“Ad maiorem natus sum.”Mat 8: 18 - 22
“Ad maiorem natus sum - Aku dilahirkan untuk hal-hal yang lebih luhur. Inilah panggilan dasar kita sebagai murid Yesus. Adapun "costs of discipleship", semacam tuntutan kemuridan yang dikemukakan Yesus hari ini seperti yang pernah saya tulis dalam buku “3Bulan 5 Bintang 7Matahari” (Kanisius) , al:.
1. Lahir untuk berjuang:
Ia mengajak kita untuk terus berjuang sepenuh hati dengan hidup “bebas”, merdeka sebagai anak anak Allah: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya" Ia ingin kita tidak terikat dan tidak lekat pekat pada harta dunia dan kemapanan karena berkarya di tengah dunia bukan berarti menjadi milik dunia bukan? Jelas, mengikutiNya bukanlah sekedar cuap-cuap bahagia tapi penuh dengan perjuangan iman untuk mau menerima juga ketidakbahagiaan demi Tuhan: “In te, Domine speravi - PadaMu ya Tuhan, aku menaruh harapan.” Dkl: Kita harus siap mengalami apa yang Sang Guru alami, termasuk penderitaan dan penolakan dengan pola “Sangkuli – SANGkal diri, piKUL salib, Ikuti Tuhan.”
“Ad maiorem natus sum - Aku dilahirkan untuk hal-hal yang lebih luhur. Inilah panggilan dasar kita sebagai murid Yesus. Adapun "costs of discipleship", semacam tuntutan kemuridan yang dikemukakan Yesus hari ini seperti yang pernah saya tulis dalam buku “3Bulan 5 Bintang 7Matahari” (Kanisius) , al:.
1. Lahir untuk berjuang:
Ia mengajak kita untuk terus berjuang sepenuh hati dengan hidup “bebas”, merdeka sebagai anak anak Allah: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalaNya" Ia ingin kita tidak terikat dan tidak lekat pekat pada harta dunia dan kemapanan karena berkarya di tengah dunia bukan berarti menjadi milik dunia bukan? Jelas, mengikutiNya bukanlah sekedar cuap-cuap bahagia tapi penuh dengan perjuangan iman untuk mau menerima juga ketidakbahagiaan demi Tuhan: “In te, Domine speravi - PadaMu ya Tuhan, aku menaruh harapan.” Dkl: Kita harus siap mengalami apa yang Sang Guru alami, termasuk penderitaan dan penolakan dengan pola “Sangkuli – SANGkal diri, piKUL salib, Ikuti Tuhan.”
2. Hidup untuk mati
"For my Lord nothing is too hard" - Untuk Tuhan, tidak ada hal yang terlalu berat, bukan? Ia mengajak kita untuk berani “mati” supaya bisa benar benar “hidup”: "Ikutlah Aku dan biarkanlah orang orang mati menguburkan orang-orang mati mereka." Ia menghendaki totalitas: me-nomor satukan kehendak Allah di atas segala ruwet renteng hidup harian kita karena kerap kita belum sepenuhnya berkata “tidak’ kepada dunia, tetapi masih terus setengah hati bukan? Kita belum 100 % berkata “tidak” kepada hal-hal yang menghalangi jalan untuk melayani Allah. Padahal, untuk menjadi murid-murid Yesus yang luhur kita harus memiliki keberanian untuk “mati” dan menolak untuk “mati” bagi Yesus berarti ada sesuatu yang lain yang kita ikuti yang kita anggap lebih penting daripada Yesus. Dkl: pekerjaan, keluarga, ambisi kita dan bahkan hidup kita sendiri harus “mati” : menjadi nomor dua setelah komitmen kita kepada Yesus. Ini tidak berarti bahwa kita melalaikan keluarga kita atau melakukan pekerjaan seenaknya sendiri. Yang dimaksudkan ialah bahwa Yesus harus didahulukan. Adauge nobis fidem Tambahkanlah iman kami!
"Pohon Natal di rumahnya Johan - Mari kita total ikuti Tuhan!"
Tuhan memberkati dan Bunda merestui.
Fiat Lux!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar