SEBUAH PERKENALAN:
"PSB" - "PERATURAN SANTO BENEDIKTUS"
PSB (11 - 20)
"PSB" - "PERATURAN SANTO BENEDIKTUS"
PSB (11 - 20)
11. Bagaimana ibadat malam dirayakan pada hari Minggu
1Pada hari Minggu hendaknya kita bangun lebih awal untuk ibadat malam. 2Pada ibadat malam tersebut, hendaknya dipertahankan ukurannya, yaitu sesudah dinyanyikan enam mazmur dan ayat seperti kami tentukan di atas, semuanya hendaknya duduk pada bangku dengan tertib dan menurut tingkat, dan hendaknya dibacakan dari buku, seperti kami katakan di atas, empat buah bacaan dengan responsori masing-masing. 3Hanya pada responsori keempat diucapkan Kemuliaan oleh penyanyi. Pada waktu ia memulainya, semua segera bangkit dengan hormat.
4Sesudah bacaan-bacaan itu menyusul enam buah mazmur lain yang diambil menurut urutan, dengan antifon seperti sebelumnya, dan ayat. 5Sesudah itu dibacakan lagi empat buah bacaan lain dengan responsori masing-masing, menurut tata perayaan seperti di atas.
6Sesudah itu diucapkan tiga buah kidung dari para Nabi, yang ditentukan oleh abas; kidung-kidung itu hendaknya didaraskan dengan Alleluia. 7Sesudah diucapkan ayat dan diucapkan berkat oleh abas, hendaknya dibacakan empat buah bacaan lain dari Perjanjian Baru, menurut tata perayaan seperti di atas. 8Namun sesudah responsori keempat abas mengangkat madah Allah Tuhan Kami. 9Setelah itu selesai, abas membacakan bacaan dari Injil. Semua berdiri dengan hormat dan takwa. 10Sesudah bacaan Injil selesai, semua hendaknya menjawab, Amin. Abas segera mengangkat madah Engkau pantas dipuji. Lalu sesudah diberikan berkat, ibadat pagi dimulai.
11Tata perayaan ibadat malam itu hendaknya selalu diikuti pada hari Minggu, baik di musim panas maupun di musim dingin, 12kecuali jika kita bangun terlambat, - semoga hal itu jangan terjadi! - Jika begitu, bacaan-bacaan atau responsorinya harus sedikit diperpendek. 13Tetapi harus dijaga benar-benar jangan sampai hal itu terjadi. Namun jika hal itu toh terjadi, saudara-saudara yang kelalainnya menyebabkan itu harus berbuat silih secara pantas kepada Allah di ruang doa.
1Pada hari Minggu hendaknya kita bangun lebih awal untuk ibadat malam. 2Pada ibadat malam tersebut, hendaknya dipertahankan ukurannya, yaitu sesudah dinyanyikan enam mazmur dan ayat seperti kami tentukan di atas, semuanya hendaknya duduk pada bangku dengan tertib dan menurut tingkat, dan hendaknya dibacakan dari buku, seperti kami katakan di atas, empat buah bacaan dengan responsori masing-masing. 3Hanya pada responsori keempat diucapkan Kemuliaan oleh penyanyi. Pada waktu ia memulainya, semua segera bangkit dengan hormat.
4Sesudah bacaan-bacaan itu menyusul enam buah mazmur lain yang diambil menurut urutan, dengan antifon seperti sebelumnya, dan ayat. 5Sesudah itu dibacakan lagi empat buah bacaan lain dengan responsori masing-masing, menurut tata perayaan seperti di atas.
6Sesudah itu diucapkan tiga buah kidung dari para Nabi, yang ditentukan oleh abas; kidung-kidung itu hendaknya didaraskan dengan Alleluia. 7Sesudah diucapkan ayat dan diucapkan berkat oleh abas, hendaknya dibacakan empat buah bacaan lain dari Perjanjian Baru, menurut tata perayaan seperti di atas. 8Namun sesudah responsori keempat abas mengangkat madah Allah Tuhan Kami. 9Setelah itu selesai, abas membacakan bacaan dari Injil. Semua berdiri dengan hormat dan takwa. 10Sesudah bacaan Injil selesai, semua hendaknya menjawab, Amin. Abas segera mengangkat madah Engkau pantas dipuji. Lalu sesudah diberikan berkat, ibadat pagi dimulai.
11Tata perayaan ibadat malam itu hendaknya selalu diikuti pada hari Minggu, baik di musim panas maupun di musim dingin, 12kecuali jika kita bangun terlambat, - semoga hal itu jangan terjadi! - Jika begitu, bacaan-bacaan atau responsorinya harus sedikit diperpendek. 13Tetapi harus dijaga benar-benar jangan sampai hal itu terjadi. Namun jika hal itu toh terjadi, saudara-saudara yang kelalainnya menyebabkan itu harus berbuat silih secara pantas kepada Allah di ruang doa.
12. Bagaimana perayaan ibadat pagi dilaksanakan
1Pada ibadat pagi hari Minggu, pertama-tama diucapkan Mazmur 66 secara langsung tanpa antifon. 2Sesudah itu, diucapkan Mazmur 50 dengan Alleluia. 3Lalu diucapkan Mazmur 117 dan 62, 4kemudian kidung ketiga pemuda dan mazmur Pujilah Tuhan, sebuah bacaan dari Kitab Wahyu secara hafalan dan responsorinya, madah Ambrosian, ayat, kidung dari Injil, litani, lalu selesai.
1Pada ibadat pagi hari Minggu, pertama-tama diucapkan Mazmur 66 secara langsung tanpa antifon. 2Sesudah itu, diucapkan Mazmur 50 dengan Alleluia. 3Lalu diucapkan Mazmur 117 dan 62, 4kemudian kidung ketiga pemuda dan mazmur Pujilah Tuhan, sebuah bacaan dari Kitab Wahyu secara hafalan dan responsorinya, madah Ambrosian, ayat, kidung dari Injil, litani, lalu selesai.
13. Bagaimana ibadat pagi dirayakan pada hari-hari biasa
1Ada pun pada hari-hari biasa perayaan ibadat pagi dilaksanakan sebagai berikut, 2yakni Mazmur 66 hendaknya diucapkan tanpa antifon dengan agak diperlambat seperti pada hari Minggu, supaya semua sudah hadir pada Mazmur 50 yang diucapkan dengan antifon. 3Sesudah itu diucapkan dua buah mazmur lain menurut kebiasaan, yaitu: 4pada hari Senin Mazmur 5 dan 35; 5hari Selasa Mazmur 42 dan 56; 6hari Rabu 63 dan 64; 7hari Kamis Mazmur 87 dan 89; 8hari Jumat Mazmur 75 dan 91, 9sedangkan pada hari Sabtu Mazmur 142 dan kidung dari Kitab Ulangan yang dibagi atas dua Kemuliaan. 10Sebab pada hari-hari lainnya diucapkan sebuah kidung dari Kitab Nabi-nabi, tiap kidung untuk harinya sendiri, seperti didaraskan oleh Gereja Roma. 11Sesudah itu menyusul mazmur-mazmur Pujilah Tuhan; kemudian sebuah bacaan dari Rasul yang harus didaraskan secara hafalan, responsori, madah Ambrosian, ayat, kidung dari Injil, litani lalu selesai.
12Perayaan ibadat pagi dan ibadat sore tidak boleh berlangsung tanpa pada akhirnya menurut tata perayaan diucapkan doa Tuhan oleh pemimpin dengan didengarkan oleh semua, berhubung dengan adanya duri-duri pertentangan yang biasa terjadi. 13Dengan demikian mereka diingatkan akan janjinya yang diucapkan dalam doa tersebut, dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni, dan membersihkan diri dari cacat semacam itu. 14Ada pun dalam perayaan-perayaan lainnya diucapkan bagian terakhir doa tersebut, supaya dijawab oleh semua, Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
1Ada pun pada hari-hari biasa perayaan ibadat pagi dilaksanakan sebagai berikut, 2yakni Mazmur 66 hendaknya diucapkan tanpa antifon dengan agak diperlambat seperti pada hari Minggu, supaya semua sudah hadir pada Mazmur 50 yang diucapkan dengan antifon. 3Sesudah itu diucapkan dua buah mazmur lain menurut kebiasaan, yaitu: 4pada hari Senin Mazmur 5 dan 35; 5hari Selasa Mazmur 42 dan 56; 6hari Rabu 63 dan 64; 7hari Kamis Mazmur 87 dan 89; 8hari Jumat Mazmur 75 dan 91, 9sedangkan pada hari Sabtu Mazmur 142 dan kidung dari Kitab Ulangan yang dibagi atas dua Kemuliaan. 10Sebab pada hari-hari lainnya diucapkan sebuah kidung dari Kitab Nabi-nabi, tiap kidung untuk harinya sendiri, seperti didaraskan oleh Gereja Roma. 11Sesudah itu menyusul mazmur-mazmur Pujilah Tuhan; kemudian sebuah bacaan dari Rasul yang harus didaraskan secara hafalan, responsori, madah Ambrosian, ayat, kidung dari Injil, litani lalu selesai.
12Perayaan ibadat pagi dan ibadat sore tidak boleh berlangsung tanpa pada akhirnya menurut tata perayaan diucapkan doa Tuhan oleh pemimpin dengan didengarkan oleh semua, berhubung dengan adanya duri-duri pertentangan yang biasa terjadi. 13Dengan demikian mereka diingatkan akan janjinya yang diucapkan dalam doa tersebut, dan ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni, dan membersihkan diri dari cacat semacam itu. 14Ada pun dalam perayaan-perayaan lainnya diucapkan bagian terakhir doa tersebut, supaya dijawab oleh semua, Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat.
14. Bagaimana ibadat malam dirayakan pada hari-hari kelahiran para kudus
1Ada pun pada hari-hari pesta para kudus dan pada semua hari raya hendaknya dirayakan seperti yang telah kami katakan tentang yang harus dirayakan pada hari Minggu, 2hanya saja mazmur-mazmur, antifon dan bacaan-bacaan yang diucapkan harus bersangkutan dengan hari itu sendiri. Tetapi caranya tetap seperti tertulis di atas.
1Ada pun pada hari-hari pesta para kudus dan pada semua hari raya hendaknya dirayakan seperti yang telah kami katakan tentang yang harus dirayakan pada hari Minggu, 2hanya saja mazmur-mazmur, antifon dan bacaan-bacaan yang diucapkan harus bersangkutan dengan hari itu sendiri. Tetapi caranya tetap seperti tertulis di atas.
15. Bilamana diucapkan Alleluia
1Dari Paskah suci sampai Pentakosta diucapkan Alleluia tanpa disela, baik pada mazmur maupun pada responsori. 2Namun dari Pentakosta sampai awal masa Prapaskah tiap malam Alleluia hanya diucapkan pada keenam mazmur terakhir pada ibadat malam. 3Ada pun tiap hari Minggu di luar masa Prapaskah, kidung, ibadat pagi, ibadat satu, tiga, enam dan sembilan diucapkan dengan Alleluia, sedangkan ibadat sore dengan antifon. 4Tetapi responsori tidak pernah diucapkan dengan Alleluia, kecuali dari Paskah sampai Pentakosta.
1Dari Paskah suci sampai Pentakosta diucapkan Alleluia tanpa disela, baik pada mazmur maupun pada responsori. 2Namun dari Pentakosta sampai awal masa Prapaskah tiap malam Alleluia hanya diucapkan pada keenam mazmur terakhir pada ibadat malam. 3Ada pun tiap hari Minggu di luar masa Prapaskah, kidung, ibadat pagi, ibadat satu, tiga, enam dan sembilan diucapkan dengan Alleluia, sedangkan ibadat sore dengan antifon. 4Tetapi responsori tidak pernah diucapkan dengan Alleluia, kecuali dari Paskah sampai Pentakosta.
16. Bagaimana karya ilahi dirayakan sepanjang hari
1Seperti dikatakan Nabi, Tujuh kali sehari aku memuji Engkau. 2Jumlah suci tujuh itu kita penuhi apabila kita memenuhi tugas pengabdian kita pada waktu ibadat pagi, ibadat satu, tiga, enam, sembilan, ibadat sore dan ibadat penutup, 3sebab tentang ibadat-ibadat harian itulah dikatakan, Tujuh kali sehari aku memuji Engkau. 4Ada pun mengenai ibadat malam Nabi yang sama berkata, Tengah malam aku bangun untuk bersyukur kepada-Mu. 5Jadi pada saat-saat itu marilah kita menyampaikan pujian kepada Pencipta kita karena keputusan-Nya yang tepat, yaitu pada ibadat pagi, ibadat satu, tiga, enam, sembilan, ibadat sore dan ibadat penutup, dan malam hari marilah kita bangun untuk bersyukur kepada-Nya.
1Seperti dikatakan Nabi, Tujuh kali sehari aku memuji Engkau. 2Jumlah suci tujuh itu kita penuhi apabila kita memenuhi tugas pengabdian kita pada waktu ibadat pagi, ibadat satu, tiga, enam, sembilan, ibadat sore dan ibadat penutup, 3sebab tentang ibadat-ibadat harian itulah dikatakan, Tujuh kali sehari aku memuji Engkau. 4Ada pun mengenai ibadat malam Nabi yang sama berkata, Tengah malam aku bangun untuk bersyukur kepada-Mu. 5Jadi pada saat-saat itu marilah kita menyampaikan pujian kepada Pencipta kita karena keputusan-Nya yang tepat, yaitu pada ibadat pagi, ibadat satu, tiga, enam, sembilan, ibadat sore dan ibadat penutup, dan malam hari marilah kita bangun untuk bersyukur kepada-Nya.
17. Berapa mazmur harus dinyanyikan pada ibadat-ibadat itu
1Tentang ibadat malam dan ibadat pagi telah kami tentukan tata pendarasan mazmurnya. Marilah kita sekarang melihat tentang ibadat-ibadat berikut. 2Pada ibadat satu hendaknya diucapkan tiga buah mazmur secara terlepas, tidak dengan satu Kemuliaan. 3Madah ibadat yang sama diucapkan sesudah ayat Ya Allah, bersegeralah menolong aku sebelum mazmur-mazmur dimulai. 4Ada pun sesudah ketiga mazmur itu selesai, hendaknya didaraskan sebuah bacaan, ayat, Kyrie Eleison dan pembubaran.
5Pada ibadat tiga, enam dan sembilan, doa hendaknya juga dirayakan menurut tata perayaan yang sama, yaitu: ayat, madah ibadat yang bersangkutan, tiga buah mazmur, bacaan dan ayat, Kyrie Eleison dan pembubaran. 6Jika jemaahnya lebih besar, hendaknya didaraskan dengan antifon, jika lebih kecil, secara langsung saja.
7Untuk perayaan ibadat sore hendaknya dibatasi empat buah mazmur dengan antifon. 8Sesudah mazmur-mazmur itu, harus didaraskan bacaan, lalu responsori, madah Ambrosian, ayat, kidung dari Injil, litani dan dengan doa Tuhan diadakan pembubaran.
9Untuk ibadat penutup mazmur yang diucapkan dibatasi tiga buah. Mazmur-mazmur itu harus diucapkan secara langsung, tanpa antifon. 10Sesudah itu madah ibadat yang sama, sebuah bacaan, ayat, Kyrie Eleison, dan dengan berkat diadakan pembubaran.
1Tentang ibadat malam dan ibadat pagi telah kami tentukan tata pendarasan mazmurnya. Marilah kita sekarang melihat tentang ibadat-ibadat berikut. 2Pada ibadat satu hendaknya diucapkan tiga buah mazmur secara terlepas, tidak dengan satu Kemuliaan. 3Madah ibadat yang sama diucapkan sesudah ayat Ya Allah, bersegeralah menolong aku sebelum mazmur-mazmur dimulai. 4Ada pun sesudah ketiga mazmur itu selesai, hendaknya didaraskan sebuah bacaan, ayat, Kyrie Eleison dan pembubaran.
5Pada ibadat tiga, enam dan sembilan, doa hendaknya juga dirayakan menurut tata perayaan yang sama, yaitu: ayat, madah ibadat yang bersangkutan, tiga buah mazmur, bacaan dan ayat, Kyrie Eleison dan pembubaran. 6Jika jemaahnya lebih besar, hendaknya didaraskan dengan antifon, jika lebih kecil, secara langsung saja.
7Untuk perayaan ibadat sore hendaknya dibatasi empat buah mazmur dengan antifon. 8Sesudah mazmur-mazmur itu, harus didaraskan bacaan, lalu responsori, madah Ambrosian, ayat, kidung dari Injil, litani dan dengan doa Tuhan diadakan pembubaran.
9Untuk ibadat penutup mazmur yang diucapkan dibatasi tiga buah. Mazmur-mazmur itu harus diucapkan secara langsung, tanpa antifon. 10Sesudah itu madah ibadat yang sama, sebuah bacaan, ayat, Kyrie Eleison, dan dengan berkat diadakan pembubaran.
18. Dengan urutan mana mazmur-mazmur itu harus diucapkan
1Pertama-tama hendaknya diucapkan ayat: Ya Allah, bersegeralah menolong aku, Tuhan perhatikanlah hamba-Mu, Kemuliaan, kemudian madah tiap ibadat.
2Lalu pada ibadat satu hari Minggu, harus diucapkan empat buah bagian Mazmur 118. 3Pada ibadat-ibadat lainnya, yaitu ibadat tiga, enam, dan sembilan, hendaknya tiap kali diucapkan tiga buah bagian Mazmur 118 tersebut di atas. 4Pada ibadat satu hari Senin hendaknya diucapkan tiga buah mazmur, yaitu Mazmur 1, 2 dan 6. 5Dan demikian tiap hari pada ibadat satu sampai hari Minggu hendaknya diiucapkan tiga buah mazmur menurut urutan sampai Mazmur 19, tetapi Mazmur 9 dan 17 harus dibagi dua. 6Dengan demikian pada ibadat malam hari Minggu hendaknya selalu dimulai dari Mazmur 20.
7Ada pun pada ibadat tiga, enam dan sembilan hari Senin hendaknya diucapkan sembilan buah bagian yang tersisa dari Mazmur 118, tiga buah bagian untuk tiap ibadat. 8Sesudah diselesaikan Mazmur 118 selama dua hari, yaitu hari Minggu dan hari Senin, 9maka hari Selasa pada ibadat tiga, enam dan sembilan hendaknya tiap kali didaraskan tiga buah mazmur dari Mazmur 119 sampai Mazmur 127, yaitu sembilan buah mazmur.
10Mazmur-mazmur yang sama itu selalu diulangi pada ibadat-ibadat tersebut sampai hari Minggu, dengan mempertahankan tiap hari susunan seragam pula untuk madah, bacaan dan ayat. 11Dengan demikian hendaknya hari Minggu selalu dimulai dengan Mazmur 118.
12Ibadat sore hendaknya tiap hari dinyanyikan dengan melagukan empat buah mazmur. 13Mazmur-mazmur tersebut hendaknya dimulai dari Mazmur 109 sampai Mazmur 147, 14kecuali mazmur-mazmur di antaranya yang disediakan untuk ibadat-ibadat lain, yaitu dari Mazmur 117 sampai Mazmur 127 dan Mazmur 133 serta 142. 15Semua mazmur lainnya harus diucapkan dalam ibadat sore. 16Karena jumlahnya kurang tiga buah maka di antara mazmur-mazmur tersebut yang lebih panjang harus dibagi, yaitu Mazmur 138, 143 dan 144. 17Sebaliknya, karena pendek, Mazmur 116 hendaknya digabungkan dengan Mazmur 115. 18Dengan demikian tata pendarasan mazmur untuk ibadat sore sudah diatur. Lainnya, yaitu bacaan, responsori, madah, ayat dan kidung hendaknya dipenuhi seperti telah kami tentukan di atas.
19Pada ibadat penutup hendaknya tiap hari diulang mazmur-mazmur yang sama, yaitu Mazmur 4, 90 dan 133.
20Dengan demikian tata pendarasan mazmur harian sudah diatur. Semua mazmur lainnya yang tersisa hendaknya dibagi rata antara tujuh ibadat malam, 21dengan membagi mazmur-mazmur yang lebih panjang di antaranya, dengan menentukan dua belas mazmur untuk tiap malam.
22Lebih-lebih kami ingin mohon perhatian berikut. Jika barangkali ada yang tidak senang akan pembagian mazmur-mazmur di atas, hendaknya ia menentukan tata pembagian lain, jika itu dipandangnya lebih baik, 23asal bagaimana pun juga dipertahankan bahwa tiap pekan didaraskan seluruh jumlah seratus lima puluh buah mazmur, dan pada ibadat malam hari Minggu selalu dimulai lagi dari muka. 24Sebab rahib yang selama satu pekan mendaraskan kurang dari Kitab Mazmur beserta kidung-kidungnya yang biasa menunjukkan bahwa pengabdian ibadatnya memang terlalu lemah, 25sebab kita baca di masa lampau, para Bapa kita dengan bersemangat memenuhi itu selama satu hari saja. Semoga kita yang malas ini sekurang-kurangnya menyelesaikannya selama satu pekan penuh.
1Pertama-tama hendaknya diucapkan ayat: Ya Allah, bersegeralah menolong aku, Tuhan perhatikanlah hamba-Mu, Kemuliaan, kemudian madah tiap ibadat.
2Lalu pada ibadat satu hari Minggu, harus diucapkan empat buah bagian Mazmur 118. 3Pada ibadat-ibadat lainnya, yaitu ibadat tiga, enam, dan sembilan, hendaknya tiap kali diucapkan tiga buah bagian Mazmur 118 tersebut di atas. 4Pada ibadat satu hari Senin hendaknya diucapkan tiga buah mazmur, yaitu Mazmur 1, 2 dan 6. 5Dan demikian tiap hari pada ibadat satu sampai hari Minggu hendaknya diiucapkan tiga buah mazmur menurut urutan sampai Mazmur 19, tetapi Mazmur 9 dan 17 harus dibagi dua. 6Dengan demikian pada ibadat malam hari Minggu hendaknya selalu dimulai dari Mazmur 20.
7Ada pun pada ibadat tiga, enam dan sembilan hari Senin hendaknya diucapkan sembilan buah bagian yang tersisa dari Mazmur 118, tiga buah bagian untuk tiap ibadat. 8Sesudah diselesaikan Mazmur 118 selama dua hari, yaitu hari Minggu dan hari Senin, 9maka hari Selasa pada ibadat tiga, enam dan sembilan hendaknya tiap kali didaraskan tiga buah mazmur dari Mazmur 119 sampai Mazmur 127, yaitu sembilan buah mazmur.
10Mazmur-mazmur yang sama itu selalu diulangi pada ibadat-ibadat tersebut sampai hari Minggu, dengan mempertahankan tiap hari susunan seragam pula untuk madah, bacaan dan ayat. 11Dengan demikian hendaknya hari Minggu selalu dimulai dengan Mazmur 118.
12Ibadat sore hendaknya tiap hari dinyanyikan dengan melagukan empat buah mazmur. 13Mazmur-mazmur tersebut hendaknya dimulai dari Mazmur 109 sampai Mazmur 147, 14kecuali mazmur-mazmur di antaranya yang disediakan untuk ibadat-ibadat lain, yaitu dari Mazmur 117 sampai Mazmur 127 dan Mazmur 133 serta 142. 15Semua mazmur lainnya harus diucapkan dalam ibadat sore. 16Karena jumlahnya kurang tiga buah maka di antara mazmur-mazmur tersebut yang lebih panjang harus dibagi, yaitu Mazmur 138, 143 dan 144. 17Sebaliknya, karena pendek, Mazmur 116 hendaknya digabungkan dengan Mazmur 115. 18Dengan demikian tata pendarasan mazmur untuk ibadat sore sudah diatur. Lainnya, yaitu bacaan, responsori, madah, ayat dan kidung hendaknya dipenuhi seperti telah kami tentukan di atas.
19Pada ibadat penutup hendaknya tiap hari diulang mazmur-mazmur yang sama, yaitu Mazmur 4, 90 dan 133.
20Dengan demikian tata pendarasan mazmur harian sudah diatur. Semua mazmur lainnya yang tersisa hendaknya dibagi rata antara tujuh ibadat malam, 21dengan membagi mazmur-mazmur yang lebih panjang di antaranya, dengan menentukan dua belas mazmur untuk tiap malam.
22Lebih-lebih kami ingin mohon perhatian berikut. Jika barangkali ada yang tidak senang akan pembagian mazmur-mazmur di atas, hendaknya ia menentukan tata pembagian lain, jika itu dipandangnya lebih baik, 23asal bagaimana pun juga dipertahankan bahwa tiap pekan didaraskan seluruh jumlah seratus lima puluh buah mazmur, dan pada ibadat malam hari Minggu selalu dimulai lagi dari muka. 24Sebab rahib yang selama satu pekan mendaraskan kurang dari Kitab Mazmur beserta kidung-kidungnya yang biasa menunjukkan bahwa pengabdian ibadatnya memang terlalu lemah, 25sebab kita baca di masa lampau, para Bapa kita dengan bersemangat memenuhi itu selama satu hari saja. Semoga kita yang malas ini sekurang-kurangnya menyelesaikannya selama satu pekan penuh.
19. Tata pendarasan mazmur
1Kita percaya bahwa Allah hadir di mana-mana dan mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang baik dan orang jahat. 2Meskipun begitu, lebih-lebih kita harus percaya akan hal itu tanpa meragukan sedikit pun juga, bila kita sedang mengikuti karya ilahi.
3Oleh sebab itu kita harus selalu ingat akan yang dikatakan oleh Nabi: Beribadatlah kepada Tuhan dengan takwa; 4dan lagi, Nyanyikanlah mazmur penuh seni; 5dan, Di hadapan para malaikat aku bermazmur bagi-Mu. 6Jadi hendaklah kita mempertimbangkan caranya kita harus berada di hadapan Allah dan para malaikat-Nya. 7Bila kita berdiri untuk mendaraskan mazmur, hendaknya kita mengusahakan supaya pikiran kita selaras dengan suara kita.
1Kita percaya bahwa Allah hadir di mana-mana dan mata Tuhan ada di segala tempat, mengawasi orang baik dan orang jahat. 2Meskipun begitu, lebih-lebih kita harus percaya akan hal itu tanpa meragukan sedikit pun juga, bila kita sedang mengikuti karya ilahi.
3Oleh sebab itu kita harus selalu ingat akan yang dikatakan oleh Nabi: Beribadatlah kepada Tuhan dengan takwa; 4dan lagi, Nyanyikanlah mazmur penuh seni; 5dan, Di hadapan para malaikat aku bermazmur bagi-Mu. 6Jadi hendaklah kita mempertimbangkan caranya kita harus berada di hadapan Allah dan para malaikat-Nya. 7Bila kita berdiri untuk mendaraskan mazmur, hendaknya kita mengusahakan supaya pikiran kita selaras dengan suara kita.
20. Sikap hormat dalam doa
1Jika kita ingin mengajukan suatu permohonan kepada orang berkuasa, kita tidak berani melakukannya selain dengan rendah hati dan penuh hormat. 2Betapa lebihnya kita harus memohon kepada Tuhan Allah semesta alam dengan segala kerendahan hati dan dengan kebaktian murni. 3Hendaknya kita tahu bahwa kita didengarkan bukannya karena banyaknya kata melainkan karena murninya hati dan karena air mata penyesalan. 4Oleh sebab itu doa harus pendek dan murni, kecuali kalau barangkali harus diperpanjang karena dirasa adanya ilham rahmat ilahi. 5Namun di dalam jemaah, waktu doa harus sama sekali diperpendek. Sesudah diberikan tanda oleh pemimpin, hendaknya semua bangkit bersama-sama.
1Jika kita ingin mengajukan suatu permohonan kepada orang berkuasa, kita tidak berani melakukannya selain dengan rendah hati dan penuh hormat. 2Betapa lebihnya kita harus memohon kepada Tuhan Allah semesta alam dengan segala kerendahan hati dan dengan kebaktian murni. 3Hendaknya kita tahu bahwa kita didengarkan bukannya karena banyaknya kata melainkan karena murninya hati dan karena air mata penyesalan. 4Oleh sebab itu doa harus pendek dan murni, kecuali kalau barangkali harus diperpanjang karena dirasa adanya ilham rahmat ilahi. 5Namun di dalam jemaah, waktu doa harus sama sekali diperpendek. Sesudah diberikan tanda oleh pemimpin, hendaknya semua bangkit bersama-sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar