Pesta Salib Suci
Bil. 21:4-9; Mzm. 78:1-2,34-35,36-38; Flp.
2:6-11;Yoh. 3:13-17.
"Ave crux spes unica - Salam ya salib
harapan kami."
Inilah
kalimat Edith Stein yang kerap dikutip Paus Yohanes Paulus II. Tapi, mengapa
harus SALIB? Pertanyaan ini mungkin juga muncul dari orang-orang Israel dalam
bacaan 1 ketika Allah meminta Musa membuat ULAR TEMBAGA untuk menyelamatkan
umatNya. Adapun, ular mempunyai makna yang buruk & hina sebagai salah satu
simbol dosa, bahkan banyak orang yang merasa takut & jijik ketika melihat
ular. Nah, seperti ular yang hina, salib yang adalah juga hukuman hina,
menakutkan & menjijikkan ternyata menjadi tanda keselamatan:
"IHS" :
"In Hoc Signum -
Dalam Tanda Ini - Iesus Hominem Salvator
- Yesus menyelamatkan manusia"
Disinilah
menjadi nyata bahwa cintaNya tampak dalam deritaNya & sukacita tak bisa
lepas dari dukacita karena Allah kita juga Allah yang rela hina menderita &
berdukacita. Itulah juga yang menguatkan Dom Helder Camara ketika mengalami
aneka "penyaliban dunia", distigmatisasi/dicap jelek,
dimarginalisasi/dipinggirkan dan divictimisasi/dikambinghitamkan : "Tuhan
bila salib menimpa kami maka hancurlah hidup kami, tapi bila Engkau yang datang
bersama salib -Engkaulah yang setia memeluk kami."
Akhirnya,
bersama dengan pesta salib suci yang dikaitkan dengan kisah penemuan salib
Yesus oleh St. Helena, kitapun diajak ingat bahwa iman kita identik dengan
salib, di satu sisi-kita diselamatkan berkat salibNya tapi di sisi lain, kita
juga dikuatkan untuk memikul salib kita karena "SALIB - Saat Aku Lemah
Ingatlah Bapa"
Ya,
kita diajak mengingat Bapa yang ajak kita untuk selalu membuat "tanda
salib" di kening-dada dan bahu kita, dimana kita menyatukan
"kognisi/budi (kening), afeksi/hati (dada) dan aksi/tindakan (dua bahu)
kita kepada penyelenggaraan dan kasih Allah semata, in cruce salus - dalam
salib ada keselamatan.
"Bunga
tulip di Sriwedari - Lihatlah indahnya salib setiap hari."
Tuhan memberkati & Bunda merestui.
Fiat Lux! (@RomoJostKokoh).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar