Ubi Episcopus, ibi Ecclesia.
Di mana Uskup hadir, di sana ada Gereja.
Di mana Uskup hadir, di sana ada Gereja.
Proficiat
Mgr. Adrianus Sunarko
Uskup Pangkalpinang
23/9/2017
Mgr. Adrianus Sunarko
Uskup Pangkalpinang
23/9/2017
Hendaklah Pulau-Pulau Bersukacita...
sebab gemuruh bahagia ini bukan milik langit semata..
sebab gemuruh bahagia ini bukan milik langit semata..
Hendaklah pulau-pulau bersukacita
sebab kabar baik dan pendengarnya kini menemukan pewarta
sebab kabar baik dan pendengarnya kini menemukan pewarta
Hendaklah pulau-pulau bersukacita
sebab tiap lautan air mata hanya jarak antara dua daratan tawa dan cinta
sebab tiap lautan air mata hanya jarak antara dua daratan tawa dan cinta
Hendaklahlah pulau-pulau bersukacita
sebab "Mitra" tidak memisahkan saudara
Tapi justru menampung semua jenis cerita
sebab "Mitra" tidak memisahkan saudara
Tapi justru menampung semua jenis cerita
Hendaklah pulau-pulau bersukacita...
Hingga hari setelah kita menutup mata...
Hingga hari setelah kita menutup mata...
***
Profisiat Mgr. Adrianus Sunarko, OFM.
Selamat menjadi gembala bagi pulau-pulau di Keuskupan Pangkal Pinang.
Profisiat Mgr. Adrianus Sunarko, OFM.
Selamat menjadi gembala bagi pulau-pulau di Keuskupan Pangkal Pinang.
NB:
A.
Pesan Uskup Baru.
A.
Pesan Uskup Baru.
Setelah mengungkapkan Pengakuan Iman dan Janji Kesetiaan di Gereja Santa Bernadeth, Pangkalpinang, 22 September 2017, dalam Salve Agung yang dipimpin Mgr Martinus Dogma Situmorang OFMCap, yang kemudian memberkati insignia atau tanda-tanda yang akan dikenakan sebagai uskup, Mgr Adrianus Sunarko OFM ditahbiskan sebagai Uskup Pangkalpinang dalam Perayaan Tahbisan di Stadion Depati Amir Pangkalpinang, 23 September 2017.
Di depan sekitar 11.000 umat Katolik Keuskupan Pangkalpinang, serta 175 imam dan 25 uskup dari seluruh Indonesia dan wakil-wakil lembaga, serta Sekretaris Duta Vatikan untuk Indonesia Pastor Fabio Salermo, Mgr Sunarko mengatakan dalam sambutan bahwa “ketika 22 Juni 2017 saya diberitahu oleh Nuncio waktu itu, Mgr Antonio Guido Filipazzi, bahwa Paus Fransiskus memilih saya menjadi Uskup Keuskupan Pangkalpinang, penunjukan itu adalah sesuatu yang bukan rancangan saya.”
Uskup Pangkalpinang, yang ditahbiskan oleh Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso SCJ dengan penahbis lain Mgr Yohanes Harus Yuwono dan Mgr Leo Laba Ladjar OFM, didampingi Ketua Unio Keuskupan Pangkalpinang Pastor Ferdinandus Meo Bupu Pr dan Provinsial OFM Pastor Mikhael Peruhe OFM menegaskan, “sebenarnya di tahun-tahun terakhir tugas sebagai pelayan provinsi OFM Indonesia saya sudah mulai merencanakan sejumlah hal untuk lebih penuh mencurahkan perhatian pada dunia akademis berkaitan dengan tugas sebagai dosen teologi di STF Driyarkara.”
Maka, bagian Kitab Nabi Yesaya “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu” (Yesaya 55:8-9), kata uskup baru itu, adalah relevan dengan apa yang dia alami saat penunjukan itu.
“Rancangan saya berbeda dengan rancangan-Nya. Setelah upaya negosiasi dalam pembicaraan dengan Duta Vatikan sore hari itu, saya akhirnya menyatakan ketaatan pada tugas baru ini.
Sebagai religius Fransiskan, saya tahu secara teoritis apa itu ketaatan. Tetapi secara eksistensial kiranya ini pun sebuah pengalaman baru,” kata Mgr Sunarko dalam Misa yang dimeriahkan oleh 50 penari dari berbagai SMP, SMA dan SMK Katolik.
Selama kurang lebih delapan tahun sebagai provinsial OFM, cerita uskup itu, “saya berulang kali membuat SK pengutusan bagi saudara-saudara ke berbagai tempat tugas, dan saya tahu, dalam sejumlah kasus para saudara sebenarnya merasa berat atas tugas yang diberikan, tetapi demi ketaatan tetap melaksanakannya. Yang sering saya alami para saudara memberikan ketaatan kepada kami. Sekarang ketaatan itu diminta dari saya.”
Namun Mgr Sunarko, yang lahir di Merauke, 7 Desember 1966, ditahbiskan imam di Yogyakarta 8 Juli 1995 dan hingga tahun ini menjabat Minister Provinsial OFM Indonesia, Ketua Perwakilan Tarekat Fransiskan Indonesia dan Ketua Konferensi Pemimpin Tinggi Antar Religius Indonesia (Koptari), bersyukur “karena sejak penunjukan itu serta setelah penunjukan itu diumumkan 28 Juni 2017, banyak sekali dukungan saya peroleh untuk menerima tugas dan kepercayaan yang besar ini.”
Uskup baru kemudian berterima kasih kepada para penahbis dan pendamping, pejabat pemerintah, pemuka berbagai agama, keluarga khususnya orangtua, rekan-rekan STF Driyarkara, Persaudaraan OFM, panitia tahbisan, donatur, kenalan dan teman-teman sejak kecil, dan teman angkatan di Seminari Mertoyudan.
Walikota Pangkalpinang Muhammad Irwansyah menjamu Pastor Fabio Salermo, semua uskup, para pastor, suster dan undangan pentahbisan itu dalam jamuan makan malam di Rumah Dinas Walikota, sesudah Salve Agung. Pertemuan yang juga dihadiri oleh para pimpinan agama di Kota Pangkalpinang itu dibuka dengan doa oleh seorang tokoh Muslim.
Uskup secara khusus berterima kasih kepada 600 anggota koor dari berbagai paroki dan para pemain musik yang melibatkan saudara-saudara Protestan, Islam, Budha, dan Kong Hu Chu “yang telah membantu kita semua hingga dapat berdoa dengan lebih baik melalui lagu-lagu, khususnya dengan gaya khas Melayu.”
Secara khusus juga Mgr Sunarko berterima kasih kepada umat Keuskupan Pangkalpinang. “Bagi banyak di antara kalian, ini perjumpaan pertama. Semoga peristiwa iman yang kita rayakan hari ini menjadi awal yang baik bagi perjalanan bersama kita selanjutnya. Sebagai moto penggembalaan, saya memilih petikan dari Mazmur 97 ‘Laetentur Insulae Multae’ (Hendaklah banyak pulau bersukacita).”
Yang dimaksud disini adalah “pulau-pulau dan para penghuninya, tetapi sukacita itu akan ada hanya bila Allah yang menjadi raja dalam hidup kita, dan bukan berhala-berhala lain,” kata Mgr Sunarko seraya mengajak umatnya meneladani Maria, yang nampak sangat dicintai di keuskupan itu sebagai Stella Maris (Bintang Laut), dan Fransiskus Asisi yang disimbolkan di dua bagian atas perisai lambang uskup itu. Mereka adalah “contoh orang-orang yang bersukacita karena menjadikan Allah sebagai raja dalam hidup mereka.”
Umat juga diajak meneladani para pendahulu, Paulus Cen On Ngie, Pastor John Boen, Mgr Gabriel van der Esten SS.CC, Mgr Hilarius Moa Nurak SVD, serta banyak tokoh lain, dengan “berziarah di dunia, menemukan sukacita sejati dengan menjadikan Allah sebagai raja dalam hidup kita masing-masing, dalam keluarga-keluarga, KBG-KBG, serta berbagai kelompok dalam keuskupan kita.”
Uskup juga mengajak umat bekerjasama “untuk tidak menjadikan berhala-berhala lain, uang, kekuasaan, kenikmatan, ego, menjadi raja dalam hidup kita.”
Dengan demikian, uskup percaya, “kita akan dapat membangun persaudaraan antara kita sendiri maupun dengan berbagai kelompok lain di negeri Serumpun Sebalai ini, lalu kita akan mampu berbela rasa kepada sesama khususnya mereka yang menderita dan alam ciptaan atau lingkungan hidup yang sering diabaikan.”
B.
Salve Agung..
Salve Agung..
Sehari sebelum seorang uskup ditahbiskan, akan diadakan Salve Agung. Dalam ibadat ini, aneka insignia yakni perlengkapan yang akan dikenakan oleh Uskup baru ikut diberkati.
Salve Agung jelang tahbisan Uskup Mgr. Adrianus Sunarko di Gereja Bernadeth diikuti oleh beberapa uskup: Uskup Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko, Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus, Uskup Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar dan beberapa uskup lainnya dari Jakarta, Bandung, Bogor daan sebagainya. Hadir pula sejumlah besar imam, biarawan serta biarawati.
Inti Ibadat Salve Agung adalah pengikraran kesetiaan kepada Bapa Suci dan pengakuan iman Uskup. Pada bagian ini, Uskup terpilih, yakni Mgr. Adrianus Sunarko mengucapkan janji setia kepada Paus, disaksikan oleh Sekretaris Duta Vatikan untuk Indonesia.
C.
Penjelasan Motto Episkopal.
Penjelasan Motto Episkopal.
Lambang Uskup Keuskupan Pangkal Pinang Mgr. Adrianus Sunarko OFM berupa sebuah perisai yang terbagi menjadi tiga bagian: dua bagian di atas, kiri dan kanan, dan satu bagian di bawah.
Meneruskan tradisi para Fransiskan, Mgr. Adrianus Sunarko OFM yang berasal dari Ordo Fratrum Minorum atau Ordo Saudara-Saudara Dina pun juga memasukkan elemen-elemen yang biasa dipakai oleh para Saudara (baca: kolega para Fransiskan) di dalam lambang uskupnya.
Di bagian atas sebelah kiri, dengan latar belakang kuning, adalah lambang Fransiskan yang berupa lengan kanan Kristus dengan bekas paku pada telapak tangan-Nya. Ini dipadukan dengan lengan kiri Santo Fransiskus dari Assisi, dengan anugerah stigma atau bekas luka Kristus pada telapak tangannya.
Di bagian belakang, di tengah kedua lengan terdapat sebuah salib kecil dari kayu.
Di bagian atas sebelah kanan, dengan latar belakang biru, adalah sebuah bintang bersudut enam warna kuning keemasan, dengan ombak lautan berupa tiga pita berwarna putih di bawahnya, lambang Stella Maris atau Bintang Samudra.
Bintang Samudra merupakan salah satu gelar kuno Maria. Maria, Sang Bintang Samudra, adalah pelindung bagi para pelaut dan juga bagi karya kerasulan dan misi-misi Katolik di laut dan di daerah-daerah kepulauan. Kita mengikuti Sang Bintang Samudra sebagai petunjuk dalam perjalanan menuju Kristus.
Di bagian bawah, dengan latar belakang merah, adalah sebuah Kitab Suci dan berbagai lambang ciptaan Allah.
Di bawah Kitab Suci adalah bumi, dengan dataran rendah berwarna hijau dan tiga buah gunung berwarna abu-abu.
Di sebelah kiri atas gunung terdapat matahari yang bersinar dengan warna kuning keemasan.
Di sebelah kanan atas gunung terdapat bulan sabit dengan warna putih. Tersebar di atas gunung terdapat tujuh buah bintang berwarna putih.
Dua kitab
Menurut tradisi Fransiskan, melalui pengajaran St. Bonaventura, Allah memperkenalkan diri melalui dua kitab: Kitab Alam Ciptaan dan Kitab Suci. Karena dosa manusia, Kitab Alam menjadi asing dan sulit dibaca sebagai jalan menuju Allah.
Menurut tradisi Fransiskan, melalui pengajaran St. Bonaventura, Allah memperkenalkan diri melalui dua kitab: Kitab Alam Ciptaan dan Kitab Suci. Karena dosa manusia, Kitab Alam menjadi asing dan sulit dibaca sebagai jalan menuju Allah.
Allah juga memperkenalkan diri melalui Firman (Kitab Suci), yang mencapai puncaknya dalam Yesus Kristus, Firman yang menjadi manusia.
Berkat Firman itu alam dapat kembali menjadi jalan menuju Allah. “Langit memberitakan keadilan-Nya, dan segala bangsa melihat kemuliaan-Nya” (Mzm 97:6).
Galero
Di atas perisai ditempatkan sebuah galero atau topi khas klerus berwarna hijau, dengan enam jumbai pada masing-masing sisinya. Di bagian tengah belakang perisai adalah sebuah salib pancang berwarna kuning keemasan.
Di atas perisai ditempatkan sebuah galero atau topi khas klerus berwarna hijau, dengan enam jumbai pada masing-masing sisinya. Di bagian tengah belakang perisai adalah sebuah salib pancang berwarna kuning keemasan.
Galero hijau dengan enam jumbai berikut salib pancang ini merupakan penanda bahwa sang empunya lambang adalah seorang uskup.
“Laetentur insulae multae”
Akhirnya, di bagian bawah perisai terdapat pita berwarna kuning keemasan, bertuliskan motto penggembalaan Mgr. Adrianus Sunarko dalam Bahasa Latin yang berbunyi: “Lætentur insulæ multæ”. Artinya adalah “Hendaknya banyak pulau bersukacita” (Mzm 97:1).
Akhirnya, di bagian bawah perisai terdapat pita berwarna kuning keemasan, bertuliskan motto penggembalaan Mgr. Adrianus Sunarko dalam Bahasa Latin yang berbunyi: “Lætentur insulæ multæ”. Artinya adalah “Hendaknya banyak pulau bersukacita” (Mzm 97:1).
Tentu yang dimaksud di sini adalah pulau-pulau dan para penghuninya. Akan tetapi, sukacita itu akan ada, hanya bila Allah-lah yang menjadi raja dalam hidup kita (bdk. ayat 1) dan bukan berhala-berhala yang lain (bdk. ayat 7).
Maria dan Fransiskus Asisi, yang digambarkan di dua bagian atas perisai, adalah contoh orang-orang yang bersukacita karena menjadikan Allah sebagai raja dalam hidup mereka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar