Ads 468x60px

Jumat 10 Mei 2013


 “Deus bonus est"

Paskah VI - Hari I Novena Roh Kudus
Kis 18:9-18; Yoh 16:20-23a

“Deus bonus est - Allah itu baik.” Inilah semboyan iman Yulia Billiart yang saya tulis dalam buku “HERSTORY” (Kanisius). Dia adalah seorang perempuan yang penuh dengan perjuangan dan gulat geliat iman, walaupun beragam penderitaan dan keterbatasan diri terus mendera hidupnya. Ia juga menjadi salah satu pendiri dan ibu rohani bagi Kongregasi Suster-suster Notre Dame (SND). “Ah, qu’il est bon, le bon Dieu”. Ah, betapa baiknya Allah yang baik! Yah lewat imannya, ia meyakinkan kita semua bahwa Allah sungguh baik. God is Good! Hari ini, Yesus juga menjanjikan berkat dan penyertaan kasihNya jika kita setia padaNya. Ya, dalam proses ziarah kehidupan (Jw: siji sing diarah), kita juga pernah/sedang/akan mengalami masalah, seperti yang dialami Rasul Paulus (bacaan I). Adapun tiga sikap iman yang boleh kita timba pada bacaan hari ini, antara lain:

1. Berkesadaran: 
Mulailah dengan kesadaran iman bahwa Tuhan senantiasa menyelenggarakan dan menyertai kita (Kis 18:9-10). Deus bonus est. Allah itu baik. Yah, betapa baiknya Allah yang baik itu.” Hidup iman kita jelasnya mesti berpola GIG” - God is Good. Allah itu baik. Disinilah baik jika kita terbiasa untuk tidak lagi mengatakan: “God I have a big problem”, tapi mulai terbiasa untuk mengatakan, “Problem, I have a big God.” Satu hal yang pasti, “audaces fortuna iuvat - Nasib baik menolong mereka yang berani.” 

2. Berpengharapan: 
Kita diajak untuk lebih bertolak ke dalam-Duc In Altum, masuk dan menimba suasana iman penuh kerahiman yang timbul dari divine depth - lubuk ilahi. Di sinilah juga, kita diajak untuk belajar hidup prihatin, lewat pengalaman salib, entah salib yang diderita orang lain ataupun kita derita sendiri. Ya, disitulah kita diajak belajar untuk selalu mempunyai harapan dalam setiap dari salib, yang untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan, dan untuk orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan, tapi jelas untuk kita semua yang beriman kristiani, salib melulu adalah kekuatan dan hikmat Allah yang mengantar pada kebangkitan (1 Kor 1:23). Dkl: isilah hidup dengan adanya harapan bahwa akan tiba saatnya kita memetik buah perjuangan dengan penuh sukacita, tanpa ada seorang pun yang dapat merampasnya (Yoh 16:22): Ada pelangi setelah hujan, ada suka setelah duka. Dalam bahasa Meriam Belina: Indah rencanaMu, Tuhan.” Tepatlah sebuah pepatah latin yang berkata, “Aegroto dum anima est, spes est - selama seseorang yang sakit masih memiliki semangat, maka masih ada harapan.” 

3. Berjuang: 
Kita tidak boleh menyerah. Dalam nama Tuhan, kita tetap harus berjuang sampai apa yang menjadi tugas perutusan kita terlaksana dan tercapai. Disinilah, kita diajak berjuang sekaligus berdaya tahan seperti seorang ibu yang terus berjuang sampai anaknya dilahirkan. Ya, belajarlah dari sebuah tiram: ketika sebutir pasir terbawa arus masuk ke dalam cangkangnya, melukai dagingnya yang halus dan lembut. Ia tak berdaya melepaskannya. Apa yang dilakukannya? Ia mengeluarkan lendir, membungkus pasir itu, dan setelah berbulan bertahun lewat, sebutir pasir itu telah berubah menjadi mutiara. Mulanya dari sesuatu yang remeh, kecil, menyakitkan, tapi Tuhan mengubah menjadi mutiara yang indah. Pelan tapi pasti, rahmat Tuhan datang. Bukankah Benjamin Franklin juga pernah mengatakan bahwa “orang yang memiliki kesabaran juga akan memiliki apa yang dikehendakinya –One who has patience will have whatever he wants.”

“Si Johan semangatnya membara - Ikut Tuhan harus berani sengsara.”
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar