Ads 468x60px

Rabu, 03 April 2019

HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Rabu, 03 April 2019
Hari Biasa Pekan IV Prapaskah
Yesaya (49:8-15)
(Mzm 145:8-9.13c-14.17-18)
Yohanes (5:17-30)
“Laborare est orare - Bekerja adalah berdoa”.
Kita diajak untuk terus bekerja karena itu adalah wujud iman sebagai citra Allah: “BapaKu bekerja sampai skarang maka Aku juga bekerja.” Ia selalu berkarya karena Ia bukan Allah yang cuci tangan tapi Allah yang turun tangan: “Vivit Dominus - Allah yang hidup!”
Adapun 3 sikap dasar manusia yang bekerja yang juga saya tulis dalam buku "Family Way" (RJK, Kanisius), antara lain:
1. Komunikatif:
Tujuan komunikasi (Bhs Lat: communis: sama; communicare=“membuat sama”), yakni sama-sama saling mengerti.
Jelasnya, di tengah kesibukan kerja, kita juga diajak untuk selalu berkomunikasi secara personal dengan Tuhan dan secara sosial dengan sesama/alam semesta, karena bukankah “animal est homo loquens", manusia adala makhluk yang berkomunikasi?
Komunikasi yang lebih dari sekedar bertukar ide, tapi bisa terjadi lewat ungkapan rasa lewat kata dalam doa – eskpresi dalam jiwa dan keheningan dalam karya karena komunikasi yang terbaik kerap didasarkan pada kemampuan untuk mendengarkan, dalam hal ini mendengarkan suara Tuhan sendiri.
2. Transformatif:
Orang bisa berubah karena informasi dan refleksi tapi itu tidak bertahan lama, karena orang yang berubah harus datang dari dalam hatinya sendiri. Inilah transformasi!
Kita bisa belajar pada Tiram:
Sebutir pasir terbawa arus masuk ke dalam cangkangnya, melukai dagingnya yang halus. Ia tak berdaya melepaskannya. Apa yang dilakukan? Ia keluarkan lendir - membungkus pasir itu dan setelah berbulan/bertahun lewat, sebutir pasir itu telah berubah menjadi mutiara.
Ssst, bukankah sebuah perubahan menjadi sesuatu yang luar biasa dan penuh makna datang dari hal-hal yang biasa-sederhana dan menyakitkan? Ya, Allah mengajak kita untuk terus berubah dan berbenah secara nyata dalam karya kita
3. Moderatif:
Inilah sebutan bagi sifat seseorang yang bisa menjembatani/menjadi penengah. Karya kita di tengah carut-marut dunia juga diajak untuk menjadi jembatan hadirnya wajah Tuhan. Lewat kerja/karya, kita ambil bagian secara aktif dalam karya Allah, menjadi “co-creator”, menciptakan surga-langit dan bumi yang baru. Siapkah kita bekerja bagi NYA?
“Makan pepaya di pasar Koja - Kita bercahaya kalau rajin bekerja".
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
Bagi seluruh sahabat yang merayakan : Selamat Hari Isra Miraj Nabi Muhammad SAW: Hijrah-Ziarah-Sejarah
Hitam berpindah ke putih.
Putih menjadi lebih putih.
Berkilau tanpa membuat yang lain menjadi silau.
Buruk berpindah ke baik.
Baik menjadi lebih baik.
Bersinar tanpa membuat yang lain menjadi pudar.
Kotor berpindah ke bersih.
Bersih menjadi lebih suci.
Menyinari dan memberkati tanpa membuat yang lain menjadi iri dan tersakiti.
Tinggalkan yang salah.
Segarkan yang lelah.
Tanggalkan yang keliru.
Kuatkan yang haru.
Asal tidak menjadi benalu.
Berpindahlah selalu.
Hijrahlah selalu.
Tanpa malu malu.
Karna setiap manusia itu perlu hijrah-ziarah-sejarah.
Menjadi lebih baru tanpa harus terburu-buru.
Selamat berhari baru dan lahir menjadi manusia baru. Selamat ber-silahturahmi sembari saling mengilhami. Selamat memberkati tanpa saling menyakiti. Selamat saling memahami tanpa saling menghakimi.
Inilah sebuah "kairos" bukan hanya "kronos", sebuah "momento" bukan hanya "tempo".
Inilah sebuah "quality time", waktu yang berkualitas, yang membuat hidup bergerak dan hati makin semarak, ketika terbitnya keterbukaan relung hati akan lahirnya rahmat sejati dalam hidup harian yang imani.
Hijrah dari "gelap" ke "terang", yang dalam bahasa Arab disebut "minazh zhulumaati ilan-nuur", sebuah kiasan dalam surat Al Baqarah.
Inilah sebuah kontemplasi kalbu,
dari hati amarah kembali ke yang fitrah,
dari hati yang iri kembali ke yang fitri,
dari hati takabur menjadi lebur,
dari hati yang mencaci ke hati yang suci,
dari yang banyak akal bulus ke yang tulus,
ke yang sejati, yang benar benar asli sebagai potret kehadiran yang Ilahi dalam kehidupan yang insani.
1.
"Voyes comme’est simple, il suffit d’aimer - Lihatlah bagaimana sederhananya, semua yang kau lakukan untuk mencintai".
Inilah kalimat terakhir Bernadeth Soubirus di kamarnya sebelum dia meninggal di Paris, tepat pada hari Paskah, 1879.
Seperti Bernadeth, Yesus juga mengajak kita untuk selalu bekerja dengan nada dasar C, cinta lewat tiga indikasinya, antara lain:
A."Bersyukur":
“Dulu saya sedih karena tidak memiliki sepatu sampai saat saya berjumpa dengan seorang lelaki yang tidak mempunyai kaki.” Dari nukilan ini, ajakannya jelas: jika kita tak mempunyai apa-apa yang kita cintai, maka cintailah apa-apa yang kita punyai. Dengan kata lain: Kita diajak untuk selalu membuka hari dan kerja dengan doa syukur: akan setiap pagi yang baru, akan istirahat dan perlindungan tadi malam, akan kesehatan dan makanan, akan kasih dan sahabat, akan segala yang kita lihat dan alami. Nah, bukankah hidup dan semua kerja kita sebenarnya merupakan undangan untuk bersyukur?
B."Bergiat":
Yesus berkata, “BapaKu bekerja sampai sekarang maka Aku pun bekerja juga" mengajak kita untuk menjadi orang yang giat dalam segala pekerjaan baik, yang tidak mudah menunda-nunda kerja harian. Itu sebabnya Kardinal Carlo Martini pernah menyatakan bahwa hidup banyak orang kudus sama saja dengan kebanyakan orang, yang terdiri dari peristiwa-peristiwa kecil harian yang tak melulu tercatat dalam buku sejarah dunia. Kesucian diraih dalam giat dan kesungguhannya pada kehidupannya sehari-hari yang biasa-biasa saja.
C."Berpasrah":
Keyakinan iman bahwa Tuhan pasti turut menyelenggarakannya membuat kita meyakini premis iman bahwa "aku mengerjakan apa yang dapat kulakukan dan biarlah Tuhan yang melakukan apa yang tidak dapat kulakukan". Dalam bahasa novelis Rusia, Fyodor Dostoevsky: “cintailah semua ciptaan, cintailah setiap bagiannya, setiap helai dedaunan, setiap berkas sinar, binatang, tanaman juga benda yang tak ber-roh sekalipun dan akhirnya engkau akan mencintai Tuhan".
"Dari Koja ke Yogyakarta - Mari bekerja dengan penuh cinta dan sukacita."
2.
"Ora et labora - Berdoa dan bekerja!”
Yesus terus bekerja tanpa banyak alasan karena nada dasar kerjanya adalah kasih.
Adapun Yesus berkata: “BapaKu bekerja sampai sekarang, maka aku pun bekerja juga”.
Perkataan ini menimbulkan pertentangan dengan orang Yahudi karena beberapa alasan:
A.Yesus meniadakan hari sabat.
B.Yesus memanggil Allah sebagai Bapa sehingga Ia di-cap "penghojat Allah".
Kedua hal ini membuat orang Yahudi marah dan mau membunuh Yesus.
Apa tanggapan Yesus?
Ia mengatakan bahwa apa yang Ia lakukan dalam hal ini perbuatan kasih dan keselamatan bagi manusia adalah pekerjaan Bapa. Ia sendiri melihat Bapa mengerjakannya maka Ia pun mengerjakan hal yang sama: kerja kerja dan kerja.
Dengan kata lain: Yesus menjadi orang yang bermental “sijabat”, siap kerja dan bersahabat.
Dalam Katekismus Gereja Katolik dikatakan: “Karya manusia adalah tindakan langsung dari manusia yang diciptakan menurut Citra Allah. Manusia dipanggil untuk bersama-sama melanjutkan karya penciptaan (Kej 1:28).” Jadi, pekerjaan adalah sebuah tugas dan panggilan bagi manusia (2Tes 3:10).
Nah, sebagai murid Kristus, kita jelas dipanggil untuk terus bekerja bersama Kristus. Pekerjaan sekecil apapun dapat menjadi sarana pengudusan dan dapat meresapi kenyataan duniawi dengan semangat Kristus”. (KGK 2427).
Maka, pilihlah kerjamu dan kerjakanlah pilihanmu karna “Bapaku bekerja sampai saat ini dan aku pun bekerja juga”. Tuhan saja terus bekerja mengapa kita malahan bermalas-malasan?
"Dari Koja ke Kalimati-
Mari bekerja sepenuh hati."
3.
“Habemus Papam - Kami memiliki Paus”.
Kel 32:7-14; Yoh 5:31-47
Mengacu pada bacaan injili bahwa Yesus dan Musa datang sebagai saksi, Paus Fransiskus yang terlahir pada 17 Des 1936 dari orang tua yang adalah pekerja rel kereta dan imigran dari Italia ini juga mengajak kita untuk menjadi "saksi" (“Siap Ajarkan Kabar Sukacita Ilahi”) dengan 3 semangat dasar, antara lain:
A. ”SSD - Servus Servorum Dei - Hamba dari Segala Hamba Tuhan”:
Inilah semboyan pokok yang selalu muncul pada akhir konklav. Kardinal Bergoglio alias Paus Fransiskus sendiri terkenal rendah hati: Di Argentina, ia memilih tinggal di rumah sederhana daripada katedral, memasak/mencuci piring dan mengembalikan limosine untuk memilih pergi dengan naik bus. Ia juga mengambil nama kepausan, “Fransiskus” (Asisi), pendiri “OFM-Ordo Fratrum Minorum-Saudara Hina Dina” yang terkenal dengan semangat kesederhanaannya untuk menciptakan "Pax et Bonum - Damai dan Kebaikan".
B. ”AMDG - Ad Maiorem Dei Gloriam - Demi Semakin Besarnya Kemuliaan Nama Tuhan”:
Inilah semboyan khas Kardinal Bergoglio alias Paus Fransiskus sebagai anggota tarekat Jesuit. Adapun paus terakhir yang juga adalah anggota tarekat yakni Paus Gregorius XVI dari tarekat Benediktin (1831). Sebelum memberi berkat kepausan perdana kepada umat, Paus Fransiskus ini juga lebih dulu meminta doa dan berkat dari semua umat supaya sungguh semuanya hanya demi kemuliaan Tuhan semata.
C. ”IIM - Ite Inflammate Omnia - Pergilah dan kobarkanlah api Tuhan ke dunia”:
Inilah semboyan salah satu founding father Jesuit, St Fransiskus (Xaverius). Adapun Kardinal Bergoglio alias Paus Fransiskus ini merupakan paus pertama yang berasal dari Amerika Latin. Kata-kata perdananya di Vatikan: “Saya datang dari ujung dunia yang jauh. Mari kita pergi memulai perjalanan ini bersama, perjalanan persahabatan-kasih-kepercayaan dan iman."
Selain itu, selama ini, Paus Fransiskus juga dikenal sebagai pembela kaum miskin dan tidak gentar mengkritik ketidakadilan sosial-ekonomi di sekitarnya. Kini, Tuhan juga seolah mengajak kita bersama Gereja untuk pergi bersaksi dengan semangat api yang berkobar-kobar di tengah carut maut dan ruwet renteng dunia.
4.
"Labora - Kerja!"
Inilah salah satu dimensi iman bahwa kita diajak untuk selalu bekerja dengan giat, dengan "head-hand dan heart", yang dalam bahasa Yesus: “Aku mempunyai suatu kesaksian tentang segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepadaKu supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu jugalah yang sekarang Kukerjakan dan yang memberi kesaksian tentang Aku bahwa Bapa yang mengutus Aku dan yang bersaksi tentang Aku" (Yo 5:36).
Dengan kata lain: kualitas iman kita ditentukan tdk melulu oleh apa yang "dikatakan" tapi terlebih oleh apa yang "dikerjakan" dalam keseharian.
Secara ideal, ada 3 tujuan kerja orang beriman, antara lain:. kebaikan untuk masa depan dunia (bonum utile), kebaikan untuk kemanusiaan (bonum humanum) dan kebaikan untuk hidup bersama (bonum commune).
Secara real, kita kerap sibuk berkata-kata belaka, seperti tampak dalam cerita ini:
"Dulu hiduplah seekor singa liar dan buas. Setiap kali bertemu makhluk lain dan terutama manusia pasti saja diterkam dan dilahap habis. Ketika tahu bahwa orang Kristiani adalah orang-orang baik, maka berkatalah ia kepada teman-teman yang lain: "Aku telah mendengar seruan di padang gurun dan aku ingin bertobat. Aku tak akan mengganggu orang-orang Kristiani lagi. Aku akan membiarkan mereka tetap hidup dan tak akan menjadikan mereka santapan pemuas isi perutku. Setelah lewat beberapa hari, seorang Kristiani lewat. Singa liar itu malahan lagi-lagi melahap orang itu. Seluruh bagian tubuh orang tersebut dimakan habis tak tersisa, kecuali bibirnya saja. Ia lalu dicemooh teman- temannya: 'Bukankah engkau ingin bertobat dan berjanji tak akan menjadikan orang kristen sebagai santapan lezatmu? Kenapa hari ini engkau justru membunuh orang Kristiani lagi? Setelah berpikir panjang, singa buas itu menjawab: 'Aku memang sudah berjanji untuk tidak menerkam orang Kristiani. Tapi orang yang telah kumakan itu telah kucium dulu sebelum diterkam. Ternyata sama sekali tak tercium aroma kekristenan, kecuali bibirnya saja. Karena itu bibirnya sajalah yang tidak kumakan.' Nah, bagaimana dengan kita sendiri?
"Kereta senja dari Yogyakarta - Mari kita bekerja dengan sukacita."
5.
DEHUMANISASI: (NEVER) AGAIN.
JOGJA: RIWAYATMU KINI.
Allah mengijinkan kita mengalami masa-masa kering dan kuatir apakah Dia telah meninggalkan kita, untuk membuat kita pergi mencari dan menjangkauNya. Ketika kita berjuang, bahkan menderita, itulah saat kita bertumbuh dalam iman.
Kadang-kadang, pertumbuhan spiritual yang paling baik justru terjadi pada masa-masa gelap, karena di saat itulah kita menyadari betapa kita sangat memerlukan Tuhan dan bergantung kepadaNya.
===
Cerita seorang Katolik yang ditolak tinggal di dusun Karet karena berbeda agama ini mengiris sisi kemanusiaan kita. Meski dikabarkan masalah sudah selesai ("Masyarakat Karet Pleret Bantul Jogjakarta Mengaku Khilaf & Bersedia Menghapus Aturan Diskriminatif"), tetap saja ini sebuah peringatan bersama..
Slamet Jumiarto, "sang pelukis" itu tiba-tiba ditolak untuk tinggal di dusun Karet, Bantul, Jogjakarta. Alasannya ?? Hanya karena ia beragama Katolik!
Sultan, daerah ditempatmu memimpin sekarang begitu radikal. Jangan biarkan Jogja yang dulu tercitrakan sebagai tempat yang indah dengan sejarah dan kebudayaan yang terjaga, harus hilang dan menjadi daerah yang sibuk menghakimi agama yang berbeda.
Slamet Jumiarto, pelukis berusia 42 tahun menyewa salah satu rumah di Karet tanpa mengetahui ketentuan yang bakal membuatnya repot. Dia boyongan dari Notoprajan, Ngampilan, Kota Jogja, karena rumah yang dia kontrak disana sudah habis jangka waktunya.
"Sejak 2001, saya mengontrak rumah dan sudah 14 kali pindah. Saya cocok dengan lingkungan di Karet, apalagi harga sewa di sini murah. Rumahnya juga luas," ucap Slamet.
Slamet mulai menempati rumah kontrakan seluas 9 × 11 meter pada Sabtu (30/3/2019). Dia menghadap Ketua RT 8, Nur, untuk mengurus administrasi kependudukan.
Slamet kaget ketika disodori peraturan tersebut, padahal dia sudah membayar sewa rumah untuk satu tahun. "Saya Katolik. Istri saya Protestan. Kami tidak boleh tinggal di sini," ujat Slamet.
===
Tujuh Fakta Kisah Slamet Melawan Diskriminasi Agama di Bantul.
Slamet Jumiarto (42) tidak menyangka akan ditolak untuk tinggal di Pedukuhan Karet, Desa Pleret, Bantul, hanya karena dirinya beragama Katolik.
Hal itu terungkap setelah Slamet mencoba melapor kepada Ketua RT 008, Desa Pleret, karena baru saja mengontrak sebuah rumah di desa itu.
Saat itu, Ketua RT menjelaskan alasan penolakannya bahwa sudah ada peraturan kampung bernomor 03/Pokgiat/Krt/Plt/X/2015. Aturan tersebut berisi tidak memperbolehkan warga non-Muslim tinggal di Desa Pleret.
Namun, setelah upaya mediasi antara Slamet, tokoh masyarakat dan polisi, pada Senin (1/4/2019), peraturan tersebut akhirnya dicabut. Warga Dukuh Karet, Desa Pleret, pun sepakat ingin hidup rukun dan damai.
Berikut ini fakta lengkapnya:
.
Alasan pelarangan warga non-Muslim tinggal di Desa Pleret.
Slamet Jumiarto (42), ditemui di rumah Kontrakan di Dusun Karet, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul Selasa (2/4/2019) Kepala Dukuh Karet, Iswanto, mengungkapkan, peraturan yang melarang warga non-Muslim tinggal di Desa Pleret dibuat tahun 2015.
Saat itu, dirinya bersama sekitar 30-an tokoh masyarakat dan agama membuat peraturan tersebut dengan tujuan mengantisipasi adanya campur makam antara Muslim dan agama lain.
Setelah dibahas, maka disepakati aturan pelarangan adanya pembelian tanah dan bertempat tinggalnya warga non-Muslim di Dusun Karet.
Lalu setelah kasus Slamet menjadi sorotan masyarakat dan viral di media sosial, maka peraturan tersebut dicabut dan tak diberlakukan kembali di Dukuh Karet. Keputusan tersebut diambil setelah ada mediasi antara Slamet, tokoh masyarakat dan polisi.
"Mulai hari ini sudah dicabut. Karena melanggar peraturan dan perundangan. Kami sepakat aturan tersebut kami dicabut, dan permasalahan dengan Pak Slamet tidak ada permasalahan lagi," kata Iswanto.
..
Warga sepakat ingin hidup rukun, peraturan diskriminatif dicabut.
Kasus Slamet membuat perubahan besar bagi warga Desa Pleret. Warga dan tokoh masyarakat pun sepakat untuk tidak lagi mempermasalahkan latar belakang agama maupun suku kepada siapapun yang ingin tinggal di Desa Pleret.
Iswanto menuturkan, pihaknya hanya ingin semua warga hidup rukun. Dia mengungkapkan, dari sekitar 540 KK, ada 1 KK yang non-Muslim tinggal sejak lama, dan selama ini tidak ada permasalahan.
"Nantinya kami mengikuti aturan yang ada di pemerintahan saja," ucap Iswanto.
Sebelumnya, mediasi antara Slamet, tokoh masyarakat dan polisi telah menghasilkan kesepakatan. Salah satunya adalah mencabut peraturan diskriminatif tersebut.
"Semalam (Senin, 1/4/2018) ada kesepakatan peraturan itu dicabut," kata Slamet.
"Yang terpenting bagi saya, peraturan tersebut sudah dicabut. Jangan sampai ada korban lainnya. Jangan sampai cap intoleransi di DIY semakin tebal," tambahnya.
...
Awal mula Slamet ditolak tinggal di Dukuh Karet
Slamet menceritakan kepada Kompas.com terkait kasus diskriminatif yang menimpa dirinya.
Pada Minggu (31/3/2019), ayah dua anak tersebut berencana mengontrak rumah di Dukuh Karet, RT 008, Desa Pleret.
Setelah sepakat harga sewa rumah, sang pemilik rumah tidak menyinggung apapun tentang masalah agama yang dianutnya.
Lalu, pria yang berprofesi sebagai pelukis itu segera melapor ke Ketua RT setempat dengan membawa fotokopi KTP, KK, hingga surat nikah.
Setelah diperiksa, Ketua RT menyampaikan bahwa Slamet tidak bisa tinggal di dukuh itu karena beragama Katolik. Mendengar hal itu, Slamet mencoba mencari kepastian ke Kepala Dukuh Karet, Iswanto.
"Paginya saya ketemu ketua kampung, itu pun juga ditolak, kemudian saya ingin ketemu pak dukuh, cuma waktu kemarin belum tahu rumahnya, belum tahu namanya," ucap Slamet, saat ditemui di kontrakannya, Selasa (2/4/2019).
....
Mengadu hingga Sekretaris Sultan melalui pesan singkat
Slamet memutuskan untuk mengadu dengan cara merekam curahan hatinya dalam sebuah pesan singkat. Lalu pesan tersebut dia kirimkan ke beberapa pihak.
Pesan berdurasi 4 menit tersebut sampai ke Sekretaris Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dan diteruskan ke Sekda Bantul.
Curhatan Slamet selama kurang lebih 4 menit itu juga tersebar di sejumlah masyarakat melalui pesan singkat.
Setelah itu, pada Senin (1/4/2019), dirinya dipanggil untuk mediasi oleh Pemkab Bantul, di Kantor Sekda Kabupaten Bantul.
Saat itu, hadir pula kepala dukuh, lurah dan RT setempat. Belum adanya titik temu, pertemuan itu dilanjutkan malam hari.
.....
Sempat ada usulan Slamet boleh tinggal selama 6 bulan
Dalam mediasi tersebut, Ketua RT 008 sempat mengusulkan agar Slamet diperbolehkan tinggal hanya selama 6 bulan saja. Namun Slamet menolaknya.
"Kalau hanya 6 bulan kan buat apa. Sama saja penolakan secara halus kepada saya. Kalau memang boleh ya boleh, kalau enggak ya enggak, gitu saja," ucap Slamet.
Setelah berdiskusi, akhirnya dirinya bersedia untuk pindah, namun dengan catatan mengembalikan seluruh biaya yang sudah dikeluarkan dan peraturan pelarangan non-Muslim tinggal di wilayah Pleret harus dibatalkan alias dicabut.
Seperti diketahui, selama menempati rumah, Slamet sudah mengeluarkan uang Rp 4 juta untuk mengontrak satu tahun, Rp 800.000 untuk renovasi rumah, plus Rp 400.000 untuk transport renovasi.
......
Slamet harap tak ada lagi peraturan diskriminatif di DIY
Setelah tercapai kesepakatan, Slamet berharap tak ada lagi korban seperti dirinya. Dirinya pun berharap Yogyakarta tetap menjadi kota yang memiliki toleransi.
"Semalam (Senin, 1/4/2018) ada kesepakatan peraturan itu dicabut," ujar dia.
"Yang terpenting bagi saya, peraturan tersebut sudah dicabut. Jangan sampai ada korban lainnya. Jangan sampai cap intoleransi di DIY semakin tebal," kata dia.
Slamet mengaku, setealah koleganya mengetahui kasus tersebut, banyak dari mereka menawarkan rumah untuk ditinggali.
Namun, warga asli Semarang, Jawa Tengah, ini masih akan berpikir apakah tetap tinggal ataupun pindah ke lokasi lainnya.
"Tetangga di sini baik semua, bahkan yang tidak kenal, setelah peristiwa ini ramai dibicarakan, menyapa dan jadi mengenal saya," ucap dia.
.......
Bupati Bantul angkat bicara terkait intoleransi di Desa Pleret
Bupati Bantul, Suharsono mengatakan, komitmennya untuk tidak ada diskriminasi di wilayahnya. Menurut dia, perangkat desa pembuat aturan penolakan warga non-Muslim sudah minta maaf.
"Enggak boleh ada larangan," ujar dia.
Aturan yang dikeluarkan oleh warga dusun tersebut dinilainya mencederai NKRI, yang mengedepankan ke-Bhinekaan. Tidak boleh ada diskriminasi SARA.
Ia memastikan, warga non-Muslim boleh tinggal di Dusun Karet, Desa Pleret, dan Bantul pada umumnya.
"Kalau tak ada dasar hukumnya, (aturan itu) melanggar hukum. Yang penting dirembug. Warga bisa di situ, yang penting tidak mengganggu," ujar dia.
Sementara itu, Kapolres Bantul AKBP Sahat M Hasibuan mengatakan, jika kasus ini sudah selesai, dan peraturan tersebut juga sudah dicabut.
"Aturan itu sudah tidak berlaku dan dicabut. Ke depan saya berharap kita di sini toleransi agama. Saya yakin di Jogja tidak ada intoleransi, semuanya toleransi. Kita lihat di sini tadi menjaga hubungan masyarakat," ucap dia. (MY / KOMPAS.COM)
A.
SULTAN, DAERAHMU SEKARANG RADIKAL..
Slamet Jumiarto pasti bengong..
Pelukis itu tiba-tiba ditolak untuk tinggal di dusun Karet, Bantul, Jogjakarta. Alasannya ?? Hanya karena ia beragama Katolik.
Menurut seorang tokoh di dusun Karet itu, penolakan untuk yang non muslim dan penganut kepercayaan disana, adalah bentuk kearifan lokal dan disepakati semua warga. Aturan itu diawasi oleh Lembaga Pemasyarakatan Desa. Kata tokoh itu seperti dimuat di Tempo, mereka meniru Aceh.
Sejak awal saya sudah mengkhawatirkan situasi seperti ini terjadi. Maraknya bisnis yang bernuansa agama, seperti pemukiman syariah khusus seagama, sampai salon dan laundry saja ada yang khusus untuk seagama, akan meluas dan mengkotak-kotakkan masyarakat kita berdasarkan "apa agamanya".
Ini adalah bibit-bibit intoleran yang akan berkembang menjadi radikal dan pada satu waktu menyuburkan terorisme. Bantul sendiri bukan hal baru dalam bidang intoleran dan radikal.
Tahun 2018 terjadi pembubaran sedekah laut disana. Juga ada penolakan bakti sosial karena dinilai ada unsur Kristenisasi. Dan yang paling miris tahun 2016 lalu, sebuah bom paku yang dibuang di sawah meledak dan membunuh seekor kerbau dengan tubuh penuh paku.
Sempitnya pemikiran para warga disana tidak lepas dari berkembangnya ormas-ormas agama garis keras yang sibuk membangun sistem berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Ormas-ormas itu menurunkan "para ustad" untuk mencuci otak para warga supaya menjadi rasis dan sempit.
Tidak cukup hanya mengajarkan anak2 sekolah tentang toleransi, aparat pemerintahan di Jogjakarta harus turun langsung memberantas pola pikir membangun Bantul menjadi wilayah khusus untuk agama tertentu. Dan ini harus dengan cara keras, kalau perlu penjarakan mereka yang bertindak intoleran dan gerakkan ustad-ustad moderat untuk membersihkan pikiran warga awam.
Kalau tidak dilakukan sekarang, kelak Bantul akan menjadi laboratorium bagi para radikalis untuk mengembangkan cara yang sama di daerah lain. Ditakutkan, keberagaman di negara ini terganggu dan akan terjadi tindakan balas dendam di daerah lain dimana agama yang berbeda menjadi mayoritas.
Sultan, daerah ditempatmu memimpin sekarang begitu radikal..
Jangan biarkan Jogja yang dulu tercitrakan sebagai tempat yang indah dengan sejarah dan kebudayaan yang terjaga, harus hilang dan menjadi daerah yang sibuk menghakimi agama yang berbeda.
Berwibawalah, jika tidak kelak ketika pemikiran intoleran itu menguasai Jogjakarta, engkau akan menyesal karena sudah terlambat menanganinya.
Jangan sampai lagu KLA Project syairnya berubah, "Pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu. Tidak seperti dulu, tiap sudut menatapku curiga.." Ahhh.. Jogja. Seruput kopi dulu. (DS)
B.
YOGYAKARTA LAGI DAN LAGI
Slamet Jumiarto, seorang pelukis di Yogyakarta ditolak mengontrak di Dusun Karet, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Alasannya, Slamet merupakan seorang penganut Katolik.
Penolakan ini berdasarkan peraturan yang dikeluarkan pada 2015. Aturan itu melarang pendatang dari kalangan non-muslim dan aliran kepercayaan. Aturan dikeluarkan oleh Lembaga Pemasyarakatan Desa Kelompok Kegiatan Dusun Karet Desa Pleret Kecamatan Pleret Bantul tentang Persyaratan Pendatang Baru di Pedukuhan Karet. Syaratnya adalah pendatang baru harus beragama Islam.
Penduduk Pedukuhan Karet juga keberatan menerima pendatang baru yang menganut aliran kepercayaan dan agama non-Islam. Bila pendatang baru tidak memenuhi ketentuan itu, maka ia mendapatkan sanksi berupa teguran lisan, tertulis, dan diusir dari Pedukuhan Karet.
Aturan tertanggal 19 Oktober 2015, ditandatangani Kepala Dusun Karet Iswanto dan Ketua Kelompok Kegiatan Dusun Karet Ahmad Sudarmi.
Slamet, pengontrak rumah tersebut mengatakan penolakan terjadi pada Sabtu,30 Maret 2019. Ia menemui Ketua RT dan tokoh masyarakat kampung tersebut. "Mereka menyatakan ada kesepakatan tertulis bahwa non-muslim tidak boleh tinggal di Dusun Karet," kata dia di rumah kontrakannya di Dusun Karet, Selasa, 2 April 2019.
Slamet mengontrak di rumah seluas 11×9 meter persegi bersama isterinya, Priyati dan dua anaknya. Lukisan berkarakter realis banyak dipajang di dinding rumah yang berdiri di lingkungan RT 8.
Slamet dan keluarga semula hendak mengontrak selama satu tahun di kampung tersebut. Tapi, ia terbentur dengan aturan kampung. Tokoh masyarakat kemudian mengundang dia untuk datang dalam forum mediasi. Kesepakatannya adalah Slamet bisa tinggal selama 6 bulan. Tapi, Slamet menolaknya. "Lebih baik saya pindah dari kampung ini karena tidak nyaman," kata Slamet.
Perupa asal Semarang ini menyatakan aturan diskriminatif tersebut harus segera dicabut. Dia berharap tidak ada aturan serupa di kampung lainnya di Yogyakarta.
Slamet sebelumnya berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya bersama keluarga di Yogyakarta. Ia menghitung sudah 14 kali berpindah kontrakan sejak 2001-2019. Perlakuan diskriminatif karena dia Katolik baru ia rasakan kali ini.
Slamet mengunggah pengakuannya tentang penolakan tersebut melalui video. Videonya beredar luas melalui pesan whatsApp. Dalam video itu, Slamet menyatakan dirinya dan keluarga ditolak mengontrak di kampung tersebut karena adanya aturan kampung yang menyebutkan non-muslim tidak boleh tinggal di sana.
Ketua Kelompok Kegiatan Dusun Karet Ahmad Sudarmi mengatakan aturan yang ditetapkan sejak 2015 itu hasil kesepakatan antara tokoh agama,tokoh masyarakat, dan warga kampung. "Aturan ada karena masukan tokoh agama," kata dia.
Tujuan dibuatnya aturan itu, kata dia supaya kampung tersebut aman dan damai. Mayoritas tokoh masyarakat meminta agar siapapun yang mengontrak maupun membeli rumah harus sesuai dengan kesepakatan yang tertulis dalam aturan itu.
Ahmad menyatakan dirinya tidak tahu bila aturan itu diskriminatif dan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar. "Itu kelalaian. Bisa jadi pelajaran agar ketika memutuskan sesuatu lebih hati-hati," kata dia. (SM)
C.
NO SARA
YES RASA
Warga pendatang baru ditolak saat hendak tinggal di Pedukuhan Karet, Desa Pleret, Kecamatan Pleret, Bantul, Yogyakarta karena beragama Katholik.
Penolakan itu dialami keluarga Slamet Jumiarto (42) yang akan menyewa rumah di RT 08, Pedukuhan Karet, Desa Pleret, Bantul, DIY. Yang menjadi dasar penolakan itu adalah karena adanya aturan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa, Kelompok Kegiatan (Pokgiat) tentang persyaratan pendatang baru.
Dalam aturan itu disebutkan bahwa pendatang baru harus beragama Islam. Akan tetapi Slamet dan keluarganya beragama Katolik dan Kristen, sehingga ia ditolak untuk tinggal di kawasan itu.
"Saya menemui Pak RT untuk izin memberikan fotokopi KTP, KK dan surat nikah. Karena kami ini begitu dilihat kami non-muslim, Katolik dan Kristen, maka kami ditolak sama Pak RT 08," kata Slamet saat ditemui di rumah kontrakannya, Selasa (2/4/2019).
Penolakan warga pendatang beda keyakinan ini dibenarkan oleh Kepala Dusun Karet Iswanto saat ditemui di depan Kantor Desa Pleret, Selasa (2/4/2019). Ia membenarkan adanya peraturan yang juga ia tanda tangani itu.
Dalam aturan atau Surat Keputusan Nomor 03/POKGIAT/Krt/Plt/X/2015 memutuskan syarat-syarat bagi pendatang baru di Pedukuhan Pleret di antaranya adalah bersifat non-materi, bersifat material, dan sanksi.
Yang bersifat non-materi adalah:
. Pendatang baru harus Islam. Islam yang dimaksud adalah sama dengan yang dianut oleh penduduk Pedukuhan Karet yang sudah ada.
. Tidak mengurangi rasa hormat, penduduk Pedukuhan Karet keberatan untuk menerima pendatang baru yang menganut aliran kepercayaan atau agama non-original seperti yang dimaksud ayat 1.
. Bersedia mengikuti ketentuan adat dan budaya lingkungan seperti yang sudah tertata seperti: Peringatan keagamaan, gotong royong, keamanan lingkungan, kebersihan lingkungan dan lain-lain.
. Bagi yang pendatang baru baik yang menetap atau kontrak/indekos wajib menunjukkan identitas kependudukan asli dan menyerahkan fotokopiannya.
Yang bersifat materi bagi pendatang baru yang menetap dikenakan biaya administrasi sebesar Rp1.000.000 dengan ketentuan Rp600.000 masuk kas kampung melalui kelompok kegiatan Pedukuhan Karet dan Rp400.000 masuk kas RT setempat.
Sedang surat keputusan itu juga mengatur tentang saksi yakni teguran secara lisan, teguran tertulis, dan diusir atau dikeluarkan dari wilayah Pedukuhan Karet.
"Aturan dibuat sejak 2015 [...] Warga sudah sepakat sejak 2015. [...] Itu sudah ada aturan tertulis berlaku untuk semuanya," kata Iswanto.
(TIRTO.ID)
6.
Kutipan Teks Misa:
Mereka yang berdoa tidak pernah kehilangan harapan, bahkan ketika mereka menemukan diri mereka dalam keadaan yang sulit dan tak berpengharapan secara manusiawi. (Paus Benediktus XVI)
Antifon Pembuka (Mzm 69(68):14)
Dalam masa rahmat ini, aku berdoa kepada-Mu, ya Tuhan. Demi kerelaan-Mu, dengarkanlah aku dan selamatkanlah aku seturut janji-Mu.
I pray to you, O Lord, for a time of your favor. In your great mercy, answer me, O God, with your salvation that never fails.
Doa Pembuka
Allah Bapa Maharahim, Engkau mengganjar jasa orang saleh dan mengampuni orang berdosa yang bertobat. Kasihanilah kami yang berseru kepada-Mu. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Yesaya (49:8-15)
"Aku telah membentuk dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia untuk membangunkan bumi kembali."
Beginilah firman Tuhan, “Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau. Aku telah membentuk dan membuat engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, untuk membangunkan bumi kembali dan untuk membagi-bagikan tanah pusaka yang sudah sunyi sepi, untuk mengatakan kepada orang-orang yang terkurung ‘Keluarlah!” dan kepada orang-orang yang ada di dalam gelap ‘Tampillah!” Di sepanjang jalan mereka seperti domba yang tidak pernah kekurangan rumput, dan di segala bukit gundul pun tersedia rumput bagi mereka. Mereka tidak menjadi lapar atau haus. Angin panas dan terik matahari tidak akan menimpa mereka, sebab Penyayang mereka akan memimpin mereka, dan akan menuntun mereka ke dekat sumber-sumber air. Aku akan membuat segala gunung-Ku menjadi jalan dan segala jalan raya-Ku akan Kuratakan. Lihat, ada orang yang datang dari jauh, ada yang dari utara, dari barat dan ada yang dari tanah Sinim, bersorak-soraklah, hai langit, bersorak-soraklah, hai bumi, dan bergembiralah dengan sorak sorai, hai gunung-gunung! Sebab Tuhan menghibur umat-Nya dan menyayangi orang-orang-Nya yang tertindas. Sion berkata, “Tuhan telah meninggalkan aku, dan Tuhanku telah melupakan aku.” Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakan, Aku tidak akan melupakan engkau.”
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, la = d, 2/4, PS 814
Ref. Pada Tuhan ada kasih setia dan penebusan berlimpah.
Ayat. (Mzm 145:8-9.13c-14.17-18)
1. Tuhan itu pengasih dan penyayang, panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Tuhan itu baik kepada semua orang, dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikan-Nya.
2. Tuhan itu setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan itu penopang bagi semua orang yang jatuh dan penegak bagi semua yang tertunduk.
3. Tuhan itu adil dalam segala jalan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya. Tuhan dekat pada setiap orang yang berseru kepada-Nya, pada setiap orang yang berseru kepada-Nya dalam kesetiaan.
Bait Pengantar Injil, do = bes, 4/4, PS 965
Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan kekal.
Ayat. (Yoh 11:25)
Akulah kebangkitan dan hidup, sabda Tuhan. Setiap orang yang percaya pada-Ku, akan hidup, sekalipun ia sudah mati.
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Yohanes (5:17-30)
"Seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati, dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya."
Sekali peristiwa, Yesus berkata kepada orang-orang Yahudi, “Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Karena perkataan itu, orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh Yesus, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri, dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah. Maka Yesus menjawab mereka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau Ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak, dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan siapa saja yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia. Aku berkata kepadamu: Sungguh, barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sungguh, saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Bapa telah memberikan kuasa kepada Anak untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kubur akan mendengar suara Anak, dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum. Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri. Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.”
Demikianlah Injil Tuhan
U. Terpujilah Kristus.
Renungan
Sabda Yesus hari ini mengajak dan mengingatkan kita semua untuk mawas diri sejauh mana kita percaya kepada sabda-sabda-Nya dan kemudian melaksanakannya dalam hidup sehari-hari. “Barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku ia mempunyai hidup yang kekal”, demikian sabda Yesus. Yesus menghendaki kita percaya kepada-Nya seperti kita percaya kepada Allah (lih. Yoh 14:1), dan Ia menjanjikan tempat di surga bagi kita yang percaya. Dengan demikian Ia menyatakan diri-Nya sebagai yang setara dengan Allah Bapa, “Siapa yang melihat Aku, melihat Bapa, (Yoh 14:9), Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa (Yoh 10:38). Tidak ada seorangpun yang mengenal Anak selain Bapa, dan mengenal Bapa selain Anak (lih. Mat 11:27). Yesus juga menyatakan Diri-Nya di dalam kesatuan dengan Allah Bapa saat mendoakan para murid-Nya dan semua orang percaya, ”… agar mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau…” (Yoh 17:21).
Antifon Komuni (Yoh 3:17)
Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.
God did not send his Son into the world to judge the world, but that the world might be saved through him.
Doa Malam
Allah Bapa Maha Penyayang, semoga hati kami selalu terbuka untuk menerima Sabda Putra-Mu terkasih, Sabda kebenaran, pengampunan dan kedamaian. Sebab Dialah Tuhan, Pengantara kami. Amin.
7.
MADAH HARIAN PAGI
(Rabu, 3 April 2019)
Kristus surya keadilan
Kini fajar Kaudatangkan
Enyahkanlah kegelapan
Tampilkanlah kehidupan.
S’moga pertobatan kami
Di masa Prapaskah ini
menurunkan rahmat ampun
Atas dosa yang bertimbun.
Bila tiba hari Paskah
Perkenankan para hamba
Bersorak kegembiraan
Merayakan kebangkitan.
Ya Tritunggal mahasuci
Trimalah pujian kami
Yang kami lambungkan ini
Dengan ikhlas penuh bakti. Amin.
DOA
Ya Tuhan, Engkau mengganjar jasa orang saleh dan mengampuni orang berdosa yang bertobat. Kasihanilah kami yang berseru kepada-Mu. Semoga kami mengakui kesalahan kami dan memperoleh pengampunan daripada-Mu. Demi Yesus Kristus, Putera-Mu dan pengantara kami, yang hidup dan berkuasa bersama Engkau dalam persekutuan Roh Kudus, sepanjang segala masa. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar