Ads 468x60px

SERI DOMINIKAN 13


HIK – HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN, IMAN, KASIH.
SERI DOMINIKAN 13
100 Jalan Kebijaksanaan ala Thomas Aquinas:
1. Orang yang tidak marah saat ada kasus yang menimbulkan kemarahan adalah tidak bermoral. Mengapa?
Karena kemarahan adalah demi kebaikan dan keadilan.
Dan jika kamu bisa hidup di tengah ketidakadilan tanpa menjadi marah, kamu tidak bermoral dan juga tidak adil.
-----------
2. Kebaikan terbesar yang dapat diberikan seseorang kepada orang lain adalah dengan menuntunnya keluar dari kesalahan kepada kebenaran.
-----------
3. Kesempurnaan kebajikan moral tidak berarti sepenuhnya menghilangkan hasrat, tapi mengaturnya.
-----------
4. Bagi mereka yang percaya, tidak ada bukti yang diperlukan; Bagi mereka yang tidak percaya, tidak ada bukti yang bisa meyakinkan.
---------------
5. Kita harus mencintai mereka dua-duanya,
mereka yang pendapatnya kita setujui, dan mereka yang pendapatnya kita tolak, karena keduanya telah berusaha mencari kebenaran, dan keduanya telah membantu kita menemukannya.
---------------
6. Hal-hal yang kita sukai mengungkapkan siapa diri kita.
-------------
7. Manusia tidak bisa hidup tanpa sukacita;
Oleh karena itu, ketika ia kehilangan sukacita spiritual sejati, ia menjadi kecanduan kenikmatan duniawi.
------------
8. Jika kamu mencari jalan ke mana kamu seharusnya pergi, bawalah Kristus bersamamu, karena Dia Sendiri adalah Jalannya.
----------
9. Bila iblis disebut dewa dunia ini, itu bukan karena dia yang membuatnya demikian, tapi karena kita yang melayani dia dengan keduniawian kita.
----------
10. Berikanlah kami, ya Tuhan,
hati yang kuat, yang tidak dapat diruntuhkan oleh kasih sayang yang tidak pantas;
Berikanlah kami hati yang kokoh, yang tidak bisa digoyahkan oleh kesengsaraan;
Berikanlah kami hati yang teguh,
yang tidak bisa digoda oleh hal-hal yang tidak layak.
Berikan juga kepada kami, ya Tuhan, Allah kami,
pemahaman untuk mengenal Engkau,
ketekunan untuk mencari Engkau,
hikmat untuk menemukan Engkau,
dan kesetiaan yang akhirnya memuliakan Engkau;
Melalui Yesus Kristus Tuhan kami.
---------------
11. Kesedihan bisa diatasi dengan tidur nyenyak, mandi dan segelas anggur.
-----
12. Bagaimana kita bisa hidup dalam harmoni?
Pertama kita perlu mengetahui bahwa kita semua jatuh cinta pada Tuhan yang sama.
-------
13. Jika Anda bisa hidup di tengah ketidakadilan tanpa merasa marah, Anda tidak bermoral dan juga tidak adil.
---------
14. Hanya Tuhanlah yang bisa menciptakan. Manusia hanya menata ulang.
-------------
15. Mencintai adalah menginginkan kebaikan bagi orang lain.
-------
16. Untuk meyakini bahwa malaikat itu tidak ada karena mereka tak terlihat adalah seperti mempercayai bahwa kita tidak pernah tidur karena kita tidak pernah melihat diri kita tertidur.
-----------
17. Kebahagiaan dijamin melalui tindakan kebajikan; adalah hasil yang baik yang dicapai oleh kehendak manusia sendiri.
------------
18. Dalam kehidupan, tubuh seseorang terkadang menjadi sakit, dan kecuali jika ia minum obat, ia bisa mati.
Begitu juga dalam kehidupan spiritual.
Orang yang sakit kehidupan spiritualnya karena dosa, membutuhkan obat agar bisa pulih dan sehat kembali,
Dan anugerah ini diberikan dalam Sakramen Tobat.
------------
19.
Bagaimana manusia bisa hidup dalam harmoni seperti miliaran bintang-bintang, -kalau kebanyakan orang hampir tak dapat melewatkan semenitpun dalam pikiran mereka; pertentangan terhadap orang lain, seseorang yang mereka kenal.
-------------
20. Tiga hal yang penting bagi manusia untuk mendapatkan keselamatan:
mengetahui apa yang seharusnya dia percayai;
mengetahui apa yang seharusnya dia inginkan;
mengetahui apa yang harus dia lakukan.
-------
21. Tidak ada sesuatu yang pernah mampu mengisi penuh hati manusia. Tuhan sendiri saja lah yang bisa mengisinya dengan tak terhingga.
--------------
22. Tanpa ragu, seseorang diizinkan untuk melawan tindakan menyerang yang tidak adil terhadap nyawa seseorang, terhadap barang milik seseorang atau fisik seseorang;
Terkadang, bahkan sampai pada kematian sang penyerang.
Sebenarnya, tindakan ini ditujukan untuk menyelamatkan nyawa orang itu sendiri; atau barang miliknya, dan untuk membuat si penyerang tidak berdaya.
Jadi, ini adalah tindakan yang baik, yang merupakan hak dari si korban.
----------
23. Bagiku, salib adalah kepastian keselamatan.
Salib adalah yang kepadaNya saja aku menyembah.
Salib Tuhan ada bersamaku.
Salib adalah tempat perlindunganku.
----------
24. Lebih baik mencerahkan daripada hanya bersinar,
lebih baik menyampaikan kebenaran kepada orang lain daripada hanya merenungkannya.
25. "Mencintai Tuhan" adalah sesuatu yang lebih besar daripada "mengenal Tuhan".
----------
26. Jika tujuan tertinggi seorang kapten adalah untuk menjaga dan melestarikan kapalnya, dia akan menyimpannya di pelabuhan, selamanya.
---------
27. Perayaan Misa Kudus sama berharganya dengan wafat Yesus di kayu salib.
------------
28. Para hamba Tuhan; apakah oleh kata-kata atau tindakan, dengan menjaga diri mereka tenang dan damai, telah menunjukkan keluhuran jiwa yang sempurna.
---------
29. Hanya ada satu Gereja di mana manusia menemukan keselamatan, sama seperti di luar kapal Nuh tidak mungkin ada orang yang bisa selamat.
----------
30. Rasa takut adalah emosi yang sangat kuat bagi manusia, sehingga ketika kita membiarkannya menguasai kita, ia mengusir rasa belas kasihan dari hati kita.
-----------
31. Kita perlu merelaksasi pikiran kita, dari waktu ke waktu, dengan permainan dan lelucon yang menyenangkan.
------------
32. Apa pun yang dimiliki manusia dalam kelimpahannya adalah utang, hak alamiah bagi orang miskin, rezeki orang miskin.
Jadi St. Ambrosius mengatakan, (dan itu juga dapat ditemukan di dalam Decretum Gratiani):
Roti yang Anda simpan adalah milik orang lapar:
Pakaian yang Anda simpan, milik orang telanjang:
dan uang yang Anda sembunyikan di tanah adalah penebusan dan kebebasan bagi para miskin.
-------------
33. Agar manusia dapat melakukannya dengan baik,
baik dalam karya kehidupan aktif,
atau dalam kehidupan kontemplatif,
dia membutuhkan persekutuan teman.
34. Dari semua pencarian yang terbuka bagi manusia,
pencarian akan kebijaksanaan adalah yang paling sempurna, lebih agung, lebih menguntungkan, dan lebih penuh sukacita, daripada yang lainnya.
--------
35. Para Malaikat mengungguli setiap agama, setiap filosofi, setiap kepercayaan.
Sebenarnya Malaikat tidak memiliki agama seperti yang kita kenal.
Keberadaan mereka mendahului setiap sistem keagamaan yang pernah ada di dunia.
--------
36. Tidak ada orang yang benar-benar memiliki sukacita kecuali jika dia hidup dalam kasih.
--------
37. Sama seperti pada satu manusia; ada satu jiwa dan satu tubuh, namun banyak anggota badan;
begitulah Gereja Katolik adalah satu tubuh, yang memiliki banyak anggota.
Jiwa di dalam tubuh ini adalah Roh Kudus;
karenanya, dalam Pengakuan Iman/Credo, setelah mengakui kepercayaan kita kepada Roh Kudus, kita lalu mengakui kepercayaan kepada Gereja Katolik yang kudus.
-------
38. Kedamaian sejati berasal dari tidak memisahkan diri kita dari kehendak Tuhan.
------
39. Mempercayai adalah tindakan pikiran yang menyetujui kebenaran ilahi; dengan diperintah oleh kehendak yang digerakkan oleh Tuhan melalui kasih karunia.
--------
40. Allah tidak membutuhkan pemujaan kita.
Kitalah yang perlu menunjukkan rasa terima kasih atas apa yang telah kita terima.
------
41. Cahaya iman membuat kita melihat apa yang kita percayai.
------
42. Salah satu aspek tentang "kasih sayang bertetangga" adalah: kita harus; bukan saja mengharapkan hal yang baik untuk tetangga kita, tapi juga sungguh bekerja untuk memujudkannya.
--------
43. Jiwa adalah seperti dunia tak berpenghuni yang menjadi hidup kembali, hanya ketika Tuhan meletakkan kepalaNya di samping kita.
---------
44. Menanggung dengan sabar kesalahan yang dilakukan orang lain terhadap diri kita adalah tanda kesempurnaan.
tetapi membiarkan dengan sabar, kesalahan yang dilakukan terhadap orang lain adalah tanda ketidaksempurnaan dan bahkan dosa yang sebenarnya.
--------
45. Lebih baik menjadi wanita yang tidak terpelajar ini (yang mendengarkan kotbahnya dengan penuh perhatian terdorong keinginan untuk belajar lebih banyak tentang Tuhan yang ia cintai), ia yang mencintai Tuhan dengan segenap hatinya, daripada para teolog yang paling terpelajar sekalipun; yang tidak memiliki cinta.
-----
46. Tidak ada apa pun di bumi ini yang lebih berharga daripada persahabatan sejati.
-----
47. Orang yang menerima Gereja sebagai pemandu sempurna akan percaya apa pun yang Gereja ajarkan.
--------
48. Iman berkaitan dengan hal-hal yang tidak terlihat dan pengharapan berkaitan dengan hal-hal yang tidak dimiliki.
----------
49. Persahabatan adalah sumber kesenangan terbesar,
dan tanpa berteman, hal yang paling menyenangkan pun menjadi membosankan.
----------
50. Ketaatan menyatukan kita begitu dekat dengan Tuhan sehingga mengubah kita menjadi seperti Dia,
sehingga kita tidak memiliki kehendak lain selain kehendakNya.
Jika ketaatan kita kurang, doa pun tidak bisa berkenan kepada Tuhan.
51. Semua kata-kata ajaranku hanyalah sekam dibandingkan dengan iman sederhana seseorang.
52. Adalah suatu kewajiban, untuk menilai dengan hati nurani, apakah sesuatu itu benar atau salah,
baik itu tentang hal-hal yang jahat dalam diri sendiri atau hal moral.
Dengan kebijaksanaan seperti ini, orang yang melawan hati nuraninya sendiri; berbuat dosa.
53. Pada setiap jiwa terdapat rasa haus akan kebahagiaan.
54. Apa yang dibutuhkan untuk bisa menjadi orang suci? Tekad.
55. Mempelajari filsafat bukanlah supaya kita bisa tahu apa yang pernah dipikirkan manusia, tapi apa sebenarnya kebenarannya.
56. Hati seseorang benar saat dia menginginkan kehendak Tuhan.
57. Dosa adalah penyakit rohani; itu sebabnya orang berdosa membutuhkan keselamatan.
58. Kebanyakan orang tampaknya hidup menurut “perasaan” daripada “nalar”.
59. Kerendahan hati adalah tanda seorang murid sejati.
60. Iman akan memberitahukan kita akan kehadiran Kristus; bila indra manusia kita gagal merasakannya.
61. Seseorang tidak dapat menggunakan tindakan jahat sebagai alasan bahwa itu untuk tujuan yang baik.
62. Satu iman, (seperti yang St. Paulus tulis dalam Efesus 4:5).
Peganglah dengan teguh bahwa iman kita sama seperti mereka di masa yang dahulu.
Menolak ini, dan Anda membubarkan kesatuan Gereja.
Kita harus memegang ini secara pasti, yaitu: bahwa iman orang-orang pada zaman sekarang adalah sama dan satu dengan iman orang-orang di abad-abad yang lalu.
Jika tidak demikian, maka kita berada di gereja yang berbeda dengan gereja mereka dan, secara harfiah, Gereja tidak akan menjadi Satu.
63. Siapa yang tidak menurut pada ajaran Gereja tidak memiliki perilaku iman.
64. Cinta mengambil alih di saat akal sehat pergi.
65. Seperti di surga ada kasih yang paling sempurna, maka di neraka ada kebencian yang paling sempurna.
66. Citra Tuhan selalu berdiam di dalam setiap jiwa.
walau entah apakah gambaran ini usang dan rusak; dalam hal ini karena berada dalam diri pendosa,
ataukah gambaran itu jernih dan indah karena berada dalam diri orang yang adil.
67. Karena kita tidak bisa tahu apa itu Tuhan,
tapi hanya bisa tahu apa yang bukan Dia.
Kita tidak dapat mengatakan bagaimana Tuhan itu, tetapi hanya bagaimana itu yang bukan Dia.
68. Iman adalah pekerjaan Tuhan di dalam diri kita.
69. Gereja terbukti tidak bisa dihancurkan.
Para penganiayanya telah gagal menghancurkannya; Sebenarnya, pada saat penganiayaan inilah Gereja semakin bertumbuh; sementara para penganiaya itu sendiri, adalah orang-orang yang akan dihancurkan oleh Gereja, adalah orang-orang yang tidak menghasilkan apa-apa.
Gereja juga diserang oleh penyesatan, namun kenyataannya, semakin besar penyesatan, semakin banyak kebenaran yang terbukti.
Gereja juga tidak pernah kalah atas serangan setan, karena ia seperti menara perlindungan bagi semua orang yang berperang melawan Iblis.
70. Jika kau mencari kesabaran, kau tidak akan menemukan contoh yang lebih baik daripada salib.
Kesabaran yang besar terjadi dalam dua cara:
bisa ketika orang dengan sabar menderita banyak, atau
ketika seseorang menderita hal-hal yang seharusnya dapat dihindari namun tidak menghindarinya.
Kristus menderita banyak di kayu salib, dan melakukannya dengan sabar; ketika menderita Ia tidak melawan;
Ia dibawa seperti domba ke pembantaian dan Ia tidak membuka mulutnya.
71. Keajaiban adalah tanda-tanda yang bukan diperuntukkan bagi mereka yang percaya, tapi bagi mereka yang tidak percaya.
72. Para Rasul dan penerus mereka adalah pembantu Tuhan dalam mengatur Gereja yang dibangun berdasarkan iman dan sakramen.
Karenanya, sama seperti mereka tidak mungkin mendirikan Gereja lain, maka mereka pun tidak boleh mengajarkan iman kepercayaan akan yang lain, atau membuat sakramen yang lain.
73. Luangkan waktu untuk diri sendiri, karena adalah bijak bagi orang untuk kadang-kadang merelaxkan diri dari tekanan tinggi atas perhatiannya terhadap pekerjaan.
74. Tindakan utama keberanian adalah bertahan dan menahan bahaya dengan gigih daripada menyerang balik.
75. Perintah Tuhan adalah ringan bagi yang penuh kasih, berat bagi yang takut.
76. Jangan tanya : "siapa" yang mengatakannya?
Tanyakan : "apa" yang dikatakannya.
77. Dalam semua pikiran-pikiran jahat, yang paling berdosa adalah pikiran yang berhubungan dengan kesenangan daging.
78. Allah tidak marah pada kita demi kebaikanNya Sendiri, namun demi kebaikan diri kita sendiri.
79. Kita seperti anak-anak, yang membutuhkan guru untuk mencerahkan dan mengarahkan kita; Tuhan telah menyediakan hal ini, dengan menunjuk malaikat-malaikatnya untuk menjadi guru dan pemandu kita.
80. Seseorang diarahkan kepada tindakan yang baik oleh malaikat dengan dua cara.
Terkadang, seseorang tercerahkan oleh malaikat untuk mengetahui apa yang baik, tapi tidak diberitahukan alasannya mengapa itu baik.
Tapi terkadang, orang dicerahkan malaikat, untuk bisa mengetahui suatu tindakan adalah baik dan alasan mengapa itu baik.
81. Kasih karunia adalah awal dari kemuliaan di dalam diri kita.
82. Hal-hal yang kita sukai; mengungkapkan siapa diri kita.
83. Maria berarti Bintang laut, karena bagaikan pelaut dipandu ke pelabuhan oleh bintang laut, maka orang Kristen mencapai kemuliaan melalui perantaraan keibuan Maria.
84. Kapan pun Tuhan terbangun di dalam diri kita, pemikiran kita menjadi jelas - tidak ada yang hilang.
85. Iman tidak memuaskan keinginan, tapi mengobarkannya.
86. Rahmat tanpa keadilan adalah awal kehancuran;
Keadilan tanpa belas kasihan adalah kekejaman.
87. Ekaristi adalah Sakramen Kasih; ia menandakan Cinta, ia menghasilkan cinta. Ekaristi adalah penyempurnaan keseluruhan kehidupan rohani.
88. Ujud tertinggi kehidupan adalah: bahwa seseorang mengatur tindakannya sendiri.
Selalu tunduk pada arahan orang lain adalah bagaikan sesuatu yang mati.
89. Jika seseorang tanpa iman yang benar menerima Pembaptisan di luar Gereja, dia tidak menerima keselamatan.
Kita mengetahui bahwa orang dapat menerima baptisannya di luar Gereja, namun di luar Gereja tidak ada seorangpun yang dapat menerima atau mendapat keselamatan yang terberkati.
90. Imam yang menerimakan pengakuan adalah wakil Kristus, Ia yang adalah Hakim bagi orang hidup dan mati.
91. Adalah tepat bahwa Tubuh dan Darah Kristus benar-benar hadir dalam Sakramen ini sebagai penyempurnaan Perjanjian Baru.
Pada Perjanjian Lama, pengorbanan sejati dari sengsara Kristus hanya dalam simbol.
Oleh karena itu, pengorbanan Perjanjian Baru, yang ditetapkan oleh Kristus, memiliki sesuatu yang lebih, yaitu bahwa ia memiliki Kristus sendiri yang telah menderita dan memilikinya tidak hanya dalam simbol namun dalam keadaan yang sebenarnya.
92. Kemegahan jiwa dalam kasih karunia sangat menggoda bahwa ia melampaui keindahan semua hal yang pernah tercipta.
93. Orang yang tidak berdoa; yang jauh dari mengangkat dirinya kepada Tuhan, menuntut agar Tuhan menurunkan diriNya kepadanya.
Orang yang jika berdoa selalu meminta, tidak mengatur dirinya untuk menghendaki apa yang Tuhan kehendaki, tetapi meminta Tuhan untuk menghendaki apa yang dirinya kehendaki.
94. Pembaptisan adalah pintu kehidupan spiritual dan pintu gerbang kepada sakramen.
95. Tuhan sendiri tidak akan membiarkan kejahatan ada di dunia ini jika tidak ada kebaikan yang datang darinya, yang bermanfaat untuk keharmonisan alam semesta.
96. Adalah sama sekali melanggar hukum; untuk membunuh diri sendiri.
Bunuh diri bertentangan dengan kecenderungan alam, dan adalah suatu amal kasih bahwa setiap orang harus mencintai dirinya sendiri.
Hidup adalah anugerah Allah bagi manusia, dan ada pada kuasaNya, untuk membunuh dan menghidupkan.
Karena itu siapa pun yang mengambil nyawanya sendiri, berdosa terhadap Tuhan, karena hanya milik Tuhan sendirilah keputusan atas hidup dan mati.
97. Kebaikan bisa ada tanpa kejahatan,
sedangkan kejahatan tidak bisa ada tanpa kebaikan.
98. Agar para kudus menikmati kebahagiaan mereka dan anugerah Allah dengan lebih; mereka diperbolehkan melihat penghukuman bagi yang terkutuk di neraka.
99. Tanpa rahmat kekudusan, tidak mungkin manusia dapat bertahan dari dosa berat.
100. Manusia memiliki pilihan bebas, jika tidak, maka nasihat, petuah, perintah, larangan, penghargaan dan hukuman akan sia-sia.
===============
NB:
Thomas Aquinas:
Riwayat dan Hikayat - Sejarah dan Anugerah
“A saint is not what people want but rather what people need…”
(G.K. Chesterton, Saint Thomas Aquinas and Saint Francis of Asisi, San Franscisco: Ignatius Press, 1986)
Prolog
Thomas Aquinas (1225, Aquino, Italia – Fossanova, Italia, 7 Maret 1274) adalah seorang filsuf dan teolog dari Ordo Dominikan dan berasal dari Italia, yang sangat berpengaruh pada abad pertengahan dan konon merupakan teolog skolastik yang terbesar. Ia yang adalah murid Albertus Magnus, dimana Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu. Thomas Aquinas memberikan pencerahan tentang etika, teologi, dan epistemologi.
Menurut Jostein Gaarder dalam novel filsafatnya yang berjudul Dunia Sophie, menyatakan bahwa “Thomas Aquinas adalah filosof terbesar dan paling penting di abad pertengahan karena berhasil ‘mengkristenkan’ Aristoteles seperti halnya St. Agustinus ‘mengkristenkan’ Plato di awal abad pertengahan.
Karya Thomas Aquinas yang terkenal adalah "Summa Contra Gentiles" dan pastinya adalah "Summa Theologiae", yaitu sebuah buku yang merupakan sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII.
1.
Thomas Aquinas dan Masa Kecilnya
Thomas Aquinas dilahirkan di Roccasecca (sekarang Lazio) dekat Napoli, Italia dalam keluarga bangsawan Aquino. Ayahnya bernama Landolfo dan ibunya Theodora dari Theate. Ayahnya adalah keturunan bangsawan Lombardi karena ibu dari ayahnya adalah saudari dari Kaisar Frederick Barbarossa. Ibunya juga keturunan bangsawan Norman dan putri bangsawan dari Teano. Keluarga Aquino mendaku masih memiliki relasi dengan St. Gregorius Agung dan masih satu darah dengan St. Louis dari Perancis dan Ferdinand dari Castile, juga kepada Norman Barons yang menaklukkan Sisilia di abad kesebelas. Semua garis kebangsawanan, pembelajaran, dan kekudusan dari pendahulunya mempengaruhinya. [1]
Tahun kelahirannya tidak diketahui secara pasti, namun dapat diduga sekitar tahun 1225 dan 1226, bertempat di puri Rocca Secca. Adapun reruntuhan bangunan ini masih dapat dilihat pada bagian sebuah gunung Campagna Felice dan di kota kecil Aquino (Butler dalam karyanya The Live Of The Saints, Volume III: March, mengatakan bahwa ia lahir pada akhir tahun 1226 dan meninggal pada 7 Maret 1274. Sedangkan Maritain dalam Jacques Maritain about Thomas Aquinas mengatakan bahwa ia lahir pada 1225. Dalam New Catholic Encyclopedia Second Edition 14 yang menguraikan tentang St. Thomas Aquinas juga terdapat perbedaan. Dalam tulisan bertema St. Thomas Aquinas yang dikerjakan oleh W. A. Wallace, J. A. Weisheipl dan M. F. Johnson ini, ditulis bahwa St. Thomas Aquinas lahir pada 1225 dan meninggal pada 7 Maret 1274. Ia hidup selama kurang dari 50 tahun).
Dalam keluarga mereka, terdapat sembilan bersaudara: lima wanita dan empat pria. Thomas Aquinas adalah putra bungsu dari keluarga ini. Ia memiliki dua saudara yang bekerja sebagai tentara (Aimo dan Reynolds) serta saudaranya yang terakhir Landolfo, tidak diketahui secara pasti. Kelima saudarinya yakni Marietta, Theodora, Maria, Adelasia serta adik bungsunya yang tidak diketahui namanya.
Adapun adik perempuannya yang paling kecil ini meninggal karena petir, ketika pada suatu malam Thomas sedang tidur di kamar yang sama. Kejadian ini menyebabkan ia menjadi sangat takut dengan guntur sehingga ia sering bersembunyi di dalam gereja saat ada guntur. Oleh karena itu, devosi kepada Santo Thomas yang terkenal yaitu perlindungan dari serangan badai dan kematian tiba-tiba.
Sejak kecil, keluarganya menginginkan supaya Thomas menjadi seorang biarawan Benediktin di Monte Cassino, mengikuti pamannya Landulf Sinibaldo yang waktu itu menjadi Abbas. Pada usia lima tahun (1230), Thomas Aquinas dimasukkan oleh orang tuanya untuk belajar di Monte Cassino, beberapa mil di sebelah utara Roca Secca. Menurut pengamatan guru pribadinya, ia sangat cerdas dan mengalami perkembangan yang cepat serta berwatak baik dan bijaksana. Ia sangat ramah dan tekun dalam berdoa. Banyak waktunya yang dihabiskan untuk berlutut dan berdoa di depan salib. Sebagai anak kecil, Thomas sudah masuk dalam keanggotaan biara tersebut dan sampai usia empat belas tahun ia tinggal dan menyelesaikan sekolahnya.

2.
Masa Studi Awal
Sejak usia lima tahun, Thomas memulai pendidikannya di biara Benediktin yang terkenal di Monte Cassino. Sejak dari semula, dia memang nampak pendiam, pembelajar, dan pendoa. Satu pertanyaan yang sempat tercatat darinya adalah “Apa Allah itu?” (“What is God?”) Pertanyaan inilah yang menggerakkan seluruh hidupnya untuk mencari jawabannya.
Ketika pecah perang pada awal 1239, kedua orang tuanya memindahkannya ke studium generale (universitas) di Napoli. Di Napoli inilah, ia belajar selama lima tahun (1239-1244) dan tetap hidup sesuai dengan kehendak Allah walaupun berada dalam kekacauan. Kekacauan bagi Thomas Aquinas ialah terlalu membuang banyak waktu untuk berfoya-foya dalam hidup, melakukan pembicaraan yang tidak perlu. Untuk itu ia selalu menghindari semuanya itu. Ia lebih memilih untuk menyendiri dari berbagai arus kehidupan dan pengaruh yang dapat merusak kelakuannya. [2]
Disinilah, ia mulai mempelajari ajaran Aristoteles, Averroes dan Maimonides yang akhirnya mempengaruhi pemikiran filsafat dan teologinya. Selama studi di tempat ini, ia juga mendapat pengaruh dari Yohanes dari St. Julianus, seorang pengajar Dominikan. Di Napoli, ia juga mempelajari aritmetika, geometrik, astronomi dan musik dengan bimbingan Petrus de Ibernia serta ilmu retorika yang dibimbing oleh Peter Martin.

3.
Minat Awal Menjadi Dominikan: Passion dan Tension
Di Napoli, Thomas membaktikan diri dalam doa dan studi, dimana tempat favoritnya adalah gereja para biarawan Dominikan yang telah mendirikan sebuah sekolah teologi di sana pada tahun 1231. Meskipun cintanya pada Ordo St. Bedeniktus begitu besar, ia merasa dipanggil Allah untuk bergabung dengan Ordo Pengkotbah di usia enam belas tahun.
Ya, Di Napoli-lah, ia mulai tertarik untuk menjadi biarawan Dominikan, namun keluarganya tidak menyetujuinya. Thomas dinasihati untuk meninggalkan panggilannya. Akan tetapi, Thomas tidak putus asa. Ketika berusia sembilan belas tahun (sekitar akhir April tahun 1244), ia memutuskan untuk menjadi pengikut St. Dominikus. Ia diterima dan mendapatkan jubah Dominikan.
Berita ini segera sampai ke Rocca Secca, dan menimbulkan kemarahan besar dari ibunya, bukan karena ia bergabung dalam komunitas religius, tetapi karena ibunya lebih menginginkannya untuk menjadi rahib Benediktin di Monte Cassino dan nantinya akan diberikan kedudukan sebagai Abbas.
Untuk menyikapi hal ini, pada Mei 1244, pihak Dominikan berusaha memindahkan Thomas Aquinas ke Roma, dan dari Roma nantinya dipindahkan ke Paris. Namun dalam perjalanan ke Roma, saudaranya yang menjadi tentara, atas perintah ibunya, menangkap Thomas dan membawanya pulang ke kediaman keluarganya di Monte San Giovanni Campano. Ia di-“penjara” disana selama kurang lebih dua tahun dengan maksud untuk mencegah serta menghilangkan pengaruh Dominikan dari dalam dirinya hingga ia menemukan pilihan lainnya.
4.
“Penjara”: Via Purgativa et Illuminativa – Jalan Pemurnian dan Pencerahan
Selama Thomas dipenjarakan, keluarganya terus memakai berbagai macam cara untuk melemahkan ketetapan hatinya. Meskipun banyak nasehat yang keras dan kasar dilontarkan kepadanya, Thomas tetap menjawab dengan lembut dan penuh hormat, namun tetap tegas.
Sesungguhnya, situasi selama di penjara juga menguntungkan bagi Thomas untuk berdoa dan berkontemplasi. Beberapa waktu setelahnya, kedua saudara perempuannya malahan membawakan beberapa buku, antara lain Kitab Suci, metafisika Aristoteles dan buku-buku dari Petrus Lombardia.
Bersamaan dengan itu, dua saudara laki-lakinya kembali ke rumah setelah menjalankan tugasnya sebagai tentara. Mereka membawa dan memperkenalkan seorang pelacur kepada Thomas. Thomas dengan tegas segera menolaknya mentah-mentah. Dan, karena keteguhan sikapnya, ibunya meminta untuk menjaga Thomas dengan lebih ketat dan tidak ada seorang pun yang boleh melihatnya, kecuali kedua saudara perempuannya, antara lain Marietta dan Theodora yang diijinkan untuk mengunjunginya.
Adapun Marietta mencoba membujuknya untuk mematuhi kemauan ibunya namun ia menolak. Thomas Aquinas malah mengajak saudarinya yang menjenguk dan melayaninya itu untuk meninggalkan dunianya dan menjadi biarawati. Marietta akhirnya menjadi seorang anggota Benediktin dan menjadi abdis atau kepala biara di Santa Maria di Capua pada 1252.
Thomas sendiri terus menggandakan doa-doanya supaya memperoleh rahmat iman serta kemurnian budi dan jiwa kepada Tuhan. Menurut legenda, pada saat dipenjara itulah, ia mendapat kunjungan dari dua malaikat yang menguatkan dia agar tetap bertahan dalam hidup kudus. Ya, saat itu kedua kakak laki-laki Thomas (yang berkarakter berbeda dengan kedua saudarinya) memasukkan seorang wanita pelacur ke dalam menara tempat Thomas berada. Namun, Thomas mendorongnya keluar.
Setelah itu, Thomas meraba dinding dan berlutut serta memohon Allah suatu rahmat kemurnian abadi. Selama dia berdoa, dia mengalami ekstase. Dua malaikat menampakkan diri padanya dan memasangkan sebuah tali kawat dengan ketat dipinggangnya dan berkata, “Kami berasal dari Allah untuk memberimu sebuah rahmat kemurnian abadi. Kerapuhan manusiawi tak pernah menguasai apa yang telah kau pastikan dengan rahmat Allah yang tak dapat dibatalkan.” Para malaikat itu memperketat tali kawat sehingga dia berteriak kencang. Beberapa pembantu berlari mendatanginya namun ia tidak mengatakan satu kata patah pun hingga ia mengatakannya di saat menjelang kematiannya kepada bapa pengakuannya F.Reginald dan mengatakan bahwa sejak saat itu ia tak pernah mengalami godaan kedagingan.
5.
Studi Lanjut sebagai Dominikan
Karena usaha yang telah gagal, akhirnya ibunya pun menyerah. Namun untuk menjaga gengsi keluarga, Thomas tidak dilepaskan begitu saja untuk masuk biara Dominikan. Ibunya mengatur suatu strategi di mana Thomas Aquinas seolah-olah melarikan diri pada malam hari melalui jendela. Hal ini terjadi pada musim panas 1245.
Setelah kejadian itu, Thomas Aquinas lalu pergi ke Napoli dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Roma untuk bertemu dengan Johannes van Wildeshausen, Magister General Dominikan.
Kemudian, Thomas dikirim ke Paris. Bersama Albertus Agung, Thomas berjalan kaki menuju kota itu di tahun 1245. Keduanya membawa Kitab Suci dan Brevir. Sementara itu, Thomas menambah bukunya dengan buku The Sentence. Ia sendiri tinggal di biara St. Yakobus selama tiga tahun (akhir 1245-1248). Di tempat inilah, ia menjalani masa novisiatnya dan ia menjadi model semangat doa bagi seluruh komunitas, termasuk juga semangat kesederhanaannya, ketaatannya yang sempurna, dan kemurahhatiannya. Tidak pernah ia diketahui mengeluarkan kata-kata salah, namun kata-katanya menarik dan menimbulkan kegembiraan rohani bagi siapa pun yang mendengarnya.
Kemudian setelah menjalani masa novisiat, ia menjalani masa skolastikat / kuliah (1248-1252) dan semakin dekat dengan Albertus Agung sebagai pengajarnya dan bertemu dengan Bonaventura, seorang Fransiskan yang sama-sama belajar teologi. Thomas Aquinas sendiri adalah murid yang jenius namun ia adalah orang yang rendah hati dan lebih banyak memilih berdiam diri saja. Karena sifat pendiamnya ini, ia dijuluki “si Lembu Dungu” atau juga “si Lembu dari Sisilia”. Ada juga temannya yang menawarkan untuk mengajarinya pelajaran atau bahan kuliah yang diberikan.
Namun akhirnya kerendahan hatinya tidak mampu menutupi kecemerlangan intelektualnya. Dalam suatu diskusi, gurunya Albertus Agung mengajukan sebuah pertanyaan yang rumit dan ia berhasil menjawabnya. Gurunya sangat kagum dan bangga dengan Thomas Aquinas dan berkata: “kita memanggil dia si lembu bodoh tetapi teriakannya dalam belajar akan menjadi terdengar di seluruh dunia”.
Pada tahun pertama, di bawah asuhan Albertus Agung ia menyelesaikan komentar terhadap Etika Aristoteles. Pada Kapitel General Dominikan di Paris pada 1245, Albertus Agung ditugaskan untuk mengajar di Universitas St. Yakobus dan Thomas Aquinas-pun diajak tetap ikut bersamanya sembari menyelesaikan kuliah di sana.
Pastinya, pelbagai kegiatan di tempat studinya tidak mengurangi waktu doanya. Dengan selalu menyadari kehadiran dan kerahiman Allah, hatinya terus-menerus terangkat dan terarah kepada Allah. Perhatian Thomas yang selalu tertuju pada Allah, membuat jiwanya senantiasa dipenuhi sukacita. Hal itu nampak pada wajah dan seluruh percakapannya yang selalu mengarah ke surga. Kerendahan hati dan ketaatan menandai seluruh sikap hidupnya. Ia sering melakukan mati raga dan tidak melekat dengan rasa yang dinikmatinya. Selain itu, dengan menyadari panggilan kepada kekudusan menjadikan Thomas selalu berjaga-jaga bersama Tuhan, tekun berdoa dan melakukan latihan-latihan rohani lain.
6.
Menjadi Imam Dominikan
Pada tahun 1250, Thomas ditahbiskan menjadi imam di Cologna. Setelah menjadi imam, persatuannya dengan Allah kelihatan lebih mesra daripada sebelumnya. Jiwanya melampaui apa yang dipelajarinya, apalagi ia memiliki devosi yang sangat besar kepada Sakramen Mahakudus. Ia menghabiskan beberapa jam setiap hari di depan altar, merendahkan diri dalam penyembahan dan melebur dalam kontemplasi kasih Allah yang melampaui segala sesuatu.
Seorang pengikut dan penulis biografinya, William da Tocca, menulis bahwa sejak saat itu Thomas melewatkan waktu berjam-jam dalam doa, siang dan malam, dan jiwanya seakan-akan terangkat dan terserap dalam misteri Allah.
7.
Menjadi Dosen
Di bawah asuhan gurunya yakni Albertus Agung, ia memperoleh gelar ahli teologi. Pada usia 22 tahun, ia ditunjuk untuk menjadi pengajar di Universitas St. Yakobus, bersama dengan Albertus Agung.
Setelah mengajar selama empat tahun, pada tahun 1252 ia dikirim ke Paris. Thomas Aquinas telah menerima lisensi untuk mengajar di Fakultas Teologi, tetapi karena adanya perselisihan antara pihak sekuler dan religius dalam universitas pada masa itu, ia tinggal di biara Dominikan sambil mengajar di sana. Suatu hasil karya yang baik yang dilakukannya selama waktu itu adalah mengajar penjelasan terperinci tentang De Trinitate dari Boethius. Pada saat itu, ia juga mempersiapkan diri untuk mengajar Sententiae dari Petrus Lombardus.
Tugas mengajar didapatkannya kembali pada musim gugur 1256. Ia mengajar tafsir Kitab Suci dan kuliah pengantar karya Boethius. [3] Ia akhirnya diangkat menjadi Magister (setingkat dengan gelar professor/ doktor sekarang) pada 23 Oktober 1257 ketika berumur 31 tahun. Magister muda ini tidak menjadi sombong dengan gelar yang diperolehnya tapi ia tetap tekun berdoa dan mengucap syukur kepada Allah. Pada masa itu, ia terkenal sebagai orang yang saleh dan bijak. Raja Ludovikus yang merupakan raja Prancis pada waktu itu selalu meminta nasehat dari Thomas Aquinas dalam mengurus kerajaannya.
Pada akhir 1261, Paus Urbanus IV meminta Thomas Aquinas kembali ke Roma dan mengajar di sana. Walaupun ia tinggal di Roma namun ia bukan saja mengajar di Roma tetapi juga di beberapa tempat seperti Viterbo, Orvieto, Fondi dan Perugia, juga di Bologna dan Napoli. Ia tinggal di Roma selama kurang lebih sembilan tahun.
Ketika Kapitel General Dominikan di London pada 1263, Thomas Aquinas juga ada untuk membantu di sana. Pada kesempatan ini juga, ia diberhentikan dari tugas mengajarnya. Ia sangat senang dan berterima kasih kepada Allah. Pada 1265 Paus Klemens IV, yang sangat menghormati Thomas Aquinas menawarkan jabatan tinggi gerejawi kepadanya, bahkan jabatan sebagai Uskup Agung di Napoli. Ia menolaknya dan memilih tinggal di Bologna. Di sinilah sebagian tulisan Summa Theologiaenya ditulis. [4] Penolakan yang dilakukannya terjadi karena ia tidak ingin dikendalikan oleh pemerintah imperial Roma. Pada waktu itu, pihak Roma dan Gereja saling bekerja sama, khususnya dalam berbagai tindakan yang tidak terpuji. [5]
Pada 1268/1269, ia dipanggil sekali lagi untuk menduduki jabatan di Paris untuk kedua kalinya (1269-1272). Ia berada di Paris sebagai utusan dari pihak Dominikan. Ia dipanggil karena ada ancaman berat di Paris, yakni adanya perselisihan tentang penggunaan aliran aristotelianisme di Universitas. [6] Untuk membantu menyelesaikan masalah itu, mereka (pihak Universitas) mengundang Albertus Agung ke sana. Namun karena waktu itu usianya tidak muda lagi (75 tahun), mereka menggantikannya dengan Thomas Aquinas. Selama menduduki jabatan untuk yang kedua kalinya, ia ditantang oleh sejumlah profesor di facultas atrium (fakultas sastra) di bawah pimpinan Siger dari Brabant. Pada Paskah 1272, ia kembali lagi ke Roma dan Napoli untuk mengajar teologi di sana.
8.
Karya-Karya Ilmiah Thomas Aquinas
Selama hidupnya, Thomas Aquinas telah menghasilkan banyak karya tertulis. Karya-karya tertulis yang dihasilkan merupakan berbagai karya dari berbagai bidang seperti teologi, filsafat dan liturgi.
Tercatat bahwa ada sekitar 101 karya yang dikenal hingga saat ini. Karya yang dihasilkan ini berupa sintesis teologis, tulisan mengenai perdebatan akademis (De veritate, De Potentia, De Malo, De Spiritualibus Creaturis, De Anima, dll.), penjelasan tentang Kitab Suci (Exposotio in Job “ad litteram”, Postilla Super Psalmos, dll.), penjelasan karya Aristoteles (Sententia super Peri Hermenias, Sententia super Posteriora Analytica, Sententia super Physica, dll), Boethius (Expisito super librum Boethii De trinitate dan Expositio in librum Boethii De hebdomadibus) dan Dyonisius (Exposotio super Dyonisium De divinis nominibus). Ada juga risalah tentang persoalan yang khusus serta kotbah dan lagu-lagu liturgi.
Karya-karya yang akan dikemukakan di sini hanyalah sintesis teologis Thomas Aquinas yang terkenal, yakni: Scriptum super libros sententiarum, Summa contra gentiles serta Summa teologiae.
a.
Scriptum super libros sententiarum. Ini adalah sebuah karangan (scripta) atau elaborasi dari berbagai teks dalam bentuk pertanyaan dan diskusi dari tema-tema yang relevan saat itu. Karangan ini bukanlah komentar terhadap Sententiae dari Petrus Lombardus yang pada waktu itu menjadi bahan ajar resmi bagi para mahasiswa teologi untuk memperoleh gelar bachelor. Ini merupakan bahan ajar Thomas Aquinas ketika menjadi pengajar di Paris untuk pertama kalinya, yang kemudian diedit dan diperbaikinya.
b.
Summa contra gentiles. Ini adalah tulisan Thomas Aquinas untuk membela iman terhadap orang kafir serta sebagai bahan pengajaran bagi para biarawan Dominikan di hadapan orang muslim, Yahudi maupun aliran heresi orang-orang Kristen di Spanyol (Aragon) dan Afrika Utara. Tulisan ini dikerjakan atas permintaan seorang pertinggi Dominikan di Spanyol yakni Raymond Peňafort. Tulisan ini dimulai ketika Thomas Aquinas berada di Paris dan diselesaikan pada 1313 di Barcelona.
c.
Summa teologiae. Ini adalah sintesis teologisnya yang terakhir dan merupakan hasil karya terbesarnya. Buku ini berisi tiga bagian besar. Bagian kedua dibagi lagi dalam dua bagian. Karya ini diperuntukkan bagi para mahasiswa/pemula yang mulai mempelajari teologi. Penulisan karya ini mulai dikerjakan ketika ia mengajar di St. Sabina di Roma (1265-1267). Walaupun buku ini dikatakan sederhana (karena diperuntukkan bagi orang yang baru belajar teologi), namun tidak sepenuhnya argumen tentang kesederhanaan pembahasan Summa teologiae ini benar.
Memang bagian pertama dari karangan ini terasa sederhana, tetapi tidak untuk bagian seterusnya. Bagian selanjutnya sungguh memperlihatkan kejeniusan Thomas Aquinas. Ia berusaha untuk menyampaikan berbagai pertanyaan dan mencari solusi baru dari berbagai masalah, baik masalah yang lama maupun yang baru. Ia menggunakan berbagai sumber terbaik pada masa itu untuk menunjang tersusunnya karya hebat ini.
Karyanya ini sendiri merupakan karya yang paling besar pada jaman itu dan merupakan salah satu dari tiga buku yang ditempatkan di atas meja dewan pada Konsili Trente. Dua buku lainnya, yaitu Kitab Suci dan Ketetapan-Ketetapan Kepausan.
Thomas juga dimintakan bantuannya oleh Paus Urbanus IV untuk menyusun teks liturgi Misa dalam merayakan pesta Sakramen Mahakudus pada tahun 1264. Beberapa karya yang dihasilkan Thomas adalah dua lagu pujian “Verbum supernum” dan “Pange lingua”, dikenal oleh seluruh Gereja Katolik, termasuk pujian “O salutaris” dan “Tantum ergo” yang secara teratur dinyanyikan di biara Benediktin. Adapun karya lagu pujian dari Thomas, khususnya “Lauda Sion” dan “Adoro te devote” berisi penjelasan lengkap atas ajaran teologi kristiani.
9.
AKHIR HIDUP DAN BEATIFIKASI
Pada 1 Mei 1274, Paus Gregorius X memanggil sebuah konsili yakni Konsili Lyon untuk memadamkan pergerakan skisma Yunani dan melawan pergerakan muslim saat Perang Salib. Paus meminta Thomas Aquinas untuk menghadiri konsili. Walaupun sedang sakit, namun ia berangkat juga pada akhir Januari dengan ditemani F. Reginaldo dari Piperno. [7]
Ketika sampai di tempat kediaman keponakannya, Fransiska di kastil Magenza, ia terserang penyakit. Ia kehilangan nafsu makan sehingga badannya lemah dan tidak dapat melanjutkan perjalanan ke Lyon. Disana, ia yakin bahwa maut akan menjemputnya. Namun ia akhirnya berjuang untuk melanjutkan perjalanan itu. Namun ketika sampai di Fossanova, ia tidak dapat melanjutkan lagi perjalanannya dan menginap di biara terkenal di Cistercians, Keuskupan Terracina.
Di biara Fossanova, ia mendapatkan perawatan yang baik dari para rahib. Dalam masa sakit ini (raga semakin melemah), ia tidak henti-hentinya berdoa dan memasrahkan diri pada tangan Allah dan mengucap syukur kepada-Nya karena sudah membimbing dia hingga saat itu. Untuk membalaspara rahib, ia menuliskan sebuah risalah pendek berjudul Canticle of Canticle walaupun tidak sampai selesai.
Dalam kondisi sakit yang semakin memburuk, ia juga meminta kepada temannya Reginaldo untuk bisa menerima pengakuan dosa. Setelah mendapatkan absolusi, ia lalu menginginkan viaticum dan meminta dibaringkan di atas abu di atas tanah untuk menerima Tuhannya. Saat menerima hosti, dia berlutut, dan menumpahkan air mata di pipinya dan berkata: “Aku menerima Engkau, harga dari penebusanku; Aku menerima Engkau, bekal perjalanan jiwaku, Engkau yang kukasihi, yang kuselidiki, yang menginspirasi karya-karyaku, yang kukotbahkan, dan yang kuajarkan. Aku telah menulis banyak dan seringkali diperdebatkan tentang misteri hukum-Mu, O Allahku; Engkau yang mengetahui apa yang kuinginkan untuk kuajarkan hanya dari-Mu saja. Jika apa yang tertulis benar, terimalah sebagai sebuah penghormatan pada Keagungan-Mu yang Takterbatas; jika salah, mohon ampun atas kesalahanku; Kupersembahkan semua yang telah kulakukan pada-Mu, dan kuserahkan semuanya pada penilaian Gereja Roma Kudus-Mu yang tak pernah salah, dengannya aku menaatinya.”
7 Maret 1274, di biara Fossanuova, dengan usia hampir lima puluh tahun, Thomas meninggal. Pada hari yang sama St. Albertus, yang pada waktu itu berada di Cologna, meledak dalam tangisan di tengah-tengah komunitas, dan mengatakan “Saudara Thomas Aquinas, saudaraku di dalam Kristus, cahaya Gereja sudah wafat. Allah telah menyatakannya kepada saya.”
Misa requiem untuk Thomas Aquinas secara hikmat diadakan di biara Fossanova segera setelah kematian. Masyarakat biasa, keluarga dan teman-teman keluarga Thomas Aquinas dalam jumlah besar menghadirinya, bersama Uskup Francis dan teman-teman Fransiskannya, dan beberapa anggota Dominikan yang datang dari Anagni dan Gaeta.
NB:
Walaupun Thomas Aquinas sendiri telah mengakhiri perjalanan di dunia ini, tetapi jasadnya tidak. Segera setelah penguburan, para rahib Cistercian mulai khawatir bahwa jasadnya nanti diambil (oleh pihak Dominikan), sehingga mereka secara rahasia memindahkan jasad itu dari kuburan ke kapela yang disebut kapela St. Stefanus, di dalam biara yang sama. Peti mati digali lalu dibuka dan serentak bau harum memenuhi seluruh biara, dan jasadnya ditemukan tidak mengalami kerusakan, meskipun tanah lembab menyelimuti seluruh jasad Thomas Aquinas.
Setelah kematian Paus Gregorius X pada 10 Januari 1276, terdengar isu bahwa Peter dari Tarentaise, seorang Magister Dominikan dari Paris akan dipilih menjadi Paus. Rahib Cistercian takut bahwa jika ia terpilih, ia akan mengambil jasad Thomas Aquinas dan dibawa ke pihak Dominikan.
Selanjutnya, menurut Bertolomeus dari Capua, mereka “memilih” tiga utusan dan pada suatu malam mereka menggali jasad Thomas dari tempat peristirahatannya, memotong kepalanya dan menempatkannya di tempat rahasia di sudut stala / bangku-bangku koor dalam biara itu. Rahib dari Fassanova berpikir bahwa jika jasad itu diserahkan pada pihak Dominikan, mereka sendiri sekurang-kurangnya telah mendapatkan kepalanya. Walaupun demikian, mereka menyangkal bahwa jasad telah dipenggal pada waktu itu.
Penggalian lain terjadi pada 1288, ketika Ratu Theodora meminta tangan kanannya dan menempatkannya di kapela San Saverino. Adapun ibu jari / jempolnya telah diberikan kepada Reginaldo dari Piperno sebelum pemakaman pada 1274.
Beberapa tahun setelah kematiannya, sekitar tahun 1277, 219 proposisi yang dikemukakan oleh Thomas pernah dinyatakan sesat dan dikucilkan dari ajaran Gereja. Peng-kafir-an ajaran ini diumumkan secara resmi namun ajarannya diterima kembali sebagai ajaran resmi Gereja sejak 14 Februari 1325.
Pada 1303, seorang Dominikan lain terpilih sebagai Paus dengan nama Benediktus XI, dan para Cistercian kembali menjadi takut akan kehilangan relikui suci mereka. Akhirnya mereka mengirimkan jasad Thomas Aquinas ke tiga lokasi dan dengan cepat memberi kesan bahwa jasad Thomas Aquinas telah dipindahkan.
Rencana untuk mengkanonisasi Thomas Aquinas sendiri datang dari Paus Yohanes XXII, tetapi lebih giat diusahakan oleh pihak Dominikan. Kanonisasi pertama terjadi pada 1319. Yohanes XXII adalah paus yang terpilih pada tahun 1316, dan dari permulaan, ia tertarik untuk mengkanonisasi Thomas Aquinas. Untuk tujuan itu, dewan provinsi cabang Sisilia bertemu di Gaeta pada September 1317. Pada bagian ini mereka menunjuk William dari Tocco menjadi penyelenggara/ penganjur proses kanonisasi Thomas Aquinas. Ia dan biarawan muda Robert dari Benevento ditugaskan untuk mengumpulkan hal-hal dan data-data yang berhubungan dengan kelahiran, hidup, kematian dan mujizat dari Thomas Aquinas yang disampaikan melalui penglihatan suci. Proses penyelidikan untuk kanonisasi itu terjadi dua kali. Pertama dilakukan pada 1219 dan yang kedua terjadi dua tahun berikutnya.
Saat proses penyelidikan untuk kanonisasi, terdapat banyak mujizat yang dilaporkan terjadi setelah kematian Thomas Aquinas. Salah satu mujizat yang terjadi, Sub Prior Fassanova yang hampir buta menjadi dapat melihat dengan jelas lagi setelah memandang jasad Thomas Aquinas.
Akhirnya, 50 tahun setelah kematiannya, pada 18 Juni 1323, Paus Yohanes XXII bertempat di Avignon, mengkanonisasikan Thomas sebagai Santo/Orang Kudus. Dua abad kemudian, St. Thomas Aquinas diangkat kembali martabatnya sebagai pujangga Gereja oleh Paus Pius V.
Menurut sejarah, dari 1369 sampai dengan 1921, setiap tanggal 28 Januari (tanggal di mana jasadnya dibawa ke Toullouse – Prancis) dan 7 Maret (tanggal kematiannya) anggota Dominikan memperingati pesta St. Thomas Aquinas. Dalam setahun mereka memperingati St. Thomas Aquinas sebanyak dua kali. Selanjutnya, dalam kalender Gereja kemudian, pesta tunggal St. Thomas Aquinas dirayakan pada 28 Januari.
Di lain matra, pengkanonisasian Thomas Aquinas memang telah terjadi namun masalah hak kepemilikan relikuinya belum berakhir. Akhirnya pada 1369, setelah “perang” antara Dominikan dan Cistercian selama 95 tahun setelah kematiannya, Paus Urbanus V meminta agar jasad itu diberikan kepada hierarki suci. Pada tahun yang sama, Paus Urbanus V juga meminta para rahib dari Fassanova untuk memberikan jasad St. Thomas Aquinas kepada Uskup di Lucca, yang lalu akan memberikan kepada petinggi Dominikan, Elias Raymond. Pada Sabtu, 28 Januari 1369, relikui itu akhirnya dikirimkan ke biara tua Dominikan di Toullouse.
10. Thomas dan Inti Ajarannya
Thomas lahir dalam sebuah abad yang memiliki kegiatan intelektual yang luar biasa. Kegemilangan filsafat Kristen telah dihadirkan oleh St. Agustinus yang telah mengkristenkan Platonisme. Namun, dengan penemuan kembali Aristoteles melalui beberapa komentator Arab, sebuah pandangan baru muncul di arena skolastik. Meski pada awalnya pemikiran Aristoteles dalam tafsiran kaum Arab dicurigai oleh dunia Kekristenan, Thomas Aquinas telah mengenali dan menguasai kebenaran dasar dan nilai-nilai teologi Kristiani dalam pemikiran Aristoteles dan melalui sarana tersebut, Tomas Aquinas dapat memformulasikan seluruh kebenaran tubuh Katolik.
Thomas sendiri dikenal sebagai pribadi yang sangat takwa dan rendah hati. Ia tidak pernah mengatakan bahwa ia belajar lebih banyak di bawah kaki salib Kristus daripada dari buku-buku. Ia berdoa dengan air mata untuk memperoleh pemahaman akan Misteri Allah. Atas anugerah Allah, Thomas menerima penerangan berlimpah-limpah dalam pikirannya dan menanggapi dengan rendah hati karunia besar tersebut. Selain itu, Thomas berpikir bahwa orang lain lebih baik daripada dirinya. Secara luar biasa sederhana ia menyatakan pendapatnya, dan tidak pernah ia kehilangan kesabaran dalam beragumentasi, juga tidak pernah terdengar bahwa ia memotong pembicaraan atau mengatakan sesuatu yang dapat melukai sesama.
Sejarah Gereja juga mencatat bahwa Paus Yohanes XXII mengangkat Thomas sebagai orang kudus pada tahun 1323. Dan pada masa St. Pius V, beliau memberinya gelar pujangga Gereja. Paus Leo XIII menyatakannya sebagai pelindung seluruh universitas, fakultas dan sekolah-sekolah pada tahun 1880. St. Thomas juga diberi gelar “Doctor Angelicus”, yang berarti “Pujangga Malaikat”.
A.Pemikiran Thomas Aquinas dalam Teologi
Ahli teologi kerap menganggap bahwa eksistensi Tuhan tidak bisa diketahui oleh akal dan hanya dapat diketahui oleh iman. Namun, menurut Aquinas, eksistensi Tuhan dapat diketahui oleh akal. Thomas mengajarkan Allah dalam pandangannya yang mencerminkan pengaruh filsafat Aristoteles dari zaman Yunani klasik: sebagai "ada yang tak terbatas" (ipsum esse subsistens). Allah adalah "zat yang tertinggi", yang mempunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak.
Thomas mengajukan lima dalil atau argumen untuk menunjukan eksistensi Tuhan dengan akal, diantaranya:
Pertama, diangkat dari sifat alam yang selalu bergerak.
Setiap yang bergerak pasti digerakan oleh yang lain sebab tidak mungkin suatu perubahan dari potensialitas bergerak ke aktualitas bergerak tanpa ada penyebabnya dan penyebabnya itu tidak mungkin ada pada dirinya sendiri. Dengan kata lain, tidak mungkin sesuatu bergerak dengan sendirinya. Oleh karena itu, menurut Thomas Aquinas, karena alam ini bergerak, maka pastilah ada Penggerak Pertama, yaitu Penggerak Yang tidak digerakan oleh yang lain. Itulah Tuhan.
Kedua, Disebut sebab yang mencukupi.
Didalam dunia inderawi kita saksikan adanya sebab yang mencukupi. Dalam kenyataannya yang ada ialah rangkaian sebab dan musabab. Seluruh sebab berurutan dengan teratur: penyebab pertama menghasilkan musabab, musabab ini menjadi penyebab yang kedua yang menghasilkan musabab kedua, dan begitu seterusnya sehingga terjadi rangkaian penyebab. Itu berarti jika membuang sebab sama dengan membuang musabab. Artinya, bila ada Sebab Pertama, tentu tidak akan ada rangkaian sebab. Dan pada akhirnya Thomas Aquinas menyimpulkan bahwa yang menjadi Sebab Pertama adalah Tuhan.
Ketiga, argumen kemungkinan dan keharusan.
Alam semesta ini bermula dari tidak ada menjadi ada. Jika alam ini ada, maka haruslah mengadakan Ada Pertama. Artinya, Ada Pertama itu harus ada karena adanya alam semesta ini. Akan tetapi, ada yang harus ada itu darimana ? terjadi rangkaian penyebab. Thomas Aquinas beranggapan bahwa kita harus berhenti pada Penyebab yang harus ada. Itulah Tuhan.
Keempat, memperhatikan tingkatan yang terdapat pada alam ini.
Isi alam ini berkekurangan dan berkelebihan. Misalnya dalam hal keindahan, kebaikan dan kebenaran. Ada yang indah, ada yang paling indah dan ada pula yang terindah. Tingkatan tertinggi menjadi sebab tingkatan dibawahnya. Artinya, Tuhan itu Yang Maha Sempurna, Yang Maha Benar adalah sebab bagi sempurna dan benar pada tingkatan di bawah-Nya. Karena itu, harus ada tingkatan yang tertinggi, dan Thomas Aquinas berpendapat bahwa tingkatan tertinggi ialah Tuhan.
Kelima, berdasarkan keteratuan alam.
Keteraturan alam adalah tujuan dari alam diciptakan. Alam tidak mempunyai akal namun benda-benda yang ada di dalam alam semesta ini diatur oleh sesuatu dalam bertindak mencapai tujuannya. Sesuatu yang tidak berakal tidak mungkin mencapai sebuah tujuan. Namun, nyatanya alam mencapai tujuan itu. Adalah mustahil jika tidak ada yang mengarahkan untuk alam ini. Yang mengarahkan itu pasti mempunyai akal dan mengetahui. Yang mengarahkan alam semesta dan isinya ini harus ada. Haruslah berakal dan berpengetahuan pula. Thomas Aquinas menganggap bahwa yang mengarahkan alam untuk mencapai tujuannya—keteraturan alam— ialah Tuhan.
B.Teori Pengetahuan Thomas Aquinas
Dalam seluruh teorinya tentang pengetahuan, Thomas Aquinas konsisten dengan pandangannya bahwa akal dan iman itu tidak bertentangan. Baginya, filsafat ditentukan oleh penjelasan sistematis kecakapan, sedangkan agama ditentukan oleh keimanan. Dengan demikian, pengetahuan sebenarnya adalah gabungan dari kedua-duanya.
Ya, Thomas Aquinas selalu mengajarkan untuk menyeimbangkan akal dan iman; akal membantu membangun dasar-dasar filsafat Kristen. Akan tetapi, harus selalu disadari bahwa hal itu tidak selalu dapat dilakukan karena akal terbatas. Akal tidak dapat memberikan penjelasan tentang kehidupan kembali dan penebusan dosa. Akal tidak akan mampu membuktikan kenyataan esensial tentang keimanan Kristen. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa dogma-dogma Kristen tetap sebagaimana yang disebutkan dalam firman-firman Tuhan.
Dengan demikian, pengetahuan dalam filsafat Thomas Aquinas mempunyai dua jalur. Jalur itu ialah jalur akal yang dimulai dari manusia dan berakhir pada Tuhan, lalu yang kedua ialah jalur iman yang dimulai dari Tuhan, didukung oleh akal.
C.Etika dalam Pandangan Thomas Aquinas
Nilai etika yang tertinggi pada etika Aquinas adalah Kebaikan Tertinggi. Pandangan etika Aquinas menekankan superioritas kebaikan keagamaan. Karenanya ia banyak membahas persoalan keimanan. Ia sangat toleran terhadap orang-orang yang tidak beriman dan bekerja sama dengan mereka, tetapi terang-terangan menuduh mereka kafir.
Dasar kebaikan secara universal adalah kemurahan hati yang menurut Aquinas lebih dari sekedar kedemawanan atau belas kasihan. Kemurahan hati itu terdapat di dalam jiwa yang penuh dengan cinta. Cinta kepada Tuhan datang pertama kali, dari situ muncul cinta kepada selain Tuhan.
Bisa jadi, kehidupan monastik pada masa awal hidupnya memainkan peran penting di dalam etikanya. Oleh karena itu, Aquinas setuju kepada St. Augustinus yang mengajarkan bahwa kehidupan selibat lebih baik daripada kawin. Selain itu, Thomas Aquinas berpendapat bahwa perkawinan itu tidak boleh berujung pada perceraian karena perceraian itu berlawanan dengan hukum masyarakat dan menentang Tuhan. Ia juga menegaskan bahwa monogami adalah watak asli manusia dan ia juga menentang pembatasan kelahiran.
Lebih lanjut, mengenai free will atau kebebasan berkehendak, Thomas Aquinas menyatakan bahwa manusia berada pada kedudukan yang berbeda dari Tuhan. Tuhan selalu benar sedangkan manusia kadang salah. Dalam memilih, manusia selalu dipengaruhi oleh materi. Karena itulah, kemauan manusia itu datang dari dalam diri sendiri bukan ditentukan oleh sesuatu yang di luar dirinya. Artinya, jika seseorang memilih salah, maka layaklah orang itu mendapatkan hukuman.
D.Manusia dan Dunia
Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini sendiri kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). "Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat," demikian kata Thomas Aquinas. Jelasnya, Thomas mengajarkan bahwa pada mulanya manusia mempunyai hidup kodrati yang sempurna dan diberi rahmat Allah.
E.Dosa dan Sakramen
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rahmat Allah (rahmat adikodrati) itu hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi kurang sempurna. Manusia tidak dapat lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati itu ditawarkan kepada manusia lewat gereja dengan pelbagai sakramennya. Dengan bantuan rahmat adikodrati itu manusia dikuatkan untuk mengerjakan keselamatannya dan memungkinkan manusia dimenangkan oleh Kristus.
Mengenai sakramen, ia berpendapat bahwa terdapat tujuh sakramen yang diperintahkan oleh Kristus, dan sakramen yang terpenting adalah Ekaristi (sacramentum sacramentorum). Rahmat adikodrati itu disalurkan kepada orang percaya lewat sakramen.
Dengan menerima sakramen, orang mulai berjalan menuju kepada suatu kehidupan yang baru dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menjadikan ia berkenan kepada Allah. Dengan demikian, rahmat adikodrati sangat penting karena manusia tidak bisa berbuat apa-apa yang baik tanpa rahmat yang dikaruniakan oleh Allah.
Gereja dipandangnya sebagai lembaga keselamatan yang tidak dapat berbuat salah dalam ajarannya. Paus memiliki kuasa yang tertinggi dalam gereja dan Pauslah satu-satunya pengajar yang tertinggi dalam gereja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar