Ads 468x60px

Ego sum Via Veritas Vita- Akulah Jalan Kebenaran Hidup



HIK : HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
Kis 13:26-33
Yoh 14:1-6
“Ego sum Via Veritas Vita-
Akulah Jalan Kebenaran Hidup” (Yoh 14:6).
Inilah nubuat Yesus pada bacaan injili.
Ia memberikan “jalan” bagi yg tersesat,
“kebenaran” bagi yg pernah khilaf
dan “hidup” bagi yg mati.
Inilah juga yg saya yakini setiap kali sy mempersembahkan misa arwah: “Requiem aeternam dona eis Domine- Ya Tuhan berikanlah mereka istirahat kekal”.
Yesus sendiri "pergi" ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita
(Mat 6:9; Maz 33:13-14; Yes 63:15) krn Allah mempunyai tempat tinggal bagi "keluarga Allah" yg ada di dunia sekarang (Ef 2:19); "di sini kita tidak mempunyai tempat tinggal yg tetap" (Ibr 13:14).
Lebih lanjut, ada bbrp permenungan iman yg lain, al:
1. Seperti Kristus terangkat ke surga, demikian juga Dia akan kembali untuk menjemput kita agar tinggal bersama dengan Dia di surga (Yoh 14:2, Yoh 17:24) ke tempat yang telah disediakan untuk mereka.
Inilah pengharapan kita agar dapat sll bersama-sama dengan-Nya.
2. Yesus yg akan "membawa kamu ke tempat-Ku" menunjuk kepada semua orang beriman, yg akan "diangkat bersama-sama .. dlm awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dg Tuhan" (1Tes 4:17).
3. Kedatangan Yesus untuk umat-Nya yang setia akan melepaskan mereka dari "hari pencobaan" yg akan datang atas dunia ini
(1Tes 5:9; Luk 21:36; 1Tes 1:10; Wahy 3:10).
4. Perjumpaan yg penuh kemuliaan dan abadi ini merupakan suatu penghiburan iman bagi kita yang rindu "bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini"
(1Tes 4:17-18).
“Dari Tangerang ke Maluku-
Yesus itu terang sejatiku!”
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
Kis.12:24 - 13:5a
Yoh.12:4”
"Lux aeterna - Terang sejati"
Yesus hadir sebagai terang sejati yang menegaskan kembali bahwa Ia diutus oleh Bapa dan bahwa Ia satu dengan Bapa.
Tercandra, apabila sekarang perkataan Yesus ini ditolak, maka perkataan itu akan bertindak sebagai hakim pada hari terakhir karena perkataan-Nya tidak akan pernah berlalu.
Adapun pentingnya kata-kata Yesus sang Cahaya Abadi ini ditunjukkan oleh kata "berseru".
Setiap kali kata ini digunakan dalam Yohanes (lihat 1:15; 7:28, 37), yang hendak ditekankan adalah pentingnya berita yg akan disampaikan, yakni:
1. Perutusan:
Yesus datang sebagai utusan Bapa untuk melaksanakan misi penyelamatan-Nya.
2. Persatuan:
Yesus menegaskan hubungan yang sangat erat antara Bapa dan Anak, yang terungkap dalam tiga aspek:
“Barangsiapa percaya kepada Yesus, percaya kepada Bapa;
Barangsiapa melihat Yesus, melihat Bapa;
Barang siapa mendengarkan Yesus, mendengarkan Bapa.
"Percaya," "melihat," dan "mendengarkan" disini menggambarkan respons atau tindakan yang sama, yakni menerima Yesus yang diutus oleh Bapa dan menerima Bapa (Yoh. 10:30; 13:20; Mat. 10:40).
3. Penyelamatan:
Tujuan utama kedatangan Yesus adalah untuk melepaskan mereka yg berada dalam kegelapan (Yoh. 12:46).
Ia datang untuk menyelamatkan dunia bukan untuk menghakimi dunia.
Ia datang untuk menyampaikan perintah Bapa karena perintah Bapa adalah hidup kekal (bdk. Ul. 8:4).
Orang yang menolak perkataan-Nya, menolak hidup kekal itu (Yoh. 12:48).
Peringatan keras dari Yesus tentang penghakiman bagi mereka yang menolak bukan kata akhir.
Pada akhir pelayanan Yesus, Yohanes sekali lagi mengingatkan dan menghimbau agar siapa pun yang mendengar perkataan Yesus, menjadi percaya dan selalu beriman kepada-Nya.
"Tentara Kopasus makan duku-
Yesus itu andalanku."
B.
Kis. 13:13-25;
Mzm. 89:2-3,21-22,25,27;
Yoh. 13:16-20.
“Misericordia Vultus - Wajah Kerahiman.”
Inilah nama bulla dari Paus Fransiskus untuk "TKI"-Tahun Kerahiman Ilahi yang dibuka pada 8 Des 2015 (HR Maria Imakulata) yang lalu di Vatikan
Yesus sendiri jelas hadir sebagai wajah kerahiman.
Ia tahu siapa yg akan mengkhianatiNya tapi Ia tetap membasuh kakinya.
Ia memperlihatkan kerahiman dan belas kasih, bukan hanya lewat doa dan ucapan tapi juga lewat karya nyata bahkan terhadap orang yang diketahui akan menyakiti dan mengkhianatiNya.
Di lain matra, kita kadang mengklaim bahwa kita telah melayani Tuhan, tetapi kita kadang lupa melayani dengan "rendah hati” dan bahkan takut mengasihi “sepenuh hati” karena tidak ikhlas kalau dikorbankan dan dirugikan walaupun demi nilai yang lebih luhur, yakni demi kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa sesama.
Pembasuhan kaki yang dibuat Yesus sendiri mengajak kita untuk memiliki wajah kerahiman yang nyata dalam tindakan dengan saling mengasihi – melayani dan mengampuni.
Sederhananya:
Tuhanmu saja mau merendahkan diri, masa kamu yang murid-Nya justru gengsian dan tinggi hati?
Tuhanmu saja mau membasuh kaki para murid bahkan orang yang menyakitiNya, masa kamu malahan tidak mau saling “membasuh kaki” satu sama lain?
Yang pasti, kasih yang merupakan saripati kerahiman bukanlah sekadar perasaan.
Kasih juga bukan entitas rohani belaka tapi kasih mewujud melalui tindakan nyata, yaitu saling mengasihi-melayani-mengampuni karena sejatinya Allah adalah kasih itu sendiri.
Dalam bahasa Bo Sanchez yang saya temui beberapa waktu lalu, “kita mampu mengasihi karena Kristuslah yang telah lebih dulu mengasihi kita.”
"Cari galah di Surakarta-
Hiduplah dalam nada dasar CINTA."
C.
Kis 16:11-15;
Mzm 149:1-2,3-4,5-6a,9b;
Yoh 15:26-16:4a
“Jubilate omnis terra -Pujilah Tuhan hai segala bangsa!”
Tuhan yang seharusnya dipuji oleh segala bangsa selalu mengaruniakan Roh Kebenaran yakni Roh yag membenarkan/meneguhkan hidup kita.
Roh ini akan membenarkan/meneguhkan bahwa Yesus adalah saksi karya penyelamatan.
Maka kita yang percaya kepadaNya juga dipanggil untuk melakukan yang sama, yaitu berani ber-aksi untuk ber-saksi menjadi pewarta iman, yang selalu membawa kebenaran demi keselamatan sesama dan semesta.
Pastinya, pelbagai warta kesaksian kita pasti akan menghadapi aneka “htag”: hambatan tantangan ancaman gangguan.
Namun, hendaknya kita tidak berputus asa/menyerah kalah, karena Roh Kudus akan mendukung dan menguatkan kita untuk mengatasinya.
Mengacu pada teladan Bunda Maria sebagai “saksi” yang “Siap Ajarkan Kabar Sukacita Ilahi", ada tiga poros dasar kesaksian, antara lain:
1.Membawa pesan Tuhan:
Bukankah Maria selalu hadir membawa pesan ilahi?
Ia membawa pesan kedamaian bukan kebencian,
keberanian bukan ketakutan,
ketulusan dan bukan kepalsuan.
Di Guadalupe, ia hadir 4 kali selama bulan Desember.
Di Lourdes, ia hadir selama 19 kali.
Di Fatima, ia hadir 6 kali setiap 13 Mei s/d Oktober.
2.Mencintai orang miskin.
Ia selalu memilih dan mencintai orang kecil.
Di Fatima, ia memilih tiga gembala cilik, Lucia-Francesco-Yasinta.
Di Lourdes, ia memilih anak kecil yang miskin dan sakit-sakitan, Bernadeth Soubiroes.
Di Guadalupe, ia memilih Juan Diego, duda dan petani miskin dari suku Indian.
3.Menyatu dengan Tuhan:
Maria kerap meminta supaya dibangun sebuah “gereja” untuk menghormati Puteranya.
Dengan kata lain: Kesaksiannya selalu disatukan dalam nama Tuhan dan semata untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa.
"Dari Bekasi ke Dunia Fantasi -
Mari beraksi dan bersaksi."
D.
Kis.13:44-52;
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4;
Yoh. 14:7-14.
“Totus Tuus sum - Aku sepenuhnya milikMu!”
Inilah sebuah buku saya yang terbit pada medio Bulan Maria 2015.
Inilah juga yang mendasari iman Paus Yohanes Paulus II terhadap Kerahiman Ilahi dan perlindungan Bunda Maria, "misericordiae vultus- sang wajah kerahiman".
Inilah juga yang dijelaskan Yesus kepada muridNya dalam masa menjelang perpisahannya.
Yesus sendiri mengejawantahkan semangat “Totus Tuus sum” ini lewat tiga indikasi:
totalitas (kepenuhan),
unitas (kesatuan),
kualitas (kecakapan)
yang tampak lewat pelbagai karya nyata.
Ia menjadi “prayer/pendoa, healer/penyembuh, teacher/pengajar dan giver/pemberi.”
Ia juga mengajak kita mewujudkan iman kepercayaan kepadaNya itu dalam karya nyata yang penuh totalitas-unitas-kualitas: "Barangsiapa percaya kepada-Ku ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yg Aku lakukan."
Jelasnya, perkataan Yesus ini sendiri ditujukan bagi kita semua yang percaya kepada-Nya, yang mau sepenuh hati menyatukan diri denganNya.
Karena itu, segala tugas Yesus juga menjadi tugas kita.
Dengan melaksanakan tugas-tugas tersebut, kita sungguh menyatakan dan menyatukan diri sebagai murid yang memiliki “totalitas-unitas-kualitas”: Aku telah menentukan engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, supaya engkau membawa keselamatan sampai ke ujung bumi." (Kis 13:7)
Sebaliknya, apabila kita malas atau tak bersemangat melaksanakan tugas perutusan tersebut dalam hidup harian kita, maka status kita sebagai murid Kristus tidak lagi “total” tapi menjadi “banal” (dangkal) dan patutlah dipertanyakan!
"Cari tongkat di mobil Xenia-
Jadilah berkat bagi dunia."
E.
Kis 14:18-29; Yoh 14:26-31a
“Pacem in Terris - Damai di Bumi”.
Itulah nama ensiklik Paus Yohanes XXIII yang erat-sarat dengan pesan moral dan kritik terhadap dunia global. Ketika Yesus mau naik ke surga, Ia pun meninggalkan damai di bumi: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera Kuberikan kepadamu". Dkl: Yesus dan Paus Yohanes XXIII mengajak kita belajar menjadi “duda - DUta DAmai.” Konsep damai sendiri membawa konotasi yang positif; hampir tidak ada orang yang menentang perdamaian, bahkan perdamaian merupakan tujuan utama dari kemanusiaan. Burung merpati dan daun zaitun sering juga digunakan sebagai duta damai.
Adapun pengertian damai sendiri memiliki banyak arti, al:
- Damai dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh.
- Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil, mengijinkan untuk nyenyak tidur atau bermenung.
- Damai dapat juga menggambarkan keadaan emosi dalam diri dan akhirnya damai juga dapat berarti kombinasi dari definisi-definisi di atas.
Bagi saya sendiri, seperti yang saya tulis dalam buku ”Family Way” (Kanisius), ada tiga indikasi kedamaian, yakni:
1. Ketiadaan perang:
Bahasa Roma kuno untuk damai adalah "Pax" yang didefinisikan sebagai "Absentia Belli", ketiadaan perang. Adapun Swiss terkenal sebagai sebuah negara yang mempertahankan perdamaian sejak lama dan Swedia memiliki sejarah perdamaian yang berkelanjutan terlama.
2. Ketiadaan kekerasan:
Di lain segi, membatasi konsep perdamaian hanya kepada “ketiadaan perang” bisa jadi malahan menutupi genocide, terorisme, dan kekerasan lainnya yang terjadi di beberapa Negara. Oleh karena itu, 'damai' juga bisa diartikan sebagai “ketiadaan kekerasan” tidak hanya ketiadaan perang, tapi juga ketiadaan “setan” (evil) yang mengandaikan adanya kehadiran keadilan, seperti yang digambarkan oleh Martin Luther King, Jr. Dalam konsepsi ini, sebuah masyarakat di mana suatu kelompok minoritas ditekan oleh grup lainnya juga merupakan ketiadaan kedamaian.
3. Keselamatan:
Inilah sebuah arti mendalam dari "damai" yang tampak di wilayah Danau Besar Afrika: Disana, kata damai adalah "kindoki", yang menunjuk kepada keseimbangan yang harmonis antara manusia dan alamnya: “kosmos” dan bukan “khaos”. Pandangan ini lebih luas dari damai yang berarti "ketiadaan perang" atau “ketiadaan kekerasan”. Dkl: Damai berarti sebuah kondisi “syalom”, selamat, yang tercapai ketika kita mempunyai hubungan baik dengan semua pihak, hubungan baik dengan Tuhan, hubungan baik dengan sesama, hubungan baik dengan alam semesta serta tak lupa juga hubungan baik dengan diri sendiri tentunya.
Lebih lanjut lagi, damai yang berarti “keselamatan” itu sendiri bisa bermakna, “Dengan Allah Maka Akan Indah.” Lihatlah sebuah permenungan singkat ini: “Banyak orang sekarang berkata, “hidup kami berat, semua harga sembako melambung tinggi, biaya hidup sehari-hari (makan, minum, biaya sekolah, dan kesehatan) mahal, belum lagi gaji pendapatam kami tidak naik-naik, kami merasa hidup kami berat. “ Coba kita perhatikan kata “berat” yang terdiri dari lima huruf, sekarang kita tambahkan “K” di tengah-tengah kata berat itu, maka menjadi “berKat” bukan? Siapa sebetulnya “K” nya? Tak lain dan tak bukan, “K” nya adalah Kristus sendiri. Jelaslah disini, bukankah semua yang berat menjadi berkat ketika dilakukan bersama dengan Kristus bukan?
“Makan siomay di Taman Asri - Hiduplah berdamai setiap hari.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar