Ads 468x60px

Dum spiro spero – Aku berharap selagi aku bernafas


HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
B uluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya
B atu yang dibuang akan menjadi batu penjuru
S umbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya
Kita:
Ter lahir dari kasih Allah
Ter bentuk oleh kasih Allah
Ter arah menuju kasih Allah
Fiat Lux
Be the Light
NB:
1.
“Dum spiro spero – Aku berharap selagi aku bernafas!”
Inilah salah satu indikasi orang beriman bahawasannya hidupnya penuh pengharapan:
"Buluh yg patah terkulai tdk akan diputuskan-Nya dan sumbu yg pudar nyalanya tdk akan dipadamkan-Nya."
Injil hari ini sekaligus mencatat pelbagai antipati orang Farisi terhadap Yesus.
Dalam situasi tidak berpengharapan, tak satu pun yang dilakukan dan disabdakan Yesus dianggap benar oleh kaum Farisi.
Yang terburuk adalah bahwa mereka lalu berkonspirasi, tak hanya untuk melawan Yesus tetapi juga membunuh Dia.
Di lain segi, karena Yesus mengadakan banyak mujizat yang menumbuhkan harapan, maka banyak rakyat cenderung berharap kepada Yesus serta meninggalkan orang Farisi.
Orang Farisi merasa tersaingi, maka mereka bersekongkol untuk menyingkirkan dan membunuh Yesus.
Pejabat yang gila kuasa pada umumnya ketika kurang memperoleh pengikut lalu bertindak licik dengan aneka cara untuk membungkam saingannya, pendek kata penguasa atau petinggi merasa terganggu oleh tokoh-tokoh baru yang berpengaruh maka dengan berbagai cara mereka akan “membungkam” tokoh-tokoh baru tersebut.
Namun tokoh sejati yang hidup dan berjuang demi kepentingan umum tak akan takut dan gentar menghadapi aneka tekanan dan ancaman, melainkan dengan tenang dan sabar mereka menanggapinya, dengan kesiap-sediaan atas apapun yang akan terjadi pada dirinya.
Mereka akan bersikap seperti Yesus, sebagaimana diramalkan oleh nabi Yesaya, yaitu "tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak".
Dengan ini, kita juga diajak untuk "tenang": setia pada penghayatan iman dalam hidup sehari-hari tanpa takut dan gentar karena Yesus sendiri telah memberikan kepada kita pengharapan yang kuat melalui kasih dan pelayanan yang penuh pengorbanan.
"Makan bakut di Surakarta - Jangan takut karena Tuhan selalu beserta kita."
2.
"Qui credit, habeat vitam aeternam - Barangsiapa percaya ia beroleh hidup yang kekal."
Inilah sebuah keyakinan iman kita kepada Yesus sang batu penjuru.
Adapun Yesus pada awalnya menjadi “batu sandungan” bagi orang-orang Farisi, para ahli Taurat maupun para imam karena sabda dan karya Yesus bertentangan dengan mereka.
Ini juga terjadi karena faktor kedegilan, ketidakpercayaan dan kecemburuan yang disebabkan popularitas dan kualitas Yesus jauh mengatasi orang-orang Farisi, para ahli Taurat maupun para imam.
Mengacu pada injil hari ini, adapun tiga matra dasar supaya kita benar benar percaya padaNya, al:
A. Proklamasi:
”Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan”.
Inilah “proklamasi”, semacam pernyataan diri Allah tentang Yesus yang datang ke dunia. Allah menyatakan Yesus sebagai “yang terpilih, terkasih dan terberkati”. Allah sendiri yang memberikan otoritas dan prioritas kepada Yesus, dan menjadikan Dia sebagai “Veritas – Kebenaran” bagi bangsa-bangsa.
Sejak dibaptis, kita juga menjadi umatNya yang sudah “terpilih, terkasih dan terberkati”. Kita juga dijadikan “veritas-veritas kecil” bagi segala bangsa untuk lebih mengenal, melihat dan mengalami Tuhan.
Dkl: Kita harus menuju kepadaNya, memandangNya, mencari segala-galanya dalam Dia, sebab semuanya dapat kita temukan dalam Dia.
B. Inisiasi:
”Aku akan menaruh rohKu ke atasNya, dan Ia akan memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa”.
Inilah sebuah “inisiasi”(Bhs Lat, initium, inire: masuk ke/permulaan), semacam konfirmasi dari sebuah ritus awal yang menyatakan bahwa Allah benar benar memberikan RohNya kepada Yesus untuk memulai karya penyelamatan kepada segala bangsa: “Ad maiorem natus sum - Aku dilahirkan untuk hal-hal yang lebih luhur”.
Dengan Roh Allah yang hidup inilah, Yesus menjadi berkat bagi banyak orang: segarkan yang lelah, tenangkan yang resah, lipurkan yang sendu dan hidupkan yang layu.
Yah, Tuhan tahu yang terbaik. Apa yang dikerjakan selalu baik karena kita jelas berasal dari kasih Allah, dibentuk oleh kasih Allah dan terarah menuju kasih Allah
C. Inspirasi:
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskan-Nya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkan-Nya”.
Ia menjadi pembawa obor pencerahan. Ia mewartakan harapan iman dan kasih bagi orang-orang yang tertindas dan tak berpengharapan.
HatiNya jelas berpihak pada yang terkulai dan terpudar.
Inspirasi hidupNya adalah kesederhanaan yang terarah pada satu tujuan yakni mencari Tuhan dalam segala, dan menemukan segala hal di dalam Tuhan: Voyes comme’est simple, il suffit d’aimer lihatlah bagaimana sederhananya semua yang kau lakukan untuk mencintai!
“Bang Jaya masuk Kopasus – Aku percaya pada Yesus!”
3.
"Cor unum et anima una - Sehati dan sejiwa."
Inilah semangat ilahi yang diwartakan Yesus terlebih kepada orang "lemah": "Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkanNya"(Mat 12:20-21).
Yesus jelas mempunyai hati yang berbelarasa, "sehati sejiwa" dengan sesama, terlebih yang menjadi korban ketidakadilan dan kekejaman dunia yang berpola "HEM-Hedonis-Egois-Materialistis."
Sikap Yesus ini berbanding terbalik dengan sikap orang-orang Farisi yang licik dan punya banyak intrik, yang bersekongkol untuk membunuh Yesus.
Bisa jadi, mereka tidak mudah sehati sejiwa karena termakan dan terbakar oleh "aura negatif": antipati dan iri hati kepada Yesus yang dianggap menjadi "saingan" mereka. Bisa jadi hati dan jiwa mereka juga tumpul terhadap orang lain karena yang mereka ajarkan tidak mereka laksanakan padahal notabene mereka adalah orang-orang terhormat/kaum yang dianggap "suci" dan ahli dalam kitab suci.
Dari fenomen ini, kita belajar beberapa hal dasar, antara lain:
A."Kepekaan":
Seperti perasaanNya yang peka pada orang kecil, Ia juga tahu maksud orang-orang Farisi yang bersekongkol untuk membunuhNya. Hatinya "sensual" (Lat: sensuum), bisa merasakan isi hati orang lain karena kedalaman hidup dan relasiNya dengan Bapa.
B."Ketenangan":
Ia tidak terpancing untuk reaktif, untuk langsung membalas dendam/berkoar-koar dan membuat perlawanan/balasan. Ia tetap tenang dan sengaja menyingkir dulu untuk tidak larut dan ikut hanyut tapi bisa mengambil jarak dan bersikap secara lebih jernih, "clara et disctinta"-jelas dan terpilah-pilah.
C."Keberpihakan":
Ia punya opsi. Imannya identik dengan keterlibatan dan keberpihakan. Ia jelas berpihak pada orang kecil dan tersingkir: "yang patah sumbunya dan pudar nyalanya". Ia hadir untuk menjadi "sahabat" yang sehati dan sejiwa, tidak hanya klise/kata kata hampa tapi benar-benar sejati dan penuh dengan tindakan kasih yang nyata.
"Cari celana di Pasar Koja - Jadilah orang bijaksana dan bersahaja."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar