Ads 468x60px

Sabtu, 09 Februari 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.         

Sabtu, 09 Februari 2019
Hari Biasa Pekan V
Ibrani (13:15-17.20-21)
(Mzm 23:1.3a.4b.5.6, Ul: lih. 1)
Markus (6:30-34)

“In nomine Dei feliciter – Dalam nama Tuhan semoga berbuah”.

Itulah salah satu harapan yang ditampakkan Yesus yang juga saya tulis dalam buku “Mimbar Altar” (RJK, Kanisius).

Harapan yang penuh semangat iman dan kasih inilah yang menjadi dasar dari karya dan warta Yesus bersama para muridNya sehingga mereka selalu membawa semua warta dan karyanya dalam nama Tuhan.

Adapun tiga jalan supaya kita semakin berbuah dalam nama Tuhan, al:

1.Reflektif:
Setelah berkarya, Yesus tak lupa mengajak mereka u/mengadakan refleksi. Kita juga diajak u/selalu masuk ke ruang hati: meluangkan waktu u/berdoa, setelah sibuk dengan karya, agar tidak dihanyut-larutkan o/afeksi, emosi, friksi - ambisi serta terpaan dan gosipan.

Dalam keheningan, bukankah kita lebih mudah menggapai kedalaman? Bukankah seorang empu pembuat keris, tidak cuma membuat pisau tajam berkelak-kelok belaka, tapi harus ada pamor nya? Bukankah seorang penari tidak cuma menari dg baik, tapi harus memiliki greget nya? Bukankah "pamor dan greget" itu bisa dicapai dalam "sabat"-perjumpaan pribadi dalam hadirat hening dengan Tuhan?

2.Transformatif:
Walaupun Yesus dan para murid sedang “off track/libur”, tapi hatiNya selalu “on track/lembur”: tergerak o/belas kasihan.

Ya, kendati lelah-lapar dan haus, Yesus mengajak kita u/selalu berani bertransfomasi/berubah haluan dari “ego-sentris ke kristus-sentris, menjadi pribadi yang beriman sekaligus berbelarasa.

Bukankah seperti harapan Paulus, “kita adalah surat cinta Tuhan, yang ditulis bukan dengan tinta di atas loh batu, tapi dengan roh pada hati?

3.Integratif:
Doa tak terpisah dari karya. Inilah sebuah hidup dan iman yang ber-integritas, utuh-penuh dan menyeluruh. Dalam bahasa Bunda Teresa yang juga saya tulis dalam buku “HERSTORY” (RJK, Kanisius):
The fruit of silence is prayer,
The fruit of prayer is faith,
The fruit of faith is love,
The fruit of love is service,
The fruit of service is peace”

Disinilah, doa menjadi kekuatan karya sekaligus karya menjadi buah-buah dari doa kita.

Sudahkah kita juga beriman dengan utuh dan penuh?

“Kayu jati di Jati Asih – Milikilah hati yang selalu berbelaskasih”.

Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

NB:
A.
"Compassion - Belas kasihan."

Inilah suatu perasaan kasih yang menggerakkan hati, yang membuat seseorang merasa ber-empati, sedih melihat derita sesamanya dan disertai dorongan yang kuat untuk menolong, tergerak dan bergerak. Mengacu pada bacaan hari ini, belas kasihan sendiri merupakan ciri khas Allah. (Ul 30:3; 2Raj 13:23; Maz 78:38; Maz 111:4) dan PutraNya Yesus (Mr 1:41; Mat 9:36; 14:14; 15:32; Luk 7:13;Mr 8:2).

Adapun tiga tingkatan belas kasih, yakni: “KUD”:
K  arya belas kasih,
U  capan belas kasih
D  oa yang penuh belas kasih.

Pastinya, kita semua dipanggil untuk mengamalkan ketiga tingkatan belas kasih ini, tetapi tidak semua kita dipanggil dengan cara sama. Kita perlu datang kepada Tuhan, yang memahami pribadi dan situasi kita, untuk menolong kita mengenali berbagai macam cara dengan mana kita masing-masing dapat menyatakan belas kasih-Nya dalam hidup kita sehari-hari.

Gereja selalu menganjurkan beberapa karya belas kasih secara jasmani, antara lain:

beri makan yang lapar-
beri minum yang haus-
beri tumpangan yang gelandangan-
mengenakan pakaian untuk yang telanjang-
mengunjungi orang miskin/tahanan
serta menguburkan orang mati.

Sedangkan karya belas kasih rohani, antara lain:

mengajar-
memberi nasehat-
menghibur-
membesarkan hati-
mengampuni-
menanggung dengan sabar hati-
mendoakan yang lain.

Yang pasti, betapa Tuhan kita menekankan hal ini kepada St Faustina:

“Aku menghendaki dari kalian perbuatan-perbuatan belas kasih yang timbul karena kasih kepada-Ku. Hendaklah kalian menunjukkan belas kasih kepada sesama di setiap waktu dan di setiap tempat. Janganlah kalian berkecil hati atau berusaha mencari-cari alasan untuk tidak melakukannya. Bahkan iman yang terkuat sekalipun tak akan ada gunanya tanpa perbuatan."

Bagaimana dengan kita?

"Dari Brastagi ke Pulau Bali - Mari saling berbagi dan berpeduli."

B.
“Pastor Bonus – Gembala Baik!”

Inilah salah satu identitas Yesus, yang hatiNya mudah tergerak oleh belas kasihan.

Adapun tiga sikap gembala baik, antara lain:

1.Keseimbangan
"Marilah kita pergi ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian dan beristirahatlah sejenak!"

Mereka bekerja tp tidak mabuk kerja.
Mereka ikut sibuk tp tidak larut dan hanyut dalam kesibukan.Mereka menyadari perlunya keseimbangan.

2.Kerahiman:
Ketika Yesus melihat orang banyak, hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Inilah suatu perasaan kasih yang menggerakkan hati, yang membuat seseorang merasa ber-empati, sedih melihat derita sesamanya dan disertai dorongan yang kuat untuk menolong, tergerak dan bergerak.

Inilah ciri khas Allah (Ul 30:3; 2Raj 13:23; Maz 78:38; Maz 111:4) dan Yesus (Mr 1:41; Mat 9:36; 14:14; 15:32; Luk 7:13;Mr 8:2).

Dengan kata lain: Kasih-Nya adalah kasih yg penuh kerahiman, walaupun yg lain “libur”, Ia tetap “lembur” untuk terus mewartakan kerahiman ilahiNya. Ia selalu memberi, tidak pernah merasa cukup/selesai. Love always feel inadequate.

3.Kesaksian:
Keprihatinan Yesus melihat orang banyak terlantar mengingatkan kita akan keprihatinan Musa di akhir pengembaraan bangsa Israel:
"Biarlah TUHAN, Allah dari roh segala makhluk, mengangkat atas umat ini seorang yang mengepalai mereka waktu keluar dan masuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat TUHAN jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala.” (Bil 27:16-17).

Disinilah, kita diajak untuk mewujudkan panggilan sebagai gembala di tengah banyak ancaman “serigala dunia”.

"Cari jala di Kalimati - Jadilah gembala yang murah hati."

C.
"Come away and rest a while"

Scripture:
Mark 6:30-34:
The apostles returned to Jesus, and told him all that they had done and taught. And he said to them, "Come away by yourselves to a lonely place, and rest a while." For many were coming and going, and they had no leisure even to eat. And they went away in the boat to a lonely place by themselves. Now many saw them going, and knew them, and they ran there on foot from all the towns, and got there ahead of them. As he went ashore he saw a great throng, and he had compassion on them, because they were like sheep without a shepherd; and he began to teach them many things.

Meditation:
What does the image of a shepherd tell us about God's care for us? Shepherding was one of the oldest of callings in Israel, even before farming, since the Chosen People had traveled from place to place, living in tents, and driving their flocks from one pasture to another. Looking after sheep was no easy calling. It required great skill and courage. Herds were often quite large, thousands or even ten thousands of sheep. The flocks spent a good part of the year in the open country. Watching over them required a great deal of attention and care.

Stray sheep must be brought back lest they die. Sheep who strayed from the flock had to be sought out and brought back by the shepherd. Since hyenas, jackals, wolves, and even bear were common and fed on sheep, the shepherds often had to do battle with these wild and dangerous beasts.

A shepherd literally had to put his life on the line in defending his sheep. Shepherds took turns watching the sheep at night to ward off any attackers. The sheep and their shepherds continually lived together. Their life was so intimately bound together that individual sheep, even when mixed with other flocks, could recognize the voice of their own shepherd and would come immediately when called by name.

God himself leads us like a good shepherd
The Old Testament often spoke of God as shepherd of his people, Israel. The Lord is my shepherd, I shall not want (Psalm 23:1). Give ear, O Shepherd of Israel, you who lead Joseph like a flock! (Psalm 80:1) We are his people, and the sheep of his pasture (Psalm 100:3). The Messiah is also pictured as the shepherd of God's people: He will feed his flock like a shepherd, he will gather the lambs in his arms (Isaiah 40:11)

Jesus told his disciples that he was the Good Shepherd who was willing to lay down his life for his sheep (Matthew 18:12, Luke 15:4, John 10). When he saw the multitude of people in need of protection and care, he was moved to respond with compassionate concern. His love was a personal love for each and every person who came to him in need.

Jesus is the Shepherd and Guardian of our souls
Peter the apostle called Jesus the Shepherd and Guardian of our souls (1 Peter 2:25). Do you know the peace and security of a life freely submitted to Jesus, the Good Shepherd? In the person of the Lord Jesus we see the unceasing vigilance and patience of God's love. In our battle against sin and evil, Jesus is ever ready to give us help, strength, and refuge. Do you trust in his grace and help at all times?

"Lord Jesus, you guard and protect us from all evil. Help me to stand firm in your word and to trust in your help in all circumstances. May I always find rest and refuge in the shelter of your presence."

Daily Quote from the Early Church Fathers.
"The pastures that this good shepherd has prepared for you, in which he has settled you for you to take your fill, are not various kinds of grasses and green things, among which some are sweet to the taste, some extremely bitter, which as the seasons succeed one another are sometimes there and sometimes not. Your pastures are the words of God and his commandments, and they have all been sown as sweet grasses. These pastures had been tasted by that man who said to God, 'How sweet are your words to my palate, more so than honey and the honeycomb in my mouth!' (Psalm 119:103)."
(Augustine of Hippo, 354-430 A.D., excerpt from Sermon 366.3)

D.
Prayers of Gratitude.

Thank you, God for the times You have said "no." They have helped me depend on You so much more

Thank you, God, for unanswered prayer. It reminds me that You know what's best for me, even when my opinion differs from Yours.

Thank You, Lord, for the things you have withheld from me. You have protected me from what I may never realize.

Thank You, God, for the doors You have closed. They have prevented me from going where You would rather not have me go.

Thank you, Lord, for the physical pain You've allowed in my life. It has helped me more closely relate to Your sufferings on my behalf.

Thank you, Lord, for the alone times in my life. Those times have forced me to lean in closer to You.

Thank you, God, for the uncertainties I've experienced. They have deepened my trust in You.

Thank You, Lord, for the times You came through for me when I didn't even know I needed a rescue.

Thank You, Lord, for the losses I have experienced. They have been a reminder that You are my greatest gain.

Thank You, God, for the tears I have shed. They have kept my heart soft and mold-able.

Thank You, God, for the times I haven't been able to control my circumstances. They have reminded me that You are sovereign and on the throne.

Thank You, God, for those people in my life whom You have called home to be with You. Their absence from this earth keeps my heart longing for heaven.

Thank You, God, that I have an inheritance in the heavenly places...something that this world can never steal from me and I could never selfishly squander.

Thank You, God, for the greatest gift You could ever give me: forgiveness through Your perfect Son's death on the cross on my behalf.

Thank You, God, for the righteousness You credited toward me, through the death and resurrection of Jesus. It's a righteousness I could never earn or attain on my own.

Thank You, Father, that You know me, You hear me, and You see my tears. Remind me through difficult times that You are God, You are on the throne, and You are eternally good.

And thank You, Lord, not only for my eternal salvation, but for the salvation You afford every day of my life as You save me from myself, my foolishness, my own limited insights, and my frailties in light of Your power and strength.
Do you want unity in your family?
In your relationships, office, ministry prayer group, among your friends?
If so, you’ve got to listen carefully because I have the solution.

It is not going to be easy.
It is not a nice solution.
It is a very painful solution
but it is the only solution that could bring unity to any group etc.

E.
ULASAN EKSEGETIS
BACAAN INJIL (Mrk 6:30-34) :
"KE TEMPAT SUNYI SEJENAK."

Rekan-rekan yang baik!
Kedua belas murid yang diutus dua berdua ke pelbagai tempat kini kembali berkumpul dengan dia. Injil jelas-jelas menyebut mereka “rasul”, artinya orang yang diutus.

Dalam pengutusan itu mereka dibekali kuasa atas roh jahat sehingga orang-orang yang mereka datangi dapat mulai mengenal siapa yang mengutus. Orang yang luar biasa. Dan ia bakal datang sendiri ke tempat kami! Tak mengherankan banyak yang tak sabar menunggu. Ada yang mengikuti para rasul yang kembali menemui sang Guru. Orang-orang itu ingin segera melihat sendiri siapa dia yang dikabarkan para utusannya.

Itulah suasana yang melatari Mrk 6:30-34 yang dibacakan pada hari Minggu Biasa XVI tahun B ini. Para pendengar di zaman ini boleh mencoba memasuki suasana batin itu dengan ikut merasa-rasakannya.

1.
KESADARAN YANG BERTUMBUH.

Terasa betapa besarnya semangat para utusan yang kembali tadi. Kiranya mereka berhasil dan diterima di mana-mana. Mereka merasa bisa leluasa berbicara mengenai siapa Yesus yang bakal datang ke tempat itu. Tidak dirincikan apa yang mereka sampaikan.

Tetapi boleh kita simpulkan dari sebuah peristiwa lain yang dicatat dalam Mrk 8:27-30. Di Kaisarea Filipi, dalam perjalanan berkeliling dari tempat ke tempat, Yesus menanyai para murid apa kata orang mengenai siapa dia itu. Ada pelbagai pendapat: Yohanes Pembaptis, Elia, atau seorang nabi. Begitulah pengertian orang banyak sebelum mendengar pewartaan para rasul.

Kemudian Yesus pun menanyai murid-muridnya siapakah dia itu menurut mereka sendiri. Mewakili para murid, dalam Mrk 8:29 Petrus menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias. Inilah keyakinan mereka. Dan tentunya keyakinan inilah yang mereka sampaikan kepada orang banyak.

Tetapi ada masalah. Bagaimana dengan larangan keras Yesus agar jangan memberitahukan tentang dia kepada siapa pun pada akhir peristiwa itu (Mrk 8:20)? Memang Yesus tidak menyangkal kemesiasan yang diyakini para murid tadi. Yang tidak dimauinya ialah mengobral sebutan Mesias begitu saja dengan akibat mudah disangkut-pautkan dengan gerakan mesianisme politik waktu itu.

Dari peristiwa ini dapat diperkirakan bahwa yang diberitakan para utusan tadi ialah kemesiasan Yesus yang sejati. Itulah yang mereka sampaikan dalam ujud ajakan agar orang berpikiran luas (“bertobat”) dan menjadi manusia utuh (tidak dikuasai “setan” dan “penyakit”) seperti tertulis dalam Mrk 6:12-13. Dengan keyakinan ini, para rasul sendiri juga semakin menyadari siapa Yesus itu. Inilah kiranya yang sekarang dibicarakan para rasul di hadapan sang Guru.

Sementara itu orang banyak juga berdatangan mengerumuni para rasul yang sedang berkumpul kembali dengan Yesus. Orang-orang pergi datang menemui murid-murid dan guru mereka sehingga makan pun mereka tak sempat (Mrk 6:31).

Catatan ringkas Markus itu menunjukkan betapa besarnya harapan orang-orang itu. (Makin terasa bedanya dengan orang-orang yang mempertanyakan wibawa Yesus dalam Mrk 3:20-30.).

Di sana, di sebuah rumah, Yesus kini dikerumuni orang banyak. Markus menambahkan bahwa “makan pun mereka tidak dapat” karena tidak mau kehilangan kesempatan mendekat kepadanya. Tapi di tempat seperti ini, ironinya, sanak dekat Yesus sendiri menganggapnya “tidak waras lagi”, dan ahli-ahli Taurat mengatakan Yesus “kerasukan Beelzebub”, nama iblis yang amat ditakuti. Tetapi kini dalam Mrk 6:30-34 komentar-komentar sumbang seperti itu tidak lagi terdengar. Orang-orang yang berdatangan mengikuti para rasul menemui Yesus itu penuh antusiasme dan harapan.

2.
MENDALAMI PENGALAMAN.

Yesus mengajak para murid pergi ke tempat yang terpencil, Yunaninya “erēmos”, untuk sejenak beristirahat. Mereka pun berkayuh ke seberang danau. Dalam bahasa Yunani, kata yang ini dipakai untuk menyebut tempat sunyi dan juga bagi padang gurun. Tetapi tempat sepi kali ini ialah perahu, tempat mereka berada hanya dengan guru mereka.

Yesus mengajak murid-murid untuk menyepi seperti dia sendiri dulu di padang gurun. Dulu di padang gurun Yesus semakin menyadari pernyataan dari surga bahwa ia anak terkasih dan kepadanya Allah berkenan (Mrk 1:11-12). Para rasul baru saja mengalami keberhasilan dalam berwarta dan menyembuhkan orang dari kuasa roh jahat dengan kuasa yang dibekalkan Yesus.

Mereka perlu mengendapkan pengalaman ini. Bila tidak, mereka nanti bisa jatuh dalam tindakan pengusiran setan dan penumpangan tangan serta macam-macam talk show dan tidak lagi melihat inti pelayanan yang sebenarnya. Mereka mulai mengalami bagaimana memakai bekal kuasa atas roh jahat. Perkara yang tidak bisa dilakukan dengan asal saja.

Begitulah setapak demi setapak mereka diikutsertakan dalam pelayanan Yesus kepada orang-orang sezamannya. Di tangan orang yang keyakinannya kurang lurus dan mendalam, kuasa seperti itu malah bisa disalahgunakan untuk menunjukkan kebesaran diri, bukan menyiapkan kedatangan sang Guru. lebih parah lagi, yang mau memakainya secara asal-asalan bisa celaka.

Diceritakan dalam Kis 19:13-20 nasib ketujuh anak Skewa yang mau mengusir setan atas nama Yesus. Tapi orang yang kerasukan di Efesus itu malah menertawakan, lalu menubruk ketujuh dukun mogol itu dan menindih mereka sambil menghajar sampai mereka babak belur dan lari terbirit-birit telanjang.

Kita tidak mendengar seluk beluk yang terjadi selama para rasul berlayar bersama Yesus. Boleh jadi sang Guru memberi petunjuk-petunjuk. Boleh jadi mereka bertanya mengenai macam-macam roh. Bisa jadi tak banyak yang diperkatakan. Tetapi mereka akan teringat pengalaman pernah ketakutan di perahu yang diombang-ambingkan angin ribut dan amukan ombak. Ketika itu Yesus tetap bisa tidur enak. Mereka juga menyaksikan bagaimana Yesus menghardik diam gelombang dan badai. Masih terngiang kata-kata Yesus: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” (Mrk 4:40).

Kini, juga di perahu, dalam suasana tenang mereka akan mengingat kembali kejadian tadi. Betapa jauhnya ketakutan tadi, betapa jauhnya ketakpercayaan tadi. Kuasa hebat itu juga sudah bisa dibekalkan kepada kami.

Dan bisa kami pakai menolong orang. Dan tentunya ada banyak hal lagi yang terkilas dalam benak mereka dan mereka endapkan di saat-saat hening bersama sang Guru ini.

3.
DINAMIKA DI TEPI DANAU.

Orang banyak yang tadi berkerumun sempat melihat Yesus dan murid-muridnya naik perahu menjauh. Orang-orang itu tahu ke mana Yesus dan para murid pergi dan mendahuluinya lewat jalan darat. Tentunya perahu berhenti di tengah danau dan di situ para murid diajak sang Guru mendalami pengalaman batin.

Karena itu orang-orang yang mengikuti lewat jalan darat lebih dahulu sampai. Mereka menunggu Yesus dan murid-muridnya. Ketika turun dari perahu dan melihat orang banyak sudah di sana maka Yesus tergerak hatinya melihat mereka seperti domba yang tidak ada gembalanya. Yesus pun mengajarkan banyak hal kepada mereka. Tersirat kritik kenabian dari pihak Yesus. Para pemimpin masyarakat Yahudi membiarkan orang banyak tak terurus.

Apa kiranya “banyak hal” yang disebut Markus diajarkan Yesus kepada orang-orang itu (Mrk 6:34)? Injil Matius tidak menyebutkannya. Boleh jadi Matius mengandaikan pembacanya sudah tahu.

Tetapi dari Injil Lukas dapat sedikit didengar apa yang dimaksud Markus dengan “banyak hal” itu. Dalam Luk 9:11 disebutkan Yesus menerima orang banyak yang sudah menantikan di luar tempat ia berada dan “berkata-kata kepada mereka tentang Kerajaan Allah”.

Dan kiranya banyak hal yang diajarkan kepada orang-orang tadi ialah mengenai Kerajaan Allah. Mereka seperti domba tanpa gembala. Kini gembala yang mereka temukan ialah yang membawa mereka ke dalam Kerajaan Allah.

Dan hari itu banyaklah yang mereka peroleh dari pengajaran dari Yesus. Mereka mendapat makanan batin. Dan sebentar lagi mereka akan mendapat makanan berlimpah juga.
Kumpulan orang tidak akan bergerak bila tidak digerakkan.

Cukup bila ada orang yang berinisiatif dan yang lain-lain akan ikut. Bisa dilihat dalam tiap kerumunan. Dan biasanya terjadi bila ditargetkan ke satu hal. Misalnya arena tontonan pemusik rock, pertokoan dan rumah yang dijarah dalam amuk masa, atau seperti di sini, kelompok Yesus dan murid-muridnya. Apa yang dapat kita simpulkan?

Di antara orang yang berduyun-duyun datang tadi pasti ada murid para rasul yang menyemangati dan menggerakkan orang berjalan ke tepi lain danau mendahului Yesus dan murid-muridnya. Para penggerak itu tidak disebutkan secara khusus. Tetapi kehadiran mereka tak diragukan. Dan mereka itulah nanti yang akan menghidupkan kelompok ini. Mereka inilah yang mendengar dan mencatat “banyak hal” yang diajarkan Yesus.

Bacaan dari Mrk 6:30-34 ini boleh jadi membuat kita ingin menjadi tokoh-tokoh yang ada di sana. Tapi akan kurang realistis bila kita tempatkan diri kita sebagai Yesus atau para rasul. Sebaiknya mereka ini kita amat-amati kita dengarkan, kita coba kenali lebih dalam. Dan kita akan belajar banyak dari mereka.

Ada dua peran lain yang dapat diikuti, yakni orang banyak yang antusias dan penuh harapan dan para penggerak mereka yang tak disebut, tapi hadir dan bekerja di antara mereka. Banyak yang dapat terjadi. Mereka saling menguatkan. Mengusahakan perbaikan. Membaca keadaan dan menghadapi dengan kekuatan harapan dan kepercayaan. Dan masih banyak lagi yang bakal muncul dalam kehidupan nyata. Dan semuanya ini boleh terjadi di sana, di tempat ia sudah ditunggu. (AG)

F.
Kutipan Teks Misa:

Hanya orang yang dengan serius merenungkan betapa beratnya salib dapat memahami betapa seriusnya dosa. (St. Anselmus dari Canterbury)

Di tengah gelombang dahsyat samudera kehidupan yang mengamuk, di kiri dan kanan diterjang ombak... hanya satu yang kusayangi, hanya satu hartaku, satu hiburan yang membuatku lupa akan deritaku; itulah terang dari Tritunggal Mahakudus. – St. Gregorius dari Nazianze

“Sekali Pencipta dilupakan, ciptaan pun hilang dari pandangan” (Gaudium et Spes, 36)
 
Antifon Pembuka (Mzm 23:1.3b; PS 656)
Tuhanlah Gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia menuntun aku di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.

Doa Pembuka
Ya Allah, nama-Mu dimuliakan bila orang saling menaruh cinta kasih, sebab Engkaulah sumber segala kebaikan. Semoga semua orang Kauhimpun menjadi umat-Mu yang rukun bersatu dan saling menaruh cinta kasih agar mereka hidup bahagia. Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami, yang bersama dengan Engkau dan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang masa. Amin.
 
Penutup surat kepada orang Ibrani mengingatkan lagi tentang hubungan antara pengabdian sejati dan cinta kasih kepada sesama. Bagi kita pun, hal itu penting dan Kristuslah ikatannya.
 
Bacaan dari Surat kepada Orang Ibrani (13:15-17.20-21)
"Semoga Allah damai sejahtera melengkapi kamu dengan segala yang baik."
 
Saudara-saudara, marilah kita, dengan perantaraan Yesus, senantiasa mempersembahkan kurban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya. Di samping itu janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab kurban-kurban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah. Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka menjaga keselamatan jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggungjawab atasnya. Dengan sikap kita yang demikian mereka akan melakukan tugasnya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. Oleh darah perjanjian yang kekal, Allah damai sejahtera, telah menghidupkan kembali Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita. Semoga Allah memperlengkapi kalian dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya. Dan semoga Ia mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, berkat Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.

Demikianlah sabda Tuhan
Syukur kepada Allah.

Mazmur Tanggapan, do = d, 3/2, 2/4, PS 849
Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.
Ayat. (Mzm 23:1.3a.4b.5.6, Ul: lih. 1)
1. Tuhanlah gembalaku, aku takkan berkekurangan. Ia membaringkan daku di padang rumput yang hijau. Ia membimbing aku ke air yang tenang, dan menyegarkan daku.
2. Ia menuntun aku di jalan yang lurus, demi nama-Nya yang kudus. Sekalipun berjalan dalam lembah yang kelam, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku. Tongkat gembalaanmu, itulah yang menghibur aku.
3. Engkau menyediakan hidangan bagiku di hadapan segala lawanku. Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak, pialaku penuh berlimpah.
4. Kerelaan dan kemurahan-Mu mengiringi aku seumur hidupku. Aku akan diam di dalam rumah Tuhan sepanjang masa.
 
Bait Pengantar Injil, do = g, 2/4, PS 952
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya
Ayat. (Yoh 10:17)
Domba-domba-Ku mendengar suara-Ku, sabda Tuhan. Aku mengenal mereka, dan mereka mengikuti Aku. Alleluya.
 
Yesus mengumpulkan para murid setelah mereka menunaikan tugas perutusan mereka. Kemudian Yesus mengajak mereka ke tempat sunyi untuk sendirian, mengheningkan diri dan beristirahat.
 
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (6:30-34)
"Mereka itu bagaikan domba-domba tak bergembala."
 
Pada waktu itu Yesus mengutus murid-murid-Nya mewartakan Injil. Setelah menunaikan tugas itu mereka kembali berkumpul dengan Yesus dan memberitahukan kepada-Nya semua yang mereka kerjakan dan ajarkan. Lalu Yesus berkata kepada mereka, “Marilah kita pergi ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah sejenak!” Memang begitu banyaknya orang yang datang dan pergi, sehingga makan pun mereka tidak sempat. Maka pergilah mereka mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi. Tetapi pada waktu mereka bertolak banyak orang melihat, dan mereka mengetahui tujuannya. Dengan mengambil jalan darat segeralah datang orang dari semua kota ke tempat itu dan mereka malah mendahului Yesus. Ketika mendarat, Yesus melihat jumlah orang yang begitu banyak. Maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka seperti domba yang tidak mempunyai gembala. Lalu mulailah Yesus mengajarkan banyak hal kepada mereka.

Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
 
Renungan 
Ketenangan dapat membantu manusia untuk mengendapkan segala kegiatan atau segala peristiwa yang telah dilakukan serta melihat persoalan yang dihadapi. Bahkan ketenangan mampu menyegarkan jasmani dan rohani yang kelelahan. Lebih dalam lagi, ketenangan membantu kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Sayangnya, banyak orang menghindari ketenangan. Hal yang dicari adalah hiruk-pikuk dan keramaian yang memberi penghiburan sesaat. Maka, tidak heran kalau banyak orang jatuh dalam dosa, entah dosa karena lidah atau perbuatan. Mereka tidak lagi mampu mendengar suara Tuhan yang membimbing kepada kebenaran.

Doa Malam
Ya Allah, kami telah Kauanugerahi gembala baik, yaitu Yesus Kristus, Tuhan kami. Kami mohon, semoga Ia menghimpun kami menjadi satu kawanan berkat Sabda-Mu dan membimbing kami menuju kedamaian sejati. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar