Ads 468x60px

SEKALI WAKTU TENTANG AHOK DI PENJARA


De Ahok Numquam Satis
Bicara AHOK 'Ngga Ada Habisnya..
SEKALI WAKTU TENTANG AHOK DI PENJARA
(Herry Tjahjono)
Kisah tentang Ahok tak akan pernah usai. Dan bagi sebagian besar rakyat, kesempatan untuk berjumpa dengannya di penjara adalah sebuah momen berharga yang “ditunggu, diharapkan, dan didambakan”. Bisakah anda bayangkan hal itu – seorang napi namun sangat dirindukan dan dicintai sedemikian rupa ?
Berikut saya cuplik, olah dan adaptasi dari kisah seorang sahabat (Susy Rizky) -yang berkesempatan mengunjungi Ahok. Syahdan, ketika ia dan rombongannya sampai di Mako Brimob – dia sempat melihat Ahok yang tinggi tegap tengah menyalami satu demi satu tamunya. Beberapa ada ditepuk-tepuk pundaknya, lalu tawa mereka berderai. Tapi ia juga sempat berpapasan dengan ibu-ibu berkerudung dan bapak-bapak berkopiah matanya sembab dan merah.
Ah Ahok, engkau masih juga membuat orang-orang yang menyayangimu meneteskan air matanya.
“D sini waktu berjalan sangat lambat.” Itulah salah satu yang keluar dari mulut Ahok. Sahabat, itu sebabnya Einstein pernah berkata waktu itu relatif. Bagi orang yang jatuh cinta, waktu berlalu sangat cepat. Tapi bagi orang seperti Ahok – yang tersungkup dalam sepi karena ketidakadilan – waktu merangkak lebih lambat dari seekor keong.
(Nampaknya para pengunjung yang datang menemui Ahok sama-sama berjuang untuk menahan tangis – selama mereka berhadapan dan bercengkerama dengan Ahok).
"Bu Vero dan anak-anak gimana Pak? “
Dan inilah jawaban Ahok :
“Gimana ya. Saya tuh kalo mereka besuk terus pulang, saya jadi pengen ikut pulang. Makanya waktu libur kemarin saya minta mereka pulang kampung aja. Jangan besuk saya."
Sahabat, Ahok hanyalah manusia biasa. Siapa yang tak ingin selalu berdampingan dekat dengan istri dan anak-anak yang dikasihinya. Pun demikian Ahok, seperkasa dan sekeras apapun dirinya. Dan siapa yang tak menahan tangis jika mendengar jawaban Ahok di atas.
Sepenggal cerita tentang kemarahan Ahok adalah ketika hari pertama masuk di Cipinang dan anak bungsunya – Daud - sakit. Dia marah dan geram. Siapa yang tidak ? Tensinya sempat naik sampai 140 dan kepala bagian belakangnya sempat panas sekali.
Untunglah dia segera bisa menguasai dirinya, mengingat firman Tuhan-Nya dalam Bible – yang menyuruhnya untuk tidak risau dan resah – serahkan segala sesuatunya pada Tuhan saja. Maka setiap kali sepi dan marah melandanya, Ahok bilang : "Saya sudah bisa memaafkan semuanya. Biarlah soal pembalasan jadi urusan Tuhan"
Ahok juga bilang tidak mau memikirkan macam-macam dan jauh ke depan. Biarlah urusan sehari cukup untuk hari ini. Dia mencoba untuk menerima bahwa badannya toh terkurung di sana. Maka biarlah dia menikmati hari demi hari saja.
Perbincangan menarik berlangsung dari utara sampai selatan. Dan Ahok sempat cerita pernah ada orang yang mau kasih dia jam 3.5 M - tapi dia tolak. Itu gratifikasi. Prinsip itu dibawanya sampai ke penjara. Orang mau kasih barang-barang berharga selalu dia tolak – meski untuk saat ini sah saja dia menerimanya. Namun dia tetap menolaknya. Itulah integritas. Bandingkan dengan para maling uang rakyat yang malah rakus meminta dan menodong ?
Ahok bahkan cerita tentang kamarnya yang tak pakai AC, karena ia memang tak mau diistimewakan. Ini juga soal integritas. Adakah napi lain yang seperti dia ?
Ketika ada seorang sahabat lain yang sakit tak bisa ikut datang ke Mako Brimob karena keseringan menangis teringat Ahok, lelaki itu terlihat sedih. Lalu ia memegang kartu pos dari saahabat yang sakit itu, menumpangkan tangannya seraya berkata :
"Udah kalo gitu saya doakan semoga dia sembuh. Selama disini gua belajar jadi jadi pendoa."
Sungguh sebuah penggalan kecil kehidupan Ahok dan para sahabatnya yang sangat mengharukan, tentang tawa, tentang air mata, tentang pengampunan dan bahkan doa.
Sampai sahabat itu dan rombongannya pamit pulang, tidak ada yang menangis – sebab Ahok sendiri membuat suasana pertemuan penuh suka cita. Lalu sahabat itu mengatakan : “ Kita datang mau menguatkan, malah kita yang dikuatkan.”
Tapi hati orang siapa yang tahu. Siapa yang tahu seandainya Ahok menahan tangisnya sedemikian rupa agar tak jebol – seperti mereka sendiri juga menahan tangis habis-habisan.
God bless you Pak Ahok. Setidaknya Tuhan sudah memperlihatkan bahwa DIA tak pernah meninggalkanmu sendirian.
Begitulah Ahok, lelaki rajawali yang dirindukan banyak orang, yang ditunggu banyak orang dengan setia.
Dan tiba waktunya bagi rombongan untuk pergi. Waktu begitu cepat berlalu saat itu. Tak terasa, dan waktunya bergantian dengan rombongan lain yang akan bertemu Ahok.
Ahok, adakah engkau pernah menyangka – begitu besar cinta dan rindu orang kepadamu ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar