Ads 468x60px

Amor vincit omnia


Cinta “mengalahkan” segala
Cinta itu bukan “karena …” tetapi “meskipun …”
Yer 31:31-34
Ibr 5:7-9
Yoh 12:20-33

01.Konteks perikop Injil ini adalah hari-hari terakhir karya publik Yesus yakni Minggu Paskah saat Yesus mengorbankan hidup-Nya sebagai Anak Domba Paskah yang menghapus dosa-dosa umat manusia di sepanjang zaman dan seluas dunia. Pembasuhan kaki di Betania oleh Maria, saudara Lazarus, merupakan symbol profetis dari kematian yang akan dialami-Nya (Yoh 12:7). Karena memang aneh meminyaki kaki orang yang hidup. Lazimnya orang meminyaki kaki (dan seluruh tubuh) hanya pada jenazah. Karena itu dalam Injil Markus (Mrk 14:3) wanita itu meminyak kepala Yesus, yang mengingatkan kita pada pengurapan atas seorang raja atau mesias.

Ketika Yesus masuk ke kota Yerusalem, dalam ketidaktahuannya para penduduk kota mengelu-elukan Dia sebagai raja (Yoh 12:12-19). Kejadian itu membuat para pemimpin Parisi ketakutan, "Kamu lihat sendiri, bahwa kamu sama sekali tidak berhasil, lihatlah, seluruh dunia datang mengikuti Dia.” (ay. 19).
Kehadiran orang-orang dari seluruh penjuru dunia ini dimaknai oleh Kaiphas, sang Imam Agung, "Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita dari pada seluruh bangsa kita ini binasa." (Yoh 11:50). Oleh Yohanes, kata-kata itu dilihat sebagai nubuat meskipun tidak disadari oleh Kaiphas sendiri, “Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai.” (Yoh 11:51-52). Maka kehadiran dan keinginan orang-orang Yunani untuk bertemu dengan Yesus merupakan klimaks seluruh kisah dalam Yoh 11-12.
Rencana Penyelamatan Allah yang melampaui batas-batas keyahudian akhirnya terlaksana. Inilah yang dimaksudkan Yesus bahwa “saat” kemuliaan itu sudah datang.

02.Dalam Injil Yohanes beberapa kali Yesus menyatakan bahwa “saat” atau “waktu”-Nya belum tiba (Yoh 2:4; 7:6.8.30; 8:20). Saat atau waktu dalam konteks ini bukan dalam pengertian kronologis (hari atau jam) tetapikairos, yakni saat Allah bertindak, saat penyelamatan. Setelah diberitahu oleh Andreas dan Filipus bahwa beberapa orang Yunani ingin menemui-Nya, Yesus mengungkapkan, “Telah tiba saatnya Anak Manusia dimuliakan” (ay. 23). Dalam teks Indonesia dipakai kata “bertemu” namun dalam bahasa Yunani kata yang dipakai adalah “melihat” (idein) Yesus.
Dalam Injil Yohanes kata itu berarti beriman atau mengimani (Yoh 1:14.18.51; 3:11.32; 8:56; 14:9.19). Gambaran ideal orang beriman ditunjukkan oleh murid yang mengasihi-Nya ketika memasuki makam Yesus di hari Paskah yakni “melihat dan percaya” (Yoh 20:8).
Dengan demikian iman orang-orang Yunani menjadi tanda bahwa karya keselamatan Allah untuk seluruh dunia telah terlaksana. Aspek universalitas keselamatan sangat menonjol dalam Injil Keempat ini. Yesus diberi gelar “Juruselamat Dunia” (Yoh 4:42) dan “Terang Dunia” (Yoh 8:12). Dalam prolog Injil Yohanes ciri universalitas keselamatan pun sangat kuat. Maka ketika “seluruh dunia datang mengikuti Dia” (Yoh 12:19) berarti saat penyelamatan itu telah terpenuhi. Saat Anak Manusia dimuliakan telah datang dan dalam kemuliaan-Nya, Dia ingin menarik semua orang kepada-Nya (bdk. ay. 32).

03.Ay. 32-33 menjelaskan bahwa saat Anak Manusia dimuliakan adalah saat Yesus disalibkan. Nampaknya hal itu merupakan paradoks salib. Namun paradoks itu merupakan sebuah proses yang harus dijalani untuk mencapai hasil akhir yang membahagiakan.
Dengan 3 ilustrasi dijelaskan realitas salib yang nampak paradoksal itu : (i) sebuah biji harus mati, jatuh tertanam di dalam tanah dan membusuk supaya bisa tumbuh menjadi tunas dan akhirnya menghasilkan buah yang melimpah, ay. 24. (ii) kualitas hidup manusia terletak dalam kesediaan berkorban untuk sesamanya.
Ungkapan dalam ay. 25 : Barangsiapa mencintai nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi barangsiapa tidak mencintai nyawanya di dunia ini, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal mempunyai latar belakang suasana peperangan. Kalau ada seorang prajurit yang melarikan diri dari medan perang untuk menyelamatkan nyawanya, mungkin dia akan tetap hidup tetapi namanya mati di matarakyat. Dia akan dianggap sebagai pengkhianat, pengecut atau pecundang.
Sebaliknya bila ada seorang prajurit yang setia dalam perjuangan dan harus kehilangan nyawanya di medan perang, berarti dia mengabadikan namanya sebagai seorang pahlawan yang akan selalu dikenang dan dihormati. Demikian pula bila seorang para murid tekun dan setia dalam hidup beriman, berani kehilangan nyawa demi iman, dia akan memperolehkehidupan kekal.
Nasihat ini cocok sekali dengan situasi jemaat Yohanes yang sedang berada dalampenganiayaan, penindasan dan pengejaran karena iman. (iii) melayani dengan tulus dan sepenuh hati merupakan hidup yang terhormat dan mulia, ay. 26. Mengikuti Yesus berarti melayani-Nya, atau sebaliknya melayani Yesus adalah mengikuti-Nya.
Seorang pelayan yang baik akan selalu ada bersama dan siap sedia melayani tuannya. Tekanan utama dari ungkapan ini adalah kesediaan untuk selalu bersama dengan Yesus dan bersatu dengan-Nya. Melayani Yesus berarti bersatu dengan kematian-Nya agar dapat bersama dengan Dia mengalami kebangkitan. Melayani Yesus tidak akan menjadikan seseorang rendah, tetapi sebaliknya akan dihormati oleh Bapa sendiri. Dari kesatuan pribadi dengan Yesus ini mengalirlah jiwa dan semangat pelayanan kepada semua orang.

04.Dalam Injil Yohanes, Yesus ditampilkan sebagai tokoh yang menentukan berlangsungnya kisah penyaliban-Nya. Dengan bebas Dialah yang memilih jalan salib itu sebagai bentuk ketaatan-Nya kepada Bapa. Sabda-Nya penuh wibawa dan kuasa sehingga membuat orang terkejut dan jatuh tak berdaya (Yoh 18:6).
Dengan penuh kuasa Ia melaksanakan misi Bapa yang diserahkan kepada-Nya, menyerahkan hidup-Nya untuk keselamatan dunia. Dia tidak mungkin lari dari tugas perutusan-Nya betapa pun berat tugas itu dan memohon, “Bapa selamatkanlah Aku dari saat ini” (ay. 27, bandingkan dengan Injil Sinoptik: “Ya Abba, Ya Bapa, tidak ada yang mustahil bagi-Mu, ambillah cawan ini daripada-Ku”, Mrk 14:36). Maka tidak mungkin ada doa lain yang keluar dari mulut-Nya kecuali, “Bapa muliakanlah nama-Mu” (ay. 28, bandingkan dengan Injil Sinoptik: “tetapi janganlah apa yang Aku kehendaki, melainkan apa yang Engkau kehendaki”, Mrk 14:36). Kematian-Nya di kayu salib menyatakan kemuliaan Nama Bapa dan membawa kemuliaan bagi Yesus sendiri.

05.Realitas hidup memang bersifat paradoksal. Paradoks adalah dua ungkapan kontradiktif yang hasilnya berlawanan dengan logika yang wajar. Ketika kita mencintai, kita harus berani menanggung resikonya: terluka karena ditolak, dikhianati atau tidak dimengerti.
Mencintai berarti memberikan seluruh diri, menjadikannya sebagai bagian dari hidup kita, menjadi sigaraning nyawa. Kegembiraannya menjadi kegembiraan kita, kesedihan dan beban hidup yang harus ditanggung juga menjadi kesusahan dan beban hidup kita. Ibu Theresia mengingatkan bahwa cinta berarti bersedia memberi sampai menyakitkan. To have the rose, you must accept the thorns. Karena cinta itu bukan “karena …” tetapi “meskipun …”. Karena cinta kita mau melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak ingin kita lakukan.

06.Orang-orang besar atau pahlawan adalah orang-orang yang bersedia berkorban untuk orang lain, untuk kemanusiaan, untuk kebaikan sesama. Kehadiran mereka dibutuhkan, dirindukan karena membawa kebaikan dan keberuntungan bagi sesama. Ibu Theresa dikenang karena kasihnya pada para gelandangan yang sekarat di pinggir jalan Calcuta, India. Ibu RA Kartini diingat karena komitmennya memperjuangkan kemanusiaan dan emansipasi. Kardinal Oscar Romero dari El Salvador dikenang karena keberaniannya berjuang melawan ketidakadilan, penindasan dengan resiko dibunuh oleh rezim yang berkuasa. “Jikalau biji gandum tidak jatuh ke tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (ay. 24).

07.Sikap atau gaya hidup melayani juga berciri paradoksal artinya kita harus berani “keluar” dari kecenderungan diri yang egoistis. Melayani berarti peduli dan terlibat: mendengarkan, mengunjungi dan menguatkan, memberi bantuan materiil, dsb. Singkatnya kesediaan untuk memberikan diri agar bermanfaat bagiorang lain. Tentu saja pelayanan itu membutuhkan pengorbanan, mulai dari waktu, tenaga, pikiran, dana, dsb.
Dibalik kesediaan melayani ada kerendahan hati. Kerendahan adalah komitmen kesiap-sediaan memberi yang terbaik kepada orang lain. Berkah Dalem.
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)


NB:

1."Libera nos a malo - Bebaskanlah kami dari yang jahat."
Yer 11:18-20
Mzm 7
Yoh 7:40-53
Inilah salah satu harapan iman dalam doa Bapa Kami.
Adapun kesaksian Yesus telah menimbulkan perpecahan: Ada yang menganggapnya sebagai nabi dan mesias.
Tapi ada juga yang menolak dan berniat untuk menangkapNya.
Yesus sendiri bersaksi tentang kehadiran Roh Kudus di dalam hidup orang beriman.
Dalam Yesaya 11:1-5, 10; 42:1-4; 61:1, kedatangan Mesias memang berkaitan dengan kedatangan Roh Kudus.
Di samping itu, menurut Yoel 2:28-29, kedatangan Mesias juga berkaitan dengan pencurahan Roh Kudus.
Yesus pada awal pelayanan-Nya juga mengutip Yesaya 61:1 dalam khotbah-Nya (Lukas 4:18). Ketika membicarakan kedatangan Mesias dalam surat Roma 15:12, Paulus juga mengutip Yesaya 11:10.
Rasul Petrus pada hari Pentakosta mengutip Yoel 2:28-29.
Dalam KSPL, terlihat bahwa Allah yang memberikan Roh.
Namun dalam KSPB, Yesus yang memberikan Roh.
Dkl: Ini menunjuk satu hal, yakni ke-Allahan Yesus, karena hanya Allah yang dapat mencurahkan Roh Allah. Kesaksian inilah yang kita imani sehingga wajarlah kita terus meminta perlindungan dariNya supaya dibebaskan dari segala yang jahat, bukan?
"Makan bakut di warung jamu - Jangan takut karna Tuhan selalu besertamu."


2.Something coming …
Viens.
Something unforeseeable and incomprehensible
Viens.
Tout autre …
Let every one say,
Viens
To every gift,
Viens, oui, oui.
Amen
“Sesuatu datang …
Datanglah!
Sesuatu yang tak teramalkan dan tak terpahamkan
Datanglah!
Yang Sama Sekali Lain
Biarkan setiap orang berkata,
Datanglah!
Kepada setiap pemberian,
Datanglah! Ya, ya.
Amin.”
Kini, Yang Lain itu telah datang.
Yang-religius itu telah kembali.
Dalam sebuah iman yang mengundang Yang Tak Mungkin ke dalam pangkuannya.


3.Lux aeterna"
Kej 17:3-9
Yoh 8:51-59
"Lux aeterna - Cahaya abadi.”
Inilah janji suci Tuhan: "Barangsiapa mentaati firman-Ku, ia tdk akan mengalami maut selama-lamanya". Adapun 5 pahlawan iman yg mjd “cahaya abadi” Israel, al: Musa/hakim terbesar; Daud/raja terbesar; Elia/nabi terbesar di KSPL; Daniel/negarawan agung; Salomo/raja dan filsuf-org bijak terbesar di KSPL. Namun ke5 "cahaya iman" di atas adl nomor dua stelah Abraham. Smua org Yahudi mengakui bhw Abraham adl “founding father”, leluhur bangsa yg bercahaya+menerima janji suci Allah.
Mengacu pd bac injili, Abraham (Ibr: “bapak yg terpuji”) adl bpk org beriman (Kej 17:5) dg 3 sikap dsr “TRI”, al:
A. Taat pada Tuhan:
Ketika Ia dipanggil u/”pergi”-ia langsung berangkat ke negeri yg jauh+yg a/ mjd milik pusakanya meski ia tdk mengetahui tempat yg ditujunya.
B. Rela berkorban:
Tatkala dicobai u/mempersembahkan Ishak di Gn Moria, ia rela "menyembelih" anak tunggal yg amat dicintainya ini sbg "korban" semata-mata bagi kemuliaan Allah.
C. Iman yg mendalam:
Alkitab menyatakan dia sbg "sahabat Allah", suatu gelar yg khas+tdk diberikan kpd org lain krn imannya yg sgt mendalam. Adapun tiga buah iman Abraham seperti yg sy tulis dlm buku “357” (Kanisius), yakni:
- “Ia mjd bangsa yg besar"/Ia+keturunannya tdk hanya besar dlm bidang rohani tp jg perkara ekonomi-budaya+politik sekular (Bdk: populasi Yahudi sdh puluhan juta+tersebar di seantero dunia, "World Almanac+Book of Fact");
- “Ia diberkati dlm hal rohani+jasmani-ternak-perak+emas”;
- “Ia termasyhur": Ia dihormati o/org Yahudi-Arab+Kristen sbg “bapak rohani-bpk monoteisme dunia”.
Satu hal yg pasti, dari Abraham muncullah garis keturunan yg mencapai puncaknya di dlm “Kristus” yg rela datang sbg “Yesus” dan bukankah hari ini, Yesus jelas mengatakan bhw Ia telah ada jauh sebelum Abraham ada? Dkl: Yesus-lah sang “Apha et Omega-Awal dan Akhir” segala sesuatu, "prima causa - penyebab pertama", "Bapa dari Abraham dan Tuhan Allah bagi kita semua.
“Burung pohan burung merpati - Bersama Tuhan, iman kita akan makin sepenuh hati”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar