HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
"Dominus te cum - Tuhan sertamu."
Inilah sepenggal kalimat dalam doa Salam Maria yang kerap kita daraskan, terlebih ketika takut dan kecut, resah dan gelisah menghadapi aneka "badai" kehidupan.
Adapun, Yesus pernah menghardik dan menenangkan angin/badai di danau Galilea. Inilah mukjizat yang ke-5 dalam Injil Yohanes yang berawal di Kana (Yoh 2) dan berakhir di Betania (Yoh 11).
Bicara soal rasa takut, inilah pengalaman khas manusiawi karena banyak orang pernah mengalaminya: takut gelap, takut mayat, takut hantu, takut mati, takut masa depan, takut jenis binatang tertentu dll.
Dalam kisah Injii, para murid takut binasa karena perahu yang mereka tumpangi diombang-ambingkan gelombang badai yang besar.
Adapun 3 ungkapan jawa yang kerap saya ingat supaya kita tidak mudah takut, antara lain:
1."Gusti ora sare":
Tuhan tidak tidur. Ia tidak pernah meninggalkan kita. Lihatlah kata "ta-K-ut"! Bukankah ada "K" di tengahnya, yakni Kristus. Ia selalu ada di tengah tawa tangis kita, suka dan duka kita. Di hari Natal, Ia datang sebagai “Immanuel” (Ibr: Tuhan yang menyertai) dan di hari Paskah, Ia datang sebagai “Alpha et Omega” (Yun: Awal dan Akhir).
2."Berkah Dalem":
Inilah sebuah inkulturasi dari bahasa latin, "Deo Gratias" yang bisa diartikan secara sederhana sebagai "Tuhan memberkati." Kita diyakinkan bahwa Ia selalu hadir memberikan berkat (gratia – grace - gratis) secara cuma-cuma kepada kita. Bukankah dalam alkitab kerap diwartakan ada "365" kata "jangan takut"? Lihat kembali kata “takut”, diawali dengan huruf “T” dan diakhiri dengan huruf “T”, bukankah “T” nya ini bisa berarti Tuhan? Ya, Ia adalah Tuhan yang setia ada dan hadir mengalir di awal dan akhir hidup kita.
Dengan kata lain:
Bukankah setiap hari Tuhan selalu memberkati kita dengan keberanian yang penuh harapan iman dan kasih?
3."Manunggaling kawula Gusti":
Bersatunya Tuhan dengan manusia. Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu turun tangan, mau bersatu dan terlibat dalam suka-duka dan keprihatinan hidup harian kita. Ia adalah Tuhan yang mengerti jerih payah dan jerit tangis kita. Ia tidak tinggal di awang awang tapi selalu menjadi sahabat seperjalanan kita. Dan, bukankah dalam kata "takut", ada T di awal dan di akhir, yang bisa diartikan sebagai "Tuhan"? Dan kalau kita hilangkan dan lupakan “T” yang adalah “Tuhan”,maka yang tinggal hanyalah “aku”, yang artinya ketakutan itu kerap timbul ketika kita melupakan Tuhan dan sibuk membanggakan “AKU”, kekuatan diri semata.
"Makan bakut di stasiun Koja - Jangan takut percaya saja!"
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux!
NB:
A.
"Credo - Aku Percaya!"
Inilah keyakinan iman yg diharapkan, terlebih ketika hidup kita diterpa badai/gelombang kehidupan.
Mengacu pada bacaan hari ini, para murid diombang-ambingkan angin taufan yang dashyat sampai ombak masuk ke dalam perahu sehingga mereka lupa bahwa Yesus sebenarnya ada bersama dengan mereka.
Mungkin kita juga pernah mengalami rasa takut/kecut, gamang/bimbang, linglung/bingung, resah/gelisah dalam hiruk pikuk dan carut marut hidup harian, seolah-olah Tuhan tidak ada, cuek dan membiarkan kita berjuang sendiri padahal sebenarnya Dia selalu ada bersama kita, se-kapal dengan kita.
Disinilah, sebenarnya kita diajak untuk selalu percaya dan setia datang kepadaNya, "membangunkan-Nya" lewat aneka doa, sakramen dan olah hidup rohani yang penuh dengan harapan, iman, dan kasih karena sejatinya semakin kita tidak berdoa, semakin buruk yang akan terjadi, bukan?
"Di Krukut minum jamu -
Jangan takut karena Tuhan ada bersamamu."
B.
Kej. 18:1-15
Mat. 8:5-17
“Laudate nomen Domini – Pujilah nama Tuhan.”
Kisah tentang perwira Romawi yang datang kepada Yesus dan memohon kepadanya untuk kesembuhan hambanya yang sakit lumpuh itu sangat penting bagi kita.
Ia datang kepada Yesus tidak untuk kepentingannya sendiri, melainkan untuk kepentingan hambanya. Ia beriman+berbelarasa:
"Tuan, aku tidak layak menerima Tuan di dalam rumahku, katakan saja sepatah kata, maka hambaku itu akan sembuh."
Kalimat inilah juga yang selalu kita katakan sebelum menerima Komuni:
"Ya Tuhan, saya tidak pantas Tuhan datang pada saya, bersabdalah sepatah kata saja maka saya akan sembuh!"
Jelas, bahwa perwira Romawi itu merasa tidak pantas menerima Yesus di rumahnya tapi ia tetap datang dan memohon dengan rendah hati kpd Yesus krn ia percaya sepenuh hati kepada kuasa Yesus.
Disinilah, perwira itu sekaligus mengajarkan bahwa beriman berarti mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan termasuk kesadaran bhw kita tdk layak/tdk pantas di mataNya.
Nah, kalau kita memang sedang sungguh merasa tak pantas/tak layak di hadapanNya, kita tidak perlu sll menerima komuni.
KHK jelas menegaskan:
"Yang sadar berdosa berat, tanpa terlebih dahulu menerima sakramen pengakuan, jangan merayakan Misa atau menerima Tubuh Tuhan, kecuali ada alasan berat serta tiada kesempatan mengaku; dalam hal ini hendaknya ia ingat bahwa ia wajib membuat tobat sempurna, yang mengandung niat untuk mengaku sesegera mungkin" (Kan 916).
Ya, meski kita tak sll menerima komuni, kita tetap diajak utk datang dg rendah hati spy menerima rahmat Tuhan, karna rahmat Tuhan tak dapat dibatasi oleh peristiwa sakramen.
Tuhan tetap hadir, memberi rahmat dan berkarya dalam kerapuhan diri.
"Baca firman di balai desa -
Makin beriman dan makin berbelarasa."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar