HARAPAN IMAN KASIH
SERI DOMINIKAN 7
Sembilan Hal yang Layak Kita Ketahui tentang St. Rosa dari Lima...
Santa Rosa dari Lima (Rosa de Lima, Rose of Lima) merupakan salah satu orang kudus Dominikan yang paling cemerlang namun juga rumahan.
Santa Rosa tidak pernah keluar dari negerinya, Peru, seperti halnya Santo Dominikus dan Santa Katarina dari Siena; ia mewartakan kerahiman dan kebenaran Allah di sekitar lingkungan rumahnya sendiri.
Ia seorang Latina yang ceria dan bersemangat, disenangi oleh berbagai kalangan namun pada saat yang sama mengalami banyak salah pengertian oleh orang-orang.
Berikut adalah sembilan fakta menarik yang layak kita ketahui tentang Santa Rosa, disarikan dari biografi St. Rose of Lima karangan Sister Mary Alphonsus, O.SS.R.
1. Santa Rosa adalah seorang criolla.
Rosa lahir di Peru dalam era kolonisasi Spanyol abad ke-16. Seperti yang lumrah terjadi di tanah koloni, kawin campur menciptakan berbagai golongan etnis masyarakat. Pada waktu itu, di Amerika Latin terdapat tiga etnis besar yaitu Spaniard (ras Spanyol asli) yang berkulit putih, Indian Amerika yang berkulit merah, dan Afrika yang berkulit hitam. Etnis Spaniard sendiri terbagi dua kasta, yaitu orang-orang Peninsular (Spaniard yang lahir di Spanyol) dan orang-orang criollo (Spaniard yang lahir di tanah koloni).
Sebagai seorang criolla, Santa Rosa berada di kasta yang cukup tinggi meskipun bukan yang paling tinggi. Oleh karena itu, persahabatannya dengan pembantu rumah tangga bernama Mariana (seorang Indian asli) dan dengan Santo Martin de Porres, seorang mulato (campuran Spaniard dan Afrika) menjadi hal yang mengherankan pada masanya, karena ketiganya berbeda kasta cukup jauh.
2. Nama “Rosa” menjadi salah satu sumber pertengkaran keluarga.
Nama asli Santa Rosa sesungguhnya adalah Isabel, sesuai dengan nama sang nenek. Ibu Rosa, Oliva, memberi nama demikian untuk menenangkan temperamen Isabel Senior yang pemarah. Tetapi saat Isabel Junior masih bayi, terjadi mukjizat berupa penampakan bunga mawar di atas kepalanya. Oliva menyadari hal tersebut sebagai tanda surgawi bahwa putrinya harus diberi nama Rosa.
Perubahan nama ini menyulut amarah sang nenek. Selama beberapa tahun pertama hidupnya, Rosa/Isabel dipanggil dengan dua nama yang berbeda. Rosa/Isabel dengan senang hati menjawab kedua panggilan itu, dan ini membuat nenek dan ibunya sering bertengkar. Barulah ketika ia menerima Sakramen Krisma dengan nama Rosa, sang nenek akhirnya mengalah karena ia mengakui kuasa Gereja yang berkehendak memanggil cucunya Rosa, bukan Isabel.
3. Santa Rosa adalah sahabat karib Santo Martin de Porres dan dibaptis oleh Santo Toribio.
Rosa kecil sudah menjalin persahabatan dengan Martin kecil. Meski Martin seorang mulato, orangtua Rosa menganggapnya sebagai pemuda yang baik sehingga mengizinkan keduanya bermain bersama. Setelah Martin masuk biara sebagai seorang cooperator brother Ordo Dominikan, keduanya masih sering bertemu di sakristi seusai Misa untuk berbincang-bincang.
Bagi Rosa, tidak ada orang lain yang dapat memahami perjalanan hidup rohaninya yang unik selain Martin, dan Martin hanya mempercayakan kisah-kisah mukjizatnya pada Rosa. Selain itu, Martin, yang pernah dilatih oleh seorang dokter bedah, juga mengajari Rosa ilmu kedokteran dan obat-obatan.
Tidak hanya itu, Rosa kecil dibaptis dan dikrisma oleh seorang uskup suci, yaitu Santo Toribio (Turibius) Alfonso de Mogrovejo. Uskup Toribio dikaruniai kemampuan melihat kedalaman jiwa manusia, dan ialah orang pertama yang mampu “melihat” bakal kekudusan Rosa. Di sini kita belajar bagaimana persahabatan kudus dengan orang sama-sama mencintai Allah sangat penting dalam hidup rohani seorang Katolik.
4. Santa Rosa terinspirasi oleh hidup Santa Katarina dari Siena.
Siapa bilang bacaan rohani tidak penting? Banyak santo-santa yang menjadi kudus karena membaca tulisan santo-santa lainnya. Hal ini berlaku juga bagi Santa Rosa. Saat ia masih kecil, ibunya menghadiahinya buku biografi Santa Katarina dari Siena, yang ia baca berulang-ulang dengan semangat. Oleh Santa Katarina, Rosa kecil terinspirasi untuk hidup sebagai selibat awam, memotong pendek rambutnya, bahkan membangun gubuk kecil dari pelepah pisang sebagai “pertapaan” tempat ia berdoa dan bermatiraga, sebab ia tidak memiliki kamar pribadi seperti santa idolanya itu.
5. Santa Rosa adalah seorang Dominikan Awam.
Sama seperti Santa Katarina, Santa Rosa adalah seorang Dominikan Awam. Bagi orang Katolik modern mungkin hal ini mengejutkan karena kedua santa tersebut dilukiskan mengenakan habit biarawati. Namun habit tersebut sesungguhnya adalah habit ordo ketiga. Baik Santa Katarina maupun Santa Rosa tetap wanita awam seumur hidup mereka.
6. Santa Rosa pandai bermain gitar dan menulis puisi.
Sejak awal masa remaja, Rosa menunjukkan bakat bermain gitar dan menulis puisi. Ia juga fasih menyanyikan lagu-lagu cinta sekuler. Perkembangan ini membuat orangtuanya berpikir bahwa ia sedang jatuh cinta dan tak lama lagi akan minta dinikahkan. Tanpa sepengetahuan mereka, ketika Rosa memetik gitar dan menyanyikan lagu-lagu cinta tersebut, satu-satunya lelaki yang ia pikirkan hanyalah Yesus Kristus. Pun ketika ia menulis puisi, puisi-puisinya ditujukan kepada Kristus.
7. Santa Rosa menopang perekonomian keluarga dengan menjahit, berkebun, dan meracik obat-obatan tradisional.
Walaupun berasal dari kasta yang terhormat, keluarga Rosa tidak kaya. Seluruh anggota keluarga tersebut bekerja mencari nafkah. Rosa membantu pemasukan keluarganya dengan menerima pesanan jahitan dan berkebun. Hasil kebun bunga dijualnya untuk bunga hias, sedangkan hasil kebun rempah digunakannya untuk meracik obat-obatan. Berkat ilmu kedokteran yang diperolehnya dari Santo Martin, Rosa dapat mendiagnosis penyakit orang-orang miskin yang datang ke rumahnya dan membagi-bagikan obat yang tepat untuk mereka.
8. Dua kelemahan Santa Rosa yaitu sifat impulsif dan skrupel.
Sifat tipikal orang Latino yang cenderung “ramai” dan berapi-api ditemukan pula dalam diri Rosa. Santa Rosa kerap tidak dapat menahan diri untuk segera menegur orang yang berbuat salah atau dosa, seringkali lupa tempat dan lupa waktu. Ia juga sering terburu-buru protes saat diberi petunjuk yang kurang sesuai dengan pemikirannya. Selain itu, ia juga menunjukkan sifat skrupel (scrupulosity), yaitu kekhawatiran berlebihan dan obsesif terhadap kesalahan-kesalahan diri sendiri.
Memahami kelemahan seorang kudus sama sekali tidak melunturkan penghormatan kita terhadap mereka. Malahan, mengetahui kelemahan ini semakin menyatakan kebesaran Allah, yang mampu mengerjakan rahmat-Nya melalui berbagai macam kepribadian. Ia tidak memilih mereka yang kudus, melainkan menguduskan mereka yang Ia pilih.
9. Santa Rosa merupakan orang kudus pertama dari benua Amerika.
Santa Rosa meninggal tahun 1617 dalam usia 31 tahun. Penguburannya diiringi oleh pelayat dari berbagai macam etnis di Peru, sebuah peristiwa yang amat tidak biasa. Ia dikanonisasi oleh Paus Clement X pada tanggal 12 April 1671, sebagai orang dari benua Amerika pertama yang memperoleh gelar ilahi tersebut.
NB:
St. Rosa dari Lima....
"Salib adalah satu-satunya tangga ke surga"
St. Rosa dari Lima tidak terlena dengan kecantikan lahiriahnya. Ia lebih suka menjadi cantik secara rohani bagi Yesus. Jadi, jika kita merasa khawatir akan penampilan lahiriah kita, kita boleh mohon bantuan doa St. Rosa agar ia membantu kita untuk memusatkan perhatian pada hal yang lebih penting dalam hidup kita.
Pada tanggal 20 April 1586, dari sebuah keluarga yang miskin di Lima, Peru, lahir seorang bayi perempuan yang diberi nama Isabel De Flores Y Del Oliva. Semua orang lebih suka memanggilnya 'Rosa' (mawar) karena bayi itu sungguh amat cantik dengan pipinya yang kemerahan-merahan. Lagipula semasa Rosa masih bayi, dalam sebuah penglihatan mistik, wajahnya berubah menjadi sekuntum mawar.
Sejak kanak-kanak Rosa amat mengasihi Yesus. Cintanya kepada Yesus demikianlah besar, hingga jika ia sedang membicarakan-Nya wajahnya akan bersinar dan matanya berbinar-binar. Devosinya amat kuat, terutama kepada Bayi Yesus dan Maria, BundaNya. Rosa berbicara kepada mereka berjam-jam lamanya di gereja. Ia juga sering melakukan matiraga secara sembunyi-sembunyi.
Suatu hari ibunya mengenakan hiasan mahkota bunga di atas kepala Rosa untuk menonjolkan kecantikan puterinya itu. Tetapi, Rosa tidak ingin dikagumi karena kecantikan lahiriahnya, sebab hatinya sudah diserahkannya kepada Yesus. Jadi ia mengubah mahkota yang dimaksudkan untuk menonjolkan kecantikannya itu menjadi sarana bermatiraga. Sebuah peniti panjang disematkannya pada mahkotanya sehingga mahkota itu membuatnya merasa sakit dan tidak nyaman.
Rosa juga tidak suka orang-orang memandang serta memuji-muji kecantikannya. Baginya segala pujian hanyalah bagi Yesus. Rosa takut kalau-kalau kecantikannya menjadi batu sandungan bagi orang lain. Sebab, ia melihat banyak orang memandangi wajahnya tanpa berkedip. Ia mendengar mereka mengatakan betapa halus dan indah kulitnya. Jadi, ia melakukan sesuatu yang mengejutkan: ia menggosok wajahnya dengan merica hingga kulitnya menjadi merah dan melepuh. Nah, untuk sementara waktu tidak akan ada lagi orang yang akan memujinya!
Ketika Rosa membaca kisah hidup St. Katarina dari Siena, ia terdorong untuk menjadikan St. Katarina sebagai teladan hidupnya. Ia mulai dengan berpuasa tiga kali dalam seminggu. Kemudian ia melakukan tapa silih, dan akhirnya memotong rambutnya yang indah, mengenakan baju kasar dan menyingsingkan lengan bajunya untuk bekerja keras. Teman-teman dan keluarganya menertawakan serta mencemooh tindakan Rosa yang mereka anggap aneh. Kedua orangtuanya juga tak henti mengecamnya. Rosa menderita karena ia tidak dimengerti. Kekuatan dan penghiburan yang diperolehnya hanyalah dari Sakramen Mahakudus yang diterimanya setiap hari.
Kemudian, Rosa memutuskan untuk mengucapkan kaul kemurnian. Tentu saja kedua orangtuanya menentang keras kehendak Rosa. Mereka telah lama berharap agar kelak puteri mereka yang jelita itu dinikahi oleh seorang pemuda kaya, sehingga dapat mengangkat mereka dari kemiskinan. Meski sepanjang hidupnya Rosa selalu taat dan patuh kepada orangtuanya, dalam perkara yang satu ini Rosa tidak dapat ditundukkan. Sepuluh tahun lamanya pertentangan itu berlangsung sebelum pada akhirnya Rosa dapat memenangkan hati mereka dengan kesabaran dan doa.
Rosa banyak menderita. Selain dari pertentangan dengan kedua orangtuanya, Rosa juga banyak mengalami godaan setan. Sering juga ia mengalami saat-saat di mana ia merasa sendiri dan mengalami kesedihan yang hebat karena Tuhan terasa jauh darinya. Namun demikian, semua itu ditanggungnya dengan iman yang teguh.
Saat usianya duapuluh tahun, Rosa diterima dalam Ordo Ketiga Dominikus. Atas persetujuan pembimbing rohaninya, Rosa mengasingkan diri ke sebuah gubuk kecil yang dibangun di halaman rumah orangtuanya. Malam hari digunakannya untuk berdoa dan bermeditasi. Siang hari Rosa bekerja keras menanam bunga, menyulam serta menjahit. Hasilnya digunakannya untuk membantu keluarganya yang miskin. Ia juga melayani dan menghibur para fakir miskin dan para budak Indian, terutama mereka yang sakit dan menderita. Oleh sebab itu Rosa dianggap sebagai pelopor pelayanan sosial di Peru.
Beberapa kali Tuhan Yesus menampakkan diri kepadanya, melimpahi hatinya dengan rasa damai dan sukacita. Di saat-saat seperti itu, Rosa mempersembahkan kepada-Nya semua silih dan matiraganya sebagai tebusan atas penghinaan terhadap Putra Allah, untuk kesejahteraan bangsanya, untuk pertobatan orang-orang berdosa, dan untuk jiwa-jiwa di api penyucian.
Rosa lama menderita sakit sebelum akhirnya meninggal pada tanggal 24 Agustus 1617 di Lima dalam usia 31 tahun. Banyak mukjizat terjadi setelah kematiannya.
Rosa dibeatifikasi pada tahun 1667 oleh Paus Klemens IX dan dikanonisasi pada tanggal 2 April 1671 oleh Paus Klemens X. Santa Rosa dari Lima adalah orang Amerika pertama yang dinyatakan kudus. Oleh sebab itu ia diangkat sebagai santa pelindung Amerika, terutama Amerika Latin, dan juga Philipina. Pestanya dirayakan setiap tanggal 23 Agustus.
CATATAN ST. ROSA DARI LIMA:
"Tuhan, tambahlah penderitaanku, dan bersamanya tambahkanlah cinta-Mu dalam hatiku."
"Selain dari Salib, tidak ada tangga lain yang dapat membawa kita ke surga."
"Tuhan dan Juruselamat kita memperkeras suara-Nya dan berbicara dengan keagungan yang tiada bandingnya: 'Biarlah semua orang mengetahui bahwa rahmat datang setelah penderitaan. Biarlah mereka mengetahui bahwa tanpa beban penderitaan, mustahillah untuk mencapai kepenuhan rahmat. Biarlah mereka mengetahui bahwa anugerah rahmat bertambah sementara pencobaan bertambah. Biarlah manusia waspada agar tidak tersesat dan ditipu. Salib adalah satu-satunya tangga sejati ke surga, dan tanpa Salib mereka tidak akan dapat menemukan jalan yang dapat membawa mereka naik ke surga.'
Ketika aku mendengar kata-kata ini, suatu kekuatan dahsyat menyelubungi aku serta menempatkan aku di tengah jalan, sehingga aku dapat berseru dengan lantang kepada orang-orang dari segala usia, jenis kelamin serta kedudukan: “Dengarlah, hai manusia; dengarlah hai bangsa-bangsa. Aku memperingatkan kalian akan perintah Kristus dengan menggunakan kata-kata yang keluar dari bibir-Nya sendiri: Kita tidak dapat memperoleh rahmat jika kita tidak menanggung penderitaan. Kita harus menumpuk pencobaan di atas pencobaan guna beroleh keikutsertaan yang besar dalam hidup Ilahi, kemuliaan bagi anak-anak Allah dan kebahagiaan sejati bagi jiwa.”
Jika saja manusia mengetahui betapa luar biasanya memperoleh rahmat surgawi, betapa indahnya, betapa agungnya, betapa berharganya. Betapa banyak kekayaan yang tersembunyi di dalam Salib, betapa banyaknya sukacita dan kebahagiaan! Tak seorang pun akan mengeluh akan Salib-nya atau akan pencobaan-pencobaan yang harus ditanggungnya, jika saja ia mengetahui timbangan di mana mereka kelak akan ditimbang ketika timbangan itu dikenakan kepada mereka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar