yang meriah. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Nubuat Zefanya (3:14-18a)
"Tuhan Allah bersorak gembira karena engkau."
Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bergembiralah, hai Israel! Bersukacita dan beria-rialah dengan segenap hati hai puteri Yerusalem! Tuhan telah menyingkirkan hukuman yang dijatuhkan atasmu, Ia telah menebas binasa musuh-musuhmu. Raja Israel, yakni Tuhan, ada di tengah-tengahmu; engkau tidak akan takut kepada malapetaka lagi. Pada hari itu akan dikatakan kepada Yerusalem, "Janganlah takut, hai Sion! Janganlah tanganmu menjadi lemah lunglai. Tuhan Allahmu ada ditengah-tengahmu sebagai pahlawan yang memberi kemenangan. Ia bersukaria karena engkau, Ia membaharui engkau dalam kasih-Nya, dan Ia bersorak-gembira karena engkau seperti pada pertemuan raya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 836
Ref. Segala bangsa bertepuk tanganlah berpekiklah untuk Allah raja semesta
Ayat. KIDUNG (Yes 12:2-3.4bcd.5-6; Ul: lih. 6)
1. Sungguh, Allah itu keselamatanku; aku percaya dengan tidak gemetar, sebab Tuhan Allah itu kekuatan dan mazmurku, Ia telah menjadi keselamatanku. Maka kamu akan menimba air dengan kegirangan dari mata air keselamatan.
2. Pada waktu itu kamu akan berkata, "Bersyukurlah kepada Tuhan, panggillah nama-Nya. Beritahukanlah karya-Nya di antara bangsa-bangsa, masyhurkanlah bahwa nama-Nya tinggi luhur."
3. Bermazmurlah bagi Tuhan, sebab mulialah karya-Nya, baiklah hal ini diketahui di seluruh bumi! Berserulah dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, sebab Yang Mahakudus, Allah Israel, agung di tengah-tengahmu.
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi (4:4-7)
"Tuhan sudah dekat."
Saudara-saudara, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat! Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi dalam segala hal nyatakanlah keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Maka damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil, do = f, 2/4, PS 956
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yes 61:1)
Roh Tuhan menaungi aku, Ia mengutus aku untuk mewartakan kabar gembira kepada orang-orang sederhana.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut
Lukas (3:10-18)
"Apa yang harus kami perbuat?"
Ketika Yohanes Pembaptis mewartakan pertobatan, orang banyak bertanya kepadanya, "Jika demikian, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes, "Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat demikian juga." Pada waktu itu datang juga pemungut-pemungut cukai untuk dibaptis, dan mereka bertanya kepada Yohanes, "Guru, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes, "Jangan menagih lebih banyak dari yang telah ditentukan!" Dan prajurit-prajurit pun bertanya kepadanya, "Dan kami, apakah yang harus kami perbuat?" Jawab Yohanes kepada mereka, "Jangan merampas dan jangan memeras, dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu!" Tetapi orang banyak itu sedang menanti dan berharap, dan semuanya bertanya dalam hati tentang Yohanes, kalau-kalau ia adalah Mesias. Karena itu Yohanes bekata kepada semua orang itu, "Aku membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa daripada aku masih akan datang, dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. Alat penampi sudah ada di tangan-Nya: Ia akan membersihkan tempat pengirikan-Nya untuk mengumpulkan gandum ke dalam lumbung-Nya. Tetapi debu jerami akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan." Dan banyak nasihat lain Yohanes memberitakan Injil kepada orang banyak.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Dalam kalender liturgi, warna liturgi Minggu Adven III adalah merah muda atau ungu. Konon warna merah muda digunakan karena merupakan percampuran antara warna ungu dan warna putih. Yang hendak ditekankan adalah semangat sukacita di tengah masa pertobatan. Oleh karena itu, Minggu Adven III ini disebut juga Minggu "Gaudete", Minggu "Bersukacita".
Nuansa sukacita terasa dalam bacaan-bacaan liturgi hari ini. Antifon pembuka Ekaristi diawali dengan seruan sukacita: "Bersukacitalah selalu dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan bersukacitalah! Sebab Tuhan sudah dekat" (Flp 4:4-5). Seruan yang sama kita dengarkan dari nubuat Zefanya: "Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai putri Yerusalem! (3:14).
Baik nabi Zefanya maupun Santo Paulus menyerukan bahwa umat Allah tidak sendirian. Tuhan sungguh ada di antara umat-Nya, Tuhan tidak tinggal diam dan meninggalkan umat-Nya. Tuhan menyertai mereka.
Dalam Injil, Yohanes Pembaptis sedang mewartakan pertobatan di padang gurun. Ia melakukan itu karena Seorang yang lebih agung dari dia akan datang: "Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak" (Luk 3:16). Setelah sekian masa tidak terdengar suara seorang nabi, Yohanes Pembaptis tampil untuk mewartakan datangnya Sang Pembebas sejati. Itulah kabar gembira yang sesungguhnya. Ia sudah dekat. Karenanya orang harus siap menyambut-Nya dengan hidup yang layak dan bersih.
Natal sudah diambang pintu . Ini saatnya menyatukan hati bersama dengan Zefanya, Yohanes Pembaptis dan Santo Paulus. Inilah saatnya mencoba merasa-rasakan sukacita mereka. Menyadari dengan sungguh bahwa yang akan kita rayakan kelahiran-Nya bukanlah orang sembarangan. Bahwa yang sedang kita nantikan kelahiran-Nya adalah Orang yang sangat berarti dan penting bagi hidup kita. Dan jika Ia memang Orang terpenting dalam hidup kita, maka inilah juga saatnya menyiapkan bagi-Nya hati terbaik untuk dikunjungi-Nya. Dengan sepenuh hati kita hendak menyambut-Nya dengan sukacita.
Antifon Komuni (bdk. Yes 35:4)
Katakanlah kepada yang tawar hati: Tabahkanlah hatimu dan jangan takut. Lihatlah, Tuhan akan datang menyelamatkan kita.
Say to the faint of heart: Be strong and do not fear. Behold, our God will come, and he will save us.
Dicite: Pusillanimes confortamini, et nolite timere: ecce Deus noster veniet, et salvabit nos.
D.
"WWF - WALK WITH FRANCIS"
Nostra vita lucem effundit cum in servitium incumbimus. In eo stat laetitia ut servientes vivamus.
Our life spreads light when it is given in service. The secret of joy is living to serve.
Kehidupan kita menyebarkan terang ketika kehidupan itu diberikan dalam pelayanan. Rahasia sukacita adalah hidup untuk melayani.
=====
Yohanes - Allah Mengaruniakan Belas KasihNya - God is gracious."
Inilah nama tokoh iman yang hadir sebagai "SAKSI" (Siap Ajarkan Kabar SUKACITA Ilahi): “Ia bukan terang itu tapi harus memberi kesaksian tentang terang itu.”
Ya, bersama dengan Minggu Gaudete pekan III Advent ini (Lat: "Gaudete": Bersukacitalah! “Gaudete in Domino semper - Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan”): "Saudara-saudara, bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang..." (Flp 4:4-5a), kitapun diajak menjadi saksi yang penuh sukacita.
Adapun "KPK" supaya kita juga bisa menjadi "saksi yang penuh sukacita", antara lain:
1.Kejujuran:
Di awal kesaksiannya, Yohanes memberikan penjelasan tentang identitas dirinya agar orang tidak salah paham.
Dengan jujur, ia mengakui bahwa ia bukan Mesias. Ia bukan Elia (nabi yang diyakini akan datang kembali untuk persiapan akhir zaman/Mal 3:1, 4:5, karena dia terangkat ke surga tanpa meninggal/2 Raj 2:11-12). Yohanes juga menolak anggapan bahwa dialah nabi besar yang mewartakan akhir zaman (Ul 18:18).
2.Pertobatan:
Tobat (Yun: Metanoia) yang ditandakan dengan babtisan Yohanes adalah cara untuk mengasah hati dan budi agar peka terhadap kehadiran dan tuntunan Sang Terang. Dkl: Kita diajak bertobat, "berbalik" dari kegelapan menuju ke sumber terang.
3.Kerendahan hati:
Berhadapan dengan Yesus, Yohanes siap melayaniNya sebagai hamba yang rendah dan hina, yang membuka tali kasutNya dia merasa tidak pantas.
Rabbi Joshua bin Levi menulis: “Seorang murid seharusnya melayani guru dengan melakukan semua pekerjaan yang biasanya dilakukan seorang budak terhadap tuannya, kecuali membuka tali kasutnya.” (Traktat Ketubot 96a, Babylonian Talmud). Artinya seorang budak tidak boleh dipaksa untuk membuka tali kasut tuannya bila ia menolak melakukannya.
Disinilah, Yohanes menekankan kerendahan hati di hadapan Yesus. Inilah yang membuatnya mengenal Yesus:“di tengah-tengahmu berdiri Dia yang tidak kamu kenal."
Pastinya, kerendahan hati ala Yohanes ini membuat kita mudah bersyukur (1 Tes 5:17), karna "Allah menentang orang yang congkak tapi mengasihani orang yang rendah hati. Rendahkanlah dirimu dihadapan Tuhan dan Ia akan meninggikan kamu” (Yak 4:6b.10).
"Dari Bekasi ke Kramat Jati - Jadilah saksi yang rendah hati."
E.
MAO - Misa Antifon O:
Riwayatmu Dulu, Kini dan Nanti
1.
Mengenangkan Tujuh Gelar Yesus
Meskipun sejarah Adven kadang tersingkirkan oleh gegap gempita natalan para umat Kristen dengan pelbagai gereja denominasi sebelum 25 Desember yang terkesan "pre-mature", makna Masa Adven bagi segenap umat Katolik tetap terfokus pada kedatangan Kristus (Adven berasal dari bahasa Latin “adventus”, artinya “datang”).
Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua” (no. 524).
Yang pasti, selama 4 minggu kita mempersiapkan perayaan itu dengan masa Adven. Selama ini pula kita diajak untuk berdoa bersama dalam keluarga. Kita jadikan bulan Desember sebagai Bulan Keluarga, karena Yesus memilih hadir dan lahir dalam sebuah keluarga yaitu keluarga Kudus Yusuf dan Maria.
Sebagai tanda kita menyiapkan hati dan budi untuk menyambut sukacita kelahiran Yesus dalam perayaan Natal, kita senantiasa memiliki tradisi membuat Corona Adven berupa lingkaran dedaunan dan 4 lillin. Biasanya lilin terdiri 3 lilin ungu dan 1 lilin rose / pink (yang dinyalakan pada minggu Gaudete / Adven III). Bisa pula 4 lilin putih atau 4 lilin ungu semuanya. Kiranya keluarga-keluarga dapat membuat korona Adven dan bersama-sama menyalakan tiap lilin setiap hari di rumah masing-masing. Misalnya dilakukan sebelum makan malam atau sebelum doa bersama. Satu lilin dinyalakan pada Adven Minggu I, II, dst sampai tanggal 25 Desember.
Pada saat menyalakan lilin korona didoakan rumus doa sesuai dengan minggu yang bersangkutan sebagai berikut:
ADVEN I:
Ya, Yesus Kristus Sang Imanuel, kerinduan segala bangsa, penyelamat umat manusia, datanglah dan tinggallah bersama kami.
ADVEN II:
Ya, Yesus Kristus Raja segala bangsa, Sumber suka cita segala insan, datanglah dan selamatkanlah umat-Mu.
ADVEN III:
Ya, Yesus Kristus, Putera Daud, Engkau telah membukakan pintu surga, datanglah dan bebaskanlah umat-Mu.
ADVEN IV:
Ya, Yesus Kristus, Sang Sabda Bijaksana, Segala sesuatu ada dalam tangan-Mu, datanglah dan tunjukkanlah jalan keselamatan kepada kami.
Secara keseluruhan, selama Masa Adven kita berjuang untuk menggenapi apa yang kita daraskan dalam doa pembukaan Misa Minggu Adven Pertama: “Bapa di surga… tambahkanlah kerinduan kami akan Kristus, Juruselamat kami, dan berilah kami kekuatan untuk bertumbuh dalam kasih, agar fajar kedatangan-Nya membuat kami bersukacita atas kehadiran-Nya dan menyambut terang kebenaran-Nya.
Tanda lain yang bisa kita pakai sebagai ungkapan kerinduan dan harapan kita adalah mengadakan “MAO” – “Misa Antifon O”, yang bisa dimulai pada 17 – 23 Desember. Pada “MAO” inilah, bisa diserukan nama-nama gelar Yesus yang dimulai dari “Kebijaksanaan” sampai pada “Emanuel”.
17 December: O Sapientia (Kebijaksanaan)
18 December: O Adonai (Tuhan)
19 December: O Radix Jesse (Tunggul Isai)
20 December: O Clavis David (Kunci Daud)
21 December: O Oriens (Bintang Fajar)
22 December: O Rex Gentium (Raja Para Bangsa)
23 December: O Emmanuel (Allah Beserta Kita)
Semoga dengan “MAO” ini, kita bisa menjadi pembawa damai, yang selalu “Race In Peace” (Berpacu dalam Damai), mempersembahkan tidak hanya kemenyan, emas dan mur, tidak hanya nubuat - maklumat atau nasehat, melainkan juga persembahan-persembahan rohani, yang lebih luhur daripada yang dapat dilihat dengan mata.
Pastinya, bukankah setiap kali kita meng-ejawantahkan kedamaian dalam “KUD”, karya ucapan dan doa, kita bisa melahirkan Natal kembali setiap hari dalam hati kita, bukan? “Pacem in terris – Pacem in cordis. Damai di bumi – Damai di hati!”
2.
"Antifon O”.
“Antifon O” menunjuk pada ketujuh antifon yang mesti didaraskan (atau dimadahkan) sepanjang periode khusus dalam Masa Adven yang dikenal sebagai Hari Biasa Khusus Adven, yakni pada tanggal 17 Desember hingga 23 Desember.
Asal mula “Antifon O” ini secara tepat tidak diketahui. Boethius (± 480-524) membuat sedikit catatan mengenainya, dengan demikian memberikan gambaran mengenai keberadaannya pada masa itu.
Dalam Biara Benediktin Fleury (sekarang Saint-Benoit-sur-Loire), Antifon O ini didaraskan oleh abbas dan pemimpin biara lainnya dengan urutan menurun, dan kemudian sebuah hadiah diberikan kepada masing-masing anggota komunitas.
Pada abad kedelapan, Antifon O dipergunakan dalam perayaan-perayaan liturgi di Roma. Sebab itu orang dapat menyimpulkan bahwa dalam suatu cara tertentu, Antifon O telah menjadi bagian dari tradisi liturgis kita sejak masa awali Gereja.
Antifon O berfungsi ganda. Masing-masing antifon menggarisbawahi suatu gelar bagi Yesus Sang Mesias: O Sapientia (O Kebijaksanaan), O Adonai (O Tuhan), O Radix Jesse (O Tunas Isai), O Clavis David (O Kunci Daud), O Oriens (O Surya Pagi), O Rex Gentium (O Raja Para Bangsa) and O Emmanuel (O Imanuel). Masing-masing antifon juga berhubungan dengan nubuat Yesaya mengenai kedatangan Mesias.
Menurut Professor Robert Greenberg dari San Francisco Conservatory of Music, para biarawan Benediktin menggubah antifon-antifon ini dengan suatu tujuan tertentu. Jika orang mulai dari gelar terakhir dan mengambil huruf pertama dari masing-masing gelar itu - “Emmanuel, Rex, Oriens, Clavis, Radix, Adonai, Sapientia” - maka terbentuklah kata-kata Latin “ero cras” yang berarti, “Esok, Aku akan datang”.
Sebab itu, Tuhan Yesus, yang kedatangannya kita persiapkan sepanjang Masa Adven dan yang kita sapa dengan ketujuh gelar Mesianis ini, sekarang berbicara kepada kita, “Esok, Aku akan datang”. Jadi, Antifon O tidak hanya mendatangkan kerinduan dalam persiapan Adven kita, melainkan juga mendatangkan suatu akhir yang penuh sukacita.
Katekismus Gereja Katolik menekankan makna ganda “kedatangan” ini: “Dalam perayaan liturgi Adven, Gereja menghidupkan lagi penantian akan Mesias; dengan demikian umat beriman mengambil bagian dalam persiapan yang lama menjelang kedatangan pertama Penebus dan membaharui di dalamnya kerinduan akan kedatangan-Nya yang kedua” (KGK no. 524).
Adapun doa doa singkat ini bisa didaraskan selesai homili pastor setiap misa pagi dalam pekan advent terakhir menjelang Natal:
Hari ke-1: 17 Desember
O Sapientia:
“O Tuhan, yang mahabijaksana, semuanya Kau atur dengan lembut dan perkasa; datanglah dan bimbinglah langkah kami.” Yesaya telah menubuatkan, “Roh TUHAN akan ada padanya, roh hikmat dan pengertian, roh nasihat dan keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN; ya, kesenangannya ialah takut akan TUHAN” (11:2-3) dan “Ia ajaib dalam keputusan serta agung dalam kebijaksanaan” (28:29).
Hari ke-2: 18 Desember
O Adonai:
“O Tuhan, pemimpin umat, yang memberikan hukum kepada Musa di Sinai, datanglah dan bebaskanlah kami dengan lengan perkasa.” Yesaya telah menubuatkan, “Tetapi ia akan menghakimi orang-orang lemah dengan keadilan, dan akan menjatuhkan keputusan terhadap orang-orang yang tertindas di negeri dengan kejujuran; ia akan menghajar bumi dengan perkataannya seperti dengan tongkat, dan dengan nafas mulutnya ia akan membunuh orang fasik. Ia tidak akan menyimpang dari kebenaran dan kesetiaan, seperti ikat pinggang tetap terikat pada pinggang” (11:4-5); dan “Sebab TUHAN ialah Hakim kita, TUHAN ialah yang memberi hukum bagi kita; TUHAN ialah Raja kita, Dia akan menyelamatkan kita” (33:22).
Hari ke-3: 19 Desember
O Radix Jesse:
“O Tuhan, Tunas Isai, yang menjulang di tengah bangsa-bangsa, bebaskanlah kami, dan jangan berlambat.” Yesaya telah menubuatkan, “Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah” (11:1) dan “Pada waktu itu taruk dari pangkal Isai akan berdiri sebagai panji-panji bagi bangsa-bangsa; dia akan dicari oleh suku-suku bangsa dan tempat kediamannya akan menjadi mulia” (11:10). Patut diingat bahwa Isai adalah ayah Raja Daud, dan Mikha telah menubuatkan bahwa Mesias akan berasal dari keluarga dan keturunan Daud dan dilahirkan di kota Daud, yaitu Betlehem (Mikha 5:1).
Hari ke-4: 20 Desember
O Clavis David:
“O Tuhan, Kunci Kerajaan Allah, datanglah, dan bebaskanlah umat-Mu dari perbudakan.” Yesaya telah menubuatkan, “Aku akan menaruh kunci rumah Daud ke atas bahunya: apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup, tidak ada yang dapat membuka” (22:22) dan “Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya” (9:6).
Hari ke-5: 21 Desember
O Oriens:
“O Tuhan, cahaya abadi dan surya keadilan, datanglah, dan terangilah mereka yang duduk dalam kegelapan dan bayangan maut.” Yesaya telah menubuatkan, “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (9:1).
Hari ke-6: 22 Desember
O Rex Gentium:
“O Tuhan, Raja segala bangsa dan batu penjuru Gereja, datanglah, dan selamatkanlah manusia yang Kau bentuk dari tanah.” Yesaya telah menubuatkan, “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai” (9:5) dan “Ia akan menjadi hakim antara bangsa-bangsa dan akan menjadi wasit bagi banyak suku bangsa; maka mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang” (2:4).
Hari ke-7: 23 Desember
O Emmanuel:
“O Imanuel, Engkau raja dan pemberi hukum. Datanglah dan selamatkanlah kami, ya Tuhan Allah kami.” Yesaya telah menubuatkan, “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (7:14). Patut diingat bahwa “Imanuel” berarti “Allah menyertai kita”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar