Ads 468x60px

ANTOLOGI “HARAPAN IMAN KASIH” (3)

ANTOLOGI “HARAPAN IMAN KASIH” (3)
1. SI KANCIL YANG CERDIK
Seekor kancil tersesat di suatu hutan di Afrika. Seekor leopard yang lapar mengendus kancil itu lalu mendekatinya sebagai makan siang. Si kancil masih sempat berpikir. Ia melihat tulang belulang di dekatnya lalu pura-pura tak melihat leopard ia menjilat tulang itu sambil berkata lantang, “Wow, enak benar tulang leopard ini, aku harap masih ada leopard lain yang akan kulumat habis.” Mendengarkan itu si leopard yang telah siap menerkam mundur ketakutan dan melenguh, “Whew, hampir saja aku dilumat kancil itu.”
Sementara itu seekor monyet yang melihat leopard yang ketakutan, turun dari pohon dan meledek leopard habis-habisan. Leopard tersinggung dan berkata, “Ayo kawan monyet, naik ke punggungku, dan mari kita lihat siapa yang paling gagah berani di hutan ini,” dan lalu mendekati kancil itu.
Si kancil tahu leopard datang dengan monyet di punggungnya.
Ia tak mungkin lari. Maka ia mencari akal dengan berteriak lantang ke arah lain, “Hai, monyet cecunguk, dimana kau, sudah setengah jam aku menyuruhmu membawa seekor leopard lagi ke sini untuk makan siangku, dan kau belum juga datang!!”

2.KEBERUNTUNGAN ATAU NASIB?
Seorang petani kehilangan seekor kudanya. Tetangganya bersimpati dan berkata bahwa ini adalah nasib buruk. Petani itu menyahut, ‘Mungkin’.
Keesokan harinya kudanya ternyata kembali dan membawa beberapa kuda liar bersamanya. Tetangganya berkomentar bahwa itu adalah keberuntungan. Petani itu menyahut, ‘Mungkin’.
Keesokan harinya lagi anak petani itu mencoba menunggangi kuda liar itu dan ia terjatuh. Kakinya patah. Lagi-lagi tetangganya bersimpati dan berkata bahwa itu adalah nasib buruk. Petani itu menyahut, ‘Mungkin’.
Dan keesokan harinya sepeleton tentara federal (ceritera ini terjadi di Amerika pada waktu perang saudara) untuk mengumpulkan pemuda-pemuda untuk dibawa ke medan tempur sebagai tentara. Si anak petani tidak bisa dibawa karena kakinya masih patah. Para tetangga kemudian datang dan berkata, ‘Betapa beruntungnya kau, teman’. Si petani lagi-lagi menyahut, ‘Mungkin’.
Setiap musibah membawa bersamanya peluang yang jauh lebih besar.

3.BEBAN KEHIDUPAN
Pada suatu hari Raja sedang berkeliling kota. Hari panas terik hingga kuda-kuda penarik kereta kerajaan hanya berjalan terengah-engah. Di suatu sudut jalan Raja memperhatikan seorang tua sedang memikul bawaan berat di kepalanya. Jalannya tertatih-tatih kepanasan. ‘Wah’, pikir Raja, ‘Sementara aku di atas kereta mewah seperti ini, ada rakyatku yang tersengalsengal menderita membawa beban berat seperti orang tua ini.’ Ia menyuruh kusir berhenti, lalu turun, dan dengan lembut menyapa orang tua itu dan mengajaknya naik kereta kerajaan. Orang tua itu mula-mula amat takut, tetapi bujukan ramah dari Raja membuatnya naik ke kereta. Di kereta duduk di kursi empuk tetapi bebannya tetap dijunjungnya di kepala. Sambil tersenyum Raja berkata, ‘Pak Tua, kini kau duduk di kursi kereta kerajaan. Kau boleh meletakkan bebanmu dan tak usah dijunjung terus.’ Orang tua itu menyahut, ‘O, Tuan Raja, aku telah amat diringankan bebanku. Izinkan aku terus membawa beban ini, sehingga masih tetap ada bebanku.’
Raja mendapat kebijakan besar dari pengalaman ini. Kita tahu bahwa Allah memelihara setiap orang, Ia membiarkan kita tidak pernah bebas dari beban-beban kecil ketegangan, kekhawatiran dan kesusahan.

4.KERJAKAN YANG KAU SUKAI
Mirza Ghalib, seorang penyair di Urdu, adalah seorang miskin. Tak ada pekerjaan. Tetapi orang-orang suka mendengarkan pusisinya. Tetapi lama kelamaan ia semakin miskin karena ia tak dapat hidup dengan menyair. Utangnya semakin menumpuk.
Anehnya, ia tetap gembira dan amat menikmati saat-saat ia boleh berdeklamasi di depan kerumunan orang. Bahkan ia suka berpuisi sendiri di tepi sungai dan kelihatan ia amat bahagia. Karena utangnya menumpuk, suatu hari ia masuk penjara. Keluar dari penjara ia meneruskan kesukaannya yaitu berpuisi.
Suatu hari seseorang berbelaskasihan. Ia berkata pada Ghalib bahwa ia akan memberikan uang banyak bila ia pergi ke Calcutta dan meminjam uang dari saudara-saudaranya yang kaya disana. Ghalib senang. Dia berangkat ke Calcutta, dua minggu perjalanan dari Urdu.
Di tengah jalan ia amat menikmati keadaan.
Bersama kupu-kupu ia menyanyikan pusisi keindahan. Bersama bunga ia menyanyikan puisi kelembutan.
Bersama binantang buas ia membuat puisi kebebasan,
dan akhirnya baru sampai di Calcutta setelah perjaanan … dua tahun.
Itulah Ghalib, mengerjakan apa yang disukainya.

5.BERPIKIR LATERAL
Roni Horowitz seorang trainer dan doktor dalam bidang berpikir lateral, suatu ketika bepergian dengan mobil. Di tengah jalan salah satu ban mobilnya kempes. Ia turun dan segera melihat bahwa ban itu harus diganti. Ia menyiapkan dongkrak, kunci sekerup ban, dan ban serep. Ia mulai membuka sekerup ban.
Yang pertama lancar, kedua dan ketiga juga, tapi sekerup yang keempat tak mau bergerak. Ia pakai berat tubuhnya untuk menginjak kunci pembuka, tapi tak berhasil. Ia kemudian sadar bahwa ia adalah seorang trainer berpikir lateral, suatu cara berpikir tanpa batas. Pikiran pertama adalah pasti ada jalan keluar.
Dalam pikiran ia mendaftar segala kemungkinan dengan cepat. Ide yang paling bagus tampaknya adalah melumuri sekerup dengan oli. Ia ambil sedikit oli dari mesin lalu mulai memutar kunci ban dengan sekuat tenaga. Gagal. Kemudian matanya nanar kemana-mana di tengah kesyunyian jalan raya itu. Eureka! Matanya tertambat pada dongkrak yang terletak di depannya. Bukankah kekuatan dongkrak ini bisa mengangkat benda berton-ton? Ia taruh dongkrak di bawan kunci pembuka ban, dan mulai memutar ban … dan dengan mudah sekerup membuka.

6.AYAM DAN BURUNG ELANG
Seseorang menemukan sebutir telur burung elang dan kemudian menetaskannya bersama telur ayam piaraannya. Anak elang pun menetas dan tumbuh berkembang bersama ayam lainnya. Suatu hari ada seekor burung elang terbang di atas ayam-ayam itu. Si anak elang heran dan bertanya pada induk ayam, ‘Siapa dia?’ yang dijawan indu ayam, ‘O itu burung elang raja segala burung’. ‘Mengapa kita tak bisa seperti dia?’, tanya anak elang itu lagi. ‘O, tak bisa, tempat kita di bawah sini, tempat dia di langit sana.’ Si anak elang berhenti bertanya dan hanya menerima nasibnya.
Kebanyakan kita adalah seperti anak elang yang tumbuh dan menjadi besar di kalangan ayam yang nasibnya selalu di bawah, kendati potensi menjadi elang sebenarnya ada.

7.BERDUSTA DEMI KEDUDUKAN
Alkisah adalah seorang raja yang mengaku diri cerdas dan bijak dan selalu menasihati menteri dan pembantunya agar selalu cerdas dan bijak seperti dirinya. Ada suatu kebiasaan yang aneh dari raja ini yaitu kegemarannya mengkoleksi pakaian dan selalu memakai pakaian baru beberapa kali per hari.
Suatu hari ia marah-marah karena tak ada lagi tukang jahit dan perancang pakaian yang mampu memenuhi selera raja. Berita itu menyebar, lalu pada suatu hari dua orang perancang dan pembuat pakaian yang mengaku cerdas dan bijak datang menghadap raja dan dengan meyakinkan mereka mengaku dapat membuat pakaian ajaib untuk raja. Keajaibannya adalah bahwa pakaian itu hanay bisa dilihat oleh orang yang cerdas dan bijak saja. Raja merasa inilah saat yang tepat memesan pakaian itu dengan harga berapa pun, karena ia sekaligu dapat mengetest seberapa cerdas dan bijak para pembantunya.
Kedua perancang itu kemudian diberi ruangan khusus di istana, lalu menyiapkan alat tenun paling canggih, lalu mulai bekerja. Setelah beberapa hari Raja mengutus Perdana Menterinya melihat seberapa jauh pakaian itu sudah selesai. PM pergi dan menyaksikan sesuatu yang aneh: kedua orang itu pura-pura sibuk menggunting, mendisain dan menjahit tapi pakaian itu tidak kelihatan. Karena ia tak mau dicap raja sebagai tidak cerdas dan bijak ia melapor pada Raja betapa pakaian itu indah, mempesona dan ajaib.
Hari-hari berikutnya Raja mengutus orang lain dan pulang melapor dengan laporan yang sama. Sampai suatu hari Raja sendiri datang. Dan karena ia pun tak mau tampak tak cerdas dan bijak, ia juga berkata, ‘Pakaian yang luarbiasa. Besok akan kupakai pada Hari Ulang Tahun kerajaan.’ Keesokan harinya kedua perancang itu meminta raja menanggalkan segala pakaiannya dan lalu dengan gerak-gerik yang gesit memakaikan pakaian ajaib yang baru itu. Dalam pawai kebesaran sepanjang jalan semua orang bertepuk tangan dan berkata, ‘Pakaian Raja kita bukan main mempesona’, kecuali seorang anak kecil yang berteriak-teriak, ‘Hei, Raja telanjang, Raja telanjang’.
Kita semua rata-rata seperti orang itu juga: bersedia berdusta asal jangan kehilangan kedudukan dan muka. Kecuali kepolosan anak kecil yang belum sempat di-coach untuk berdusta.

8.MEMANCING KEPITING
Kami menggunakan sebatang bambu, mengikatkan tali ke batang bambu itu, di ujung lain tali itu kami mengikat sebuah batu kecil. Lalu kami mengayun bambu agar batu di ujung tali terayun menuju Kepiting yang kami incar, kami mengganggu Kepiting itu dengan batu, menyentak dan menyentak agar Kepiting itu marah, dan kalau itu berhasil maka Kepiting itu akan 'menggigit' tali atau batu itu dengan geram, capitnya akan mencengkeram batu atau tali dengan kuat sehingga kami leluasa mengangkat bambu dengan ujung tali berisi seekor Kepiting gemuk yang sedang marah.
Kami tinggal mengayun perlahan bambu agar ujung talinya menuju sebuah wajan besar yang sudah kami isi dengan air mendidih karena di bawah wajan itu ada sebuah kompor dengan api yang sedang menyala. Kami celupkan Kepiting yang sedang murka itu ke dalam wajan tersebut, seketika Kepiting melepaskan gigitan-nya dan tubuhnya menjadi merah, tak lama kemudian kami bisa menikmati Kepiting Rebus yang sangat lezat.
Kepiting itu menjadi korban santapan kami karena kemarahannya, karena kegeramannya atas gangguan yang kami lakukan melalui sebatang bambu, seutas tali dan sebuah batu kecil.
Kita mirip sekali dengan kepiting. Mudah tertangkap karena tak bisa mengendalikan amarah.
Ada 5 kelemahan utama manusia:
1. Disaat sembarangan, mudah membunuhnya.
2. Disaat takut, mudah menangkapnya.
3. Disaat marah, mudah menghasutnya.
4. Disaat sensitif, mudah menjadikannya terhina.
5. Disaat emosional, mudah membuatnya gelisah.

9.MEMBELI JIMAT PERDAMAIAN
Seorang pengkhotbah menjadi amat galau dengan lingkungan masyarakatnya yang penuh dengan kekerasan, rasa saling curiga, pembunuhan, dan sifat –sifat rakus. Ia berkhotbah kemana-mana dan para pendengarnya mantuk-mantuk karena memang ia berkhotbah dengan gaya mempesona. Tetapi tak seorang pun melaksanakan. Ia menulis di surat kabar, tetapi pembaca hanya menyeringai. Ia membentuk LSM, kelompok diskusi tetapi hasilnya hanya untaian kata-kata yang berputar-putar. Ia memproduksi spanduk dan sticker dengan kata-kata mutiara tentang kedamaian, tetapi hasilnya nihil. Ia membuat peraturan. Hasilnya sia-sia.
Dalam kegundahannya suatu hari ia berjalan-jalan di tengah kota dan melihat suatu kerumunan orang sedang menyaksikan sebuah pameran. Ia tertarik dan masuk lalu melihat barang-barang impor yang amat murah dan bagus. Ia juga tertarik akan senyuman gadis-gadis bahenol penjaga stand. Ia terkagum-kagum akan produk-produk baru yang dipamerkan. Sampai di suatu sudut ia menemukan …. Malaekat, yang sedang menjaga stand. Ia berlari dan bertanya pada Malaekat, ‘Aku ingin membeli jimat perdamaian’. Malaekat menjawab, ‘Saudara, tidak ada hal seperti itu disini, yang kutawarkan disini hanya pernik-pernik tentang penderitaan, kesetiaan, perbuatan baik, kejujuran, kesucian, dll.’
Banyak diantara kita mirip pengkhotbah itu. Mengira orang akan berubah dengan jimat kata-kata.

10.MITOS CIPTAAN SENDIRI
Seorang pemuka agama di suatu desa merasa terganggu pada saat berdoa, karena anak-anak sering bermain di sebelah rumahnya. Maka ia berkata pada anak-anak itu, ‘Hai, anak-anak tahukah kalian bahwa di seberang sungai sana dekat gua ada seorang raksasa yang suka menyemburkan api dari hidungnya? Ia amat benci pada anak-anak yang suka bikin ribut.’
Berita itu kemudian tersebar hingga bukan saja anak-anak yang pergi tetap penduduk sekitar juga ramai-ramai kesana. Si pemuka agama pun tak ketinggalan karena ingin tahu. Ia tahu bahwa mitos itu asalnya dari dia, tetapi ia pikir, jangan-jangan betul.
Mitos memang lebih menarik dari kenyataan. Mitos itu pun terbukti adalah hasil rekayasa sendiri, dimana penciptanya pun akhirnya hanyut di dalamnya.

11.KEBENARAN MENJADI AGAMA
Dua setan sedang berjalan-jalan. Mereka menemukan seorang manusia yang amat bersemangat. Setan kemudian tahu bahwa orang itu baru saja menemukan KEBENARAN.
Salah satu setan berkata pada temannya, ‘Mari kita kacaukan dan sesatkan kebenaran yang ia temukan.’
‘Jangan,’ sahut yang lain, ‘Biarkan saja. Ia akan segera menetapkan aturan-aturan dan norma dan bahkan mendirikan suatu agama atas kebenarannya. Setelah itu ia akan dengan sendirinya menyesatkan banyak orang dan dirinya sendiri juga.’

12.PASAR MALAM AGAMA
Aku dan temanku pergi ke "Pasar malam agama".Bukan pasar dagang. Pasar Agama. Tetapi persaingannya sama sengitnya, propagandanya pun sama hebatnya.
Di kios Yahudi kami mendapat selebaran yang mengatakan. bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan bahwa bangsa Yahudi. itu adalah umat pilihanNYA. Ya, bangsa Yahudi. Tidak ada bangsa lain yang terpilih seperti bangsa Yahudi. Di Kios Islam kami mendengar, bahwa Allah itu Maha Penyayang dan Mohammad ialah nabiNYA. Keselamatan diperoleh dengan mendengarkan nabi Tuhan satu-satunya itu. Di Kios Kristiani,
kami menemukan, bahwa Tuhan adalah CINTA dan bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan. Silahkan mengikuti Gereja Kudus jika tidak ingin mengambil resiko masuk neraka.
Di pintu keluar aku bertanya kepada temanku :" Apa pendapatmu tentang Tuhan ?" Jawabnya : " Rupanya Ia penipu, fanatik dan bengis. "
Sampai di rumah aku berkata kepada Tuhan : " Bagaimana Engkau bisa tahan dengan hal seperti itu, Tuhan ? Apakah Engkau tidak tahu, bahwa selama berabad-abad mereka memberi julukan jelek kepadaMU ?" Tuhan berkata :" Bukan AKU yang mengadakan "Pasar Malam Agama" itu. AKU bahkan merasa terlalu malu untuk mengunjunginya".
Manusialah yang menciptakan agama dan kaidah-kaidahnya, bukan Tuhan.

13.MANUSIA KALENG
Ini cerita tentang seorang pria yang bekerja di pabrik besar. Aku sudah melihat dia selama beberapa tahun tapi tidak pernah menaruh perhatian padanya. Aku menganggap orang ini sedikit aneh. Sedikit pendek. Sedikit kotor. Selalu memakai topi tua bewarna merah. Dan selalu membawa sebuah kantong sampah. Dia berjalan keliling di pabrik tua yang besar tersebut pada waktu istirahat dan makan siang-nya. Hari demi hari, bulan demi bulan selama bertahun-tahun. Hari panas, hari dingin. Selama bertahun-tahun aku mengikutinya ketika dia
berjalan ke mobil pickup tua-nya pada hari yang sangat dingin dengan salju turun. Dia ada di sana dengan banyak kantong sampah penuh berisi kaleng-kaleng aluminium. Dia melemparnya ke belakang mobil-nya dan masuk kedalam. Kemudian aku mengambil mobil aku dan kemudian kami balapan sampai ke pintu keluar dari tempat parkir yang luas dan kosong ini.
Hari ini, aku sedang memperbaiki sebuah mesin rusak di pabrik ini dan manusia kaleng ini datang dengan kantongnya memungui kaleng-kaleng. Manajer aku berdiri disana karena mesin yang sedang aku perbaiki sudah "macet" selama beberapa jam, dia khawatir produksi akan terganggu.
Aku sudah selesai memperbaiki ketika berdiri dan mendengar manajer aku bertanya kepada manusia kaleng tersebut apa yang diperbuatnya terhadap kaleng-kaleng tersebut. Aku tidak pernah memikirkan pertanyaan tersebut karena aku selalu berasumsi bahwa manusia kaleng ini akan menghancurkan kaleng-kaleng tersebut di tempat daur ulang.
Manusia kaleng tersebut menjawab,"Aku memberikan kaleng-kaleng ini ke tetangga aku, dia menderita epilepsi dan tidak dapat memperoleh pekerjaan". Aku terkejut,"Maksudnya kamu mengumpulkan semua kaleng-kaleng itu selama bertahun-tahun untuk memberikannya kepada tetanggamu??".
"Ini tidak membantu banyak" dia berkata "tapi aku memberikan semua kepadanya. Dia tidak dapat bekerja. Dia memiliki banyak kekurangan" .

14.NASIB ATAU KEBERUNTUNGAN
Seorang wanita mencurahkan nasibnya sebagai seorang wanita pada seorang konsultan perkawinan. ‘Itu bukan nasib tapi keberuntungan’, kata si konsultan.
‘Kau menjadi seorang wanita memang adalah nasib. Keberuntungan adalah bagaimana kau menerima nasibmu sebagai wanita dan menciptakan jalan hidup yang terbaik dari kewanitaanmu itu’.

15.KITA KEMANA SIH?
Sebuah keluarga karena suatu hal harus bepergian dengan mobil dari Surabaya ke Medan 3 hari 3 malam nonstop. Mereka, ayah, ibu dan seorang purti usia 3 tahun masuk mobil dan mulai perjalanan. Pada malam pertama si putri yang tak bisa tidur terdengar dialog dengan ayahnya.
‘Yah, kita kemana sih?’
‘Ke rumah Kakek di Medan’
‘Ayah sudah pernah darisana?’
‘Belum’
‘Kalau belum, bagaimana ayah bisa menemukannya’
‘Kita bisa membaca peta’
‘Kita akan makan dimana, ayah?’
‘Di sebuah restoran’
‘Ayah tahu restoran itu dimana?’
‘Tidak juga, tapi pasti ada.”
Pada malam kedua si putri mengajukan pertanyaan yang sama lagi. Tapi pada malam ketiga si putri diam saja, bukan karena tidur, tapi ada alasan lain. Si ayah penasaran, lalu berkata:
‘Nak, kau tahu kita kemana?’
‘Ke rumah Kakek’
‘Kau tahu caranya bagaimana kita sampai kesana?’
‘Tidak’
‘Lho, kalau tidak, kenapa kau tidak tanya lagi, nak?’
‘Karena Ayah sedang menyetir.’
Kita boleh dan baik-baik saja cerewet pada Sang Ayah, tetapi akhirnya kita akan tahu Sang Ayah perlu dipercayai, karena Dia tahu jalannya.

16.HARGA KEANGKUHAN
Seseorang milyoner tertarik akan suatu undangan menghadiri suatu konvensi penyembuhan. Di keretaapi ia duduk bersebelahan dengan seorang tua miskin berjenggot yang berpakaian agak kumal. Milyoner itu merasa jijik dan dengan pandangan menghina ia minta tempat duduk lain pada kondektur. Sesampai di kota tujuan, ia melihat di stasiun orang berduyun-duyun menyambut kedatangan si penyembuh yang tak lain adalah orangtua kumal yang dihina si milyoner tadi.
Si milyiner terpukul bukan main dan bersujud di depan si penyembuh mohon ampun. ‘Lho, kamu jangan minta maaf padaku, Nak, tapi mohon maaflah pada orang kumal dan miskin yang kau temukan tadi di kereta api”.
Ada kecenderungan yang semakin membahayakan: orang dihormati hanya berdasarkan tingkatan mobil, rumah dan miliknya.

17.MANUSIA BODOH KARENA KERAKUSAN
Alkisah, seorang kakek di Baghdad pergi ke berbagai negeri mencari kebahagiaan. Di sebuah oase, dia melihat seekor burung pipit yang sangat indah. Dia berhasil menangkapnya.
Burung ini ternyata bisa bicara.
"Kakek, tolong lepaskan aku, nanti permintaan kakek akan aku penuhi," kata si burung.
"Baik, kalau dapat menjawab pertanyaan aku, kamu aku lepaskan," kata si kakek.
"Dimana, kapan, dan bagaimana memperoleh kebahagiaan?"
"Pertama", jawab si burung, "jangan percaya siapa pun kecuali Tuhan. Kedua, jangan berharap sesuatu yang kamu tak akan sanggup mendapatkannya. Ketiga, jangan sesali masa lalumu".
Merasa puas, si kakek melepaskan burung itu. Tapi, begitu dilepas, si burung meledek kakek tua itu.
"Dasar kakek bodoh," kata hewan itu. "Sebetulnya, kalau kakek tidak melepaskan aku, aku akan memberikan telur emas."
Si kakek sangat menyesal dan mengejar burung itu. Hewan ini lalu hinggap di ranting pohon cemara. Kakek yang penasaran ini lantas berusaha meraihnya dan... dia terjatuh lalu pingsan.
Ketika kakek ini siuman, burung tersebut mendekatinya. "Dasar manusia, baru beberapa menit aku beri petunjuk meraih kebahagiaan, kamu sudah lupa lagi. Ingat Kek, apa yang aku katakan tadi. Kakek jangan percaya pada siapa pun kecuali Tuhan! Aku ini burung, mengapa Kakek percaya aku?"
"Kedua, tadi aku katakan jangan berharap pada sesuatu yang kamu tidak dapat meraihnya. Lihat akibatnya Kakek jatuh dan pingsan."
"Ketiga," lanjut si burung, "jangan sesali masa lalu. Mengapa Kakek menyesal? Bukankah apa yang kakek kerjakan, yakni melepaskan aku, sudah terjadi?"
Sambil terbang mengangkasa, burung ini mengaku malaikat utusan Tuhan untuk memberikan pelajaran kepada umat manusia.

18.HARGA KERAKUSAN ITU KEMATIAN
Seseorang yang jatuh miskin dan terliit utang berdoa terus-menerus agar ia bisa mengatasi masalahnya. Suatu hari seseorang singgah di gubugnya di suatu desa dan meminta bantuan agar memelihara angsanya dengan baik-baik selama ia bepergian beberapa bulan. Orang miskin itu semua ragu karena orang itu tidak memberi biaya atau imbalan untuk memeliharanya. Tapi karena orang itu membujuk dan meyakinkan, akhirnya ia terima juga.
Sore harinya orang itu menyediakan rumput-rumput kering guna tempat tidur si angsa dan memberikannya makanan terbaik. Pada keesokan harinya ia menemukan angsa itu bertelor sebiji dan ternyata telurnya adalah emas. Pada keesokan harinya juga dan seterusnya, hingga si miskin itu bergembira bukan main. Di benaknya sudah terbayang kendaraan dan rumah yang bagus. Ia berencana kawin lagi dan berencana menikmati hidup sepuas-puasnya.
Karena tidak sabar hanya satu telor emas setiap hari akhirnya ia memutuskan untuk menyembelih angsa itu agar segera mendapat semua emasnya. Apa lacur ternyata emas tidak ada sedangkan emas-emas yang telah ada sebelumnya raib entah kemana.
Harga kerakusan adalah kematian.

19.ANDAIKAN AKU ANGSA
Seseorang begitu yakin bahwa Tuhan tidak ada. ‘Aku heran,’ katanya, ‘kenapa kalau Tuhan ada dan Mahakuasa, lalu repot-repot mengutus nabi menjadi manusia, kan tinggal mengatur dan perintah saja.
Suatu hari orang itu sedang asyik nonton bola di TV di rumahnya sendirian sambil minum bir. Waktu itu musim dingin dan di luar penuh badai salju. Tiba-tiba ia mendengar gedebuk dan ribut-ribut di belakang rumah. Ia keluar dan melihat serombongan angsa kena badai salju sehingga mereka kebingungan. Orang itu mencoba menolong mereka dengan menggiring mereka agar terbang ke Selatan dimana salju tidak ada. Tidak berhasil. Ia coba membersihkan mereka satu-satu tapi gagal. Akhirnya ia coba menggiring angsa-angsa itu ke gudang bawah tanah guna menghangatkan mereka. Malah kacau balau.
Kemudian ia berpikir, ‘Seandainya aku bisa menjadi salah satu di antara angsa-angsa ini, tentu mereka akan menuruti aku.’ Dengan pemikiran itu segera ia sadar akan peranan Tuhan menyelamatkan manusia.
Yang diperlukan angsa-angsa itu adalah angsa yang bisa membawa mereka ke tempat yang selamat.

20.
ALAMNYA KALAJENGKING
Seseorang pria tua sedang berjalan di sebuah taman. Ia melihat seekor kalajengking sedang menggelepar-gelepar hampir putus-asa di permukaan sebuah kolam. Orang itu segera mengulurkan jarinya guna menolong. Kalajengking itu segera menerkam tangan orangtua itu dan menggigitnya hingga orang itu kesakitan. Orang di sekitar berusaha melepaskan kalajengking dari tangan orangtua itu.
‘Ndak usah’, kata orangtua itu, ‘kalajengking itu telah melakukan nalurinya yaitu menyengat, dan aku pun melakukan naluriku yaitu menolong siapa dan apa saja yang memerlukan bantuan’.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar