Ads 468x60px

Senin, 25 Februari 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Senin, 25 Februari 2019
Hari Biasa Pekan VII
Sirakh (1:1-10)
(Mzm 93:1ab.1c-2.5; R:1a)
Markus (9:14-29)
“Anima Christi - Jiwa Kristus.”
Inilah salah satu doa yang konon menjadi sebuah doa favorit St Ignatius Loyola dan kadang kita doakan setelah penerimaan komuni.
Seperti yang saya tulis dalam buku “HERSTORY” (RJK. Kanisius), doa yang membuat kita menghadirkan jiwa Kristus bisa berarti “Dikuatkan Oleh Allah,” karena bukankah pada kenyataannya, kita kerap merasa lemah: lemah iman, lemah semangat, lemah harapan dan lain sebagainya?
Walaupun kadang ada yang berkata, “Baik jika tanganmu kau lipat untuk berdoa, tetapi lebih baik lagi jika tanganmu kau buka untuk memberi,” doa tetap mendapatkan aktualitasnya karena doa mempunyai kekuatan yang luar biasa untuk mengusir dan mengalahkan roh jahat.
Bahkan ada jenis roh jahat tertentu, seperti yang merasuki seorang anak yang dikisahkan dalam Injil hari ini, yang hanya bisa diusir dengan doa (Mrk 9:29).
Dalam The Seven Different Types of Prayer, Soren Kiekegard bahkan mengatakan, “jika aku seorang ahli kejiwaan dan jika aku diijinkan untuk membuatkan resep bagi semua orang yang sakit di dunia, maka aku akan memberi resep mereka supaya mengusahakan keheningan dalam hidup mereka, dan keheningan itu bisa dicapai dalam hidup doa”.
St.Vincent Ferrer (1350 – 1419) juga pernah membuat sebuah perumpamaan: setiap burung melakukan empat hal dalam sehari: ia bersiul, terbang, lalu mandi dan makan.
Kita juga bisa belajar dari burung:
Pertama kali, pada pagi hari kita diajak ‘bersiul’ (berdoa/memuji Tuhan) sebelum ‘terbang’ meninggalkan rumah. Setelah terbang, kita diajak ‘mandi’: membersihkan diri dengan bertobat dan mengikuti misa. Terakhir, kita diajak untuk ‘makan’, caranya dengan berdoa lagi sebagai santapan rohani. Dengan kata lain; kita diajak membuka dan menutup hari dengan doa.
Jelaslah bahwa doa adalah intimitas cum Deo, relasi hangat dengan Allah, dengan tiga ciri khasnya, al:
1. Doa itu “berbuah” kebenaran.
Universitas Harvard mempunyai logo: “Veritas”: (Kebenaran, Truth). Menurut Rektor Harvard pertama, Henry Dunster, Veritas bisa dikenali dan didapat lewat hidup doa karena setiap kali kita berdoa, jika doa ini sungguh tulus, akan terjadi suatu perasaaan dan makna baru di dalamnya. Itu akan memberi kita keberanian yang menyegarkan, dan kita akan memahaminya sebagai sebuah kebenaran.”
Ya, doa membuat hidup kita lebih benar-benar “BENAR”, yang dalam bahasa teologi disebut “mistik”(Yun:‘ustikos’, rahasia-misterion) yang datang sebagai karunia sekaligus juga karisma karena doa bukan sekedar fenomen psikologis/emosi belaka.
2. Doa itu “berpola” salib/kayu palang.
Relasi doa itu tidak hanya “aku dan Tuhan” (vertikal), tetapi juga “aku dan sesama” (horisontal) juga.
Artinya, pelbagai doa apapun, betapapun bagusnya kata dan indahnya nuansa, jika tidak bermuara dalam relasi dengan sesama, menjadi hambar dan mungkin malah kehilangan nilainya: Tak ada gunanya kita berdoa "ampunilah aku Tuhan" tapi kita tak mau mengampuni orang lain. Atau 'berilah kami rejeki", sementara kita sendiri tidak pernah mau memberi. Karena itu Matius menuliskan sebuah pesan Yesus: "jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu akan mengampuni kamu juga. Jika tidak, Bapamu juga tidak akan mengampunimu juga.”
Jadi doa mesti bermuara ke dalam hidup kita, mesti diwujudkan dalam hidup bersama orang lain. Sebaliknya, doa akan menjadi penuh makna, jika diangkat dari hidup nyata: "Jangan minta, jika tidak pernah rela memberi!"
Itulah sebabnya, semakin kita berinteraksi dengan sesama, kita tak akan berdoa bertele-tele.
Doa akan mengangkat pengalaman hidup nyata dan sebaliknya, kita akan hidup lebih kaya makna dari inspirasi doa-doa kita.
3. Doa itu “bernada dasar” C/cinta.
Seperti cinta, doa adalah napas kehidupan umat beriman. Tanpa napas, kita tak mungkin terus hidup, bukan?
Maka semua usaha, pekerjaan, rencana dan perjuangan tanpa disertai doa yang berdasarkan cinta, tidak akan memiliki jiwa yang kuat.
Benarlah kalau orang mengatakan bahwa doa yang penuh cinta akan membersihkan hati dan membuat kita lebih berpeduli pada orang lain, bahkan orang yang membenci dan merusaka nama baik atau masa depan kita, karena doa juga terkait-erat dengan sensualitas (sensuum: indera).
Sepenggal contoh: St. Fransiskus Asisi berdoa sambil berjalan, bernyanyi, menari di tengah alam. Lewat pengalaman doanya yang “sensual”, ia merintis adanya doa “Jadikan Aku Pembawa Damai” dan tradisi “Goa Natal” untuk pertama kalinya.
Menurut Y. Hutchinson, “jika kita tak dapat berdoa baik, mungkin kita kurang “sensual”, karena bukankah buah doa adalah membuat indera kita lebih “sensual” (peka dan tajam merasakan) sehingga bisa lebih punya hati dan pikiran positif (positive vibration)?
Selamat berdoa, karena bukankah Yesus sendiri pernah berkata: “Omnis enim qui petit accipit, et qui quaerit invenit, et pulsanti aperietur, ‘Setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan (Luk 11:10).
“Masuk goa di Jayawijaya -
Rajin berdoa membuat iman smakin berjaya.”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Kutipan Teks Misa:
Berdamailah dengan dirimu sendiri dulu, kemudian surga dan bumi akan damai bersamamu....
“Datanglah, oh Roh Kudus! Terangilah pikiranku untuk mengetahui perintahmu; kuatkan hatiku melawan jerat musuh; kobarkan keinginanku... Aku telah mendengar suaramu, dan aku tidak ingin mengeraskan diriku dan menolak, berkata ‘Nanti saja..., besok.’ Nunc coepi! Sekarang aku mulai! Kalau-kalau tidak ada hari esok bagiku.” — St. Josemaria Escriva
“Come, O Holy Spirit! Enlighten my mind to know your commands; strengthen my heart against the snares of the enemy; inflame my will… I have heard your voice, and I don’t want to harden myself and resist, saying ‘Later…, tomorrow.’ Nunc coepi! Now I begin! In case there is no tomorrow for me.” — St. Josemaria Escriva
===
Barangsiapa tidak menempatkan lampunya di atas kaki dian, tetapi menyembunyikannya di bawah kolong tempat tidur, ia mengubah terang menjadi gelap bagi dirinya sendiri --- St. Gregorius dari Nyssa
Antifon Pembuka (Mzm 93:2.5)
Takhta-Mu teguh sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada. Peraturan-peraturan-Mu sangat teguh, ya Tuhan, bait-Mu berhiaskan kekudusan sepanjang masa.
Doa Pembuka
Allah Bapa Yang Mahakuasa, atas kebijaksanaan-Mu Engkau menciptakan langit dan bumi. Kami mohon, agar hidup kami Kaudukung dengan daya yang sama, supaya kami menjadi orang yang bijaksana. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau dan dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Putra Sirakh (1:1-10)
"Kebijaksanaan diciptakan sebelum segala-galanya."
Segala kebijaksanaan dari Tuhan asalnya, dan ada pada-Nya selama-lamanya. Pasir di laut dan tetes hujan, dan hari-hari kekekalan siapa gerangan dapat membilangnya? Tingginya langit, luasnya bumi, dan samudera raya dan kebijaksanaan, siapa dapat menduganya? Sebelum segala-galanya kebijaksanaan sudah diciptakan, dan pengertian yang arif sejak dahulu kala.8 Kepada siapakah pangkal kebijaksanaan telah disingkapkan, dan siapakah mengenal segala akalnya? Hanyalah Satu yang bijaksana, teramat menggetarkan, yaitu Yang bersemayam di atas singgasana-Nya. Tuhanlah yang menciptakan kebijaksanaan, yang melihat serta membilangnya, lalu mencurahkannya atas segala buatan-Nya. Pada semua makhluk ia ada sekadar pemberian Tuhan, yang juga membagikannya kepada orang yang cinta kepada-Nya.
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan
Ref. Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan
Ayat. (Mzm 93:1ab.1c-2.5; R:1a)
1. Tuhan adalah Raja, Ia berpakaian kemegahan, dan kekuatanlah ikat pinggang-Nya.
2. Sungguh, telah tegaklah dunia, tidak lagi goyah. Takhta-Mu tegak sejak dahulu kala, dari kekal Engkau ada.
3. Peraturan-Mu sangat teguh; bait-Mu berhiaskan kekudusan, ya Tuhan, sepanjang masa!
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya
Ayat. (2Tim 1:10b)
Yesus Kristus, Penebus kita, telah membinasakan maut, dan menerangi hidup dengan Injil.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Markus (9:14-29)
"Aku percaya, ya Tuhan! Tolonglah aku yang kurang percaya ini!"
Pada suatu hari Yesus bersama Petrus, Yakobus dan Yohanes, turun dari gunung, lalu kembali pada murid-murid lain. Mereka melihat orang banyak mengerumuni para murid itu, dan beberapa ahli Taurat sedang mempersoalkan sesuatu dengan mereka. Ketika melihat Yesus, orang banyak itu tercengang-cengang semua, dan bergegas menyambut Dia. Yesus lalu bertanya kepada mereka, “Apa yang kamu persoalkan dengan mereka?” Kata seorang dari orang banyak itu, “Guru, anakku ini kubawa kepada-Mu karena ia kerasukan roh yang membisukan dia. Setiap kali roh itu menyerang, anakku dibantingnya ke tanah. Lalu mulutnya berbusa, giginya bekertakan, dan tubuhnya menjadi kejang. Aku sudah minta kepada murid-murid-Mu, supaya mereka mengusir roh itu, tetapi mereka tidak dapat.” Maka kata Yesus kepada mereka, “Hai kamu angkatan yang tidak percaya, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu?” Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah anak itu ke mari!” Lalu mereka membawanya kepada Yesus. Dan ketika roh itu melihat Yesus, anak itu segera digoncang-goncangnya; dan anak itu terpelanting di tanah dan terguling-guling, sedang mulutnya berbusa. Kemudian Yesus bertanya kepada ayah anak itu, “Sudah berapa lama ia mengalami ini?” Jawabnya, “Sejak masa kecilnya! Seringkali roh itu menyeretnya ke dalam api atau pun ke dalam air untuk membinasakannya. Sebab itu, jika Engkau dapat berbuat sesuatu, tolonglah kami dan kasihanilah kami.” Jawab Yesus, “Katamu, ‘jika Engkau dapat?’ Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” Segera ayah anak itu berteriak, “Aku percaya! Tolonglah aku yang kurang percaya ini!” Ketika melihat makin banyak orang yang datang berkerumun, Yesus menegur roh jahat itu dengan keras, kata-Nya, “Hai kau roh yang menyebabkan orang menjadi bisu dan tuli, Aku memerintahkan engkau: Keluarlah dari anak ini, dan jangan memasukinya lagi!” Lalu keluarlah roh itu sambil berteriak dan menggoncang-goncangkan anak itu dengan hebatnya. Anak itu kelihatannya seperti orang mati, sehingga banyak orang mengatakan, “Ia sudah mati.” Tetapi Yesus memegang tangannya dan membangunkannya, lalu ia bangkit berdiri. Ketika Yesus sudah di rumah, dan murid-murid-Nya sendirian dengan Dia, bertanyalah mereka, “Mengapa kami tidak dapat mengusir roh itu?” Jawab Yesus, “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
"Segala kebijaksanaan dari Tuhan asalnya, dan ada pada-Nya selama-lamanya." (Sir1:1), demikian kata penulis Kitab Sirakh. Marilah kutipan ini kita jadikan pedoman dan haluan cara hidup dan cara bertindak kita kapanpun dan dimanapun. Dari kita manusia yang lemah dan rapuh ini kiranya hanya sampai dengan kebijakan dan belum sampai pada kebijaksanaan, dan itupun mungkin sering bijak sana dan bijik sini alias asal-asalan saja selama masih berkuasa atau berwenang. Kebijaksanaan bagi kita mungkin dapat diusahakan dalam kebersamaan atau gotong-royong, maka marilah kita saling membantu dalam hidup bersama dimanapun dan kapanpun. Untuk itu hendaknya kita saling komunikatif dan curhat untuk berbagai anugerah atau rahmat Tuhan yang kita terima karena kemurahan Hati-Nya. Untuk itu kita juga harus saling mendengarkan dengan rendah hati. Secara khusus kami berharap kepada siapapun yang berpengaruh dalam hidup atau kerja bersama, para pemimpin atau petinggi untuk menghayati kepemimpinan partisipatif, tidak diktator atau sewenang-sewenang seenaknya sendiri. Hendaknya para pemimpin atau petinggi secara rutin `turun kebawah'/turba untuk mendengarkan harapan dan dambaan, suka-duka dari mereka yang harus kita pimpin atau layani. Pemimpin atau petinggi selanjutnya menanggapi harapan, dambaan dan suka-cita mereka setelah mempertimbangkan semuanya dengan para pembantu atau penasihatnya. Para pemimpin atau petinggi kami harapkan sungguh beriman dan berdoa untuk mohon kebijaksanaan dari Tuhan. Dengan kata lain pemimpin atau petinggi hendaknya juga menjadi teladan dalam hidup beriman.
Antifon Komuni (Mrk 9:23.24)
"Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya." "Aku percaya! Tolonglah aku yang kurang percaya ini"
Doa Malam
Tuhan Yesus, sabda-Mu mengingatkanku untuk berani mempercayakan diri kepada-mu terutama dalam situasi yang sulit. Tuhan, ampunilah aku orang berdosa ini. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar