Ads 468x60px

De AHOK Numquam Satis..



De AHOK Numquam Satis..
5 BULAN "AHOK IN PRISON":
Bonum commune - Kebaikan bersama"
Inilah salah satu "raison detre", semacam alasan adanya pemerintahan sebuah negara dengan segala unsurnya.
Ya, eksistensi mereka sebenarnya ada karna rakyat, dimana mereka dipilih dan menjalankan amanat/kedaulatan rakyat demi kesejahteraan rakyat bersama, bukan kesejahteraan kelompok apalagi pribadi.
De facto, yang kini nyata dan kerap terjadi adalah mereka tidak lagi memperjuangkan "bonum commune" tapi malahan "malum commune"- keburukan bersama.
Bisa jadi hal ini menambah daftar traumatis kehidupan berbangsa dan bernegara kita karna sebenarnya bangsa kita sudah hidup dengan banyak trauma.
Bisa jadi, para pejabat dan anggota dewan yang terhormat yang menyebut dirinya sebagai "wakil rakyat" sudah mengalami apa yang disebut Hannah Arendt sebagai "Banality of evil", Banalitas kejahatan, sebuah kedangkalan pemikiran yang tidak peka rasa, karena hanya mementingkan kuasa.
Jangan jangan, benarlah juga kata Nietzche, kehendak "para wakil rakyat" kita sekarang bukan lagi "will to truth", tapi lebih pada "will to power" dan bahkan "will to affair"?
Disinilah, bersama dengan kenangan 5 bulan AHOK rela berkorban dengan mau dipenjara, kita sebagai satu bangsa juga perlu belajar mengorbankan diri untuk bersama-sama "diam" tapi bukan "membisu", karena orang/bangsa yang "membisu" cenderung bicara, hingga tak mampu "bungkam".
Latihan untuk diam bagi sebuah bangsa bernama Indonesia ini adl: belajar memahami masa, yakni melawan kelupaan & penglupaan sejarah ketika manusia tidak menjadi tuan atas kemanusiaannya.
Kita perlu menjadi "korban" yang siap ber- "memoria passionis": dari kebiadaban menuju peradaban dan dari kedangkalan menuju kedalaman karna iman & bangsa kita bukanlah iman & bangsa yang sejarahnya berjalan di atas awan, tapi yang sejarah dengan segala pengorbanannya terus berjalan & ditulis dengan tinta darah serta perjuangan keringat pun air mata!
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)

NB:
A.
KENIKMATAN SURGAWI YANG DITITIPKAN
(Herry Tjahjono)
Hok, hari ini - 9 Oktober 2017- persis 5 bulan kamu di penjara. Secara spiritual, sudah 5 bulan kamu berjuang di kawah candradimuka- menjalani dengan ikhlas semua ketidakadilan dan kesewenang-wenangan dunia.
Dan setidaknya sampai hari ini - kamu lolos - berkulminasi pada penerimaan jiwamu yang ikhlas melantunkan kalimat : ' Saya menerimanya. Saya memaafkan. Jangan membenci siapapun.' Itu salah satu dimensi tertinggi tangga spiritualitas, Hok.
Selamat.
Adakah sepi ? Adakah rindu ? Adakah duka ? Kamu manusia biasa. Sepi, rindu dan duka pasti menggelayut di dadamu. Namun biarkan...
Menikmati diri sebagai manusia biasa di tataran tertinggi spiritualitas adalah kenikmatan tiada tara. Menikmati duka di tataran kepasrahan adalah kenikmatan surgawi yang 'dipinjamkan' Tuhan untuk kamu rasakan di dunia. Itu akan setara dengan suka di surga kelak.
Bahkan di dunia inipun, Dia sudah menggantinya untukmu, Hok. Tanpa kamu minta. Cinta yang menggelora saling sambung dari jutaan rakyat bahkan sampai detik ini. Terbukanya wajah busuk di balik topeng para manusia maling dan zalim yang menyakiti atau bersinggungan denganmu.
Semua itu misteri penyelenggaraan Illahi belaka. Mana ada napi malah dicinta luarbiasa? Mana ada manusia yang dulu menyakitimu kini lari tungganglanggang ? Belum lagi berbagai aib yang dibukakan. Mana ada ?
Kamu tak memintanya. Tapi Dia memberikannya melalui misteri tak terhitungkan.
Hok, biarkan waktu berjalan dengan langkahnya sendiri. Tetaplah menekuni kenikmatan surgawi yang dititipkan Tuhan untukmu. Maka kamu akan tersenyum, sebab sepi, rindu dan duka adalah keindahan yang juga diciptakan Tuhan untuk manusia.
Sampai jumpa Hok...
B.
Menkeu Sri Mulyani :
Ahok Pantasnya Jadi Presiden.
Yang pertama adalah dana CSR yang dulu sepertinya kurang disorot, namun Ahok memanfaatkan hal itu dengan sangat maksimal sehingga hasilnya dapat dilihat dari banyaknya RPTRA yang dibangun tanpa APBD DKI Jakarta sama sekali.
Ini merupakan penghematan yang sangat luar biasa untuk negara Indonesia. Dengan modal sekecil-kecilnya Ahok dapat membangun dengan maksimal.
Yang kedua adalah Ahok membongkar dana siluman yang jumlahnya triliunan yang salah satunya digunakan untuk membeli UPS yang harganya lebih mahal dari sebuah rumah mewah.
Sekali lagi, tanpa Ahok mata kita selama ini selalu tertutup mengenai apa yang telah sebenarnya terjadi.
Kembali lagi ke CSR, efek sampingnya sebenarnya adalah penghematan APBD.
Tapi apresiasi ini malah dibalas dengan kritikan hanya karena serapan APBD DKI Jakarta mencapai lebih kurang sekitar 60% saja.
Sri Mulyani Indrawati beberapa hari lalu mengungkapkan kesedihannya tentang pengelolaan APBN. Bukan soal penerimaan tapi mengenai realisasi belanja yang masih jauh dari yang harapan. Anggaran belanja negara ini memang dihabiskan oleh masing-masing Kementerian Lembaga namun efektivitasnya masih terbilang sangat rendah.
“Sekarang sudah mencapai lebih dari Rp 400 triliun. Kita tetap melihat bangunan sekolah yang tidak ada atapnya atau anak-anak sekolah yang bisa dibilang belum layak,” kata Sri Mulyani.
Pernyataan Sri Mulyani sebenarnya menyentil tentang penggunaan anggaran yang tidak tepat sasaran sehingga efektivitas hasil menjadi sangat rendah. Serapan tinggi ini jelas bukan jaminan bahwa tujuan atau sasaran dapat tercapai. Bahkan dalam banyak kasus, terutama di negara kita tercinta ini, serapan yang tinggi sering berakhir dengan dana dicuri, digelembung kan dan yang paling parah adalah dikorupsi.
Sebelum Ahok ada, mata kita seperti tertutup. Setelah menjabat, baru banyak ditemukan banyaknya dana siluman yang sangat mengejutkan. Dengan dana CSR saja Ahok bisa menunjukkan hasil yang sangat luar biasa. Jika mau jujur, serapan APBD DKI yang rendah saat ini ternyata jauh lebih banyak hasilnya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di mana APBD habis digunakan tanpa hasil apapun.
Jika Sri Mulyani sedih melihat pengelolaan APBN, rakyat bahkan lebih sedih lagi karena APBN ini juga berasal dari uang rakyat. Terlebih Ahok menggandeng KPK, Badan Pengawasan Keuangan Pembangunan (BPKP) dan PPATK serta lembaga keuangan lain untuk mengawasi pengelolaan APBD. Jika apa yang dikatakan Ahok benar, tentunya yang jujur tidak takut untuk menggunakan anggaran.
Sri Mulyani sendiri mengaku bahwa Ahok tidak hanya pantas menjadi gubernur tapi lebih pantas menjadi presiden karena bukti pendapatan APBD DKI Jakarta berada diluar dugaan pencapaian yang jauh melebihi seorang gubernur.
Biarlah TJAHAJA wajahMU menyinari kami ya TUHAN
------------



"Gue jenguk Ahok diajak Mbak Kristin Samah lewat Mbak Ezki Suyanto. Ini dadakan. Sekedar info buat yang belum jenguk, tanggal jenguk itu bisa diubah-ubah, lho. Gue udah 2x terdaftar, ikut rombongan orang lain tapi batal melulu. Beberapa teman protes, kok mereka gak gue ajak. Lha...Ini nama gue dimasukkin ke rombongan tanpa sepengetahuan gue.
Uang adalah rejeki yang paling murah. Nama gue dimasukkin 'dengan semena-mena' ke daftar penjenguk, jelas adalah rejeki yang lebih mahal dari uang. Apalagi kejadiannya bukan tanggal tua
Pas liat muka gue, Ahok ngomong gini, "Lo udah normal,'kan? Eh, lo udah normal 'kan?" Hahahaaa...
Ahok kelihatan hepi berat ('suka cita', istilah yang selalu dipake Ahok), dan berisik banget, ngocehhhhh melulu. Beliau masih ganteng (ya iyalah...), otaknya tambah keren ('kan di sel banyak baca) dan sangat fit .
Sebagian orang yang sering gue temui NGGAK PERNAH menunjukkan kebahagiaan yang kadarnya 50% kebahagiaannya Ahok. Kelihatan banget kalo Ahok tuh hanya tubuhnya aja yang terpenjara. Hati dan pikirannya bebas merdeka.
Omongannya lucu, beberapa becandaannya nyeleneh dan cerita-ceritanya persis kayak duit Setnov: Nggak abis-abis. Topik standup comedynya luas: Dari mulai sashimi sampe pernikahan, dari tentang koki sampe komentar Bu Vero soal penyebab Ahok betah tinggal di Mako Brimob.
Rentang ketawa gue dari mulai cengengesan sampe ngakak kenceng banget. Sayangnya, Ahok bilang supaya yang diomongin jangan ditulis. Bilangnya sampe 2x, lho.
***
Kamis siang, seorang teman bilang, "Jangan benci sama Anies. Dia itu perpanjangan tangan Tuhan untuk menolong Ahok." Gue udah lama punya pendapat kayak gini tapi hanya di kepala. Kalimat itu nggak pernah bisa masuk ke hati gue.
Kata Ravi Zacharias, doktor yang namanya jadi nama salah satu pusat studi di Oxford, jarak terjauh di bumi adalah jarak antara hati dan pikiran.
Setelah lihat dengan mata kepala sendiri betapa hepi dan sehatnya Ahok, kalimat di atas jadi sangat mudah untuk diamini.
Kita nggak perlu membenci lawan-lawan Ahok. Kehidupan dan semesta udah membenci mereka terlebih dahulu. Mulai tanggal 16 Okt ini, kita akan lihat bersama-sama, lawan-lawan Ahok ramai-ramai menggali kuburannya sendiri.
Udah saatnya pendukung Ahok secara sadar ngambil langkah kayak Ahok: Memaafkan.
Jagoan kita tubuhnya terpenjara lha kalo kita pikiran kita yang terpenjara. Mau sampe kapan?
Tentu kita wajib membenci lawan-lawan Ahok karena sudah membuat negara terpecah-belah dan bikin sesama kita jadi rasis serta kian picik. Kita harus membenci keberpihakan mereka pada kekuasaan dan uang, bukan pada rakyat. Mereka adalah pengacau dengan kualitas destruksi kelas satu. Negara di tangan mereka jadi seperti mainan lilin di tangan anak TK: Suka-suka gue dong mau gue bentuk jadi apa.
Bencilah mereka karena keberingasannya dalam menghancurkan kualitas rakyat yang imbasnya pasti kita rasakan sampai ke generasi berikutnya. Gak papa, sah-sah aja, ini namanya sacred anger, marah saat melihat hal yang benar dijungkirbalikkan...
Tapi membenci mereka karena udah bikin jagoan kita susah?
Lahhhh... Ahok gak susah. Dia lagi retret 2 tahun (atau 1 tahun 8 bulan. Entahlah). Anggap aja tahun sabbatical.
Gue nggak menutup mata terhadap Vero yang kehilangan suami, Daud yang nggak bisa curhat ke bapaknya atau Nia dan Sean yang merasa kesepian karena bokapnya yang doyan ngomong itu suaranya gak kedengaran lagi di rumah mereka.
Pendukung Ahok kangen ke Ahok sampe mewek dan senewen, apalagi keluarganya. Untuk yang agak bingung kenapa Ahok nanya, "Lo udah normal ya?" Ahok nanya begitu karena tau bahwa gue sempat hampir 2 bulan nangis melulu dan ngelamun terus sampe ke tahap nggak mau (atau nggak bisa??) besuk.
Nah, yang stres dan ngamuk Ahok dipenjarakan musuh-musuhnya jelas bukan cuma gue tapi percayalah, lawan-lawan Ahok adalah perpanjangan tangan Tuhan untuk menolong Ahok. Satu tangan mereka pakai untuk menolong Ahok, tangan satunya lagi mereka pake untuk menggali kuburannya sendiri.
Lihat aja, tangan Fadli Zon yang dia pake untuk ngetweet bahwa dia ngobrol panjang dengan Soeharto waktu 2007. Tangan Jonru yang dipake mengetik fitnahan dan seruan provokatif. Tangan-tangan yang ngetik WA untuk minta jatah preman ke gubernur baru, berdebat tentang cara nilep yang cepat, menghubungi konsultan untuk diskusi tentang teknik pencitraan...
Kebenaran punya caranya sendiri untuk hadir. Kita lihat mulai 16 Oktober. Catat satu-satu. Ini akan jadi pelajaran menarik: Hidup nggak melulu tidak adil, kok.'Hukum karma', begitu kata sebagian orang. 'Hukum tabur tuai', begitu istilah yang dipake sebagian yang lainnya.
Gusti mboten sare.
Mereka akan bergelimpangan satu demi satu. Ini udah mulai kok, lo liat sendiri 'kan??? Dan saat mereka jatuh, Ahok lagi senang-senang, mengasah kemampuan standup comedynya di depan banyak grup saat hari-hari jenguk, membalas surat fansnya yang datang dari berbagai umur, menyantap makanan dan melahap buku-buku mahal best seller yang didapatnya secara gratisan dari fansnya...
Ahok akan keluar dengan tjahaja yang semakin terang.
Dan musuh-musuhnya akan menyesal 7 turunan kenapa mereka memenjarakan Ahok.
Percayalah."
Meicky Shoreamanis Panggabean.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar