Ads 468x60px

Kamis, 21 Maret 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Kamis, 21 Maret 2019
Hari Biasa Pekan II Prapaskah
Yeremia (17:5-10)
(Mzm 1:1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a)
Lukas (16:19-31)
“Iustitia omnibus - Keadilan untuk semua.”
Inilah salah satu core values yang saya angkat dalam buku “HERSTORY” (RJK, Kanisius) yang juga menjadi inspirasi hari ini.
Ya, Tuhan datang dengan keadilannya yang paripurna. Adapun tiga cara supaya kita mendapatkan keadilan Tuhan, antara lain:
1. Berbagi dalam kehidupan:
“Donato ergo sum - Aku berbagi maka aku ada”, karena dengan memberi, bukan dengan menerima, kita bisa menjadi kaya, bukan? Yesus mengajak kita menjadi kaya dengan melaksanakan keseimbangan dan perilaku keagamaan yang tidak berkanjang dalam ruang domestifikasi belaka, tapi menjadi daya gerak-daya ubah-katalisator untuk berbelarasa bagi sesama. Ia jelas menunjukkan jati diri kemanusiaan dan keberimanan bahwa manusi membawa gambar diri “Yang Ilahi” dalam dirinya, saat tindakan belas-kasihan kepada sesama merajai kehidupan dan berbuah dalam tindakan kepedulian yang dibagikan secara nyata.
Jelasnya, Ia menyamakan kasih kepada Tuhan (“Yang Ilahi”) dengan kasih yang dibagikan kepada sesama (“yang insani”). Seberapa besar kasih kepada orang lain terlebih yang kecil dan miskin, sedemikianlah kasih yang (sebenarnya) hadir untuk “Yang Ilahi”. Yang pasti, masalahnya bukan apakah kita akan mati, tapi bagaimana cara kita hidup karena bukankah orang kaya yang tidak mau berbagi, akhirnya menjadi tidak kaya dan mengalami derita kekal?
2. Berharap pada Tuhan:
“Dum spiro spero - Selama masih bernafas aku terus berharap.” Yesus memberikan harapan pada Lazarus (Yun: “Pertolongan dari Tuhan”) yang adalah orang miskin dalam kacamata dunia, yang hidupnya penuh duka-derita dan samsara. Tuhan kita adalah Tuhan yang adil - mau menolong dan mengenal derita hati kita karena Ia bukanlah Tuhan yang angkat tangan/cuci tangan tapi Tuhan yang mau turun tangan, bahkan Tuhan yang mau datang ke dunia sebagai ”Dia”, yang membiarkan dirinya disepak keluar dari dunia. Ia menjadi sakramen yang hidup. Ia menghadirkan wajah Allah yang mewartakan pengharapan, terlebih bagi banyak orang miskin.
Harapan sendiri tidak sama dengan optimisme. Optimisme muncul atas siasat naluri/pertimbangan manusiawi, sedangkan pengharapan itu berada pada tingkatan inspirasi, pada tingkatan iman. Disinilah bersama Lazarus yang miskin, kita juga diajak untuk terus berharap dan mengandalkan Tuhan karena Ia tidak pernah membuta-membisu-tuli-menjauh dan membiarkan ketidakadilan terus mendera hidup kita.
Dalam bahasa Yeremia: “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akarnya ke tepi batang air dan tidak mengalami datangnya panas terik; ia seperti pohon yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering dan yang tidak berhenti menghasilkan buah."
3. Beriman dengan mendalam:
“Soli Deo Gloria - Hanya bagi kemuliaan Tuhan!” Jelasnya, kita bukan mahluk insani dalam perjalanan rohani, tapi kita adala adalah mahluk rohani dalam perjalanan insani. De facto, banyak hal kini menjadi komersial sekaligus banal (dangkal): mall menjadi “gereja”, computer dan tv menjadi “tabernakel”, hp menjadi “rosario”, bahkan uang seakan menjadi “menjadi ”hosti” atau “Tuhan”. Hidup kita juga menjadi seperti komedi putar: makin cepat dan makin cepat, namun tidak bisa keluar dari putaran itu sendiri.
Disinilah, kita perlu ber-4 s “"solitude/sendiri, "silence/heningan; "stillness/tenang dan "simplicity”/sederhana dengan mengingat Azas-Dasar Ignatius: “Kita diciptakan untuk memuji, menghormati dan mengabdi Allah. Ciptaan lain diciptakan untuk menolongnya dalam mengejar tujuan ia diciptakan. Karena itu kita harus mempergunakannya sejauh itu menolong untuk mencapai tujuan tadi; dan harus melepaskan diri dari barang-barang tersebut sejauh itu merintangi. Oleh karena itu kita perlu mengambil sikap lepas bebas terhadap segalanya”.
Hal inilah yang seharusnya terus menggema dan membahana dalam kedalaman hidup iman kita karena iman adalah bahan bakar kehidupan bukan?
”Cari arang di Kanosa - Jadilah orang yang mudah berbelarasa."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
1.
"Memoria passionis - Kenangan penderitaan."
Inilah salah satu pesan inti yang muncul dalam masa prapaskah yang juga menjadi salah satu inti bacaan injil hari ini bahwasannya Tuhan selalu mengenang dan mengingat segala sikap hidup kita, entah baik/buruk yang kita buat kini.
Dalam bahasa St Yohanes Maria Vianney:
"Saat hidup di dunia ini adalah saat kerahiman. Saat kematian nanti adalah saat penghakiman". Artinya: selama kita hidup, Tuhan selalu memberikan kerahimanNya, berupa pengampunan dan kesempatan untuk berbenah dan berbuah dengan kepedulian yang nyata. Dan, setelah kematian, kesempatan itu tidak ada lagi karena yang ada hanyalah penghakiman. Jelasnya, pada saat itulah kita harus mempertanggungjawabkan hidup kita kepada Tuhan (Mat 25:31-46).
Adapun 3 dasar iman, supaya tidak mudah lupa ber-"memoria", antara lain:
A."Focus":
Kita diajak hidup dengan tujuan/fokus yang jelas, tidak mendua dan tidak setengah setengah, yakni semata-mata hidup bagi dan bersama Tuhan yang jelas-jelas bersolider dengan banyak orang kecil.
B."Locus":
Dunia harian dan sesama kita, terlebih yang kecil dan miskin, yang hadir lewat tokoh papa bernama "Lazarus" ("Pertolongan Allah") adalah tempat/locus untuk beriman secara aktual, untuk menciptakan surga di tengah dunia.
C."Actus":
Tuhan menghendaki agar dengan "kekayaan" kita, entah harta/talenta, kita mau berkarya nyata/actus, peka berbelarasa dan suka berpeduli pada "lazarus lazarus" di sekitar kita, menjadikan hidup devosi yang berbuah pada aksi dan keterlibatan nyata pada dunia sosial dengan sikap iman yang manusiawi. Bukankah kerap menjadi suci berarti menjadi semakin manusiawi?
"Sate Kadir ada di Cisantana -Tuhan hadir lewat banyak orang sederhana."
2.
“Lazarus - Allah adalah pertolonganku".
Inilah nama pengemis miskin yang dikontraskan dengan kehidupan orang kaya yang hidupnya terus berpusat pada diri sendiri, yang membuat pilihan yang salah dan menderita selama-lamanya.(Luk 16:22-23)
Akhir riwayat kedua orang itu tidak dapat diubah lagi pada saat kematian (Luk 16:24-26). Adapun mereka sama-sama mati dimana orang kaya itu menderita sedangkan Lazarus diangkat ke Firdaus bersama Abraham.(Luk 16:22; Luk 23:43; Kis 7:59; 2Kor 5:8; Fil 1:23). Ia “berada dalam pangkuan Abraham” yang berarti bahwa ia dibaringkan bersama dengan nenek moyang (Hak 2:10; bdk Kej 15:15; Kej 47:30; Ul 31:16). Ini juga adalah suatu kiasan untuk tempat tinggal orang saleh yang telah mati dan berbahagia bersama Abraham.
Jelasnya, dalam rangkaian pengajaran tentang materi (16:1-31), Yesus berbicara seputar bahaya kekayaan. Si orang kaya hidup mewah, sementara Lazarus mengais tempat sampah untuk mempertahankan hidupnya.
Sungguh kontras! Gelimang kekayaan membutakan mata hati orang kaya. Padahal ada Lazarus, si pengemis yang begitu kelaparan sehingga hanya bisa berbaring dekat pintu rumahnya. Kekayaan telah menjerat hatinya hingga menjadi “tumpul”: tuli dan buta terhadap teriakan orang miskin.
Dengan kata lain: Yang Yesus ajarkan bukanlah supaya orang menghindari kekayaan tetapi bagaimana sikap orang seharusnya terhadap kekayaan.
Jangan gunakan kekayaan hanya untuk diri sendiri saja tetapi gunakan juga untuk manfaat orang lain. Keberhasilan mengumpulkan kekayaan hendaknya membuat kita semakin berpeduli dan berbelarasa karena sikap terhadap kekayaan diperhitungkan Allah dan mendatangkan ganjaran di akhir hidup kita nantinya.
"Dokter gigi makan sate rusa - Mari berbagi dan berbelarasa."
3.
"Lazarus was carried to Abraham's bosom"
Gospel Reading: Luke 16:19-31
"There was a rich man, who was clothed in purple and fine linen and who feasted sumptuously every day. And at his gate lay a poor man named Lazarus, full of sores, who desired to be fed with what fell from the rich man's table; moreover the dogs came and licked his sores. The poor man died and was carried by the angels to Abraham's bosom. The rich man also died and was buried; and in Hades, being in torment, he lifted up his eyes, and saw Abraham far off and Lazarus in his bosom. And he called out, `Father Abraham, have mercy upon me, and send Lazarus to dip the end of his finger in water and cool my tongue; for I am in anguish in this flame.'
But Abraham said, `Son, remember that you in your lifetime received your good things, and Lazarus in like manner evil things; but now he is comforted here, and you are in anguish. And besides all this, between us and you a great chasm has been fixed, in order that those who would pass from here to you may not be able, and none may cross from there to us.' And he said, `Then I beg you, father, to send him to my father's house, for I have five brothers, so that he may warn them, lest they also come into this place of torment.' But Abraham said, `They have Moses and the prophets; let them hear them.' And he said, `No, father Abraham; but if some one goes to them from the dead, they will repent.' He said to him, `If they do not hear Moses and the prophets, neither will they be convinced if some one should rise from the dead.'"
Old Testament Reading: Jeremiah 17:5-10
Thus says the LORD: "Cursed is the man who trusts in man and makes flesh his arm, whose heart turns away from the LORD. He is like a shrub in the desert, and shall not see any good come. He shall dwell in the parched places of the wilderness, in an uninhabited salt land. "Blessed is the man who trusts in the LORD, whose trust is the LORD. He is like a tree planted by water, that sends out its roots by the stream, and does not fear when heat comes, for its leaves remain green, and is not anxious in the year of drought, for it does not cease to bear fruit." The heart is deceitful above all things, and desperately corrupt; who can understand it? "I the LORD search the mind and try the heart, to give to every man according to his ways, according to the fruit of his doings."
Meditation
What sustains you when trials and affliction come your way? The prophet Jeremiah tells us that whoever relies on God will not be disappointed or be in want when everything around them dries up or disappears (Jeremiah 17:7-8). God will not only be their consolation, but their inexhaustible source of hope and joy as well.
Jesus' parable about the afflictions of the poor man Lazarus brings home a similar point. In this story Jesus paints a dramatic scene of contrasts - riches and poverty, heaven and hell, compassion and indifference, inclusion and exclusion. We also see an abrupt and dramatic reversal of fortune. Lazarus was not only poor, but sick and unable to fend for himself. He was "laid" at the gates of the rich man's house. The dogs which licked his sores probably also stole the little bread he got for himself. Dogs in the ancient world symbolized contempt. Enduring the torment of these savage dogs only added to the poor man's miseries and sufferings. The rich man treated the beggar with contempt and indifference, until he found his fortunes reversed at the end of his life! In God's economy, those who hold on possessively to what they have, lose it all in the end, while those who share generously receive back many times more than they gave way.
The name Lazarus means God is my help. Despite a life of misfortune and suffering, Lazarus did not lose hope in God. His eyes were set on a treasure stored up for him in heaven. The rich man, however, could not see beyond his material wealth and possessions. He not only had every thing he needed, he selfishly spent all he had on himself. He was too absorbed in what he possessed to notice the needs of those around him. He lost sight of God and the treasure of heaven because he was preoccupied with seeking happiness in material things. He served wealth rather than God. In the end the rich man became a beggar!
Do you know the joy and freedom of possessing God as your true and lasting treasure? Those who put their hope and security in heaven will not be disappointed (see Hebrews 6:19).
"Lord Jesus, you are my joy and my treasure. Make me rich in the things of heaven and give me a generous heart that I may freely share with others the spiritual and material treasures you have given to me."
Psalm 1
Blessed is the man who walks not in the
counsel of the wicked, nor stands in the way
of sinners, nor sits in the seat of scoffers;
but his delight is in the law of the LORD, and on
his law he meditates day and night.
He is like a tree planted by streams of water, that
yields its fruit in its season, and its leaf does
not wither. In all that he does, he prospers.
The wicked are not so, but are like chaff which
the wind drives away.
Therefore the wicked will not stand in the
judgment, nor sinners in the congregation of
the righteous;
for the LORD knows the way of the righteous,
but the way of the wicked will perish.
Daily Quote from the Early Church Fathers
"God made both the rich and the poor. So the rich and the poor are born alike. You meet one another as you walk on the way together. Do not oppress or defraud anyone. One may be needy and another may have plenty. But the Lord is the maker of them both. Through the person who has, He helps the one who needs - and through the person who does not have, He tests the one who has." (Augustine of Hippo, 354-430 A.D., excerpt from Sermon 35, 7)
4.
KUTIPAN TEKS MISA.
“Dengan berbagai macam cara Tuhan menghimpun bangsa manusia supaya pantas menerima keselamatan” (St. Ireneus)
Antifon Pembuka (Mzm 139 (138):23-24)
Ya Tuhan, ujilah dan selidiki jalanku. Periksalah batinku dan bimbinglah aku di jalan menuju hidup abadi.
Test me, O God, and know my thoughts. See that my path is not wicked,and lead me in the way everlasting.
Doa Pembuka
Allah Bapa pencipta dan pemulih kesucian, arahkanlah hati kami kepada-Mu, agar berkat kekuatan Roh-Mu kami tetap teguh dalam iman dan giat dalam karya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau, dalam persatuan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yeremia (17:5-10)
"Terkutuklah yang mengandalkan manusia. Diberkatilah yang mengandalkan Tuhan."
Beginilah firman Tuhan, “Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatan sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan! Ia seperti semak bulus di padang belantara, ia tidak akan mengalami datangnya hari baik; ia akan tinggal di tanah gersang di padang gurun, di padang asin yang tidak berpenduduk. Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan! Ia seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan tidak mengalami datangnya panas terik; ia seperti pohon yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah. Betapa liciknya hati, lebih licik daripada segala sesuatu! Hati yang sudah membatu: siapakah yang dapat mengetahuinya? Aku, Tuhan, yang menyelidiki hati dan menguji batin, untuk memberi balasan kepada setiap orang setimpal dengan hasil perbuatannya.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 840
Ref. Bahagia kuterikat pada Yahwe. Harapanku pada Allah Tuhanku.
atau Berbahagialah orang yang menaruh kepercayaannya pada Tuhan.
Ayat. (Mzm 1:1-2.3.4.6; R: Mzm 40:5a)
1. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan kaum pencemooh; tetapi yang kesukaannya ialah hukum Tuhan, dan siang malam merenungkannya.
2. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buah pada musimnya; daunnya tak pernah layu, dan apa saja yang diperbuatnya berhasil.
3. Bukan demikianlah orang-orang fasik; mereka seperti sekam yang ditiup angin. Sebab Tuhan mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Luk 8:15)
Berbahagialah orang, yang setelah mendengar firman Tuhan, menyimpannya dalam hati yang baik dan menghasilkan buah dalam ketekunan.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Lukas (16:19-31)
"Engkau telah menerima segala yang baik, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita."
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Ada seorang kaya yang selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan. Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh dengan borok. Ia berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, dan ingin menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan anjing-anjing datang dan menjilati boroknya. Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Sementara menderita sengsara di alam maut, ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dengan Lazarus duduk di pangkuannya. Lalu ia berseru, ‘Bapa Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini!’ Tetapi Abraham berkata, ‘Anakku, ingatlah! Engkau telah menerima segala yang baik semasa hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, sehingga mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberangi!’ Kata orang itu, ‘Kalau demikian, aku minta kepadamu Bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingatkan mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka kelak jangan masuk ke dalam tempat penderitaan itu’. Tetapi kata Abraham, ‘Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. Jawab orang itu, ‘Tidak, Bapa Abraham! Tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat.’ Kata Abraham kepadanya, ‘Jika mereka tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati’.”
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya.
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran dan hidup kami.
Renungan
Bila kita membuka mata terhadap apa yang terjadi di sekitar kita, kita bisa geleng-geleng kepala. Di hotel, restoran atau rumah makan kelas atas, orang dapat menikmati makanan dan minuman berkelas dan mahal. Tidak sedikit, makanan tersisa yang masih enak itu terbuang. Sementara di beberapa bagian kota, ada tempat-tempat kumuh, tempat orang-orang miskin yang makan sekali sehari saja susah. Itu pun mereka harus makan makanan yang sangat sederhana dan barangkali tidak sehat pula. Ketimpangan sosial, ketimpahan kesejahteraan sungguh terus mewarnai perjalanan hidup manusia ini.
Kisah Injil menggambarkan hal yang sama. Ada seorang kaya yang hidup mewah. Sementara ada Lazarus, si miskin yang sakit dan lapar. Sayangnya, si orang kaya itu sama sekali tidak peduli terhadap Lazarus. Kemudian matilah kedua orang itu. Lazarus hidup dalam sukacita di pangkuan Bapa Abraham, sementara si kaya itu menderita dalam nyala api abadi. Tentu Tuhan tidak mengkritik soal kekayaan, tetapi poin yang paling menentukan adalah: orang kaya itu sepanjang hidupnya cuma mengandalkan diri sendiri, kekuatan dan kekayaannya sendiri, dan sama sekali tidak peduli terhadap sesamanya yang menderita. Ini jelas dari bacaan pertama, kitab Yeremia. "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatan sendiri, dan yang hatinya menjauh dari Tuhan! Tetapi diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya pada Tuhan."
Menjadi orang kaya atau miskin tentu disebabkan oleh banyak faktor. Syukur kepada Allah apabila orang dilahirkan dalam keluarga berada dan hidup sukses secara manusiawi dan duniawi hingga akhir. Sementara itu, memang ada orang yang karena ketidakmampuannya, sulit lepas dari kemiskinannya. Akan tetapi, poinnya tidak di sini. Entah kita menjadi orang kaya atau orang kurang kaya atau malah miskin, yang paling menentukan kebahagiaan dan ketenteraman hidup sebenarnya terletak pada: Apakah hidup kita selalu mengandalkan Tuhan saja, dan bagaimana kita sungguh peduli terhadap penderitaan sesama kita?
Antifon Komuni (Mzm 119 (118):1)
Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat Tuhan.
Blessed are those whose way is blameless, who walk in the law of the Lord.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar