Ads 468x60px

Minggu, 17 Februari 2019

HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
Minggu, 17 Februari 2019
Hari Minggu Biasa VI
Yeremia (17:5-8)
(Mzm 1:1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a)
1 Korintus (15:12.16-20)
Lukas (6:17.20-26)
“Fiat cor meum immaculatum - Jadikanlah hatiku murni.”
Inilah salah satu harapan orang yang ingin memperoleh kebahagiaan.
Adapun hari ini, Yesus bersabda:
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, ...
"Berbahagialah orang yang berdukacita....,
"Berbahagialah orang yang lemah lembut..,
"Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran...,
" Berbahagialah orang yang dicela dan dianiaya, difitnah... bersukacita dan bergembiralah..."
Inilah sabda yang biasanya disebut “Khotbah di Bukit”, yang berisi penyataan dari prinsip-prinsip kebenaran Allah dimana semua orang kristiani harus hidup oleh iman kepada Anak Allah (Gal 2:20) dan oleh kuasa Roh Kudus yang tinggal di dalam dirinya (Rom 8:2-14; Gal 5:16-25).
Adapun kata "berbahagia" menunjuk kepada kesejahteraan semua orang yang karena hubungannya dengan Kristus dan Firman-Nya, menerima Kerajaan Allah, yang meliputi kasih, perhatian, keselamatan dan kehadiran Allah hari lepas hari (Mat 14:19; Luk 24:50).
Beberapa syarat dasar yang harus dipenuhi jikalau kita ingin menerima berkat-berkat Kerajaan Allah, adalah "8 K", antara lain:
1.Kerendahan hati: "Miskin di hadapan Allah".
Kita harus sadar bahwa kita itu terbatas. Kita membutuhkan “rahmat”: kuasa dan kasih karunia yang datang dari Roh Kudus untuk mewarisi Kerajaan Allah.
2.Kesadaran diri: "Berdukacita"
Kita peka dan merasa sedih atas kelemahan kita sendiri karena tidak mampu memenuhi standar kebenaran Allah (Mat 5:6; 6:33). Itu juga berarti berdukacita karena hal-hal yang menyedihkan hati Allah, berbagi rasa dengan Allah dan ikut berduka bersama-Nya atas dosa, kebejatan, dan kekejaman yang tampak di dunia (Kis 20:19; Luk 19:41; 2Pet 2:8).
3.Kelemah lembutan: "Lemah lembut":
Mereka yang rendah hati, patuh dan berlindung pada-Nya. Mereka lebih memperhatikan pekerjaan Allah dan umat Allah daripada hal-hal yang mungkin terjadi pada diri mereka (Mazm 37:11).
4.Keberanian: ”Lapar dan haus akan kebenaran”
Lapar ini tampak dalam diri Musa (Kel 33:13,18), pemazmur (Maz 42:3,7; Maz 63:2) dan Rasul Paulus (Fil 3:10). Kondisi rohani kita akan tergantung pada rasa lapar dan dahaga akan
(a) kehadiran Allah (Ul 4:29),
(b) Firman Allah (Mazm 119:1-176),
(c) hubungan dengan Kristus (Fil 3:8-10),
(d) persekutuan Roh Kudus (Yoh 7:37-39; 2Kor 13:14),
(e) kebenaran (Mat 5:6),
(f) kuasa kerajaan (Mat 6:33) dan
(g) kedatangan Tuhan kembali (2Tim 4:8).
5.Kerelaaan berkorban: ”Siap dianiaya”.
Penganiayaan akan menimpa semua orang yang berusaha untuk hidup sesuai dengan Firman Allah demi kebenaran yakni mereka yang mempertahankan standar kebenaran, keadilan, dan kesucian, yang pada saat bersamaan tidak mau berkompromi dengan masyarakat sekarang yang fasik atau gaya hidup orang percaya yang suam (Wahy 2:1-29; 3:1-4,14-22), tidak menjadi populer, ditolak, dan dikecam.
Penganiayaan dan pertentangan itu sendiri akan datang dari dunia (Mat 10:22; 24:9;Yoh 15:19) dan bahkan kadang-kadang dari orang yang mengaku diri anggota gereja (Kis 20:28-31; 2Kor 11:3-15; 2Tim 1:15; 3:8-14; 4:16). Pada saat mereka mengalami penderitaan ini, orang Kristen hendaknya bersukacita (ayat Mat 5:12), karena mereka yang paling menderita akan diberikan berkat yang terbesar oleh Allah (2Kor 1:5; 2Tim 2:12;1Pet 1:7; 4:13).
“Mgr Soegiya adalah uskup pribumi pertama di Indonesia – Orang beriman yang bahagia itu tak akan pernah hidup sia sia.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Ecce ancilla Domini - Aku adalah hamba Tuhan."
Inilah salah satu kalimat khas Bunda Maria yang sejajar dengan semangat kerendahan hati imani seperti yang diajarkan Yesus hari ini: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah".
Dengan kata lain: Yesus ingin kita selalu menjadi orang beriman yang bahagia walau kadang kecewa dan tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan, karena bahagia bukanlah melulu pada aneka hal material-duniawi (harta tahta kuasa) tapi lebih pada suasana hati yang "BAgikan harapan-HAdirkan Tuhan dan GIAtkan iman" dengan beberapa semangat pokok yang diwartakanNya, antara lain:
1.yang "miskin":
yang tidak terikat-lekat pada harta dan tahta duniawi tetapi lepas bebas dan hanya mengikatkan/mengandalkan diri pada Tuhan.
2."yang "berdukacita":
yang menjadi "korban", dizalimi dan dihakimi secara tidak adil, yang sengsara dan dukalara karena penganiayaan sesama tapi tetap setia untuk terus mendekat kepadaNya.
3.yang "lemah lembut":
yang hatinya tulus dan halus, tidak suka menghakimi tapi selalu belajar memahami orang lain dengan sabar dan rendah hati.
4.yang "lapar dan haus akan kebenaran":
yang selalu berjuang sepenuh hati dan merindukan keadilan/kesejahteraan bagi sesama secara utuh penuh dan teduh, yang tidak angkat tangan/cuci tangan tapi yang mau untuk turun tangan, terlibat di tengah suka duka masyarakat kendati harus menghadapi berbagai macam resiko.
5.yang "membawa damai":
yang selalu siap untuk berkorban dan bersaksi demi mengupayakan perdamaian sebagai satu satunya modal dasar dengan siapapun untuk urusan apapun dan dimanapun.
"Cari galah di Stadion Manahan - Selalu berbahagialah dalam kasih Tuhan."
C.
“Intentio pura - Maksud yang murni."
Inilah yang selalu diharapkan setiap kali kita menjalin relasi dengan orang lain dan hendak mencapai sebuah kebahagiaan sejati. Inilah sebuah tindakan komunikatif yang membahagiakan (Lat: comunicare: berbagi), tidak ada "rekayasa/agenda politis/hidden agenda" karena semuanya tulus tanpa ada akal bulus, hanya hadir dan mengalir.
Tapi secara real, kadang ada saja orang yang tidak membahagiakan karena "tidak fair": Ia berpura-pura tulus padahal hatinya penuh akal bulus. Hati dan kata-katanya seperti "pepesan kosong" karena penuh topeng dan kepalsuan, kadang penuh gosipan dan cibiran, seolah mereka adalah orang yang berhak menjadi "hakim" bagi sesamanya.
Adapun tiga keutamaan jawa yang bisa kita petik dari realitas ini, al:
1. "Eling lan waspada":
Ingat diri dan ber-mawas diri dalam menjalin relasi, karena ada saja "serigala berbulu domba": di depan kita berpura-pura baik tapi ternyata di belakang malahan menjelek-jelekkan/memfitnah, ngrasani, mencari untung dll. Ini bisa terjadi di banyak tempat, entah di tempat kerja atau juga di gerej, entah dengan sesama umat/sesama gembalanya. Dkl: Kita perlu bersikap instrospektif setiap harinya supaya selalu bermawas diri.
2. "Alon alon waton kelakon":
Perlahan dan jangan tergesa dalam mengambil banyak keputusan. Semuanya mesti dilihat dengan arif dan tidak terburu buru. Ada sikap kehati-hatian dalam menjalin relasi. Dkl: Kita perlu bersikap reflektif, "menep", tidak larut hanyut dalam emosi dan rasa perasaan sesaat yang bergejolak hanya karena atas dasar suka/tidak suka. Kita perlu punya kepekaan nurani dalam menjalin relasi.
3. "Ojo Dumeh":
Kita diharapkan untuk hidup sederhana dan tidak suka pamer/tampil "wah" karena kadang bisa menimbulkan keiri-hatian orang lain yang tidak suka. Disinilah kita perlu menjadi orang yang integratif, yang utuh dan seimbang, tidak sibuk pada tampilan luar tapi sungguh mempunyai "inner power" yang muncul dari kedalaman hati yang bena-benar tulus dan sejati: Think before speak!
"Cari roti di Lebak Bulus - Milikilah hati yang benar-benar tulus."
D.
Kutipan Teks Misa:
"Aku ingin menjadi orang Kristen sejati dan bukan sekadar pembawa nama Kristen." (St. Ignatius dari Antiokhia).
Sabda Tuhan itu bagaikan pohon hidup; semua cabangnya memberikan buah yang terberkati (St. Efrem dari Diatesaron)
Antifon Pembuka (Mzm 31:3-4-PS 658)
Jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu pertahanan untuk menyelamatkan aku. Sebab Engkaulah bukit batuku dan pertahananku. Oleh karena nama-Mu, Engkau akan menunutun dan membimbing aku.
Be my protector, O God, a mighty stronghold to save me. For you are my rock, my stronghold! Lead me, guide me, for the sake of your name.
Esto mihi in Deum protectorem, et in locum refugii, ut salvum me facias: quoniam firmamentum meum, et refugium meum es tu: et propter nomen tuum dux mihi eris, et enutries me.
Pengantar
Sering orang membangun hidup di atas uang, pangkat dan kemewahan. Tetapi Kitab Suci mengajar kita, bahwa hal itu bukanlah yang baku di dalam hidup kita. Dan Yesus mengajak kita untuk melihat kenyataan dengan pandangan yang lain sekali. Di dalam kerajaan-Nya yang bahagia adalah kaum miskin dan mereka yang menderita demi Tuhan. Sebab Tuhanlah yang membuat kita bahagia. Semoga pertemuan bersama Tuhan dalam Perayaan Ekaristi Hari Minggu Biasa VI ini semakin memperdalam iman kita.
Doa Pembuka
Allah Bapa kami, kami bersyukur karena melalui Putra-Mu, Yesus Kristus, Engkau telah mengangkat martabat orang-orang yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan menderita. Semoga teladan hidup-Nya menggerakkan kami untuk melakukan hal yang sama sehingga karya penyelamatan-Mu sungguh menjadi nyata dalam diri kami. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan Pertama
Bacaan dari Kitab Yeremia (17:5-8)
"Terkutuklah yang mengandalkan manusia, Terpujilah yang mengandalkan Tuhan."
Inilah sabda Tuhan, "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh daripada Tuhan! Ia akan seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya keadaan baik; ia akan tinggal di tanah angus di padang gurun, di negeri padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya; daunnya tak pernah layu, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Bacaan Kedua
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada umat di Korintus (15:12.16-20)
"Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu."
Saudara-saudara, jika kami wartakan bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Sebab andaikata benar bahwa orang mati tidak dibangkitkan, maka Kristus juga tidak dibangkitkan. Dan andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu. Dengan demikian binasa pulalah orang-prang yang meninggal dalam Kristus. Dan jikalau kita berharap pada Kristus hanya dalam hidup ini, maka kita ini orang-orang yang paling malang dari semua manusia. Namun, ternyata Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati sebagai yang sulung dari antara orang-orang yang telah meninggal dunia.
Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.
Bait Pengantar Injil PS 960
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. Bersukacita dan bergembiralah, sabda Tuhan, sebab besarlah ganjaranmu di surga. (Luk 6:23ab)
Bacaan Injil
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (6:17.20-26)
"Berbahagialah orang miskin, celakalah orang kaya."
Pada waktu itu Yesus bersama kedua belas rasul-Nya turun dari gunung dan berdiri di suatu tempat yang datar. Di situ telah berkumpul banyak murid dan sejumlah besar orang yang datang dari seluruh Yudea, dari Yerusalem, dan dari daerah pantai Tirus dan Sidon. Yesus menengadah, memandang murid-murid-Nya lalu berkata, "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya kerajaan Allah. Berbahagialah hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa. Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat. Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di surga karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi. Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu. Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis. Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."
Inilah Injil Tuhan kita!
U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!
Renungan
Hidup sebagai orang yang percaya bahwa Allah adalah Penyelenggara dan Penopang kehidupan sama artinya dengan hidup mengandalkan kekuatan Allah dan bukan bertumpu pada kekuatan insani belaka. Hidup dengan mengandalkan Allah sama artinya pula dengan mengikatkan diri dan mengantungkan harapan hidup hanya kepada Allah (Bacaan I). Ketika orang mengikatkan diri dan harapan hidupnya pada Tuhan, ia akan memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya di dalam hidup sebab Tuhan akan melimpahinya dengan berkat dan anugerah. Orang-orang seperti ini adalah seperti pohon yang ditanam ditepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya dimana daunnya tak pernah layu (Mzm Tanggapan). Cara hidup orang demikianlah yang seharusnya menjadi cara hidup setiap orang beriman. Cara hidup orang beriman tidaklah seperti orang-orang yang mencari kebahagiaannya dengan mengantungkan penghiburannya pada kekayaan yang dimiliki dan mengantungkan kenyaman dan keamanannya pada apa yang dimiliki (lnjil).
Antifon Komuni (Mzm 78:29-30)
Mereka makan dan menjadi sangat kenyang. Ia memberikan kepada mereka apa yang mereka inginkan, tetapi mereka belum merasa puas.
They ate and had their fill, and what they craved the Lord gave them; they were not disappointed in what they craved.
Manducaverunt, et saturati sunt nimis, et desiderium eorum attulit eis Dominus: non sunt fraudati a desiderio sio.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar