Ads 468x60px

"PSB" - "PERATURAN SANTO BENEDIKTUS" 3. PSB (1 - 10)


SEBUAH PERKENALAN:
"PSB" - "PERATURAN SANTO BENEDIKTUS"
PSB (1 - 10)
1. Jenis rahib
1Jelas bahwa ada empat jenis rahib. 2Yang pertama ialah para senobit, artinya rahib yang hidup dalam biara, dimana mereka berjuang di bawah suatu peraturan dan seorang abas.
3Kemudian jenis kedua ialah para anakoret, yakni para eremit. Mereka bukannya didorong oleh semangat hidup membiara yang masih baru, melainkan sudah lama menanggung cobaan dalam biara. 4Karena bantuan banyak saudara, mereka sudah mahir dan sudah belajar berperang melawan setan. 5Di dalam barisan para saudaranya mereka sudah dipersenjatai lengkap untuk berperang seorang diri di padang gurun. Mereka sudah mantap dan mampu dengan bantuan Allah berperang melawan cacat-cacat kelemahan dan pikiran dengan tangan dan lengannya sendiri, tanpa dibantu oleh orang lain.
6Jenis rahib yang ketiga dan paling menjijikkan ialah para sarabait. Mereka tidak diuji oleh satu peraturan pun atau diajar oleh pengalaman seperti emas dalam perapian, tetapi menjadi lembek seperti timah. 7Dengan perbuatannya mereka masih berhamba kepada dunia dan dikenal sebagai orang yang menipu Allah dengan tonsuranya. 8Mereka hidup berdua atau bertiga atau bahkan seorang diri tanpa gembala. Mereka terkurung dalam kandangnya sendiri, bukan dalam kandang Tuhan. Yang menjadi hukumnya ialah kemauan dan kehendaknya sendiri. 9Yang mereka pikirkan dan mereka pilih, itulah yang mereka nyatakan suci, yang tidak mereka kehendaki, itulah yang mereka nyatakan terlarang.
10Jenis rahib yang keempat ialah rahib yang disebut girovagi. Sepanjang hidupnya mereka menje-lajah pelbagai daerah. Mereka bertamu di pondok berbagai rahib untuk tiga empat hari. 11Mereka selalu berkeliaran dan tidak pernah menetap, diperbudak oleh kehendak sendiri dan oleh bujukan selera makannya. Dalam segala-galanya mereka lebih menjijikkan daripada para sarabait. 12Tentang cara hidup mereka semua yang sangat menyedihkan itu lebih baik kita diam daripada bicara. 13Jadi biarkanlah mereka, dan marilah dengan bantuan Tuhan kita beralih kepada pengaturan jenis para senobit yang paling kokoh.
2. Bagaimana abas seharusnya
1Abas yang pantas memimpin biaranya harus selalu ingat akan sebutan yang diberikan kepadanya. Ia harus membuktikan kebenaran namanya sebagai pemimpin dengan tindakan-tindakannya. 2Sebab orang memang percaya bahwa ia bertindak sebagai wakil Kristus di biara, karena ia disebut dengan nama Kristus itu sendiri, 3seperti dikatakan oleh Rasul: Kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru, ya Abba, ya Bapa. 4Oleh sebab itu abas tidak boleh mengajarkan, mengatur atau memerintahkan sesuatu pun di luar perintah Tuhan, 5tetapi perintah dan pengajarannya harus tertabur dalam pikiran para muridnya sebagai ragi kebenaran ilahi.
6Abas harus selalu ingat, bahwa tidak hanya pengajarannya sendiri, melainkan juga ketaatan para muridnya, kedua-duanya, akan diperiksa dalam pengadilan Allah yang menggentarkan. 7Abas harus tahu bahwa gembala akan dipersalahkan atas setiap kekurangan yang didapati oleh bapa keluarga dalam domba-dombanya. 8Sebaliknya, meskipun kawanannya tidak tenang dan tidak taat, namun jika gembalanya sudah mengerahkan segenap perhatiannya dan sudah memberikan perawatan sepenuhnya kepada perbuatan mereka yang seperti penyakit itu, 9di dalam pengadilan Tuhan gembala mereka akan dibebaskan. Ia akan berkata kepada Tuhan bersama nabi: Keadilan-Mu tidaklah kusembunyikan dalam hatiku, kesetiaan-Mu dan keselamatan daripada-Mu kubicarakan, tetapi mereka mencemoohkan dan menghina aku. 10Dan akhirnya domba-domba yang tidak taat kepada perawatannya itu akan dihukum dan ditundukkan oleh maut sendiri.
11Jadi, bila seseorang menerima nama abas, ia harus memimpin murid-muridnya dengan pengajaran rangkap dua, 12artinya ia harus menunjukkan segala sesuatu yang baik dan suci lebih dengan perbuatan daripada dengan perkataan. Kepada murid-murid yang mudah menangkap diutarakannya perintah-perintah Tuhan dengan perkataan, sedangkan kepada yang keras hati dan lebih sederhana ditunjukkannya perintah ilahi dengan perbuatannya sendiri. 13Sebaliknya segala sesuatu yang diajarkannya kepada para murid sebagai terlarang harus ditun-jukkan dengan perbuatannya sendiri sebagai sesuatu yang memang tidak boleh dilakukan, jangan sampai sesudah mengkotbahi orang lain ia sendiri ternyata ditolak. 14Demikian pun jangan sampai karena dosanya pada suatu ketika Allah bersabda kepadanya. Apakah urusanmu menyelidiki ketetapan-Ku dan menyebut-nyebut perjanjian-Ku dengan mulutmu, padahal engkaulah yang membenci teguran dan mengesampingkan firman-Ku. 15Dan lagi: Engkaulah yang melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau lihat.
16Ia tidak boleh membeda-bedakan orang dalam biara. 17Janganlah ia mengasihi yang satu melebihi yang lain, kecuali bila ada yang didapatinya lebih baik dalam perbuatan baik atau ketaatan. 18Janganlah ia mendahulukan saudara dari golongan merdeka atas seorang dari golongan hamba yang masuk biara, kecuali kalau ada alasan lain yang masuk akal. 19Jika abas merasa harus bertindak begitu, atas pertimbangan keadilan, ia juga harus bertindak begitu dalam hal tingkat saudara mana pun juga. Jika tidak, mereka harus menduduki tempat masing-masing yang biasa. 20Sebab baik hamba, maupun orang merdeka, kita semua adalah satu di dalam Kristus. Di bawah Tuhan yang sama kita semua memikul tugas pengabdian yang sama juga, sebab Allah tidak memandang bulu. 21Satu-satunya alasan yang menyebabkan kita dibedakan oleh Allah ialah jika kita didapati-Nya lebih baik daripada orang lain dalam hal perbuatan baik dan kerendahan hati. 22Jadi abas harus menunjukkan cintakasih yang sama kepada semua dan menentukan tuntutan yang sama dalam segalanya menurut jasa masing-masing.
23Ada pun dalam pengajarannya abas harus berpegang teguh pada pedoman Rasul yang berkata, Nyatakanlah apa yang salah, tegurlah dan nasihatilah. 24Artinya, ia harus dapat mengambil berbagai macam sikap menurut keadaan, sekali-sekali mengancam dan lain kali mengambil hati, kadang-kadang bertindak keras seperti seorang guru, kadang-kadang baik hati seperti seorang ayah. 25Dengan kata lain: saudara-saudara yang tidak tertib hidupnya dan tidak tenang harus ditegurnya dengan lebih keras, sedangkan yang taat, halus dan sabar harus diajaknya maju supaya menjadi lebih baik. Mengenai saudara-saudara yang lalai, kami menganjurkan supaya mereka ditegur dan dihukum.
26Janganlah ia pura-pura tidak tahu kejahatan saudara yang bersalah, tetapi selagi kejahatan itu mulai tumbuh harus segera dipangkasnya sampai ke akarnya selama masih bisa diatasinya, sambil ingat akan bahaya yang menimpa Heli, imam dari Silo.
27Hati yang lebih jujur dan mudah menangkap hendaknya ditegur dengan peringatan lisan satu dua kali, 28tetapi yang jahat, keras, sombong dan tidak taat harus dihentikan dari kejahatannya sedari permulaan dengan cambuk atau siksaan badan, mengingat yang tertulis, Orang dungu tidak diperbaiki dengan kata-kata, 29dan lagi, Pukullah anakmu dengan rotan dan engkau akan menyelamatkan nyawanya dari maut.
30Abas harus selalu ingat akan dirinya sebagai abas, ia harus ingat akan sebutan yang diberikan kepadanya. Ia harus tahu bahwa orang yang menerima kepercayaan lebih banyak juga akan menerima tuntutan lebih banyak. 31Hendaknya ia tahu betapa sulit dan beratnya tugas yang diterimanya, yaitu memimpin jiwa-jiwa dan melayani perangai orang banyak, yang satu harus dibujuk, yang lain harus ditegur, yang lain lagi harus diyakinkan. 32Dengan mempertimbangkan sifat dan daya tangkap masing-masing, ia harus menye-laraskan dan menyesuaikan diri dengan semuanya. Ia tidak hanya mengharapkan jangan sampai kawanan yang dipercayakan kepadanya menanggung kerugian, tetapi juga supaya ia sendiri bahkan bergembira atas bertambahnya kawanan yang baik. 33Lebih-lebih ia tidak boleh mengesampingkan atau memandang ringan keselamatan jiwa-jiwa yang dipercayakan kepadanya. Janganlah ia lebih memikirkan hal-hal yang bersifat sementara, duniawi dan rapuh, 34melainkan harus selalu sadar bahwa ia menerima tugas memimpin jiwa-jiwa dan akan diminta pertanggungjawaban atasnya. 35Jangan ia mempersoalkan, kalau-kalau penghasilannya tidak mencukupi, melainkan ingat akan yang tertulis, Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu 36dan lagi, Tidak berkekurangan orang yang takut akan Dia.
37Ia juga harus tahu bahwa orang yang menerima tugas memimpin jiwa-jiwa harus menyiapkan diri untuk memberikan pertanggungjawaban. 38Ia harus tahu dengan pasti bahwa dari jumlah saudara yang diketahuinya dipercayakan kepadanya, semuanya harus dipertanggungjawabkannya kepada Tuhan pada hari pengadilan, tentu saja masih ditambah juga jiwanya sendiri. 39Dengan demikian ia harus selalu takut akan pemeriksaan yang akan dialaminya sebagai gembala perihal domba-domba yang dipercayakan kepadanya. Di samping harus memperhatikan pertang-gungjawaban tentang orang lain, ia juga harus meng-indahkan pertanggungjawaban tentang diri sendiri. 40Dengan mengusahakan perbaikan orang lain melalui peringatan-peringatannya, ia sendiri akan diperbaiki dari cacat-cacatnya.
3. Mengumpulkan para saudara untuk rapat penasihat
1Tiap kali bila ada hal-hal penting yang harus dibicarakan di biara, abas hendaknya mengumpulkan seluruh jemaah, dan ia sendiri hendaknya mengatakan mana masalahnya. 2Sesudah mendengarkan nasihat para saudara, abas mempertimbangkannya sendiri dan melakukan yang dianggapnya lebih berguna. 3Kami memang mengatakan, bahwa semua saudara harus dipanggil untuk menghadiri rapat penasihat itu, sebab seringkali Tuhan menyingkapkan kepada saudara yang lebih muda pemecahan yang lebih baik. 4Ada pun para saudara harus memberikan nasihat dengan tunduk sekali dan rendah hati. Janganlah mereka berani mempertahankan pendapatnya dengan keras kepala. 5Lebih baik keputusannya tergantung dari abas. Keputusan yang oleh abas dianggap lebih tepat harus ditaati oleh semua. 6Kalau diharapkan murid harus taat kepada guru, guru sendiri juga diharap mengatur semuanya dengan bijaksana dan adil.
7Oleh sebab itu dalam segalanya semua harus mengikuti peraturan sebagai guru. Jangan seorang pun berani menyimpang daripadanya. 8Jangan seorang pun di biara mengikuti kehendak hatinya sendiri. 9Tidak boleh ada seorang pun yang berani berselisih dengan abasnya secara kasar atau pun di luar biara. 10Jika ada yang berani berbuat begitu, ia harus dikenakan tata tertib yang ditentukan oleh peraturan. 11Sebaliknya abas sendiri harus melakukan segalanya dengan takut akan Allah dan dengan patuh kepada peraturan, sebab ia tahu bahwa pasti harus mempertanggungjawabkan semua kepu-tusannya kepada Allah, hakim yang maha adil.
12Bila hal yang harus dibicarakan demi kepentingan biara tidak begitu penting, abas cukup minta nasihat para penatua saja, 13seperti tertulis, Lakukanlah segala sesuatu dengan nasihat, supaya sesudah melakukannya engkau tidak menyesal.
4. Manakah alat-alat perbuatan baik?
1Pertama-tama mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap kekuatan. 2Kemudian, mengasihi sesama seperti diri sendiri. 3Lalu jangan membunuh, 4jangan berzinah, 5jangan mencuri, 6jangan mengingini, 7jangan mengucapkan saksi dusta. 8Menghormati semua orang, 9dan apa yang tidak disukai sendiri, janganlah diperbuat kepada siapa pun.
10Menyangkal diri sendiri untuk mengikuti Kristus. 11Melatih badan, 12tidak mencari kenikmatan, 13suka akan puasa, 14meringankan kaum miskin, 15memberi pakaian kepada orang telanjang, 16melawat orang sakit, 17mengubur orang mati, 18menolong orang dalam kesulitan, 19menghibur orang susah.
20Menjadi asing terhadap kegiatan duniawi, 21tidak mengutamakan sesuatu pun atas kasih akan Kristus. 22Tidak melampiaskan amarah, 23tidak menye-diakan waktu untuk dendam, 24tidak menyimpan tipu muslihat dalam hati, 25tidak memberi salam yang palsu, 26tidak meninggalkan cintakasih. 27tidak bersumpah, jangan sampai bersumpah palsu, 28mengucapkan kebenaran dengan hati dan mulut.
29Tidak membalas kejahatan dengan keja-hatan, 30tidak bertindak tidak adil, melainkan dengan sabar menanggung perlakuan tidak adil yang ditujukan kepadanya, 31mengasihi musuh, 32bila dikutuk, tidak membalas dengan kutuk, melainkan malahan memo-honkan berkat, 33menderita penganiayaan demi kebenaran.
34Tidak angkuh, 35bukan peminum, 36tidak rakus, 37bukan pengantuk, 38bukan pemalas, 39bukan penggerutu, 40bukan pemfitnah.
41Menaruh pengharapannya pada Allah. 42Bila melihat kebaikan dalam dirinya, dianggapnya berasal dari Allah, bukan dari dirinya sendiri; 43tetapi kejahatan yang ada dalam dirinya selalu diketahui dan diakui sebagai hasil perbuatannya sendiri.
44Takut akan hari pengadilan, 45gentar akan neraka, 46mendambakan hidup kekal dengan segenap hasrat rohani, 47tiap hari menghadirkan maut di depan matanya, 48tiap saat menjaga tindakan-tindakan hidupnya, 49di segala tempat tahu dengan pasti bahwa Allah memandangnya. 50Bila pikiran buruk timbul dalam hati, segera mencampakkannya pada Kristus dan membukakannya kepada penatua rohani. 51Menjaga mulutnya dari percakapan buruk dan nista, 52tidak suka banyak bicara 58tidak beromong kosong atau mengucapkan kata-kata yang membangkitkan ketawa, 54tidak suka banyak tertawa atau terbahak-bahak.
55Suka mendengarkan bacaan suci, 56kerap berusaha berdoa, 57tiap hari dalam doa mengakukan kepada Allah kesalahan-kesalahan yang dilakukan di masa lampau dengan mencucurkan air mata dan berkeluh kesah, 58selanjutnya memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut.
59Tidak mengikuti keinginan daging, 60mem-benci kehendak sendiri, 61taat kepada perintah abas dalam segalanya, juga jika abas sendiri berbuat lain - semoga hal itu jangan terjadi! -, sambil ingat akan perintah Tuhan yang berbunyi, Lakukanlah yang dikatakannya, tetapi janganlah melakukan yang dilakukannya.
62Tidak mau disebut suci sebelum sungguh suci, tetapi menjadi demikian terlebih dulu supaya disebut demikian secara lebih benar. 63Tiap hari memenuhi perintah Tuhan dengan perbuatan-perbu-atannya, 64mencintai kemurnian, 65tidak membenci seorang pun, 66tidak cemburu, 67tidak menaruh perasaan iri hati, 68tidak suka bertengkar, 69menjauhi kesombongan. 70Dan menghormati para penatua, 71mengasihi kaum muda. 72Dalam kasih akan Kristus berdoa bagi para musuh; 73sebelum matahari terbenam berdamai kembali dengan saudara yang berselisih.
74Dan tidak pernah putus asa terhadap belas kasihan Allah. 75Demikianlah alat-alat seni rohani. 76Jika kita mempergunakannya terus-menerus siang dan malam dan menyerahkannya kembali pada hari pengadilan, kita akan menerima dari Tuhan hadiah yang sudah dijanjikannya. 77Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata dan tidak pernah didengar oleh telinga, yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.
78Ada pun pertukangan di mana semuanya itu kita kerjakan dengan saksama adalah pingitan biara dan penggabungan tetap dalam jemaah.
5. Ketaatan
1Anak tangga kerendahan hati yang pertama adalah ketaatan tanpa ditunda-tunda. 2Hal itu layak bagi orang yang beranggapan bahwa tak ada sesuatu pun yang disayanginya melebihi Kristus. 3Demi pengabdian suci yang telah diikrarkannya, atau karena takut akan neraka dan demi kemuliaan hidup kekal, 4bila ada sesuatu yang diperintahkan oleh seorang pemimpin, tidak boleh ada penundaan sesaat pun juga dalam pelaksanaannya, seakan-akan perintah itu datang dari Allah sendiri. 5Tentang merekalah Tuhan bersabda: Begitu telinganya mendengar ia taat kepada-Ku. 6Demikian pun Tuhan bersabda kepada para pengajar, Barangsiapa mendengarkan kamu mendengarkan Daku. 7Jadi mereka itu segera meninggalkan kepentingan sendiri dan mengesam-pingkan kehendak pribadi. 8Tangan mereka segera dibuatnya bebas, dan pekerjaan yang sedang mereka tangani dibiarkannya dalam keadaan belum selesai. Dengan ketaatan yang seperti mengejar dari dekat, mereka mengikuti suara pemberi perintah dengan perbuatan. 9Seperti pada saat yang sama, perintah yang diucapkan oleh guru dan pekerjaan yang diselesaikan oleh murid, keduanya terjadi serentak dengan kecepatan luar biasa yang diperlancar oleh takut akan Allah.
10Justru karena mereka didesak oleh kerinduan untuk berjalan maju menuju kehidupan kekal, 11maka mereka mengambil jalan sempit yang dibicarakan oleh Tuhan, Sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan. 12Mereka hidup tidak menurut pertimbangan sediri. Mereka juga tidak mengikuti keinginan dan kesenangan sendiri. Mereka berjalan menurut pertimbangan dan perintah orang lain, tinggal dalam biara dan menginginkan dipimpin oleh seorang abas. 13Mereka itu pasti meneladan pedoman Tuhan yang berbunyi Aku datang bukan untuk melakukan kehendak-Ku, melainkan untuk melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku.
14Tetapi ketaatan itu sendiri hanya menye-nangkan Allah dan manis bagi manusia, jika perintah yang diberikan dilaksanakan tanpa keraguan, tanpa kelambatan, tanpa kelambanan atau gerutu dan jawaban menolak. 15Sebab ketaatan yang dinyatakan kepada pemimpin ditujukan kepada Allah, karena Ia sendiri telah bersabda: Barangsiapa mendengarkan kamu mendengarkan Daku. 16Ketaatan itu harus dinyatakan oleh para murid dengan semangat baik, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. 17Sebab jika murid taat dengan semangat buruk dan jika ia menggerutu bukan hanya dengan mulut melainkan juga dalam hati, 18kalau pun ia memenuhi perintah, ia tidak akan menyenangkan Allah, sebab Allah memandang hatinya yang menggerutu. 19Untuk tindakannya yang seperti itu ia tidak mendapatkan ganjaran. Ia bahkan kena hukuman orang menggerutu, jika tidak memperbaiki diri dengan berbuat silih.
6. Semangat diam
1Marilah kita melaksanakan kata-kata Nabi, Pikirku: aku hendak menjaga diri jangan aku berdosa dengan lidahku; aku hendak menahan mulutku. Aku membisu, aku direndahkan dan tutup mulut tentang hal yang baik. 2Dengan itu Nabi mau menunjukkan, bahwa demi semangat diam kadang-kadang orang harus diam bahkan dari percakapan yang baik. Apalagi percakapan yang buruk jelas harus dilarang berhubung dengan hukuman dosa. 3Oleh sebab itu, bahkan untuk percakapan yang baik, saleh dan bersifat membangun, kepada murid yang sempurna hendaknya ijin bicara jarang diberikan, agar mereka dapat membina semangat diam dengan sungguh-sungguh. 4Sebab ada tertulis, Di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran. 5Dan di tempat lain, Hidup dan mati dikuasai lidah. 6Sebab bicara dan mengajar adalah tugas guru, sedangkan murid diharapkan diam dan mendengarkan.
7Oleh sebab itu, bila ada sesuatu yang perlu ditanyakan kepada pemimpin, hendaknya ditanyakan dengan rendah hati sepenuhnya dan dengan tunduk hormat. 8Ada pun mengenai lelucon yang kasar, omong kosong dan kata-kata yang membangkitkan ketawa, kami mengecamnya sebagai hal yang harus dising-kirkan di mana-mana untuk selama-lamanya. Kami tidak mengijinkan murid membuka mulut untuk percakapan seperti itu.
7. Kerendahan hati
1Saudara-saudara, Alkitab berseru kepada kita, katanya, Barangsiapa meninggikan diri akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri akan ditinggikan. 2Dengan mengatakan itu, Alkitab menun-jukkan kepada kita bahwa semua peninggian diri termasuk jenis kesombongan. 3Nabi menyatakan, bahwa ia menjaga diri terhadap kesombongan itu, katanya, Tuhan, aku tidak tinggi hati dan tidak memandang dengan sombong. Aku tidak mengejar hal-hal yang terlalu besar atau hal-hal yang terlalu ajaib bagiku. 4Tetapi apa yang akan terjadi jika aku tidak merasa rendah hati dan jika aku tinggi hati? Seperti anak yang disapih pada ibunya jiwaku akan Kauperlakukan.
5Oleh sebab itu, saudara-saudara, jika kita ingin mencapai puncak kerendahan hati yang tertinggi dan ingin cepat sampai pada ketingian surgawi yang dinaiki orang melalui kerendahan hati kehidupan ini, 6untuk pendakian perbuatan-perbuatan kita itu, kita harus memasang tangga yang dilihat Yakub dalam mimpi. Dilihatnya para malaikat turun naik melalui tangga itu. 7Tidak lain tidak bukan, turun naik itu harus kita mengerti begini: kesombongan menyebabkan orang turun, sedangkan kerendahan hati menyebabkan orang naik. 8Ada pun tangga yang dipasang itu sendiri adalah hidup kita di dunia ini. Kalau hati kita direndahkan, hidup kita ditegakkan oleh Tuhan sampai ke surga. 9Ada pun yang kita katakan sebagai sisi tangga itu ialah badan dan jiwa kita. Pada sisi itu panggilan ilahi menempatkan berbagai anak tangga kerendahan hati dan tata tertib untuk dinaiki.
10Jadi anak tangga kerendahan hati yang pertama ialah, apabila orang selalu menempatkan takut akan Allah di depan pandangannya dan sama sekali menjauhkan diri dari kelengahan, 11selalu ingat akan semua yang diperintahkan Allah, dan di dalam hatinya selalu mempertimbangkan, bagaimana orang yang menghina Allah dibakar oleh neraka karena dosanya, dan hidup kekal disiapkan bagi orang yang takut akan Allah.
12Sambil menjaga diri sewaktu-waktu dari dosa dan cacat yang menyangkut pikiran, perkataan, tangan, kaki, kehendak sendiri dan juga keinginan daging, 13orang harus menyadari bahwa dirinya selalu diperhatikan oleh Allah sewaktu-waktu dan semua perbuatannya di mana pun juga dilihat oleh pan-dangan ilahi dan sewaktu-waktu dilaporkan oleh para malaikat.
14Itulah justru yang ditunjukkan oleh Nabi kepada kita tatkala ia mengatakan bahwa Allah selalu hadir dalam pikiran-pikiran kita, katanya: Allah menguji hati dan batin orang. 15Dan lagi: Tuhan mengetahui rancangan-rancangan manusia. 16Ia juga masih berkata: Engkau mengerti pikiranku dari jauh, 17dan pikiran manusia akan menjadi syukur bagi-Mu. 18Ada pun untuk menjaga diri terhadap pikiran-pikirannya yang buruk, saudara yang baik akan selalu berkata dalam hati: Aku hanya akan tidak bercela di hadapan-Nya, jika aku menjaga diri terhadap kesalahan.
19Sehubungan dengan kehendak sendiri, kita dilarang melakukannya tatkala Alkitab berkata kepada kita: Jauhkanlah dirimu dari segala keinginanmu. 20Demikianlah kita mohon kepada Allah dalam doa supaya jadilah kehendak-Nya di dalam diri kita. 21Jadi sudah selayaknya kita diajar tidak melakukan kehendak kita, apabila kita bersikap waspada terhadap yang dikatakan Alkitab: Ada jalan yang disangka lurus, tetapi ujungnya menuju maut, 22dan juga apabila kita gentar akan yang dikatakan tentang orang yang lengah: Mereka menjadi busuk dan jijik dalam keinginan-keinginan mereka.
23Kita juga harus percaya bahwa Allah juga selalu hadir dalam keinginan daging kita, sebab Nabi berkata kepada Tuhan, Engkau mengetahui segala keinginanku.
24Oleh sebab itu kita harus menjaga diri terhadap keinginan buruk, sebab kematian terletak di ambang kenikmatan. 25Maka Alkitab memberi perintah yang berbunyi: Jangan mengikuti keinginanmu. 26Jadi mata Tuhan mengawasi orang jahat dan orang baik. 27dan Tuhan selalu memandang ke bawah dari surga kepada anak-anak manusia untuk melihat apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah. 28Demikian pun tiap hari, siang dan malam, para malaikat yang diserahi tugas menjaga kita melaporkan kepada Tuhan perbuatan-perbuatan yang kita kerjakan.
29Oleh sebab itu, saudara-saudara, setiap saat kita harus berjaga-jaga, jangan sampai, seperti dikatakan Nabi dalam mazmur, Allah suatu ketika melihat kita menyeleweng ke arah kejahatan dan menjadi tak berguna. 30Allah menyayangi kita dalam kehidupan ini karena Ia baik hati. Ia mengharapkan supaya kita bertobat menjadi lebih baik. Kita harus menjaga jangan sampai kelak Ia berkata kepada kita: Itulah yang engkau lakukan, tetapi Aku berdiam diri
31Anak tangga kerendahan hati yang kedua ialah apabila orang tidak mencintai kehendak sendiri dan tidak suka memenuhi keinginan sendiri, 32melainkan dengan perbuatannya mengikuti teladan ucapan Tuhan yang berbunyi, Aku datang bukan untuk melakukan kehendakKu, melainkan untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku. 33Alkitab juga berkata, Kehendak sendiri menanggung hukuman dan paksaan melahirkan mahkota.
34Anak tangga kerendahan hati yang ketiga ialah apabila orang demi kasih akah Allah tunduk kepada pemimpin dengan ketaatan yang penuh, sambil mengikuti teladan Tuhan, yang dikatakan oleh Rasul, Ia telah taat sampai mati.
35Anak tangga kerendahan hati yang keempat ialah, apabila dalam ketaatan itu sendiri orang dengan suara hati yang diam menaruh kesabaran secara ikhlas terhadap hal-hal yang dirasa keras dan menentang perasaannya atau malahan berbagai macam perlakuan yang tidak adil, 36dan tetap tabah, tidak putus asa atau pun mundur, seperti dikatakan dalam Alkitab, Orang yang bertahan sampai kesudahannya akan selamat, 37dan juga, Teguhkanlah hatimu dan nantikanlah Tuhan. 38Dan untuk menunjukkan, bahwa orang yang setia bahkan harus menanggung segala kemalangan bagi Tuhan, Alkitab menaruhkan kata-kata berikut pada mulut orang yang menderita, Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap sebagai domba-domba sembelihan. 39Karena merasa pasti akan ganjaran ilahi yang mereka harapkan, mereka melanjutkan sambil berkata dengan gembira, Tetapi dalam semuanya itu kita menang oleh Dia yang telah mengasihi kita. 40Di tempat lain Alkitab juga berkata, Engkau telah menguji kami, ya Allah, telah memurnikan kami dengan api, seperti orang memurnikan perak. Engkau telah membawa kami ke dalam jaring, mengenakan beban pada punggung kami. 41Dan untuk menunjukkan, bahwa kita harus berada di bawah seorang pemimpin, masih dilanjutkan begini, Engkau telah membiarkan orang-orang melintasi kepala kami. 42Selain itu, mereka memenuhi perintah Tuhan oleh kesabaran dalam kemalangan dan perlakuan tidak adil, bila ditampar pipinya yang satu, mereka menawarkan yang lain juga. Bila diambil bajunya, mereka menyerahkan jubahnya juga. Bila diminta berjalan satu mil, mereka malah pergi dua mil. 43Bersama Rasul Paulus mereka menyabari saudara-saudara palsu dan mengalami pengejaran. Bila dikutuk, mereka memberkati
44Anak tangga kerendahan hati yang kelima ialah, apabila dengan pengakuan yang rendah hati, orang tidak menyembunyikan kepada abasnya sesuatu pun dari pikuran-pikiran buruk yang timbul dalam hatinya atau kejahatan-kejahatan yang dilakukannya secara diam-diam. 45Alkitab menganjurkan hal itu kepada kita, katanya, Singkapkanlah kepada Tuhan jalan kehidupanmu dan percayalah kepadaNya. 46Alkitab juga berkata, Bersyukurlah kepada Tuhan, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. 47Nabi pun berkata juga, Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidak kusembunyikan. 48Aku berkata: Aku akan mengakukan kepada Tuhan pelanggaran-pelanggaranku dan Engkau mengampuni kejahatan hatiku.
49Anak tangga kerendahan hati yang keenam ialah, apabila rahib puas akan apa saja yang paling hina dan paling kecil, dan apabila terhadap segala sesuatu yang diperintahkan kepadanya ia menganggap dirinya sebagai seorang karyawan yang buruk dan tidak pantas. 50Bersama Nabi ia berkata kepada dirinya Aku dungu dan tidak mengerti, seperti hewan aku di dekat-Mu, tetapi aku tetap di dekat-Mu.
51Anak tangga kerendahan hati yang ketujuh ialah, apabila orang tidak hanya dengan lidahnya menyatakan dirinya sebagai yang paling rendah dan paling hina di antara semua orang, tetapi juga sungguh percaya dari dalam lubuk hatinya, 52sambil merendahkan diri dan berkata bersama Nabi, Aku ini ulat dan bukan orang, cela bagi manusia, dihina oleh orang banyak. 53Setelah ditinggikan, aku direndahkan dan dipermalukan. 54Dan juga, Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku dapat belajar perintah-perintah-Mu.
55Anak tangga kerendahan hati yang kedelapan ialah, apabila rahib tidak melakukan sesuatu pun selain yang dianjurkan oleh peraturan umum biara dan oleh teladan para penatua.
56Anak tangga kerendahan hati yang kesembilan ialah apabila rahib mengekang lidahnya untuk bicara dan tetap diam. Untuk bicara ia menunggu sampai ditanya. 57Sebab Alkitab menunjukkan bahwa, di dalam banyak bicara pasti ada pelanggaran, 58dan bahwa, orang yang banyak bicara tidak berjalan lurus di dunia.
59Anak tangga kerendahan hati yang kesepuluh ialah, apabila orang tidak mudah dan tidak gemar tertawa, sebab ada tertulis, Orang bodoh tertawa terbahak-bahak.
60Anak tangga kerendahan hati yang kesebelas ialah, apabila pada waktu berbicara, rahib bicara dengan halus tanpa tertawa, dengan rendah hati dan kesungguhan, dengan kata-kata sedikit yang dipikirkan betul dan tidak melantangkan suaranya, 61seperti ada tertulis Orang berhikmat tampak dari hematnya kata-katanya.
62Anak tangga kerendahan hati yang keduabelas ialah, apabila kepada semua orang yang melihatnya rahib selalu menyatakan kerendahan hatinya bukan hanya di dalam hati melainkan juga di dalam penampilan badannya, 63yakni di dalam perayaan karya Allah, di ruang doa, di biara, di kebun, di jalan, di ladang, pokoknya di mana saja ia sedang duduk, berjalan atau pun berdiri, kepalanya selalu tertunduk dan pandangannya terarah ke tanah, 64setiap saat menganggap dirinya bersalah karena dosa-dosanya, dan membayangkan dirinya sudah diajukan ke pengadilan yang menggentarkan, 65sambil terus-menerus mengatakan dalam hati kata-kata yang diucapkan oleh pemungut cukai dalam Injil dengan mata menatap ke tanah: Tuhan, aku orang berdosa tidak pantas mengangkat mataku ke surga. 66Dan juga bersama Nabi, Aku terbungkuk dan direndahkan terus-menerus.
67Jadi, apabila rahib sudah menaiki semua anak tangga itu, ia akan segera sampai pada cintakasih Allah yang sempurna dan yang melenyapkan ketakutan. 68Berkat cintakasih itu, segala hal yang tadinya dipenuhinya tidak tanpa ketakutan, ia akan mulai menjaganya tanpa kesulitan seperti dengan sendirinya karena sudah terbiasa, 69bukan lagi terdorong oleh ketakutan akan neraka, melainkan oleh cintakasih Kristus dan oleh kebiasaan baik itu sendiri serta oleh kenikmatan yang dihasilkan oleh keutamaan. 70Semoga dengan kuasa Roh Kudus Tuhan berkenan menumbuhkan keadaan tersebut dalam diri karyawan-Nya yang sudah dibersihkan dari cacat dan dosanya!
8. Ibadat ilahi di malam hari
1Di musim dingin, yaitu dari tanggal satu Nopember sampai Paskah, menurut pertimbangan yang masuk akal, kita harus bangun pada jam kedelapan malam hari, 2supaya sudah beristirahat sedikit lebih dari setengah malam dan santapannya sudah dicerna pada waktu bangun. 3Ada pun waktu yang terluang sesudah ibadat malam hendaknya dipakai untuk belajar oleh saudara-saudara yang memerlukan mempelajari sesuatu dari Kitab Mazmur atau bacaan-bacaan.
4Dari Paskah sampai tanggal satu Nopember tersebut di atas, acara hendaknya diatur sedemikian rupa, sehingga sesudah ibadat malam ada waktu luang sedikit bagi para saudara untuk keluar demi keperluan jasmani kemudian langsung disusul oleh ibadat pagi yang harus dirayakan pada waktu fajar mulai menyingsing.
9. Berapa mazmur harus diucapkan pada ibadat malam
1Di musim dingin seperti tertulis di atas pertama-tama harus diucapkan tiga kali ayat: Ya Tuhan, sudilah membuka hatiku, supaya mulutku mewartakan pujian-Mu. 2Kemudian ditambahkan Mazmur 3 dan Kemuliaan. 3Sesudah itu, Mazmur 94 dengan antifon, atau sekurang-kurangnya dinyanyikan terus begiru saja. 4Lalu menyusul madah Ambrosian, kemudian enam mazmur dengan antifon.
5Sesudah mazmur itu diucapkan dan juga ayat sudah diucapkan, abas memberikan berkat, semua duduk pada bangku, dan saudara-saudara bergiliran membacakan tiga bacaan dari sebuah buku yang ditaruhkan di atas mimbar. Di antara bacaan-bacaan itu dinyanyikan responsori tiga buah juga. 6Dua responsori diucapkan tanpa Kemuliaan. Tetapi sesudah bacaan ketiga, saudara yang menyanyikan mengucapkan Kemuliaan. 7Pada waktu penyanyi mulai mengucapkannya, semua hendaknya segera bangkit dari tempat duduk masing-masing untuk memuji dan menghormati Tritunggal Kudus. 8Ada pun buku-buku yang dibacakan pada ibadat malam ialah buku-buku yang pengarangnya Allah, baik dari Perjanjian Lama maupun dari Perjanjian Baru, demikian pun uraian buku-buku tersebut yang ditulis oleh para Bapa Katolik yang terkenal dan ortodoks.
9Sesudah tiga bacaan dengan responsorinya tersebut, menyusul enam mazmur lainnya yang harus dinyanyikan dengan Alleluia. 10Sesudah itu menyusul bacaan dari Rasul yang harus didaraskan secara hafalan dan ayat serta litani permohonan, yakni Kyrie Eleison. 11Dengan demikian berakhirlah ibadat malam.
10. Bagaimana pujian malam dirayakan di musim panas
1Ada pun dari Paskah sampai tanggal satu Nopember seluruh jumlah pendarasan mazmur seperti dikatakan di atas hendaknya dipertahankan, 2hanya saja, karena singkatnya malam, bacaan-bacaan dari buku tidak dibacakan, tetapi sebagai ganti tiga bacaan tersebut, diucapkan satu dari Perjanjian Lama secara hafalan, disusul oleh responsori singkat. 3Semua lainnya hendaknya dipenuhi seperti dikatakan di atas, artinya: pada ibadat malam jangan sampai diucapkan kurang dari jumlah dua belas mazmur, di samping Mazmur 3 dan 94.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar