Ads 468x60px

Seeds of Contemplation


HIK: HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI
HARAPAN IMAN KASIH
Merton's Way: ‘Seeds of Contemplation’
'Kita adalah orang-orang sibuk, kita hidup dalam "dunia Marta", sebagaimana dikisahkan dalam Injil Lukas 10: 38-42 tentang Marta yang sibuk dan selalu sibuk. Demikian juga kita sibuk dan selalu disibukkan dengan banyak hal yang harus kita lakukan. Ada berbagai tugas dan pekerjaan yang mau kita selesaikan.
Walau demikian dalam kata-kata Pater John Main OSB, jangan sampai kita: "kehilangan kesegaran, kreativitas, kebebasan. Sebab kalau kita menjalankan rutinitas dan kesibukan kita secara mekanik saja, maka kita akan jatuh ke dalam ketergesa-gesaan, hidup terburu-buru dari satu rutinitas ke rutinitas lainnya. Untuk itu kita harus mematahkan lingkaran ini, kita harus mematahkan hidup yang tergopoh-gopoh. Kita harus belajar tenang. Dan keteraturan meditasi akan memungkinkan hal itu" (The Door to Silence)
Disinilah kita kenang kembali Thomas Merton, seorang rahib Trappist Amerika dalam karyanya ‘Seeds of Contemplation’ yang mengatakan: "Setiap saat dan peristiwa dalam kehidupan manusia membawa benih-benih daya kekuatan rohani".
Dengan kata lain:
Kita mesti melihat setiap kesempatan yang kita lalui sebagai sakramen kehadiran Allah. Peristiwa yang kecil-kecil yang rasanya tidak mudah untuk diingat dan kesempatan yang sepele, yang mungkin tidak berarti, seringkali memancarkan ‘Yang Ilahi’. Yang perlu kita lakukan sekarang ialah membuka mata batin kita untuk melihat daya kekuatan rohani yang tersebar dimana-mana dalam berbagai peristiwa dan kesempatan yang kita alami.
Karena segala sesuatu itu sakramen Allah maka kita dapat terarah kepada Allah tatkala kita berjumpa dengan hal apapun: manusia atau makluk ciptaan lainnya.
Jadi, kiranya sangat mungkinlah kita bisa bermeditasi waktu kita sibuk, ketika kita berada di tempat-tempat ramai, tatkala kita berhadapan dengan apapun jua, baik dalam situasi batin kita baik atau buruk karena Allah ada dan selalu ada di sana. Yang kita butuhkan hanyalah membuka hati kita kepada Dia yang selalu ada -hadir itu.
Ya, dunia kita jelas menjadi sebuah "SAKRAMEN", dan oleh karena itu segala sesuatu itu memancarkan Allah. Artinya:
a). Allah ada dimana-mana. Ia itu Deus Omnipresens - Allah Maha hadir.
b). Kita dapat melihat setiap peristiwa hidup kita dan setiap hal sebagai "Yang Ilahi".
c). Kabar baik atau kabar buruk diyakini akan melahirkan "rahmat ilahi". Keyakinan ini diteguhkan dengan mengutip Echkart, seorang Mistikus Jerman: "Kita hendaknya melakukan penerobosan atau penetrasi dan menemukan Allah di sana".
d). Penderitaan dilihat sebagai "Pewahyuan Allah" sebagaimana kegembiraan. Echkart berkata "segala sesuatu memuji Allah. Kegelapan, berbagai kekurangan, segala cacat, kejahatan, setan-setan memuji Allah".
Jelasnya, kita semua dipanggil untuk mengalami Allah dalam segala sesuatu dan di mana-mana. Beato Titus Bransdma, seorang Karmelit, berbicara sangat bagus tentang hal ini: "dalam segala hal saya melihat Allah berkarya. CintaNya membekas dimana-mana, kadang-kadang saya merasa diseret oleh suka cita yang besar, kegembiraan yang melampaui rasa gembira lain".
Sst, pesan Beato Titus Bransdma ini seakan mengingatkan kembali apa yang pernah dikatakan Thomas Merton bahwa Tuhan bisa melakukan berbagai perkara penting melalui cara sederhana dan tak terduga., bukan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar