81.
Berhati-hatilah akan mulutmu, dan terutama akan pikiranmu; jangan biarkan pikiran-pikiran jahat menguasaimu.
Jangan mulutmu mengucap sesuatu yang dapat melukai saudaramu, tetapi ucapkanlah kata-kata yang memberi penghiburan, memberi semangat dan harapan.
Adalah dari kata-katanya, kita mengetahui bagaimana batin seseorang.
Berhati-hatilah akan mulutmu, dan terutama akan pikiranmu; jangan biarkan pikiran-pikiran jahat menguasaimu.
Jangan mulutmu mengucap sesuatu yang dapat melukai saudaramu, tetapi ucapkanlah kata-kata yang memberi penghiburan, memberi semangat dan harapan.
Adalah dari kata-katanya, kita mengetahui bagaimana batin seseorang.
+ Elder Ephraim of Philitheou
82.
Kau ingat bagaimana dulu diajari menulis.
Ibumu meletakkan pensil pada tanganmu, lalu meletakkan tanganmu dalam tangannya, dan menggerakkannya.
Karena kau tak tahu apa yang harus kau lakukan, kau membiarkan dan menyerahkan seluruh tanganmu kepadanya.
Seperti itulah mempercayakan kepada kuasa Allah di dalam hidup kita.
Kau ingat bagaimana dulu diajari menulis.
Ibumu meletakkan pensil pada tanganmu, lalu meletakkan tanganmu dalam tangannya, dan menggerakkannya.
Karena kau tak tahu apa yang harus kau lakukan, kau membiarkan dan menyerahkan seluruh tanganmu kepadanya.
Seperti itulah mempercayakan kepada kuasa Allah di dalam hidup kita.
- Metropolitan Anthony Bloom
83.
Amma Theodora menuliskan kwalitas ini untuk dimiliki seorang pengajar :
- tidak memiliki keinginan mendominasi.
- tidak angkuh dan sombong.
- tidak terpengaruh oleh pujian, sanjungan atau hadiah-hadiah.
- mampu mengontrol keinginannya sendiri.
- tidak lekas marah.
- sabar, lemah lembut dan rendah hati.
- tidak terikat politik.
- mengasihi jiwa - jiwa.
Hai engkau yang mengajar orang lain, tidakkkah kau mengajar dirimu sendiri ?
Roma 2.21
Amma Theodora menuliskan kwalitas ini untuk dimiliki seorang pengajar :
- tidak memiliki keinginan mendominasi.
- tidak angkuh dan sombong.
- tidak terpengaruh oleh pujian, sanjungan atau hadiah-hadiah.
- mampu mengontrol keinginannya sendiri.
- tidak lekas marah.
- sabar, lemah lembut dan rendah hati.
- tidak terikat politik.
- mengasihi jiwa - jiwa.
Hai engkau yang mengajar orang lain, tidakkkah kau mengajar dirimu sendiri ?
Roma 2.21
- Wisdom of the Fathers
84.
Di waktu engkau sedang mengingat Tuhan, lipat gandakanlah doamu, agar ketika engkau sedang melupakanNya, Ia mengingatmu.
- St. Mark the Ascetic.
Di waktu engkau sedang mengingat Tuhan, lipat gandakanlah doamu, agar ketika engkau sedang melupakanNya, Ia mengingatmu.
- St. Mark the Ascetic.
85.
Terutama bagi mereka yang terpanggil untuk hidup suci, kegembiraan adalah hal yang utama.
Karena tak ada yang lebih merusak jiwa, selain dari kesedihan hati.
+ Santo Bruno.
Terutama bagi mereka yang terpanggil untuk hidup suci, kegembiraan adalah hal yang utama.
Karena tak ada yang lebih merusak jiwa, selain dari kesedihan hati.
+ Santo Bruno.
86.
Bahkan bila kita terjatuh seratus kali dalam sehari, itu tidak apa-apa.
Kita harus tetap bangun setiap kalinya dan terus melangkah menuju Allah tanpa menengok ke belakang.
Bahkan bila kita terjatuh seratus kali dalam sehari, itu tidak apa-apa.
Kita harus tetap bangun setiap kalinya dan terus melangkah menuju Allah tanpa menengok ke belakang.
+ Elder Thaddeus of Vitovnica
87.
Tak perlu selalu terburu- buru dalam melangkah.
Lihatlah ke depan dan berdoa di dalam hati :
Tuhan, jagalah aku dan sembunyikan aku di bawah bayangan dan naungan sayapMu.
O Tuhan, sucikan aku, bersihkan aku, berilah aku keselarasan, keindahan, pengertian, dan terangMu.
Tak perlu selalu terburu- buru dalam melangkah.
Lihatlah ke depan dan berdoa di dalam hati :
Tuhan, jagalah aku dan sembunyikan aku di bawah bayangan dan naungan sayapMu.
O Tuhan, sucikan aku, bersihkan aku, berilah aku keselarasan, keindahan, pengertian, dan terangMu.
88.
Abba Mathois mengatakan
"Semakin kita dekat dengan Tuhan, semakin jelas kita melihat bahwa kita ini pendosa.
Nabi Yesaya melihat Tuhan, dan ia mengerti betapa malang dan kotor dirinya sendiri."
Abba Mathois mengatakan
"Semakin kita dekat dengan Tuhan, semakin jelas kita melihat bahwa kita ini pendosa.
Nabi Yesaya melihat Tuhan, dan ia mengerti betapa malang dan kotor dirinya sendiri."
89.
Menyangkal diri sendiri, berarti
melenyapkan kebiasaan buruk seseorang;
mencabut akar di hati yang terikat pada dunia;
tidak menyambut akal atau niat buruk;
menolak pikiran jahat;
tidak menginginkan sesuatu yang bersifat cinta diri,
namun melakukan semua hal demi cinta kepada Allah.
+ St. Innocent of Alaska
Menyangkal diri sendiri, berarti
melenyapkan kebiasaan buruk seseorang;
mencabut akar di hati yang terikat pada dunia;
tidak menyambut akal atau niat buruk;
menolak pikiran jahat;
tidak menginginkan sesuatu yang bersifat cinta diri,
namun melakukan semua hal demi cinta kepada Allah.
+ St. Innocent of Alaska
90.
Kita tidak dapat menjamin perasaan dan kasih dari manusia, pun dari mereka yang ada di dalam hidup kita.
Kita juga tidak dapat memastikan ketulusan mereka dalam setiap situasi, ataupun keyakinan bahwa mereka akan terus mengasihi kita, karna kita tahu, manusia bisa mudah meninggalkan cinta, bahkan cinta pertamanya.
Namun hanya Tuhanlah, hanya Dia lah pemilik hati yang tak perlu diragukan cintaNya dan terjamin ketulusanNya.
Kita tidak dapat menjamin perasaan dan kasih dari manusia, pun dari mereka yang ada di dalam hidup kita.
Kita juga tidak dapat memastikan ketulusan mereka dalam setiap situasi, ataupun keyakinan bahwa mereka akan terus mengasihi kita, karna kita tahu, manusia bisa mudah meninggalkan cinta, bahkan cinta pertamanya.
Namun hanya Tuhanlah, hanya Dia lah pemilik hati yang tak perlu diragukan cintaNya dan terjamin ketulusanNya.
+ Paus Shenoula
91.
Tak ada seorang pun, yang pada saat terbaring di ranjang ajalnya, pernah menyesal telah menjadi seorang Katolik.
Tak ada seorang pun, yang pada saat terbaring di ranjang ajalnya, pernah menyesal telah menjadi seorang Katolik.
+ St. Thomas More.
92.
Adakah yang lebih dibutuhkan manusia selain daripada Allah dan cinta Ilahi-Nya ?
Dia adalah harta kita, kekayaan kita, makanan dan minuman kita, pakaian kita dan tempat perlindungan kita, kesehatan kita dan kekuatan kita, kegembiraan dan sukacita kita, harapan kita dan keyakinan kita.
Berusahalah untuk menemukanNya, anakku.
Jika engkau menemukan Allah yang tunggal, hal itu sudah cukup bagimu;
engkau akan mendapatkan lebih banyak sukacita di dalam Dia daripada jika engkau mendapatkan seluruh dunia.
Adakah yang lebih dibutuhkan manusia selain daripada Allah dan cinta Ilahi-Nya ?
Dia adalah harta kita, kekayaan kita, makanan dan minuman kita, pakaian kita dan tempat perlindungan kita, kesehatan kita dan kekuatan kita, kegembiraan dan sukacita kita, harapan kita dan keyakinan kita.
Berusahalah untuk menemukanNya, anakku.
Jika engkau menemukan Allah yang tunggal, hal itu sudah cukup bagimu;
engkau akan mendapatkan lebih banyak sukacita di dalam Dia daripada jika engkau mendapatkan seluruh dunia.
+ St. Theodora of Alexandria
93.
Dalam segala hal;
niat awal, keinginan, dan usaha, harus datang dari dirimu sendiri.
Tuhan akan menyediakan kekuatan yang kau butuhkan, dan memberi hasilnya.
Dalam segala hal;
niat awal, keinginan, dan usaha, harus datang dari dirimu sendiri.
Tuhan akan menyediakan kekuatan yang kau butuhkan, dan memberi hasilnya.
+ St. Paisios dari Gunung Athos
94.
Jadilah rendah hati, dan kau akan benar- benar tinggal di dalam "kedamaian orang kristiani".
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.
Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu."
-Yoh 14.27
Inilah alasan utama Allah datang ke dunia, untuk memberi kepada dunia, damaiNya, -hartaNya.
Jadilah rendah hati, dan kau akan benar- benar tinggal di dalam "kedamaian orang kristiani".
"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu.
Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu."
-Yoh 14.27
Inilah alasan utama Allah datang ke dunia, untuk memberi kepada dunia, damaiNya, -hartaNya.
- Archbishop Seraphim of Bogucharsk
95.
Mengertilah ini dengan baik :
Selalu ada sesuatu yang kudus,
sesuatu yang ilahi tersembunyi dalam setiap situasi dan hal-hal sehari-hari yang paling biasa, dan adalah tergantung pada tiap diri kita sendiri untuk menemukan dan menyadarinya.
Mengertilah ini dengan baik :
Selalu ada sesuatu yang kudus,
sesuatu yang ilahi tersembunyi dalam setiap situasi dan hal-hal sehari-hari yang paling biasa, dan adalah tergantung pada tiap diri kita sendiri untuk menemukan dan menyadarinya.
+ St. Josemaria Escriva
96.
Ia mengetahui masalah-masalahmu dan kebutuhan-kebutuhanmu.
Ia mengikuti peperangan-peperanganmu dengan setan, dan hubungan-hubunganmu dengan orang lain, dan perasaan-perasan terdalam dirimu.
Ia sungguh memahami keadaanmu, dari setiap sudut, segala kesukaran yang kau temui dan bangkitnya musuh, yang nyata dan tersembunyi.
Ia mendengar doa-doamu dan mendengar rintihanmu, dan Ia tahu kegetiran jiwamu.
Ia mengetahui masalah-masalahmu dan kebutuhan-kebutuhanmu.
Ia mengikuti peperangan-peperanganmu dengan setan, dan hubungan-hubunganmu dengan orang lain, dan perasaan-perasan terdalam dirimu.
Ia sungguh memahami keadaanmu, dari setiap sudut, segala kesukaran yang kau temui dan bangkitnya musuh, yang nyata dan tersembunyi.
Ia mendengar doa-doamu dan mendengar rintihanmu, dan Ia tahu kegetiran jiwamu.
+ Pope Shenouda III
97.
Kau tidak dapat pergi ke surga sambil membenci seseorang.
Mengampunilah, sekarang.
Menyayangilah, sekarang.
Bersabarlah, sekarang.
Bersyukurlah, sekarang.
Cintai Yesus dan Maria, sekarang.
Terimalah kehendak Tuhan, sekarang.
Kau tidak dapat pergi ke surga sambil membenci seseorang.
Mengampunilah, sekarang.
Menyayangilah, sekarang.
Bersabarlah, sekarang.
Bersyukurlah, sekarang.
Cintai Yesus dan Maria, sekarang.
Terimalah kehendak Tuhan, sekarang.
+ Mother Angelica
98.
Segala yang kita lakukan, bahkan menyapu lantai, memotong sayuran, menyiangi kebun, menunggui orang sakit, setiap tindakan kecil dan sederhana bisa menjadi doa, bila dipersembahkan kepada Tuhan.
Segala yang kita lakukan, bahkan menyapu lantai, memotong sayuran, menyiangi kebun, menunggui orang sakit, setiap tindakan kecil dan sederhana bisa menjadi doa, bila dipersembahkan kepada Tuhan.
+ St. Martin de Porres
99.
God Is Love.
Allah adalah kasih.
Jika Allah adalah kasih, maka Allah dapat kita jumpai dalam semua hal yang kita kasihi dan sayangi, -dari sahabat-sahabat, kekasih, anak-anak kita, sampai kepada matahari terbit dan bunga-bunga, binatang-binatang, musik yang kita sukai, puisi yang kita nikmati, angin sepoi dan sinar matahari yang kita sukai, gunung dan pemandangan indah yang menarik hati kita.
God Is Love.
Allah adalah kasih.
Jika Allah adalah kasih, maka Allah dapat kita jumpai dalam semua hal yang kita kasihi dan sayangi, -dari sahabat-sahabat, kekasih, anak-anak kita, sampai kepada matahari terbit dan bunga-bunga, binatang-binatang, musik yang kita sukai, puisi yang kita nikmati, angin sepoi dan sinar matahari yang kita sukai, gunung dan pemandangan indah yang menarik hati kita.
Jika kita melihatNya dengan cara pandang ini, kita menyingkirkan gambaran Allah sebagai hakim besar di angkasa, sebagai pengintai kesalahan-kesalahan kita di kamar tidur, sebagai pembalas yang menghancurkan yang lain, atau Allah sebagai penguasa yang berkuasa penuh atas yang lebih lemah, karena ini bukanlah gambaran "Allah adalah kasih".
100.
Untuk mendapat pertolongan Allah, seorang harus memiliki keinginan untuk berjuang.
Berjuang artinya, seorang harus berusaha untuk mengalahkan kelemahannya sendiri.
Jika Allah melihat ada sedikit kesungguhan niat dan usaha, Ia akan menyediakan pertolongan berlimpah untuknya, Ia akan mengirimkan rahmatNya dengan besar.
Untuk mendapat pertolongan Allah, seorang harus memiliki keinginan untuk berjuang.
Berjuang artinya, seorang harus berusaha untuk mengalahkan kelemahannya sendiri.
Jika Allah melihat ada sedikit kesungguhan niat dan usaha, Ia akan menyediakan pertolongan berlimpah untuknya, Ia akan mengirimkan rahmatNya dengan besar.
+ St. Paisios dari Mount Athos
====
====
01
FEBRUARI
Pada suatu hari Abas Arsenius meminta
nasihat kepada seorang rahib tua Mesir mengenai pikiran-pikirannya. Seseorang
mengetahui hal itu dan berkata kepadanya: “Abas Arsenius, bagaimana bisa
terjadi, Bapa yang tahu bahasa Latin dengan baik dan berpendidikan Yunani
menanyakan pikiran-pikiran Bapa kepada rahib sederhana itu?” Ia menjawab: “Aku
memang belajar Latin dan Yunani, akan tetapi aku tidak tahu apa-apa tentang
abjad rahib sederhana itu.”
02
FEBRUARI
Uskup Agung Teofilus yang suci,
didampingi seorang hakim, suatu hai menemui Abas Arsenius. Ia bertanya kepada
sang penatua untuk mendengarkan sepatah kata dari dia. Sesudah diam sebentar,
sang penatua menjawab: “Apakah Anda mau melaksanakan yang akan saya katakana
pada Anda?” Mereka berjanji untuk melaksanakannya. “Jikalau Anda mendengar
Arsenius ada di suatu tempat, jangan pergi kesana.” Kali lain, sang Uskup
Agung, yang bermaksud mengunjunginya, mengutus seseorang untuk mencari tahu
apakah sang penatua bersedia menerimanya. Arsenius berkata: “Jikalau Anda
datang, aku akan menerima Anda. Akan tetapi kalau aku menerima Anda, berarti
aku menerima setiap orang dan itu berarti aku tidak akan tinggal di sini lagi.”
Ketika mendengar jawaban itu, sang Uskup Agung berkata: “Kalau aku yang
menyebabkan dia pergi karena mengunjunginya, aku tidak akan pernah
mengunjunginya lagi.”
03
FEBRUARI
Seorang saudara bertanya kepada Abas
Arsenius untuk mendengarkan sepatah kata dari dia. Sang penatua berkata:
“Berusahalah dengan sekuat tenagamu untuk menyelaraskan kegiatan batinmu dengan
Allah, maka engkau akan dapat mengalahkan nafsu-nafsu lahir.” Ia juga berkata:
“Kalau kita mencari Allah, Ia akan memperlihatkan Diri-Nya kepada kita. Dan
kalau kita tetap berpegang pada-Nya, Ia akan tetap tinggal dekat pada kita.”
04
FEBRUARI
Seseorang berkata kepada Abas
Arsenius: “Pikiran-pikiranku menggelisahkan daku, karena mereka berkata,
‘Engakau tidak dapat berpuasa ataupun bekerja, sekurang-kurangnya pergilah
mengunjungi orang sakit, karena hal itu juaga merupakan perbuatan kasih! “ Sang
penetua yang mengetahui bahwa itu merupakan saran iblis, berkata kepadanya:
“Pulanglah, makanlah, minumlah, tidurlah, tak usah bekerja, hanya saja jangan
meninggalkan selmu.” Karena ia tahu bahwa kesetiaan dalam sel menjaga rahib di
jalan yang benar. Ia juga mengatakan: “Seorang rahib yang berpergian keluar
tidak akan memperoleh apapun. Karena itu ia harus tetap tinggal dalam selnya
dengan dalami.”
05
FEBRUARI
Abas Markus berkata kepada Abas
Arsenius: “Mengapa Bapa menghindari kami?” Sang penatua menjawab: “Allah tahu
bahwa aku mencintaimu. Akan tetapi aku tak dapat hidup bersama Allah sekaligus
bersama orang-arang. Beribu-ribu dan sepuluh ribu balatentara surgawi hanya
memiliki satu keinginan, sedangkan manusia memiliki banyak keinginan. Karena
itu aku tak dapat meninggalkan Allah untuk tinggal bersama orang-orang.”
06
FEBRUARI
Abas Daniel berkata tentang Abas
Arsenius bahwa ia biasa melewati seluruh malam tanpa tidur dan pagi-pagi buta
ketika tubuhnya memaksa dia untuk tidur, ia akan berkata kepada sang tidur,
‘Datanglah kemari, hai hamba jahat’. Kemudia, sambil tetap duduk, ia akan tidur
sebentar sekali dan segera bangun lagi. Ia biasa berkata bahwa tidur satu jam
sudah cukup untuk seorang rahib, kalau ia betul-betul seorang pejuang yang
baik.
07
FEBRUARI
Seorang penatua biasa menceritakan
bagaimana pada suatu hari seseorang membagi-bagikan beberapa buah ara kering di
Scetis. Karena buah-buah itu tidak berharga apa-apa, tidak ada seorang pun yang
memberikannya kepada Abas Arsenius untuk menjaga jangan sampai menyinggung
perasaannya. Ketika mengetahui hal itu, sang penatua tidak datang ke “synaxis”
dengan berkata: “Kalian telah mengucilkan daku Karen kalian tidak member aku
bagian dari berkat yang telah Allah berikan kepada para saudara dan yang tidak
pantas kuterima.” Setiap orang yang mendengar hal itu mendapat manfaat rohani
dari kerendahan hati sang penatua. Kemidian seorang imam membawakan sedikit
buah ara kering kepadanya dan mengajak dia ke “synaxis” dengan gembira.
08
FEBRUARI
Abas Daniel berkata bahwa beberapa
saudara yang bermaksud pergi ke Thebaid untuk membeli beberapa tali rami,
berkata ‘Mari kita juga mengambil kesempatan untuk mengunjungi Abas Arsenius’.
Maka Abas Alexander memberitauhan sang penatua: “Beberapa saudara yang datang
dari Alexandria ingin menemui Bapa”. Sang penatua menjawab: “Tanyakan pada
mereka untuk apa mereka datang”. Ketika ia mengetahui bahwa mereka bermaksud
pergi ke thebaid untuk membeli rami, ia melaporkan itu kepada sang penatua yang
berkata: “Mereka pasti tidak bermaksud menemui Arsenius, karena mereka tidak
datang untukku melainkan untuk tugas mereka. Biarkan mereka beristirahat
kemudian suruhlah mereka pergi dalam damai dan katakana kepada mereka bahwa
sang penatua tidak dapat menerima mereka.”
09
FEBRUARI
Ketika Abas Arsenius tinggal di
Canopus, ada seorang gadis yang sangat kaya dan takut akan Allah dari kalangan
senat datang dari Roma untuk menemuinya. Ketika Uskup Agung Teofilus bertemu
dengannya, gadis itu mohon kepadanya untuk membujuk sang penatua supaya
menerima dia. Maka ia pergi dan memohon kepada Arsenius untuk melakukan hal itu
dengan kata-kata ini : “Seseorang dari kalangan senat datang dari Roma dan
ingin menemui Bapa”. Sang penatua menolak untuk bertemu dengannya. Akan tetapi
ketika Uskup Agung itu memberitahukan penolakan itu kepada gadis muda tersebut,
segera ia memerintahkan memasang pelana pada seekor binatang beban sambil
berkata : “Aku percaya pada Allah bahwa aku dapat menemuinya, karena aku datang
bukan untuk menemui seorang peria (ada banyak peria dikota kami), melainkan
seorang nabi.” Ketika ia tiba di sel sang penatua, atas izin Allah, ia berada
di luar selnya. Ketika melihat dia, si gadis meniarap di muka kakinya. Dengan
kasar Arsenius membangunkannya dan berkata sambil menatap dia dengan tajam:
“Jikalau engkau harus melihat wajahku ini, lihatlah: “ si gadis menjadi malu
dan tidak berani memandang wajahnya. Kemudian sang penatua berkata: “Tidakkah
engaku mendengar berita tentang cara hidupku? Itu harus kauhornati.
Berani-beraninya engkau mengadakan perjalanan sejauh itu? Apakah engkau tidak
sadar bahwa engkau seorang perempuan dan tidak dapat pergi begitu saja
kesana-kemari? Ataukah engkau, begitu kembali ke Roma lalu dapat berkata kepada
perempuan-perempuan lain: Aku telah melihat Arsenius? Lalu mereka akan mengubah
lautan menjadi jalan penuh perempuan untuk datang melihat aku?” Si gadis
berkata: “Demi Tuhan, saya tidak akan membiarkan seorang pun datang ke sini.
Tetapi doakanlah saya dan ingatlah saya selalu.” Akan tetapi ia menjawab: “Aku
mohon kepada Allah untuk menghapus ingatan akan dikau dari dalam hatiku.”
Dengan rasa terpukul akibat mendengar kata-kata itu, ia mengundurkan diri.
Ketika ia kembali ke kota, dalam kesedihannya ia jatuh sakit demam. Lalu Uskup
Agung Teofilus yang suci diberitahu bahwa ia sakit. Sang Uskup datang
menjenguknya dan menyuruh dia menceriterakan apa yang telah terjadi. Ia
berkata: “Seandainnya saya tidak pergi kesana: ketika saya mohon sang penatua
untuk mengingat saya, ia malah berkata: ‘Aku mihon kepada Allah untuk menghapus
ingatan akan dikau dari dalam hatiku’. Jadi sekarang saya sangat sedih sekali.
Uskup itu berkata: “Apakah engkau tidak sadar bahwa engkau seorang wanita dan
bahwa melalui wanitalah si musuh berperang melawan para kudus? Itulah
penjelasan dari kata-kata sang penatua. Tetapi demi jiwamu, ia akan
mendoakannya terus menerus. “mendengar itu, batin si gadis disembuhkan dan ia
pulang ke rumahnya dengan gembira.
10
FEBUARI
Abas Daud menceriterakan hal ini
tentang Abas Arsenius. Pada suatu hari seorang notaries datang, sambil membawa
surat wasiat dari seorang senator, masih sanak keluarganya yang meninggalkan
untuknya sejumlah besar warisan. Arsenius mengambil surat itu dan hampir
memusnahkannya. Akan tetapi notaries itu meniarap di muka kakinya sambil
berkata: “Saya mohon, jangan memusnahkan itu karena mereka akan memenggal
kepala saya.” Abas Arsenius berkata kepadanya: “Tetapi aku telah mati lama
sebelum senator itu baru saja mati”, dan ia mengembalikan surat wasiat itu
kepadanya tanpa menerima apa-apa.
11
FEBUARI
Abas Daud berkata: “Abas Arsenius
menceritakan kepada kami kisah berikut, seakan-akan itu mengenai seorang lain
padahal sebetulnya mengenai dirinya sendiri. Seorang penatua sedang duduk di
selnya dan ada suara yang mengatakan: ‘mari, aku akan memperlihatkan kepadamu
pekerjaan-pekerjaan orang-orang’. Ia bangun dan mengikuti. Suara itu membimbing
dia ke suatu tempat dan memperlihatkan kepadanya seorang Etiopia sedang
memotong kayu dan menumpuknya sampai tinggi. Ia berusaha untuk membawanya
tetapi sia-sia. Anehnya, daripada membawa beberapa potong, ia malah memotong
lebih banyak lagi yang ia tambahkan pada tumpukan itu. Ia melakukan hal itu
lama sekali. Ketika pergi sedikit lebih jauh, sang penatua melihat seorang
peria sedang berdiri ditepi danau sambil mengambil air yang ia tuang ke dalam
sebuah wadah yang bocor, sehingga air itu kembali lagi ke danau. Kemudian suara
itu berkata lagi kepada sang penatua: “Mari, aku akan menunjukkan kepadamu
sesuatu yang lain.” Ia melihat sebuah kuil dan dua orang peria menunggang kuda
saling berhadapan sambil membawa sepotong kayu secara melintang. Mereka ingin
melewati pintu kuil itu tetapi tidak dapat karena mereka memegang kayu tersebut
secara melintang. Tidak ada seorang pun dari mereka yang mau mundur ke
be-lakang yang lain supaya dapat membawa kayu itu secara lurus, sehingga mereka
tetap tinggal diluar pintu. Suara itu berkata kepada sang penatua: “Orang-orang
itu membawa kuk kebenaran dengan sombong dan tidak merendahkan dirinya untuk
memperbaiki diri mereka dan berjalan dalam jalan kerendahan hati Kristus. Maka
mereka tetap tinggal diluar kerajaan Allah. Pria yang memotong kayu itu adalah
orang yang hidup dalam banyak dosa dan daripada bertobat ia malah menambah
lebih banyak kesalahan pada dosa-dosanya. Pria yang mengambil air ialah orang
yang memang melakukan perbuatan-perbuatan baik, akan tetapi mencampurnya dengan
perbuatan-perbuatan buruk, sehingga ia malah mencemarkan perbuatan-perbuatan baiknya.
Oleh karenanya, setiap orang harus waspada terhadap perbuatan-perbuatannya,
jangan sampai ia bekerja dengan sia-sia.
12
Februari
Pada suatu ketika Abas Arsenius jatuh
sakit di Scetis. Seorang imam membawa dia ke gereja dan membaringkannya diatas
sebuah tempat tidur dengan sebuah bantal kecil di bawah kepalanya. Lalu datang
seorang rahib untuk mengunjunginya dan ketika ia melihat Arsenius berbaring
diatas tempat tidur dengan sebuah bantal kecil di bawah kepalanya ia menjadi
syok dan berkata: “Apakah ini benar-benar Abas Arsenius, pria yang sedang
terbaring seperti ini?” “Aku telah menjalani hidup yang sangat keras”. Lalu
imam itu berkata: “Dan bagaimana hidupmu dalam selmu sekarang?” Rahib itu
menjawab: “Sekarang aku lebih senang”. Kemudian imam itu berkata kepadanya:
“Engkau lihat Abas Arsenius ini? Ketika ia masih di dunia, ia adalah bapa dari
kaisar, dikelilingi oleh beribu-ribu budak dengan korset-korset emas, semua
memakai borgol leher dari emas dan pakaian-pakaian dari sutra. Di bawah kakinya
terhampar permadani-permadani mewah. Ketika engkau di dunia sebagai seorang gembala,
engkau tidak menikmati kesenangan-kesenangan yang sekarang kau peroleh, akan
tetapi dia tidak lagi menikmati kesenangan hidup yang ia alami sewaktu ia di
dunia. Karena itu engkau sekarang malah hidup sengan sedangkan dia hidup
menderita”. Berkat kata-kata itu rahib tersebut dipenuhi dengan keremukredaman
hati dan meniarap sambil berkata: “Bapa, ampunilah aku, karena aku telah
berdosa. Benar jalan yang diikuti oleh pria ini adalah jalan kebenaran, karena
jalan itu membimbing kepada kerendahan hati, sedang jalanku mengarah kepada
kesenangan.” Demikianlah rahib itu pulang dengan memperoleh manfaat rohani.
13
Februari
Seorang Bapa mengunjungi Abas
Arsenius. Ketika ia mengetuk pintu, sang penatua yang membukanya, karena ia
mengira itu adalah pelayannya. Akan tetapi ketika ia melihat bahwa itu adalah
seorang lain ia berbaring dengan menelungkupkan mukanya ke tanah. Orang itu
berkata kepada Arsenius: “Bangunlah Bapa, supaya aku dapat menyalami Bapa.”
Akan tetapi sang penatua itu menjawab: “Aku tidak akan bangun sampai engkau
pergi”. Dan meskipun ia memohon dengan sangat, Arsenius tidak bangkit sampai
orang itu pergi.
14
Februari
Ada seorang saudara yang datang
mengunjungi Abas Arsenius di Scetis. Ketika ia tiba di gereja, ia bertanya
kepada imam di situ apakah ia dapat mengunjungi Abas Arsenius. Mereka berkata
kepadanya: “Saudara, makanlah sedikit kemudian pergilah dan temuilah dia”. “Aku
tidak akan makan apa-apa”, katanya, “sampai aku betremu dengannya”. Karena sel
Arsenius jauh letaknya, mereka menyuruh seorang saudara menyertai dia. Sesudah
mengetuk pintu, mereka masuk, member salam kepada sang penatua dan duduk tanpa
mengatakan apa-apa. Kemudian saudara yang dari gereja itu berkata: “Aku akan
meninggalkan engkau. Berdoalah bagiku.” Saudara pengunjung itu karena merasa
tak senang dengan sang penatua, berkata: “Aku ikut bersamamu”. Lalu mereka
pergi bersama-sama. Kemudian saudara pengunjung itu memohon: “Bawa aku ke
tempat Abas Musa, yang bekas perampok itu.” Ketika mereka tiba Abas Musa
menyambut mereka dengan gembira dan kemudian melepas mereka pulang dengan
senang. Saudara yang telah membawa yang lain itu berkata: “Lihat, aku telah
membawa engkau ke orang asing itu dan ke orang mesir itu. Mana diantara
keduanya yang lebih kau sukai? “Bagiku”, jawabnya, “aku lebih menyukai si orang
Mesir itu”. Ada seorang Bapa yang mendengar hal itu lalu berdoa kepada Allah:
“Tuhan, jelaskanlah hal ini kepadaku: demi nama-Mu yang satu lari dari
orang-orang, dan yang lainnya, demi nama-Mu, menerima mereka dengan tangan
terbuka. “Kemudian diperlihatkan kepadanya ada dua sampan besar di sebuah
sungai. Dan ia melihat Abas Arsenius dengan Roh Allah sedang berlayar disampan
yang satu, dalam kedamaian sempurna. Sedangkan di sampan lainnya ia melihat
Abas Musa dengan para malaikat Allah sedang makan kue madu.
15
Februari
Ketika Abas Arsenius hampir meninggal,
murid-muridnya menjadi susah. Ia berkata kepada mereka: “Waktunya belum tiba.
Kalau waktunya tiba aku akan mengatakannya kepada kalian. Tetapi seandainya
kalian memberikan jenasahku kepada siapa pun saja kita akan diadili dihadapan
tahta pengadilan yang menggentarkan. “Mereka berkata kepadanya: “Apa yang harus
kami perbuat? Kami tidak tahu bagaimana menguburkan seseorang.” Sang penatua
berkata kepada mereka: “Apakah kalian tida tahu bagaimana mengikat sebuah tali
pada kakiku dan menyeret aku ke atas gunung?” Sang penatua biasa berkata kepada
dirinya: “Arsenius, mengapa engkau telah meninggalkan dunia? Aku kerap menyesal
karena sudah banyak bicara, tetapi tidak pernah diam”. Ketika saat kematian
semakin mendekat, para saudara melihat dia menangis dan mereka berkata
kepadanya: “Sesungguhnya, Bapa, apakah Bapa juga takut?” “Memang”, jawabnya,
“ketakutanku pada saat ini telah ada padaku sejak aku menjadi rahib”. Sesudah
itu ia jatuh tertidur.
16
Februari
Dikatakan
tentang Arsenius bahwa ia mempunyai sebuah lekuk di dadanya karena dikikis oleh
air mata yang jatuh dari matanya sepanjang hidupnya sementara ia duduk
melakukan kerja tangannya. Ketika Abas Poemen mengetahui bahwa ia meninggal, ia
berkata sambil menangis: “Sungguh engkau berbahagia, Abas Arsenius, karena
engkau menangisi dirimu sendiri di dunia ini; Orang yang tidak menangisi
dirinya di dunia sini akan menangis abadi di dunia sana; karena itu tidak
mungkin tidak menangis entah dengan sengaja entah karena dipaksa oleh
penderitaan.”
17
Februari
Abas Daniel biasa berkata tentang Abas
Arsenius demikian: “Ia tidak mau menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan
Kitab Suci, meskipun ia sebetulnya dapat melakukannya dengan baik kalau ia mau.
Demikian juga ia tidak pernah menulis surat. Kalau kadang-kadang ia datang ke
gereja, ia akan duduk di belakang sebuah tiang, sehingga tidak seorang pun yang
dapat melihat wajahnya dan ia sendiri tidak akan memperhatikan orang-orang
lain. Penampilannya seperti malaikat, seperti kisah Yakub. Tubuhnya halus dan
ramping; janggutnya panjang sampai menyentuh pinggangnya. Karena banyak
menangis bulu matanya menjadi rontok. Badanya tinggi tetapi menjadi bungkuk
karena usia tua. Ia berusia 95 tahun ketika meninggal. Selama 40 tahun ia
bekerja di istana Teodosius Agung, ayah dari Arcadius dan Honorius; kemudian ia
tinggal di Scetis selama 40 tahun, di Troe di atas Babilon, bersebrangan dengan
Memphis, selama 10 tahun dan di Canopus Alexandria selama 3 tahun. Dua tahun
terahir ia kembali ke Troe di mana ia meninggal, sesudah menyelesaikan jalan
hidupnya dalam damai dan takut akan Allah. Ia seorang yang baik “penuh dengan
Roh Kudus dan iman” (Kis 11,24). Ia mewariskan kepada saya jubah kulitnya,
kemeja putih dari bulu kasar dan sandal daun palmanya. Meskipun tidak pantas,
saya memakainya, supaya mendapat berkatnya.”
18
Februari
Pada suatu hari beberapa rahib
mengunjungi Abas Arsenius dan memaksa untuk bertemu dengannya. Ia menerima
mereka. Kemudian mereka meminta pendapatnya mengenai rahib-rahib yang tinggal
dalam kesunyian tanpa bertemu seorang pun. Sang penatua berkata kepada mereka:
“Selama seorang gadis muda tinggal dalam rumah ayahnya, banyak pemuda ingin
menikahinya. Tetapi kalau ia telah bersuami, ia tidak dapat lagi menyenangkan
setiap orang; beberapa orang menghinanya, yang lain memujinya; ia tidak lagi
menikmati kebaikan dan kemanisan masa lalu, ketika ia masih menjalani hidup
yang tersembunyi. Demikian halnya dengan jiwa; sejak hari ketika ia tampil di
hadapan orang, ia tidak dapat lagi memuaskan setiap orang.”
19
Februari
Abas Petrus, murid Abas Lot, berkata:
“Suatu hari ketika aku berada di sel Abas Agaton, seorang saudara masuk dan
berkata kepadanya: “Aku ingin hidup bersama para saudara; beritahukanlah
kepadaku bagaimana supaya aku dapat tinggal bersama mereka. “Sang penatua
menjawab: “Sepanjang hari hidupmu tetaplah menganggap dirimu sebagai seorang
asing yang datang pada hari pertama engkau bergabung bersama mereka, supaya
engkau tidak menjadi terlalu akrab dengan mereka.” Abas Makarius bertanya: “Apa
akibatnya kalau menjadi terlalu akrab?” Sang penatua menjawab: “Itu sama
seperti angin yang kuat dan panas, setiap kali ia bertiup segala sesuatu
terbang berhamburan dan ia memusnahkan buah-buah dari pohonnya. “Abas Makarius
berkata lagi: “Apakah berbicara terlalu bebas sungguh-sungguh seburuk seperti
itu semua?” Abas Agaton berkata: “Tidak ada nafsu yang lebih buruk daripada
lidah yang tidak terkendali, karena itu adalah ibu dari segala nafsu. Karena
itu karyawan yang baik tidak akan menggunakannya, bahkan kalau ia tinggal
seorang diri dalam selnya. Aku kenal seorang saudara yang tinggal dalam waktu
lama di dalam selnya dengan mengunakan sebuah ranjang kecil. Ia berkata: ‘Aku
seharusnya telah meninggalkan selku ini tanpa menggunakan ranjang kecil itu
kalau sebelumnya ada orang yang memberitahukan aku bahwa ranjang itu ada
disitu.’ Rahib yang bekerja keraslah yang menjadi seorang pejuang sejati.
20
Februari
Abas Agaton berkata: “Dalam segala
situasi rahib seharusnya membiarkan suara hatinya menegur dia tentang segala
sesuatu”. Ia juga berkata: “Kecuali dengan mentaati perintah-perintah Allah,
seorang rahib tidak dapat membuat kemajuan, bahkan dalam sebuah keutamaan pun”
. Ia berkata juga: “Aku tidak pernah pergi tidur dengan perasaan susah karena
telah melawan seseorang, dan sedapat-dapatnya aku tidak pernah membiarkan
seorang pun pergi tidur dengan perasaan susah karena telah melawan daku.”
21
Februari
Dikatakan
tentang Abas Agaton bahwa beberapa rahib datang menemuinya karena telah
mendengar tentang kemampuannya yang besar dalam hal penegasan roh. Karena ingin
melihat apakah ia akan kehilangan kesabarannya, mereka berkata kepadanya:
“Bukankah engkau Agaton yang dikatakan sebagai seorang pezinah dan sombong?”
“Ya, itu sangat benar,” jawabnya. Mereka melanjutkan: “Bukankah engkau Agaton
yang selalu berbicara omong kosong?” “Ya”. Mereka berkata lagi: “Bukankah
engkau Agaton si bidaah?” Kali ini ia menjawab: “Aku bukan seorang bidaah.”
Mereka lalu bertanya kepadanya: “Beritahukanlah kepada kami mengapa engkau
menerima setiap hal yang kami lontarkan kepadamu, tetapi menolak penghinaan
yang terakhir.” Ia menjawab: “Tuduhan-tuduhan pertama aku terima karena itu
baik bagi jiwaku. Tetapi bidaah berarti terpisah dari Allah. Dan aku tidak
ingin dipisahkan dari Allah.” Dengan kata-kata itu mereka menjadi kagum akan
kemampuannya mengadakan penegasan roh dan mereka pulang dengan memproleh
manfaat rohani.
22
Februari
Dikatakan bahwa Abas Agaton telah
menghabiskan banyak waktu untuk membangun sebuah sel dengan para muridnya. Pada
akhirnya ketika selesai, mereka tinggal di sana. Ketika dalam minggu pertama ia
melihat sesuatu yang nampaknya berbahaya, ia berkata kepada para muridnya:
“Bangunlah, mari kita tinggalkan tempat ini”. Tetapi mereka menjadi terkejut
dan menjawab: “Kalau Bapa telah memutuskan untuk pindah, mengapa kita telah
demikan bersusah payah membangun sel ini? Kita bakan menyebabkan batu sandungan
bagi orang-orang, yang akan berkata: “Lihat mereka, pindah lagi; orang-orang
yang tidak stabil”. Ia melihat bahwa mereka dikuasai oleh perasaan takut, maka
ia berkata kepada mereka: “kalau beberapa orang mendapat batu sangdungan, sebaliknya
beberapa orang lainnya justru memperoleh banyak manfaat rohani dan akan
berkata: ‘Betapa berbahagianya mereka yang berangkat demi Allah, yang tidak
mencemaskan apapun’. Bagaimanapun juga, biarlah yang ingin tetap tinggal,
tinggallah, sedangkan aku sendiri, aku mau pergi.” Lalu mereka meniarap di
tanah dan mohon kepadanya untuk mengizinkan mereka pergi bersamanya.
23
Februari
Dikatakan bahwa Abas Agaton kerap
pergi tanpa membawa apa-apa kecuali pisaunya untuk membuat keranjang anyaman.
Ia adalah orang yang bijaksana dalam roh dan giat dalam tubuh. Ia menyediakan
sendiri segala sesuatu yang ia perlukan untuk kerja tangan, makanan dan
pakaian. Ia berkata: “Aku tidak pernah memberi persembahan ‘agape’; tetapi
tindakan memberi dan menerima bagiku sudah merupakan tindakan ‘agape’, karena
aku melihat kebaikan saudaraku sebagai persembahan kurban.”
24
Februari
Seorang bertanya kepada Abas Agaton:
“Mana yang lebih baik, askesis badan atau berjaga-jaga batin?” Sang penatua
menjawab: “Manusia itu seperti sebatang pohon, askesis badan adalah daunnya,
berjaga-jaga batin buahnya. Menurut apa yang tertulis, ‘Setiap pohon yang tidak
menghasilkan buah baik akan ditebang dan dibuang kedalam api’ {Mat 3,10}
Maka
jelas bahwa semua perhatian kita harus diarahkan kepada buahnya, artinya,
kepada berjaga batin; akan tetapi hal itu membutuhkan perlindungan dan
perhiasan daun-daun, yang adalah askesis badan.”
25
Februari
Para saudara bertanya kepada Abas
Agaton: “Di antara semua pekerjaan baik, mana keutamaan yang menuntut paling
banyak usaha?” Ia menjawab: “Maafkan daku, tetapi kukira tidak ada jerih payah
yang lebih besar daripada berdoa kepada Allah. Karena setiap kali seorang ingin
berdoa, para musuhnya, iblis, ingin mencegah dia, sebab mereka tahu bahwa hanya
dengan memalingkan dia dari doalah mereka dapat memalingkan perjalanannya.
Apapun pekerjaan baik yang di lakukan seseorang, kalau ia bertekun didalamnya,
ia akan memperoleh istirahat. Tetapi berdoa merupakan pertempuran sampai nafas
yang terakhir.”
26
Februari
Abas Agaton sedang berjalan-jalan
bersama para muridnya. Salah seorang dari antara mereka menemukan sebuah kacang
hijau di jalan, lalu berkata kepada sang penatua: “Bapa, bolehkah saya
mengambilnya?” Sang penatua memandang dia dengan heran dan berkata: “Apakah
engkau yang meletakannya disitu?” “Bukan”, jawab saudara itu. “Lalu”, lanjut sang penatua, “bagaimana
engkau dapat mengambil sesuatu yang tidak kautaruh sendiri?” Pada waktu lain,
ada seorang saudara datang menemui sang penatua dan berkata kepadanya:
“Izinkanlah aku tinggal bersama dengan Bapa”. Dalam perjalanan ia telah
menemukan sepotong garam di jalan dan membawanya. “Dari mana kau temukan garam
itu?” tanya Abas Agaton. Saudara itu menjawab: “Aku menemukannya di jalan
ketika aku datang kesini dan aku mengambilnya”. Sang penatua berkata kepadanya:
“Kalau engkau ingin tinggal bersamaku, bagaimana engkau dapat mengambil sesuatu
yang tidak kau taruh sendiri?” Kemudia ia menyuruhnya meletakkan kembali garam
itu ke tempat ia menemukannya.
27
Februari
Di katakan tentang Abas Agaton bahwa
selama 3 tahun ia hidup dengan sebuah batu di dalam mulutnya, sampai ia
berhasil belajar silensium. Apabila pikirannya mendorong dia untuk mengadili
sesuatu yang ia lihat, ia akan mengatakan kepada diri sendiri: “Agaton, bukan
urusanmu untuk melakukan itu”. Dengan demikian rohnya selalu sadar, utuh dan
hening. Ia berkata juga: “Orang yang marah, bahkan kalau ia dapat membangkitkan
orang mati, tidak berkenan kepada Allah”.
28
Februari
Sekali waktu Abas Agaton mempunyai dua
orang murid yang masing-masing menjalani hidup sebagai anakorit sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Pada suatu hari ia bertanya kepada yang satu:
“Bagaimana cara hidupmu dalam sel ?” Ia menjawab: “Saya berpuasa sampai sore,
kemudian saya makan dua potong biskuit keras.” Ia berkata kepadanya: “Cara
hidupmu sudah bagus, tidak dibebani oleh terlalu banyak askesis”. Kemudian ia
bertanya kepada yang kedua: “Dan engkau, bagaimana cara hidupmu ?” Ia menjawab:
“Saya berpuasa selama dua hari, kemudian saya makan dua potong biskuit keras”.
Sang penatua berkata: “Engkau bekerja sangat keras dengan bertahan dalam
menghadapi dua pertentangan batin; yang satu, ada orang yang bekerja keras
untuk makan setiap hari tanpa rakus; yang lain, ada orang-orang yang ingin
berpuasa selama dua hari, lalu sesudahnya menjadi rakus, sedangkan engkau
sesudah berpuasa dua hari tidak menjadi rakus”.
29
Februari (untuk tahun kabisat)
Seorang saudara bertanya kepada Abas
Agaton mengenai nafsu percabulan. Ia menjawab: “Pergi dan campakkanlah
kelemahanmu di hadapan Allah maka engkau akan mendapatkan ketenangan.
01
Maret
Abas Agaton dan seorang rahib lainnya
jatuh sakit. Sementara mereka berbaring dalam sel mereka, saudara yang
membacakan kitab kejadian untuk mereka, sampai pada bab di mana Yakub berkata:
“Yusuf tidak ada lagi, dan Simeon tidak ada lagi, sekarang Benyamin pun hendak
kamu bawa juga; kamu akan menyebabkan aku yang ubanan ini turun kedunia orang
mati karena dukacita” (Kej 42,36.38). Rahib itu mulai berkata: “Apakah sepuluh
tidak cukup untukmu, Abas Yakub?” Abas Agaton menjawab: “Biarlah saja, saudara,
jikalau Allah adalah Allah orang-orang benar, siapa yang dapat mengutuk Yakub?”
02
Maret
Abas Agaton berkata: “Kalau seseorang
yang secara khusus sangat dekat denganku, tetapi kusadari bahwa ia mengajak aku
untuk melakukan sesuatu yang kurang baik, aku harus menyingkirkan dia dari
diriku”. Ia juga berkata: “Seorang rahib di segala waktu harus sadar akan
pengadilan Allah”.
03
Maret
Pada suatu hari ketika para saudara
bertukar pikiran tentang cintakasih, Abas Yusuf berkata: “Apakah kita
sungguh-sungguh mengerti apa itu cintakasih?” Kemudia ia menceriterakan
bagaimana ketika seorang saudara datang mengunjungi Abas Agaton, ia menyalami
saudara itu dan tidak membiarkan dia pulang sampai ia membawa sebuah pisau
kecil yang dimiliki sang penatua itu.
Abas
Agaton berkata: “Kalau aku dapat bertemu dengan seorang kusta, aku akan
memberikan tubuhku kepadanya dan mengambil tubuhnya untukku, maka aku akan
sangat bahagia”. Itulah sungguh-sungguh cinta kasih sempurna.
04
Maret
Dikatakan tentang Abas Agaton bahwa
ketika ia datang kekota untuk menjual barang-barang tembikar yang dibuatnya, ia
bertemu dengan seorang pengembara yang sakit dan terbaring ditempat umum tanpa
seorang pun mengurusnya. Sang penatua menyewa sebuah sel dan tinggal bersamanya
di situ, bekerja dengan tangannya sendiri untuk membayar uang sewa dan
menyimpan sisa uangnya untuk keperluan si sakit. Ia tinggal disana selama 4
bulan sampai si sakit pulih kembali kesehatannya. Kemudian ia pulang ke selnya
dengan damai.
05
Maret
Abas Daniel berkata: “Sebelum Abas
Arsenius datang untuk tinggal bersama para Bapa rohaniku, mereka tinggal
bersama Abas Agaton. Abas Agaton mengasihi Abas Alexander karena ia seorang
asket dan teliti. Lalu ada peristiwa, semua murid mencuci tikar-tikar mereka di
sungai,tetapi Abas Alexander mencuci miliknya dengan teliti. Saudara-saudara
lainnyaber kata kepada sang penatua: “Saudara Alexander tidak menyelesaikan apa
pun”. Karena ingin memperbaiki meraka Abas Agaton berkata kepadanya: “Saudara
Alexander, tolong cuci semua tikar ini sampai bersih betul karena mereka
terbuat dari rami halus”. Saudara itu sakit hati karena kata-kata itu. Sesudah
itu sang penatua menghibur dia sambil berkata: “Aku kan tahu bahwa engkau
bekerja dengan baik. Tetapi aku katakan hal itu di depan mereka dengan maksud
untuk memperbaiki mereka melalui ketaatanmu”.
06
Maret
Di katakan tentang Abas Agaton bahwa
ia memaksa dirinya sendiri untuk memenuhi semua perintah. Kalau ia berlayar
dengan perahu ialah yang pertama-tama memegang dayungnya dan kalau
saudara-saudara datang mengunjunginya ia menyiapkan meja dengan tangannya
sendiri, segera sesudah mereka selesai berdoa, karena ia penuh dengan kasih
Allah. Ketika ia hampir meninggal, selama tiga hari matanya tetap terbuka lebar
tanpa bergerak. Para saudara membangunkan dia sambil berkata: “Abas Agaton, ada
di mana engkau?” Ia menjawab: “Aku sedang berdiri di hadapan tahta pengadilan
Allah”. Mereka berkata: “Apakah Bapa tidak takut?” Ia menjawab: “Sampai saat
ini aku berusaha sekuat tenagaku untuk melaksanakan perintah-perintah Allah;
tetapi aku seorang manusia; bagaimana aku tahu kalau perbuatan-perbuatanku
berkenan kepada Allah?” Para saudara berkata kepadanya: “Apakah engkau tidak
yakin akan semua yang telah kaulakukan sesuai dengan hukum Allah?” Sang penatua
menjawab: “Aku tidak yakin sampai aku bertemu dengan Allah. Sungguh pengadilan
Allah tidak sama dengan pengadilan manusia”. Ketika mereka ingin bertanya lebih
lanjut kepadanya, ia berkata kepada mereka: “Demi kemurahan hatimu, jangan
berbicara lagi kepadaku karena aku tidak punya waktu lagi”. Begitulah ia
meninggal dengan gembira. Mereka melihat keberangkatannya seperti orang
menyalami teman-temannya yang paling dekat. Ia tetap membina sikap berjaga-jaga
dalam arti paling sempit, dalam arti segala hal, dengan berkata: “tanpa berjaga
batin yang sungguh-sungguh seorang rahib tidak akan maju dalam suatu keutamaan
pun.
07
Maret
Pada
suatu hari ketika pergi ke kota untuk menjual beberapa barang kecil, Abas
Agaton bertemu dengan seorang iumpuh di pinggir jalan. Si lumpuh bertanya
kepadanya
mau pergi kemana. Abas Agaton menjawab : "Ke kota,
untuk: menjual beberapa barang." Si lumpuh berkata: "Tolong gendong
saya ke sana." Maka ia menggendongnya ke kota. Si lumpuh berkata:
"Turunkan saya di tempat engkau menjual barang-barangmu." Ia
melakukannya demikian. ketika ia sudah menjualnya satu barang, si lumpuh
bertaya: "Engkou menjualnya dengan harga berapa?" dan ia mengatakan
harganya. Si lumpuh berkata lagi : "Belikan ,aku sepotong kue," dan
ia membelikannya. Ketika Abas Agaton telah menjual barang yang kedua, si sakit
itu bertanya: "Engkau menjualnya dengan harga berapa?"Dan ia
memberitahukan kepadanya harga jual dari barangnya. Kemudian si lumpuh berkata:
"Belikan aku ini", dan ia membelikannya. Ketika Agaton, sesudah
menjual semua ba rangnya, ingin pulang, ia berkata kepadanya: "Apakah
engkau mau kembali?" dan ia menjawab: "Ya". Kemudian ia berkata:
"Gendonglah aku kembali ke tempat di mana engkau menemukan aku."
Sekali lagi sesudah mengangkat dia, ia menggendongnya kembali ke tempat itu.
Kemudian si lumpuh berkata: "Agaton, engkau penuh dengan berkat ilahi, di
surga maupun di dunia." Ketika ia mengangkat matanya, Agaton tidak melihat
seorang pun juga; itu adalah malaikat Tuhan yang datang untuk mencobai dia.
08 Maret
Seorang
saudara berkata kepada Abas Amonas: "Katakanlah sepatah kata
bagiku." Sang penatua menjawab: "Per gi dan hendaklah engkau
menganggap dirimu seperti orang orang jahat yang dipenjara. Karena mereka
selalu bertanya kapan hakim datang, dan mereka menunggunya dalam kecemasan.
Begitulah rahib harus menuduh jiwanya sendiri setiap saat sambil berkata:' Aku
ini manusia celakaka dan tidak bahagia. Bagaimana aku dapat berdiri di hadapan
tahta Kristus? Apa yang dapat kukatakan kepada Nya sebagai kata pembelaanku?'
Kalau engkau berbuat demikian terus-menerus, engkau akan selamat."
09 Maret
Salah seorang
dari para Bapa bercerita tentang Cellia. Ia berkata bahwa suatu ketika di sana
ada seorang rahib; ia pekerja keras yang menggunakan lapik tidur. Ia pergi
menemui Abas Amonas, yang ketika mengetahui bahwa ia menggunakan lapik tidur,
berkata kepadanya: “Tidak ada gunanya engkau memakai itu”. Lalu rahib itu
bertabnya kepadanya demikian: “Ada tiga pikiran yang mengganggu saya, apakah
saya harus mengembara di gurun, ataukah saya harus pergi ke tanah asing dimana
tidak ada seorangpun yang mengenal saya, ataukah saya harus menutup diri dalam
sebuah sel tanpa membuka pintu bagi seorang pun, hanya makan setiap dua hari
sekali”. Abas Amonas menjawab: “Tidak benar bagimu untuk melakukan ketiganya.
Lebih baik, diamlah di selmu dan makanlah sedikit tiap hari, sambil
terus-menerus mengatakan dalam hatimu perkataan sang pemungut cukai, dan engkau
akan selamat”.
10 Maret
Pada suatu
hari ketika Abas Amonas ingin menyeberangi sungai, ia menemukan kapal ferinya
sudah siap akan berangkat maka ia duduk di dalamnya. Kemudian ada kapa lain
tiba ditempat itu mengangkut rahib-rahib yang ada disitu. Mereka berkata
kepadanya: “Kesini, Bapa, menyeberanglah bersama kami”. Tetapi ia menjawab:
“Aku tidak akan berangkat kecuali mengguankan kapal umum”. Sambil duduk ia
menganyam segenggam ranting palma yang dibawanya, kemudian melepaskannya lagi,
sampai kapal itu tiba di seberang. Begitulah ia menghabiskan waktu
penyeberangannya. Kemudian para saudara memberikan salam hormat kepadanya
sambil berkata: “Mengapa Bapa melakukan hal itu?” Sang penatua berkata kepada
mereka: “Supaya mengadakan perjalanan tanpa rasa cemas apa pun”. Itulah sebuah
telada, bagaimana kita harus berjalan di jalan Allah dalam damai.
11 Maret
Pada suatu
hari Abas Amonas bermaksud mengunjungi Abas Antonius tetapi ia tersesat. Maka
ia duduk dan jatuh tertidur sebentar. Ketika bangun, ia berdoa kepada Allah
demikian: “Kumohon kepada-Mu, ya Tuhan Allahku, jangan biarkan makhluk
ciptaan-Mu binasa”. Kemudian tanpak kepadanya seperti sebuah tangan manusia di
langit yang menunjukkan jalan kepadanya, sampai ia tiba di gua Abas Antonius.
12 Maret
Ketika Abas
Amonas mengunjungi Abas Antonius, ia meramalkan bahwa Abas Amonas akan membuat
kemajuan dalam hal takut akan Allah. Kemudian ia mengajak Amonas keluar selnya
dan menunjukkan sebuah batu kepadanya, sambil berkata: “Sakiti dan pukullah
batu ini”. Ia melakukannya. Lalu Antonius bertanya: “Apakah batu itu mengatakan
sesuatu?” Ia menjawab: “Tidak”. Lalu Antonius berkata lagi: “Engkau juga bisa
melakukan seperti itu”. Dan itu memang terjadi. Abas Amonas maju sedemikian
besar dalam kebaikannya sehingga ia tidak memperhatikan kejahatan orang lain.
Demikianlah, ketika ia menjadi uskup, seseorang membawa seorang gadis muda yang
sedang hamil ke hadapannya dan berkata: “Lihat apa yang telah dilakukan oleh
gadis sial yang malang ini; beri dia hukuman”. Akan tetapi Amonas, sesudah
memberi tanda salib pada kandungan gadis itu, menyuruh memberi dia 6 pasang
kain lenan halus sambil berkata: “Ini untuk jaga-jaga, kalau dia melahirkan,
barangkali ia meninggal, dia atau anaknya, padahal mereka tidak punya apa-apa untuk
upacara pemakaman”. Akan tepai para penuduh gadis itu berkata: “mengapa engkau
melakukan itu? Beri dia hukuman”. Lalu ia berkata kepada mereka: “Lihat,
saudara-saudara, ia ini dekat dengan maut; apa yang harus ku lakukan?” kemudian
ia menyuruh gadis itu pergi dan tak ada lagi rahib yang berani menuduh seorang
pun.
13 Maret
Pada suatu
hari Abas Amonas datang untuk makan di suatu tempat di mana ada seorang rahib
yang punya nama buruk. Lalu ada kejadian, seorang wanita datang dan masuk
kedalan sel rahib yang berreputasi buruk itu. Para penghuni tempat itu, ketika
mengetahui hal tersebut, menjadi susah dan berkumpul bersama untuk mengusir
saudara itu dari dalam selnya. Ketika mereka mengetahui bahwa Abas Amonas ada
ditempat itu, mereka meminta kepadanya untuk ikut bergabung bersama mereka.
Ketika saudara bermasalah itu mengetahui hal itu, ia menyembunikan si wanita ke
dalam sebuah tong besar. Kerumunan rahib tiba di tempat itu. Abas Amonas
mengetahui keadaannya dengan jelas tetapi demi Allah ia tetap menyimpan rahasia
itu; ia masuk, duduk di atas tong itu dan menyuruh sel itu di geledah. Kemudian
ketika para rahib sudah mencari kemana-mana tanpa menemukan si wanita itu, Abas
Amonas berkata: “Apa ini? Semoga Allah mengampuni kalian !” Sesudah berdoa, ia
menyuruh semua orang keluar, kemudian ia memegang tangan saudara itu dan
berkata: “Saudara, waspadalah”. Dengan kata-kata itu ia pergi.
14 Maret
Abas Amonas
berkata: “Aku telah tinggal 14 tahun di Scetis sambil mohon kepada Allah siang
dan malam untuk menganugerahi aku menguasai amarah”. Ia di tanya: “Apakah itu
‘jalan sempit yang sulit’?” (Mat 7,14). Ia menjawab: “Jalan sempit yang sulit
ialah ini: menguasai pikiran-pikiranmu dan menyangkal kehendak sendiri demi
Allah. Itulah juga arti dari kalimat, ‘kami ini telah meninggalkan segala
sesuatu dalam mengikut Engkau’ “. (Mat 19,27)
15 Maret
Pada suatu
hari tiga orang rahib, yang seorang mempunyai nama buruk, mengunjungi Abas
Akiles. Rahib pertama minta kepadanya: “Bapa, buatkan saya sebuah jaring ikan”.
“Aku tidak mau membuatkannya untukmu”, jawabnya. Kemudian rahib kedua berkata:
“Demi kasihmu ya Bapa, buatkanlah saya sebuah jaring ikan supaya kami memiliki
suatu kenang-kenangan darimu dalam biara kami”. Tetapi ia berkata : “Aku tidak
punya waktu”. Kemudian rahib ketiga, yang punya nama buruk itu, berkata: “Bapa,
buatkan saya sebuah jaring ikan supaya saya memiliki sesuatu hasil buah tangn
Bapa”. Abas Akiles langsung menjawab: “Untukmu akan kubuatkan”. Kemudian kedua
rahib yang lain bertanya secara pribadi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar