Ads 468x60px

ANTOLOGI RENUNGAN SEPUTAR KELUARGA

1.Perkawinan - Perayaan Kasih Berkawan Iman
Apa itu perkawinan? Ada beberapa pengertian dasar yang kerap saya dapatkan, al:
-Perkawinan adalah perpaduan berdasarkan janji suci.
-Perpasangan yang menjadi partner, sahabat.
-Persatuan berlandaskan komitmen.
-Persatuan dua manusia dewasa, laki dan wanita, menjadi satu tubuh.
-Realitas Komunikasi
-Sakramen cinta dan kasih yang tak terbatalkan.
-Sekolah Kehidupan
-Sinergi dua insan yang berbeda.
Perkawinan (marriage) sendiri adalah perpaduan antara dua jenis (zat, tanaman, hewan, hal atau manusia) menjadi suatu kesatuan baru yang melahirkan kehidupan baru (yang lebih baik). Dalam artian ini seorang wanita sulit dimengerti bila kawin dengan seorang wanita (pasangan lesbian), demikian pula lelaki (pasangan homo). Dalam perkawinan terjadi kesatuan fisik atau biologis dan kesatuan visi dan misi.
Sedangkan, pernikahan (couple, wedding) adalah pembentukan hidup berpasangan dalam format perkawinan. Dkl: Perkawinan lebih menunjuk pada perpaduan fisik-biologis. Pernikahan (wedding) lebih menunjuk pada aspek formal, hukum dan kemauan (tanggungjawab, komitmen). Dalam bahasa sehari-hari istilah perkawinan dan pernikahan sering diartikan sama.
Ditengarai secara global bahwa 70% dari perkawinan berakhir dengan konflik dan kadang bahkan sampai pada tahap perceraian.
Ada banyak sebab, a.l.
1. Kedangkalan iman,
2. Perselingkuhan, nafsu tak terkendali, ketersumbatan seks.
3. Egoisme, masing-masing mementingkan diri sendiri.
4. Godaan eksternal: dunia gemerlap dan sesat
5. Kegagalan membangun relasi dan dialog
Kedangkalan iman (dan karena itu: kedangkalan komitmen atau cinta) menempati peringkat tertinggi. Sebab itu sebelum menikah pasangan perlu mendalami hal ini. Pelbagai survai mengenai keimanan akhir-akhir ini bisa merisaukan. Yang jelas, banyak orang mulai meninggalkan agama. Sebagian lebih mengandalkan iman, sebagian menganut kesesatan. Di pelbagai negeri maju, misalnya Belanda, banyak rumah ibadat dan pendidikan agama telah berubah fungsi menjadi museum, simbol-simbol masa lalu, aula olah raga, disko, ruang pertemuan, hotel. Salah satu akibat kedangkalan iman yakni, timbulnya perselingkuhan.
Tapi mengapa perselingkuhan justru menjadi tontonan yang menarik, semakin dianggap biasa, sesuatu yang menarik dan mengasyikkan? Yang pasti adalah arus sekularisasi atau penduniaan/pemfanaan gaya hidup, khususnya melalui tontonan sehari-hari dari kehidupan para selebriti. Di Indonesia, misalnya diperkirakan ada 120 jam tayangan per minggu berbau perselingkuhan melalui televisi, dan sekitar 1000 berita dan foto terkait melalui media cetak setiap bulan. Dan entah berapa buah film per bulan yang ditayangkan dengan contoh perselingkuhan yang mengasyikkan bagi penonton.
Belum lagi, menurut perkiraan Family Protection Institute of America ada sekitar satu juta saluran porno di website, sekitar 25 juta copy majalah porno per hari. Kuatnya godaan perselingkuhan terlihat dari data statistik hasil berbagai studi yang menyatakan bahwa 25%-37% pria menikah berselingkuh. Sementara di kalangan wanita, angkanya mencapai 15%-20%. Banyak yang menganggap perselingkuhan merupakan aprodisiak yang amat kuat efeknya terhadap kehidupan seksual orang bersangkutan. Perselingkuhan barangkali sudah dianggap wajar sampai hal itu digambarkan dengan perilaku suami-isteri di film seri ‘The Sex and the City’ yang terkenal dimana digambarkan perselingkuhan oke-oke saja “asal dilakukan bukan di rumah ini dan tidak usah aku ketahui.”
Di lain matra, perlu juga diangkat bahwa beberapa survai menyebutkan kondisi di negeri maju, mereka yang menyebut diri beragama, 70% melakukan pernikahan tanpa memenuhi aturan kanonik, misalnya mengawini orang berbeda keyakinan, mengawini janda tanpa pengesahan dari pihak agama, melangsungkan perkawinan dengan tatacara sipil saja (lex humana), kawin sementara, dll. Di negeri berkembang angkanya mungkin masih di bawah itu, tetapi jelas ada kecenderungan makin banyak melanggar aturan agama.
Sebab itu di bawah ini disajikan singkatan dari beberapa hukum kanonik yang seyogianya diikuti pasangan menikah.
KANON ISI
1083 Usia pernikahan lelaki minimum 25, wanita 20 (alasannya alat reproduksi harus ‘matang’ dulu, dan sama perlu dengan itu tingkat tanggung-jawab, kemandirian sudah cukup baik).
1083 Bila salah seorang menderita impotensi permanen dan hal itu diketahui sebelum menikah maka perkawinan menjadi tidak sah. (Maka agama tidak membenarkan perkawinan sesama jenis).
1084 Kemandulan tidak melarang atau menggagalkan perkawinan. (kemandulan yang diketahui setelah menikah tidak memberi hak otomatis pada yang tidak mandul untuk boleh mencari pasangan lain).
1085 Perkawinan batal bila lelaki atau perempuan masih terikat dengan perkawinan sebelumnya yang sah.
1085 Perkawinan baru bagi yang pernah menikah adalah sah bila perkawinan sebelumnya adalah tidak sah. (hak-hak sakramentali otomatis hilang).
1087 Perkawinan orang yang telah menerima tahbisasn suci dengan kaul adalah tidak sah.
1088 Perkawinan menjadi tidak sah bila perkawinan itu disertai penculikan atau pemaksaan.
1090 Perkawinan baru bagi seseorang menjadi tidak sah bila didahului oleh tindakan pembunuhan pada pasangannya agar bisa menikah lagi.
1091 Perkawinan menjadi tidak sah antara dua orang yang masih ada hubungan darah ke atas dan ke bawah, baik yang legitim maupun alami, hubungan darah sampai tingkat ke empat menyamping termasuk.
1092 Hubungan semenda dalam garis lurus menggagalkan perkawinan dalam tingkat mana pun.
1096 Perkawinan baru sah apabila terarah pada kelahiran anak melalui kerjasama seksual.
1103 Perkawinan baru sah bila dilakukan atas dasar kebebasan dan tanpa paksaan
1125 Perkawinan antar seseorang yang sudah dipabtis sedang yang lain tidak dibaptis adalah tidak sah. Dispensasi adalah mungkin dengan beberapa syarat.
1127 Perkawinan dilakukan menurut aturan-aturan sakramentali. Dalam hal perkawinan campur tidak dibenarkan adanya peneguhan ganda (kecuali di catatan sipil) berupa dua kali upacara keagamaan.

Aturan-aturan yang tidak secara eksplisit dikanonikkan, tapi berpedoman pada Kitab Suci adalah:
1. Apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia. Artinya pasangan nikah sakramentali tidak boleh bercerai. Perceraian adalah dosa sakramentali. Perkawinan adalah komitmen seumur hidup.
2. Pasangan yang menemukan pasangannya berselingkuh berhak menceraikannya dan berhak kawin lagi secara sakramentali.
3. Pasangan menikah adalah antara seorang pria dewasa dengan seorang wanita dewasa yang bersepakat untuk saling setia, saling mencintai sampai kematian memisahkan mereka. Sebab itu poligami atau poliandri dilarang. (Beberapa agama mengizinkan poligami, tapi bukan poliandri, dengan alasan-alasan khusus).
4. Kedua pasangan harus hadir dalam upacara perkawinan.
Perkawinan ala antariksa seperti dilakukan Ekaterina Dmitiriev di Texas dengan pasangannya Malenchencko di ruang angkasa tidaklah sah menurut aturan agama.

Sedikit berbeda dengan agama-agama lain, perceraian dalam Gereja Katolik amat rumit. Pembatalan perkawinan hanya bisa bila salah seorang meninggal, bila salah seorang berselingkuh atau berzinah, atau baru ketahuan bahwa perkawinan itu sesungguhnya tidak sah. Mengapa Gereja tidak bisa menerima perceraian secara sipil? Bukankah masalah perceraian itu masalah pribadi? Kenapa Gereja harus campur? Kenapa harus lewat tribunal (pengadilan Gereja)? Ada empat alasan utama.
1. Karena perkawinan adalah tindakan publik, bukan tindakan pribadi. Apa yang diperbuat suami dan isteri menyangkut kehidupan masyarakat dan keimanan yang bukan lagi bersifat privat.
2. Karena keluarga (karena perkawinan) adalah gereja (domestic church). Gereja memandang suami-isteri sebagai basis pertumbuhan segala nilai keimanan.
3. Alasan ketiga adalah bahwa perkawinan adalah sakramen. Aturan kanonik 1640 & 2382 tidak membolehkan pembatalan sakramen. Sakramen sifatnya abadi. Seperti halnya imam yang keluar dari imamatnya, maka sakramen imamat tidak pernah bisa dibatalkan.
4. Karena secara langsung Kitab Suci sudah menyebutkan bahwa apa yang telah dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia.
Perlu juga diingat bahwa perkawinan adalah ibarat sebuah rumah. Agar rumah tahan menghadapi angin, hujan, panas, gempa, rayap, longsor, maka rumah memerlukan perencanaan yang baik, fondasi yang kuat, dan pemeliharaan terus-menerus. Agar pernikahan bisa menghadapi godaan, gejolak, guncangan, perubahan, longsornya semangat, maka pernikahan memerlukan perencanaan yang baik, fondasi yang kuat, dan pemeliharaan relasi secara terus-menerus.
Pondasinya yakni sebuah ingatan, bahwa arti dari perkawinan adalah “perayaan kasih berkawan iman.”
Akhirnya, satu kalimat bijak yang mau saya lampirkan di akhir tulisan ini, cinta itu bukan "karena", tetapi "walaupun" –("L'amour n'est pas parce que mais malgre" -- I love u no matter what..... not I love u because......)


2.“Selamat” - Segarkan iman, Layani Tuhan dan Matikan setan.
Bicara soal selamat, ada Adi Bing Slamet, penyanyi cilik tahun 1980-an. Ada Slamet Raharjo, sahabat akrabnya Christine Hakim. Ada Gunung Slamet, yang tertinggi di Jawa Tengah. Ada juga macam-macam ucapan, seperti: selamat pagi – selamat siang – selamat sore – selamat malam. Ada ucapan selamat jalan, selamat tinggal, selamat istirahat, selamat tidur, selamat menempuh hidup baru, dsbnya.
Romo Yusuf Halim dalam sebuah retretnya pernah menceritakan bahwa ada seorang ibu yang ikut tour berkunjung ke tanah suci, kemudian mengunjungi Vatican dan tempat-tempat suci lain. Setiap kali ibu ini masuk ke gereja dan ia melihat patung atau gambar Maria, maka ia segera keluar. Seolah-olah ada sesuatu yang menakutkan, mungkin saja ia merasa bahwa gereja itu tempat penyembahan Maria. Saya tidak tahu apakah ibu ini bila kelak ia meninggal, dan diperkenankan masuk ke dalam surga akan menolak karena melihat ada Maria di dalam sorga.
Selamat (Bhs Ibrani: shalom, syalom), sesungguhnya adalah kata yang memiliki makna yang luar biasa dalamnya. Pada waktu mendengar kata ini, mungkin sebagian dari kita orang Indonesia langsung mengartikannya dengan “damai sejahtera”, dan mulai membayangkan suatu keadaan yang damai, aman dan makmur sejahtera, dengan dirinya sendiri, dengan keluarga dan masyarakatnya, dengan alam semesta juga dengan Tuhannya sendiri.
Di dalam Alkitab, kata shalom memang seringkali diterjemahkan dengan ‘damai sejahtera’. Namun kata ini mempunyai makna yang sangat luas, tidak sekadar ‘damai’ (peace) atau hubungan yang harmonis antara kita dengan orang lain, tetapi juga ‘keutuhan’, ‘kesejahteraan’, ‘kesehatan’, ‘kesembuhan’, bahkan ‘pembebasan’, ‘keselamatan’. Karena itu kata shalom ini dalam bahasa Yunani diterjemahkan dengan beberapa istilah, yaitu eirene (kedamaian, kesejahteraan, kesehatan), hugianinein (keadaan baik, sehat), dan soteria (pembebasan, keselamatan, kesembuhan). Kita sering mendengar ayat yang terkenal ini: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” (Yeremia 29:11)
Bagi saya sendiri, Selamat (Shalom, damai sejahtera) berarti: Segarkan Iman, Layani Tuhan dan Matikan Setan.
-Segarkan iman:
Shalom pertama-tama adalah inisiatif Allah dan keluar dari Allah, bukanlah inisiatif manusia. Shalom adalah suatu kondisi surgawi untuk segarkan iman kita, yang hanya dapat diturunkan oleh Dia yang berasal dari surga. Yesus di dalam hidup-Nya di bumi selalu memberi salam kepada orang-orang dengan cara demikian, “Shalom bagimu,” juga ketika Ia pertama kali bangkit dari kubur, diapun menyapa Maria Magdalena dengan kata yang sama tersebut.
Paulus kerapkali menyebutkan ‘Allah (sumber) shalom’ di dalam surat-suratnya. Juga kata-kata berkat seringkali ia ucapkan seperti ini: Kasih karunia dan ‘shalom’ dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. (Filemon 1:3) Kesaksian Yohanes di dalam Wahyu dibuka dengan doa: Kasih karunia dan shalom menyertai kamu, dari Dia, yang ada dan yang sudah ada dan yang akan datang…. (Wahyu 1:4). Juga di dalam suratnya Yohanes mengatakan: Kasih karunia, rahmat dan shalom dari Allah Bapa, dan dari Yesus Kristus, Anak Bapa, akan menyertai kita dalam kebenaran dan kasih. (2 Yohanes 1:3).Tampak bahwa Yesus menjadi shalom yang hidup: Bagi Bartimeus yang buta, bagi orang-orang kusta yang minta ditahirkan, bagi Maria Marta dan Lazarus, bagi Magdalena, bagi para muridNya, bagi janda di Sarfat, bagi perwira di Kapernaum, bagi Zakheus di Yerikho, dsbnya.
Dalam sebuah lagu, “Ya Namamu Maria”, Maria juga datang membawa berkat bagi kita untuk segarkan iman. Begini liriknya,
“Ya namamu Maria, Bunda yang kucinta, Merdu menawan hati segala anakmu Reff :Patutlah nama itu hidup di batinku
Dan nanti kuucapkan di saat ajalku, Ya nama yang keramat perisai hidupku. Dengan nama Maria aku pasti menang-Reff. Bila hatiku risau dan dirundung duka, Kuingat nama ibu yang pasti menghibur---Reff.
Jelaslah, banyak orang Katolik kerap mengalami Maria yang datang untuk segarkan yang lelah, untuk tenangkan yang resah, dan setia melipur yang sendu, bukan? Lihatlah kisah di Kana, ketika semua orang bingung, Maria datang dan menjadi perantara mereka kepada Yesus bukan?
Dan, lewat Maria, terjadilah mukjijat pertama Yesus, yakni perubahan air menjadi anggur: yang dahaga dipuaskan, yang haus disegarkan, yang bingung dikuatkan, yang kekurangan mengalami kelimpahan. Sungguh indah bukan?
-Layani Tuhan:
Shalom selalu berfokus pada Tuhan. Sesungguhnya Tuhan adalah pusat manifestasi shalom di atas bumi. Di dalam Kristus kita melihat wujud shalom secara sempurna, tidak parsial. Tuhanlah raja shalom, seperti yang dinubuatkan Yesaya: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, raja shalom.” (Yesaya 9:5).
Paulus juga menegaskan, Kristuslah sesungguhnya shalom kita, karena Dia telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan kita dengan Allah, sehingga kita yang dahulu jauh kini menjadi dekat karena darah-Nya (Bdk: Efesus 2:13-14).
Shalom juga selalu dikaitkan dengan bakti kita kepada Allah. Damai sejahtera diberikan-Nya kepada kita semata-mata untuk mendekatkan kita kepada-Nya, karena damai sejahtera itu dipakai-Nya sebagai alat pengudusan kita. “Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.” (1 Thessalonika 5:23).
Lihatlah juga Maria. Ketika Yesus kecil di kandang Betlehem, butuh pelukan kehangatan seorang ibu, Maria ada. Ketika Yesus tertinggal di Bait Allah Yerusalem, sendirian, Maria ada. Ketika Yesus sendirian memanggul salib dari Getsemani sampai ke Golgota, Maria ada. Ketika Yesus diturunkan dari salib, dibersihkan dan di makamkan, Maria juga ada bersama Nikodemus dan Yusuf Arimatea. Bahkan ketika Yesus sudah naik ke surga, Maria ada menemani dan ikut berdoa bersama para rasul.
Atau lihatlah juga figur St. Louis de Montfort, hamba para fakir miskin: Melihat situasi dunia yang semakin redup, dengan banyaknya terjadi penindasan yang menyebabkan orang hidup dalam kemiskinan dan penderitaan lainnya, St. Louis de Montfort pun turun tangan melayani orang lain. Ia secara langsung terjun ke tengah-tengah masyarakat miskin dan ke jalan-jalan untuk menemui para gelandangan. Ia juga mengabdikan diri ke rumah-rumah sakit untuk menghibur dan melayani mereka yang menderita serta menjaga peti jenazah. Kesempatan ini merupakan kesempatan yang indah bagi St. Louis de Montfort untuk melayani Tuhan. Ia mewartakan Yesus bukan hanya dengan mulut saja, tetapi ia mengaplikasikannya di dalam kehidupannya bersama mereka. Ia makan, bekerja, dan bahkan tidur bersama dengan mereka yang menderita.
-Matikan setan:
“Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera” (Roma 8:6), jelas bahwa shalom berbicara tentang kondisi hati, bukan materi. Ukuran Shalom tidak mengikuti ukuran dari dunia ini, hal ini ditegaskan oleh Tuhan Yesus sendiri: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu….” (Yohanes 14:27)
Karena itu, shalom yang kita miliki sama sekali tidak tergantung pada keadaan fisik kita, harta benda kita, lingkungan kita, atau dunia tempat kita berpijak. Shalom atau damai sejahtera yang dari Tuhan, tetap dapat kita tunjukkan bahkan dalam kondisi yang paling buruk sekalipun. Sabda Tuhan di Yohanes 16:33 berkata, “Semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.” Sebagai umat Tuhan, damai sejahtera Allah menjadi kekuatan kita dalam menjalankan mandat dari Allah di bumi. Bukankah Paulus pernah juga mengatakan, “Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.” (Filipi 4:7).
Disinilah, kita diajak untuk berani matikan setan, dalam hati kita masing-masing. “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu.” (Kolose 3:15). Lihatlah Maria, dia berjuang matikan setan, dengan cara “berhati-hati” (Lk 2:51): “Maria menyimpan semuanya dan merenungkannya dalam hati”. Kita diajak belajar dari Maria supaya berhati-hati dalam setiap kata, sikap dan tindakan kita.
Kita amati sekilas pintas, lewat kisah kasih dalam Injil, sepanjang hidupnya, Maria hanyalah berbicara tujuh kali, “Bagaimana mungkin hal Ini terjadi padahal aku belum bersuami?” “Aku ini Hamba Tuhan!” “Terjadilah padaku menurut perkataanMu itu”, “Aku mengagungkan Tuhan”, “Nak-mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?” “Mereka kehabisan anggur”, “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu”.
Atau, ingatlah salah satu Pesan Bunda Maria Fatima kepada Lucia 1 Mei 1917, “Setiap orang, mulai dari dirinya sendiri, harus berdoa rosario dengan lebih khidmat dan benar-benar mempraktekkan yang kuanjurkan yaitu devosi Sabtu Pertama setiap bulan." Atau pesannya yang lain, pada 13 Juli 1917 "Bila kalian berdoa Rosario, ucapkanlah pada akhir setiap peristiwa: Ya Yesus yang baik, mpunilah segala dosa kami, lindungilah kami dari api neraka, hantarkanlah jiwa-jiwa ke dalam surga, terlebih jiwa yang sangat memerlukan pertolongan-Mu.
Jelaslah, bahwa sesungguhnya damai sejahtera Allah itu sedang dan akan terus memerintah atas kita umat-Nya, dalam segala hal: “Dan Ia, Tuhan damai sejahtera, kiranya mengaruniakan damai sejahtera-Nya terus-menerus, dalam segala hal, kepada kamu. Tuhan menyertai kamu sekalian.” (2 Thessalonika 3:16).
Sekarang, bila Anda mengucapkan kata “selamat” kepada siapa saja dan dimana saja, jangan biarkan itu sekadar menjadi kata sapaan yang keluar begitu saja, melainkan ingatlah selalu akan maknanya yang begitu dalam, yang akan mengarahkan kita kepada semangat untuk segarkan iman, layani Tuhan dan tak lupa juga matikan setan. Kristus.
Dahulu, tiga setengah tahun di bumi, Yesus terus-menerus memberitakan shalom, mengajar tentang shalom, mengusir setan yang telah mencuri shalom Allah atas manusia, dan menyembuhkan orang-orang dari sakit-penyakit sebagai salah satu wujud shalom itu, kini sudah dua ribu tahun lebih, Yesus juga butuh kita, dan untuk itulah kita dipanggil untuk bertolong-tolongan untuk mendatangkan shalom, yaitu damai-sejahtera dan keselamatan dari Allah.
3.
"Keluarga" - Kecilkan emosi, Luaskan isi hati, Arahkan ke ilahi dan Galang relasi.
Saya buka artikel ini dengan petikan injil Lukas 11 : 17, “Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh”. Dalam hidup kita ada banyak istilah tentang keluarga dalam sebuah rumah tangga. Di sekretariat paroki terdapat banyak draft kartu kelurga. Setiap rumah tangga sebaiknya mempunyai kepala keluarga. Di setiap kampus, biasanya ada KMK, Keluarga Mahasiswa Katolik. Presiden Suharto pernah sukses dengan program Keluaraga Berencananya. Ada juga lembaga BKKBN, Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasioanl. Ada banyak anak sulung yang akhirnya menjadi tulang punggung keluarga.
Ingatlah baik-baik juga, Kitab Suci kita, entah Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dibuka dengan kisah tentang keluarga. Dosa yang pertama dibuat manusia, terjadi dalam keluarga, ketika Hawa menggoda Adam, juga ketika Kain membunuh Habel. Mukjijat yang pertama juga terjadi dalam sebuah keluarga di Kana, dan mukjijat yang terkahir juga terjadi dalam sebuah keluarga di Betania. Yang pasti, Gereja Katolik meyakini bahwa keluarga adalah gereja basis atau seminari dasar.
Secara umum: keluarga inti adalah ayah ibu dan anak-anaknya. Keluarga itu adalah kelompok terkecil dalam masyarakat. Keluarga merupakan tempat kita saling berbagi rasa, saling memperhatikan, saling menyayangi dan membantu satu dengan yang lainnya. Dari keluarga yang harmonis, pasti terbentuk suatu masyarakat yang baik pula.
Secara khusus, terdapat empat tugas keluarga kristiani, al: membentuk persekutuan pribadi-pribadi; mengabdi kepada kehidupan; ikut serta dalam pengembangan masyarakat; juga berperanserta dalam kehidupan dan misi Gereja” (Paus Yohanes Paulus II: “Familiaris Consortio”, 22 November 1981 no 17).
Sebetulnya, ada pelbagai macam definisi soal keluarga (juga perkawinan), al:
Keluarga adalah akar segala pertumbuhan di masyarakat. (Confucius)
Keluarga adalah akar segala pertumbuhan nilai dalam masyarakat.
Keluarga adalah ikatan cinta bersifat abadi
Keluarga adalah ikatan keagamaan yang paling dasar (Thomas Aquinas)
Keluarga adalah ikatan moral dan sosial
Keluarga adalah ikatan suci guna membentuk keluarga sakinah (Paus Leo XIII).
Keluarga adalah ikatan untuk menumbuhkan nilai-nilai keimanan.
Keluarga adalah ikatan yang berdampak tanggung-jawab sosial,
Keluarga adalah institusi sosial yang paling kecil, paling dasar, paling utama.
Keluarga adalah kontrak abadi yang disahkan secara hukum-hukum agama dan sipil
Keluarga adalah lembaga dimana kebebasan dan komitmen sekaligus diejawantahkan
Keluarga adalah lembaga yang memenuhi panggilan Allah guna berbiak dan berkembang.
Bagi saya sendiri, keluarga berarti “KEcilkan emosi, LUaskan isi hati, ARahkan ke ilahi dan GAlang Relasi”.
- Kecilkan emosi:
Orang yang tidak bisa kecilkan emosi itu mudah marah. Padahal kemarahan adalah salah satu akar dosa pokok. Kemarahan tidak diidentikkan dengan dosa tetapi dilihat sebagai sesuatu yang dapat menyebabkan (penyebab) dosa, atau dosa dilihat sebagai akibat dari kemarahan. Jadi pada dasarnya kemarahan itu netral pada dirinya sendiri. Ia dapat mengakibatkan dosa tetapi bukanlah dosa (Mazmur 4:5 : “Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa…”, Efesus 4:26 : “Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa”).
Kecilkan emosi juga berarti sebuah kondisi menahan diri dari berputus asa, meredam amarah jiwa, mencegah lisan untuk mengeluh, serta menahan anggota badan untuk berbuat jahat. Ia muncul dari dalam jiwa, mencegah perbuatan yang tidak baik, kekuatan jiwa yang membuat baik segala perkara. Lihatlah figur Yosef yang begitu sabar: Ia pergi menemani Maria dari Nazaret ke Betlehem, dari Betlehem ke Mesir. Dari Mesir kembali lagi Nazaret di Galilea. Ia tidak berkeras hati untuk menceraikan Maria, tetapi mau setia mendampingi Maria yang telah mengandung dari Roh Kudus. Dan, Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Efesus 4 : 32).
- Luaskan isi hati:
Lihatlah figur Maria (Luk 2:51), “Maria menyimpan semuanya dan merenungkannya dalam hati”: Ia hamil sebelum dinikahi. Ketika ia sedang hamil, ia mesti jalan dari Nazaret ke Betlehem untuk sensus penduduk. Ketika melahirkan, ia harus melihat bayinya lahir di kandang hina. Ketika baru selesai bersalin, ia harus pergi ke Mesir. Setelah sampai di Mesir, malaikat meminta lagi untuk kembali ke Israel.
Disinilah tampak, “Bunda Maria adalah seorang martir,” tukas St. Bernardus, “bukan oleh pedang algojo, melainkan oleh kegetiran dukacita hatinya.” Tubuhnya tidak terluka oleh tangan algojo, tetapi hatinya yang tak bernoda ditembus dengan pedang dukacita akan sengsara Putranya; dukacita yang cukup hebat untuk mengakibatkan kematiannya, bukan sekali, tetapi beribu kali.”
Adapun tujuh duka Maria, al: Nubuat simeon, Lari ke Mesir, Yesus hilang di Bait Allah, Menangisi jalan salib Yesus, Memandang wajah Yesus di kayu salib, Memeluk jenasah Yesus, Penguburan Yesus. Karena itu nasihat Pengkotbah: “janganlah lekas-lekas marah dalam hati, karena amarah menetap dalam dada orang bodoh” (Pengk 9:9) atau nubuat dalam Yak 1:19 : “…setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah“, patutlah kita renung-menungkan juga.
-Arahkan pada yang ilahi:
Bagi saya, Novena Tiga Salam Maria boleh jadi adalah doa favorit yang paling sering saya gunakan. Doa ini ditujukan kepada Bunda Maria, Bunda Yesus Kristus. Dalam doa ini, kita percaya dan memohon kepada sang Bunda untuk berkenan bermurah hati mendoakan kita kepada putranya yang tunggal Yesus Kristus (yang pasti tidak akan menolaknya) agar suatu permohonan kita boleh dikabulkan. Saya sendiri mengenal doa ini diajarkan oleh kedua orang tua saya pada saat saya duduk di bangku SD. Biasanya di saat-saat ulangan umum sedang berlangsung, saya selalu memanjatkan doa ini pada malam hari sebelum tidur selama 3 hari, kadang 9 hari berturut-turut. lagipula ulangan umum biasanya berlangsung selama 1 minggu lebih. Saya percaya, keberhasilan-keberhasilan dalam hidup yang berhasil saya raih hingga saat ini tak dapat dilepaskan dari “kemanjuran” doa favorit saya ini.
Lihatlah selain Novena Tiga Salam Maria, ada juga banyak doa tentang Maria bukan? Ada doa Rosario, Litani St Maria, Penyerahan kepada St Maria, dsbnya. Mengacu juga pada Katekismus 2679, “Maria adalah pendoa sempurna dan citra Gereja. Kalau kita berdoa kepadanya, kita menyetujui bersama dia keputusan Bapa, yang mengutus Putera-Nya untuk menyelamatkan semua manusia. Sebagaimana murid yang dicintai Yesus, kita juga menerima Bunda Yesus yang telah menjadi Bunda semua orang hidup, ke dalam rumah kita (Yoh 19:27). Kita dapat berdoa dan memohon bersama dia. Doa Gereja seakan-akan didukung oleh doa Maria; ia disatukan dengan Maria dalam harapan (Bdk, LG 68-69).”
Katekismus Katolik mengatakan, berdoalah setiap hari, terlebih:
a. pada pagi hari, untuk mempersembahkan hari ini kepada Allah dan meminta pertolonganNya dalam menghadapi godaan-godaan hari ini.
b. sepanjang hari, terutama ketika ada godaan.
c. pada malam hari, untuk berterimakasih kepada Allah atas berkat karunia pada hari itu dan untuk meminta ampun kepada-Nya atas dosa-dosa yang telah kita lakukan pada hari itu.
d. sebelum dan setelah makan.
-Galang relasi:
Dalam Keluarga Kudus Nazareth, tampaklah juga, ada relasi dengan yang ada di dalam (intra), juga relasi dengan yang ada di luar (ekstra). Lihatlah Yesus, Maria dan Yosef. Tiap-tiap tahun mereka pergi ke Bait Allah di Yerusalem untuk merayakan Paskah bersama dengan semua umat yang lainnya. Kemudian ketika Yesus berusia dua belas tahun, mereka bertiga pergi bersama-sama ke Bait Allah.
Ingatlah juga kisah penyaliban, sebagai seorang anak, lihatlah betapa perhatian Yesus terhadap ibunya, sehingga dikisahkan di dalam Injil Yohanes 19: 26-27, ketika Yesus tergantung di kayu salib menjelang saat-saat terakhir-Nya, dan ketika melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya, berkatalah Ia kepada ibunya: "Ibu, inilah anakmu". Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: "Inilah ibumu! sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya." Tampaklah jelas dekat dan hangatnya relasi Yesus dengan Maria, ibuNya.
Lebih jelasnya, lihatlah arti keluarga dalam bahasa Inggris, FAMILY, yang berarti, Father and Mother I Love You. Disinilah setiap anggota keluarga diajak untuk menggalang relasi cinta, dan bukan dosa, relasi menuju Tuhan dan surga, bukan menuju setan dan neraka, karena benarlah kata sebuah sinetron lama, “Rumahku Surgaku”
NB:
“KKN” - Keluarga Kudus Nazareth: Menjadi Bintang dan Laut
Diantara beberapa dosen moral saya, ada satu nama yang saya ingat, yaitu Dr Purwahadiwardaya,MSF. Misionaris Keluarga Kudus (M.S.F. - Latin: Congregatio Missionariorum a Sacra Familia) sendiri adalah salah satu kongregasi imam di Gereja Katolik Roma. Kongregasi ini didirikan di Grave Negeri Belanda pada tahun 1895 oleh P. Jean-Baptiste Berthier (1840 - 1908) dari Misionaris Notre Dame de La Salette, Perancis dan mendapat pengakuan dari Paus Leo XIII pada tahun 1911.
Misi kongregasi MSF terutama adalah menerima panggilan-panggilan tertunda dan mereka yang karena kemiskinan tidak bisa masuk seminari, karya misi di daerah-daerah yang sulit dan pastinya membina keluarga-keluarga Katolik. Fokus perhatian mereka terhadap keluarga membuat saya semakin sepakat dengan Dr. Nurcholis Madjid (Alm), yang mengatakan, kualitas keluarga menentukan masa depan bangsa.
Bicara soal keluarga, Gereja Katolik bahkan membuat hari raya bagi KKN. KKN bukan berarti “Korupsi-Kolusi-Nepotisme”, atau “Kecil-Kecil-Nekat” atau “Kristen-Katolik-Non Pribumi”. Tapi KKN berarti Keluarga Kudus Nazareth. Hari raya ini diresmikan oleh Paus Leo XIII pada tahun 1893. Kini hari raya ini dirayakan pada hari Minggu antara Natal dan Tahun Baru, dalam Oktaf Natal. Kerap, ada juga semacam kebiasaan untuk menuliskan "JMJ" di bagian atas surat-surat dan dan catatan pribadi sebagai referensi untuk Yesus, Maria, dan Yusuf, para anggota dari Keluarga Kudus.
Apa yang kita pelajari dari KKN. KKN terdiri dari tiga pribadi yakni, Yusuf, Maria dan Yesus.
Yusuf sendiri adalah seorang yang murni, jujur, tulus hati dan setia (selalu taat dan ingat Allah). Hal itu terbukti dari keputusannya untuk tetap memilih mengambil Maria sebagai isterinya setelah diberitahu oleh Malaikat Tuhan lewat mimpi. Ia tidak berkeras hati untuk menceraikan Maria, tetapi mau setia mendampingi Maria yang telah mengandung dari Roh Kudus (bdk. Mat. 1:18-25). Kesetiaan Yusuf ini sangat menolong Maria, karena jika diketahui oleh masyarakat bahwa ia mengandung tanpa suami maka akan berakibat buruk bagi dirinya. Dia setia mendampingi Maria ketika sedang mengandung, Menjaganya saat pergi ke kota Bethlehem sampai pada saat kelahiran Yesus. Ia juga dengan setia mengasuh Yesus dan mencari nafkah untuk kehidupan keluarganya.
Maria juga tampil sebagai wanita bersahaja yang setia. Kesetiaan Maria kepada Allah jelas tidak diragukan lagi. Walaupun data konkret dari Kitab Suci tidak lengkap, tetapi kita bisa memastikan bahwa Maria seorang isteri yang setia kepada suaminya dan seorang ibu yang setia mendidik serta mendampingi Yesus anaknya. Bahkan Maria setia mendampingi Yesus sampai di bawah kayu salib. Ketika Yesus sudah naik ke surga, Maria juga tetap setia menemani para rasul.
Sedangkan Yesus sendiri pada masa kanak-kanak dan sebelum tampil mewartakan Kabar Gembira dikatakan bahwa la tetap berada dalam asuhan Yusuf dan Maria (bdk Luk. 2:51). Artinya, walaupun Yesus adalah Putera Allah, Ia mau merendahkan diri dan hidup taat dalam asuhan orang tuanya, sampai akhirnya Ia harus melaksanakan misi dari Bapa-Nya.
Yang pasti, KKN adalah tempat persemaian cinta kasih Allah. Di sanalah, taburan benih cinta mendapat ruang pertumbuhan paling nyaman di dunia. Namun, mudahkah menyemai, menumbuhkan dan merawat cinta manusiawi melalui persekutuan cinta dalam keluarga kita masing-masing? Mencuatnya fakta kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) melalui media massa dibarengi berita seputar perceraian para selebriti, tentu bisa kita ingat, bukan?
Di tengah carut-marut hidup keluarga saat ini, apakah teladan “KKN” masih bisa bergema dalam keluarga kita masing-masing juga? Disinilah setiap keluarga perlulah melihat arti komitmen, yang telah diajarkan oleh anggota “KKN”: Yesus, Maria dan Yosef.
Seturut definisi kamus Britannica, komitmen berarti penyerahan diri secara total. Menurut kamus, kata komitmen merupakan paduan dari janji, dedikasi dan obligasi (kewajiban). Komitmen bukan berarti kontrak, janji, keterlibatan yang bersifat sementara. Ibaratnya, bila kita makan telur ayam, maka posisi ayam adalah terlibat, bukan committed. Tapi bila kita makan daging sapi, maka itu adalah hasil komitmen sapi, yang telah membuat dirinya siap disantap, alias memberikan diri sepenuhnya.
Bagaimana cara kita menghayati komitmen? Lihatlah lagi Maria. Salah satu gelar Maria, yakni: Stella Maris berarti bintang laut (Maria: Mariae: Laut, Stella: Bintang). Wajar, jika dalam banyak patung Maria, dua warna dominan yang dikenakan Maria adalah Biru (sebagai analogi dari laut) dan Putih (sebagai analogi dari bintang).
Setiap kata dari Bintang dan Laut ini juga punya ciri khas masing-masing.
Pertama, Bintang.
Bintang sebetulnya punya dua ciri khas.
Satu, dia ada ketika dibutuhkan, bintang ada ketika gelap, ketika malam hari (yah kecuali jamu bintang tujuh, tabloid bintang milenia atau bir bintang siang hari juga ada), begitu juga dengan Maria. Maria ada ketika dibutuhkan-bahkan ketika Yesus kesepian di salib dan para murid kebingungan setelah ditinggal mati Yesus.
Dua, bintang itu bersifat memberi cahaya - tapi tidak akan pernah kehilangan sinar kelap-kelip cahayanya. Maria juga seperti bintang, ia selalu memberi terang dan kebahagiaan bagi semua orang, tanpa merasa takut kekurangan kebahagiaannya. Maria sendiri menjadi bintang, karena ia memiliki dua sikap, yakni: beri inspirasi dan tanggulangi kegelapan.
Kedua, Laut.
Laut ternyata juga punya dua ciri khas.
Satu, Laut itu tempat banyak kehidupan, dari zooplankton, ikan teri, rumput laut, anjing laut, kuda laut sampai ikan paus. Maria pun kerap menjadi sumber kehidupan ketika banyak orang kehilangan arah di tengah carut marutnya dunia ini.
Dua, laut itu adalah tempat segala kotoran bermuara. Dari yang namanya sampah, limbah pabrik sampai becak-becak hasil operasi kamtibmas, semuanya di buang ke laut. Maria menjadi muara laut terakhir, semacam tempat sampah bagi pelbagai permasalahan hidup kita, ketika kita ruwet, mumet, njlimet. Jelanya, Maria menjadi laut juga, karena hidupnya mau melebar ke orang lain (baca: Layani teman, berbagi kepada sesama), juga sekaligus mau mendalam kepada Tuhan (baca: Utamakan iman, berdoa kepada Tuhan).
Semoga dengan teladan salah satu anggota KKN ini, kita juga bisa belajar menjadi Bintang dan Laut bagi yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar