Ibr 10:32-39; Mrk 4:26-34
"In Te Domine speravi - PadaMu Tuhan aku berharap." Ya, bersama dengan HatiNya yang lemah lembut dan murah hati, Tuhanlah yang seharusnya menjadi pengharapan kita, sebagai yang empunya Kerajaan Surga. Seperti yang saya tulis dalam buku "XXX-Family Way" (Kanisius), ada banyak nama tentang surga al: Firdaus/2Kor 12:2 - Kerajaan Allah/Ef 5:5 - Rumah Bapa/Yo 14:2- Tanah Air surgawi/Ibr 1116, dengan beberapa ciri: kekal dan abadi, diciptakan Allah, tidak terukur, tinggi, kudus dan tahta Allah.
"In Te Domine speravi - PadaMu Tuhan aku berharap." Ya, bersama dengan HatiNya yang lemah lembut dan murah hati, Tuhanlah yang seharusnya menjadi pengharapan kita, sebagai yang empunya Kerajaan Surga. Seperti yang saya tulis dalam buku "XXX-Family Way" (Kanisius), ada banyak nama tentang surga al: Firdaus/2Kor 12:2 - Kerajaan Allah/Ef 5:5 - Rumah Bapa/Yo 14:2- Tanah Air surgawi/Ibr 1116, dengan beberapa ciri: kekal dan abadi, diciptakan Allah, tidak terukur, tinggi, kudus dan tahta Allah.
Adapun hari ini kita diajak juga untuk menciptakan surga, "SUaRa untuk Gemakan Allah" dengan belajar dari biji sesawi, al:
1."SE"derhana: Bukankah biji sesawi mulanya adalah sangat sederhana, kecil dan tidak menarik? Bukankah Tuhan juga suka berkarya mencipta surga di bumi juga lewat banyak hal sederhana dan biasa? Ssst...Sudah sederhanakah kita dalam kata, tindakan dan gaya hidup sehari-hari?
2."SA"bar: Biji sesawi itu walau sangat kecil dan bahkan tidak banyk diperhitungkan, tapi ia terus "on becoming": bersabar dan tumbuh perlahan. Ia mengajak kita juga untuk sabar menciptakan surga dalam keseharian hidup kita. Sikap sabar ini harus terus-menerus "dipelihara, dipupuk dan disirami" juga dengan doa dan matiraga, devosi dan penghayatan ekaristi juga. Sst..Tetap sabarkah kita ketika ada banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan?
3.manusia"WI": Biji sesawi itu terus tumbuh secara alami. Ia bukan produk karbitan/abal-abal. Ia otentik: terus bertumbuh secara alami lewat alam. Ia hadir sangat manusiawi: Ia tidak hanya berguna untuk kepentingan diri tapi juga untuk orang lain: buahnya bisa dipetik dan dimakan orang, dahan-dahannya juga bisa menjadi tempat bernaung bagi banyak burung. Ssst...sudah manusiawikah hidup iman kita setiap harinya? Adakah gunanya iman kita bagi hidup dan karya orang lain secara nyata?
"Cari celana kembar di Gunung Kawi –
1."SE"derhana: Bukankah biji sesawi mulanya adalah sangat sederhana, kecil dan tidak menarik? Bukankah Tuhan juga suka berkarya mencipta surga di bumi juga lewat banyak hal sederhana dan biasa? Ssst...Sudah sederhanakah kita dalam kata, tindakan dan gaya hidup sehari-hari?
2."SA"bar: Biji sesawi itu walau sangat kecil dan bahkan tidak banyk diperhitungkan, tapi ia terus "on becoming": bersabar dan tumbuh perlahan. Ia mengajak kita juga untuk sabar menciptakan surga dalam keseharian hidup kita. Sikap sabar ini harus terus-menerus "dipelihara, dipupuk dan disirami" juga dengan doa dan matiraga, devosi dan penghayatan ekaristi juga. Sst..Tetap sabarkah kita ketika ada banyak hal yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan?
3.manusia"WI": Biji sesawi itu terus tumbuh secara alami. Ia bukan produk karbitan/abal-abal. Ia otentik: terus bertumbuh secara alami lewat alam. Ia hadir sangat manusiawi: Ia tidak hanya berguna untuk kepentingan diri tapi juga untuk orang lain: buahnya bisa dipetik dan dimakan orang, dahan-dahannya juga bisa menjadi tempat bernaung bagi banyak burung. Ssst...sudah manusiawikah hidup iman kita setiap harinya? Adakah gunanya iman kita bagi hidup dan karya orang lain secara nyata?
"Cari celana kembar di Gunung Kawi –
Mari kita hidup sederhana –sabar dan lebih
manusiawi".
Tuhan memberkati + Bunda
mrestui.Fiat Lux! (@romojost.blogspot.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar