Ads 468x60px

ST BENEDIKTUS DAN "PSB" - "PERATURAN SANTO BENEDIKTUS" 1


SEBUAH PERKENALAN:
ST BENEDIKTUS DAN "PSB" - "PERATURAN SANTO BENEDIKTUS"
A.
Benediktus, orang kudus dari Italia, hidup di akhir abad V sampai pertengahan abad VI. Ia memang terberkati, sesuai dengan namanya. Hal ini tercermin dari tahapan hidupnya seperti berikut:
• Masa mudanya dihayati di tempat kelahirannya, Norcia, selama 21 tahun.
• Kemudian belajar di Roma, pusat dunia Barat waktu itu, selama 14 tahun
• Menjalani hidup bertapa sendiri di Subiaco, selama 14 tahun
• Menghidupi hidup senobit, khususnya sebagai pemimpin biara di Monte Casino sampai dengan wafatnya, selama 14 tahun
Tampak, bahwa hidupnya meliputi tahapan 21 tahun dan tiga kali 14 tahun. Bilangan 21 dan 14 adalah kelipatan tujuh, yaitu bilangan yang menunjuk pada kepenuhan.
Dewasa ini, sejak pertengahan abad lalu, tahapan hidup Benediktus seperti di atas tidak lagi dipercaya dalam arti harafiah. Meski begitu, hormat terhadap Benediktus tidak memudar. Ketangguhan pribadi Benediktus terbukti nyata melalui tulisannya, yaitu Peraturan bagi para rahib dan dikenal sebagai Peraturan Santo Benediktus. Peraturan ini telah memperlihatkan nilai spiritualnya dalam membimbing para rahib dan rubiah dalam menghayati hidup monastik selama berabad-abad sampai dewasa ini.
B.
Marilah kita lihat sedikit lebih jauh mengenai Peraturan Benediktus ini, dimana dapat disebutkan di sini dua butir yang menunjukkan nilai unggul Peraturan ini yang sekaligus menampilkan sosok Benediktus. Siapa pun yang pernah membaca Peraturan benediktus dengan hati, artinya bukan sekedar pengisi waktu, akan terkesan akan ungkapan yang sejajar atau searti yang terdapat pada awal dan akhir peraturan tersebut:
• Pada bagian Prakata, Benediktus yang meyakini bahwa hidup monastik adalah jalan panggilan hidupnya menyatakan (lih. Pr 48-49): “Jalan penyelamatan akan dirasakan sulit pada awalnya. Namun dengan bertahan dalam iman, hati akan menjadi lapang karena kemanisan kasih tak terungkapkan, sehingga orang akan berlari pada jalan perintah Allah”
• Sedangkan pada pasal terakhirnya Benediktus menulis (lih 73.1-2): “Peraturan kecil ini ditulis agar dipenuhi sebaik-baiknya di biara sebagai awal perjalanan penyelamatan. Selanjutnya saudara akan siap menghayati ajaran para Bapa Suci dan bergegas menuju kesempurnaan hidup”.
Jika kedua ungkapan di atas, satu dari bagian awal dan yang lain dari bagian akhir Peraturan Benediktus, dan memang memiliki arti yang sejajar, maka dapat dikatakan bahwa penulisnya, yaitu Benediktus memandang hidup monastik bukan sebagai yang sekali jadi: akan sulit pada awalnya, namun semakin dihayati semakin menarik dan penuh dengan harapan.
Benediktus mengajak, bahkan mendesak para rahib agar bertahan dan memandang ke depan; tidak putus harapan dalam menghadapi tantangan karena ia yakin setiap rahib mempunyai kesempatan mengembangkan dirinya. Kesempurnaan hidup bukanlah sesuatu yang statis, melainkan dinamis berkembang hari demi hari. Maka hidup monastik benediktin mengarah pada kemajuan tiada henti.
Dalam hal ini ia mengingatkan agar rahibnya agar waspada. Mengapa? Ia menegaskan bahwa kemajuan hidup rohani tanpa rahmat Allah merupakan berhala diri. Dengan begitu, bagi Benediktus, menjadi rahib bukan berarti menjadi sosok yang merasa lebih baik dari pada orang lain; menjadi rahib berarti menjadi sosok yang senantiasa membarui diri dalam menanggapi situasi zaman.
Selanjutnya, Benediktus adalah sosok senobit, yang dengan sepenuh hati menghayati hidup bersama di biara, hidup berkomunitas. Selain pada kutipan di atas, ia menyatakan: “marilah kita dengan bantuan menekuni jalan hidup yang paling kokoh, yaitu hidup berkomunitas“ (lih 1.13). Memang tidak ada cerita rinci mengenai pengalaman Benediktus dalam menghayati hidupnya. Namun tersirat dari pernyataannya (lih 72.7,12): “hendaknya jangan seorang pun memburu kepentingannya sendiri, melainkan yang berguna bagi komunitas. Dengan begitu, semoga Kristus mengantar kita bersama sampai ke kehidupan kekal“.
Tentunya Benediktus mengalami suka-duka, jerih-payah, atau bahkan sangat mungkin kegagalan-kegagalan pahit dalam berkomunikasi dengan saudara-saudaranya sekomnitas.
Seorang ahli Kitab Suci, khususnya tentang pengalaman kenabian dalam Perjanjian Lama, merumuskan secara tajam pengalaman semacam ini. Ketika membandingkan Abraham dengan Musa ia menulis sebagai berikut:
Abraham menerima tawaran ilahi dengan keteguhan hati tidak tergoyahkan. Ia meninggalkan tanah Kaldea dan melakukan perjalanan yang diperintahkan Allah. Bahkan dalam kisah pengorbanan anaknya, tidak diceritakan sama sekali apa yang dirasakannya. Ia nabi dengan kepastian.
Berlainan dengan Musa!
Musa adalah nabi dengan ketidakpastian. Ia ditolak, diberontak dalam komunitas bangsa Hibrani. Musa bukanlah nabi individual seperti Abraham. Perutusan Musa adalah tinggal dalam komunitas bangsa Hibrani. Ia menghayati hidupnya di tengah konflik perjuangan mengatasi tantangan perjalanan hidup. Ia hidup dalam komunikasi, komunikasi yang berisiko gagal. Kadang-kadang jika kegagalan pahit berkomunitas tak terhindarkan, Allah memberi kesempatan kepada Musa untuk menjadi seperti Abraham, seorang nabi dan bapa bangsa. Namun Musa selalu menjawab: “Tidak, saya mau terus dengan komunitas ini“.
Benediktus memang bukan Musa. Dan memang tidak perlu menyejajarkan Benediktus dengan Musa. Namun dapat dikatakan bahwa keyakinan Benediktus sejajar dengan keyakinan Musa, yaitu: kehidupan dalam hidup ini tergantung atau berdasarkan pada imannya sendiri, iman masing-masing saudara sekomunitas, dan iman seluruh komunitas; dengan lain kata, suatu radikalitas hidup beriman.
C.
Prakata PSB
1 Dengarkanlah, hai puteraku, perintah gurumu dan condongkanlah telinga hatimu. Terimalah dengan ikhlas dan penuhilah dengan nyata petunjuk bapak yang mencintai engkau , 2 supaya melalui jerih payah ketaatan engkau kembali kepada Allah yang telah kautinggalkan melalui ketidaktaatan yang malas. 3 Jadi kataku ini sekarang kutujukan kepada siapa pun di antara kamu yang melepaskan kehendak sendiri untuk berjuang bagi Tuhan Kristus, raja sejati, dengan mengangkat senjata yang paling kuat dan paling hebat, yaitu ketaatan . 4 Pertama-tama, bila engkau memulai melakukan sesuatu yang baik, mohonlah dengan sangat kepada Allah dalam doa, supaya Ia sudi menyelesaikannya . 5 Ia sudah berkenan menghitung kita sebagai putera-Nya. Jangan sampai Ia menjadi susah karena perbuatan kita yang buruk. 6 Kita memang harus sewaktu-waktu taat kepada-Nya sehubungan dengan kebaikan-kebaikan yang ditaruhkan-Nya dalam diri kita. Jangan sampai terjadi bahwa pada suatu saat ketika Ia sebagai bapak menjadi marah dan mencabut warisan putera-putera-Nya.
7 Tetapi jangan juga sampai terjadi bahwa Ia sebagai Tuhan yang menakutkan menjadi marah karena kejahatan-kejahatan kita dan menyerahkan kita kepada hukuman kekal, karena kita sebagai abdi yang jahat sekali tidak mau mengikuti-Nya sampai pada kemuliaan.
8 Oleh sebab itu, marilah kita sekarang bangun, sebab Alkitab membangunkan kita dengan berkata, Saatnya telah tiba bagi kita untuk bangun dari tidur . 9 Dengan mata terbuka kepada cahaya ilahi dan dengan telinga penuh perhatian, marilah kita mendengarkan suara ilahi yang tiap hari berseru dan menasihati kita, 10 Pada hari ini sekiranya kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu ! Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada gereja-gereja . 12 Dan apa yang dikatakan-Nya? Marilah anak-anakku, dengarkanlah Aku. Takut akan Allah akan Kuajarkan kepadamu . 13 Berlarilah selama cahaya kehidupan ada padamu, jangan sampai kegelapan kematian menyergap kamu . 14 Karena mau mencari bagi diri-Nya sendiri seorang karyawan di antara orang banyak yang menerima seruan tadi, Tuhan bersabda lagi, 15 Siapakah orang yang menyukai hidup dan menginginkan umur panjang untuk menikmati yang baik ? 16 Kalau mendengar itu engkau menjawab, Saya. Allah bersabda kepadamu, 17 Jika engkau mau memperoleh kehidupan sejati yang kekal, jagalah lidahmu terhadap yang jahat dan bibirmu terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik, carilah perdamaian dan berusahalah mendapatkannya . 18 Dan apabila kamu melakukan itu, mata-Ku tertuju kepadamu dan telinga-Ku kepada doamu, dan sebelum kamu memanggil
Aku, Aku akan berkata kepadamu: Ini Aku ! 19 Saudara-saudara terkasih, manakah yang lebih manis daripada suara Tuhan yang mengundang kita demikian? 20 Kamu melihat sendiri betapa baiknya Tuhan. Ia menunjukkan jalan kehidupan kepada kita . 21 Oleh sebab itu, marilah kita mengikat pinggang kita dengan iman dan dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik, marilah kita maju dalam perjalanan Tuhan di bawah bimbingan Injil, supaya kita pantas melihat Tuhan yang telah memanggil kita ke dalam kerajaan-Nya
22 Bila kita ingin berdiam di kemah kerajaan-Nya, kita sama sekali tidak akan sampai jika kita tidak berlari ke situ dengan mengerjakan perbuatan-perbuatan baik. 23 Tetapi baiklah kita bertanya kepada Tuhan bersama Nabi sambil berkata kepada-Nya, Tuhan, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu? Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus ? 24 Setelah mengajukan pertanyaan itu, saudara-saudara, marilah kita mendengarkan Tuhan yang menjawab kita dan menunjukkan jalan ke kemah-Nya, 25 sabda-Nya, Yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil , 26 dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya , 27 yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya ; 28 yang memandang hina setan jahat yang sedang menyarankan sesuatu kepadanya, dengan meludahkan sarannya itu dari pandangan hatinya, serta menangkap anak-anaknya – yaitu pikiran-pikiran yang disarankannya – dan memecahkannya pada Kristus . 29 Mereka itulah yang takut akan Allah dan tidak menyombongkan diri atas perbuatan baik yang dilakukannya melainkan beranggapan, bahwa sesuatu yang baik dalam diri mereka tidak dapat terjadi oleh diri mereka sendiri melainkan oleh Tuhan. 30 Maka mereka memuliakan Tuhan yang berkarya dalam diri mereka sambil berkata bersama Nabi, Bukan kepada kami, ya Tuhan, bukan kepada kami, melainkan kepada nama-Mulah berilah kemuliaan , 31 seperti Rasul Paulus juga tidak menganggap pewartaannya sebagai hasil kemampuannya sendiri, katanya, Karena hasil karunia Allah, aku adalah sebagaimana aku ada sekarang , 32 Dan ia masih berkata lagi, Barangsiapa bermegah, hendaklah ia bermegah di dalam Tuhan . 33 Maka Tuhan pun bersabda dalam Injil, Orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu . 34 Kemudian datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, tetapi rumah itu tidak rubuh sebab didirikan di atas batu .
35 Setelah mengakhiri perkataan itu, Tuhan mengharapkan bahwa kita tiap hari menanggapi petunjuk-petunjuk-Nya yang suci itu dengan perbuatan-perbuatan . 36 Oleh sebab itu hari-hari hidup kita ini diperpanjang supaya kita dapat memperbaiki kelakuan kita yang buruk, 37 sesuai dengan kata-kata Rasul, Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kesabaran Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan ? 38 Sebab karena kebaikan-Nya Tuhan bersabda, Aku tidak menghendaki kematian orang berdosa, melainkan menghendaki pertobatannya supaya ia hidup .
39 Jadi, saudara-saudara, kita sudah menanyakan tentang penghuni kemah-Nya. Kita sudah mendengar perintah untuk menumpang di situ, tentu saja dengan syarat bahwa kita memenuhi kewajiban-kewajiban penghuni. 40 Oleh sebab itu, hati dan badan kita harus dipersiapkan untuk berjuang di bawah ketaatan suci kepada perintah-perintah itu . 41 Mengingat adanya hal yang berada di luar kemampuan kodrat kita, marilah kita mohon kepada Tuhan supaya Ia memberi bantuan kepada kita.
42 Jika kita mau menjauhkan diri dari hukuman neraka dan mau sampai pada kehidupan kekal, 43 selama masih ada waktu, selama kita masih berada dalam badan ini dan selama masih ada waktu untuk memenuhi semuanya itu dalam hidup yang terang ini, 44 sekarang ini kita harus berlari dan melakukan yang berguna kita untuk selamanya .
45 Oleh sebab itu, kita harus mendirikan sekolah pengabdian Tuhan. 46 Dalam mengatur sekolah itu kami berharap tidak akan menentukan sesuatu pun yang keras atau pun berat . 47 Meskipun begitu bila pertimbangan keseimbangan menuntut bahwa kita memasukkan sesuatu yang lebih ketat untuk memperbaiki cacat-cacat dan untuk mempertahankan cinta kasih, 48 engkau tidak boleh langsung terkejut ketakutan dan melarikan diri dari jalan keselamatan yang memang harus sempit pada permulaannya . 49 Tetapi dengan maju dalam hidup membiara dan dalam iman, hati menjadi lapang dan orang berlari pada jalan perintah Allah dengan kemanisan kasih yang tak terungkapkan . 50 Dengan demikian, jika kita tidak pernah menyimpang dari bimbingan guru itu dan bertekun dalam pengajarannya di biara sampai mati, kita akan mengambil bagian dalam penderitaan Kristus oleh kesabaran, supaya kita pantas turut mengambil tempat dalam kerajaan-Nya. Amin .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar