Ads 468x60px

Minggu, 19 November 2017



HIK. HIDANGAN ISTIMEWA KRISTIANI.
HARAPAN IMAN KASIH.
Minggu, 19 November 2017
Hari Minggu Biasa XXXIII
"HOMS' "Hari Orang Miskin Sedunia"
Amsal (31:10-13.19-20.30-31)
(Mzm 128:1-2.3.4-5; Ul: 1)
(1Tes 5:1-6)
Matius (25:14-30 [Singkat: 25:14-15.19-21])

"Regnum Tuum - KerajaanMu."
KerajaanMu yang dimaksud disini adalah Kerajaan Allah yang memberikan/mempercayakan "hartanya" berupa talenta kepada kita masing-masing.
Secara sederhana, "talenta" itu mengandung 3 ajakan kebaikan, antara lain:
1. TA - burkan iman.
Mengacu pada bacaan hari ini, jelas bahwa hal Kerajaan Sorga sama seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan harta/talentanya kepada mereka.
Dengan kata lain :
TUHAN yang mempercayakan 'hartanya' itu sungguh mengajak kita untuk terus menaburkan iman.
2. LEN - yapkan setan.
Ia menganugerahkan talenta kepada kita bukan supaya kita menjadi orang yang jahat dan malas tapi menjadi orang yang baik dan rajin, yang selalu memelihara dan menumbuh-kembangkan talenta dengan pola "tts" - "tekun-tanggung jawab dan setia."
3. TA - kutlah akan Tuhan.
Perumpamaan tentang talenta juga mengingatkan kita bahwa tempat dan pelayanan kita di surga akan ditentukan oleh kesetiaan dalam kehidupan dan pelayanan kita di bumi (bdk. Mat 25:29).
Talenta sendiri bisa melambangkan semua kemampuan, waktu, sumber daya dan kesempatan kita untuk melayani Allah ketika masih hidup. Hal-hal ini akan dianggap oleh Allah sebagai sesuatu yang dipercayakan kepada kita dan kita bertanggung jawab untuk mengelolanya dengan sebijaksana mungkin.
Dengan kata lain:
Kedudukan dan warisan di surga akan sebanding dengan pengabdian kita sekarang kepada Allah di dunia (Luk 22:24-30).
"Dari Jakarta ke Surabaya - Kembangkanlah talenta agar hidup semakin bercahaya."
Salam HIKers,
Tuhan memberkati & Bunda merestui
Fiat Lux - Be the Light -
Jadilah Terang!
(Gen 1:3)
NB:
A.
"Adveniat - Datanglah!"
Inilah salah satu seruan iman supaya Tuhan datang dan merajai hidup kita setiap harinya.
Adapun, dalam Injil hari ini Yesus menceritakan perumpamaan tentang tuan rumah yang datang dan menitipkan talenta kepada hamba-hambanya.
Inilah perumpamaan yang datang terakhir dalam injil Matius dimana Tuhan hadir sebagai tuan rumah dan kita sebagai hamba-hamba yang diberikan kepercayaan olehNya.
Ada beberapa kearifan yang bisa kita petik, antara lain:
1.Joyful:
Kita diajak datang dengan penuh rasa syukur karena Tuhan memberikan kita ruang dan peluang, yakni "harta" berupa aneka talenta yang bisa kita syukuri karena semata-mata ini sejatinya adalah "GIFT", hadiah/pemberian dariNYA.
2.Powerful:
Kita diajak untuk sekuat daya dan tenaga untuk mengembangkan apa yang sudah diberikanNya pada kita, tidak banyak berkeluh tapi selalu bersyukur, tidak malahan menjadi hamba yang "jahat dan malas" tapi benar-benar berjuang menjadi hamba yang "baik dan rajin," mengembangkan se-optimal mungkin setiap hal baik yang diberikanNya.
3.Fruitful:
Kita diajak untuk hidup dengan berbuah banyak kebaikan, menjadi saluran rahmat bagi semua org, tidak hanya menjadi "waduk untuk menimbun" tapi menjadi "saluran untuk mengembang dan menyalurkan" aneka rahmat ilahi kepada semakin banyak orang secara insani, sehingga kita layak masuk dalam kebahagiaan abadi bersamaNya.
"Dari Gangga ke Batanghari - Ciptakanlah surga setiap hari."
B.
“La Vita e Bella – Hidup itu indah.”
Inilah judul sinema romantis, yang dilakonkan oleh seorang Roberto Benigni. Bagi saya, hidup memang kerap terasa indah karena Tuhan banyak memberikan talenta kepada kita secara gratis (Lat: gratia, Inggr: grace).
Inilah juga yang saya bagikan ketika saya diajak untuk mendampingi para pengurus “YOS – Yayasan Oikumene Surakarta” bahwasannya ada tiga vitamin dasar yang harus kita wartakan untuk semakin menyadari dan mensyukuri aneka talenta yang diberikan Tuhan dalam hidup kita, al:
1. A: Awali dari apa yang ada
Kita diberikan talenta sesuai dengan rencana dan pilihan Tuhan sendiri, ada yang “satu talenta”, “dua talenta” bahkan ada juga yang “lima talenta”.
Mulailah selalu hidup harian kita dengan rasa syukur dan kebaikan dari apa yang sudah kita miliki karena kebaikan dalam kata-kata menghasilkan kepercayaan diri, kebaikan dalam berpikir menghasilkan kebesaran dan kebaikan dalam memberi menghasilkan cinta. Bukankah bila kita sibuk mengisi hati kita dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan, kita tak memiliki hari ini untuk slalu kita syukuri?
2. B: Bagikan sepenuh cinta
Ada yang mengatakan: “Orang bijak: banyak mendengar tp sedikit bicara. Orang sombong: sedikit mendengar tp banyak bicara, Orang bodoh: sedikit mendengar dan sedikit bicara”.
Yang pasti:
Apapun bentuk dan jumlah talenta yang Tuhan anugerahkan kepada kita, kita wajib menggunakan dan mengembangkannya. Tidak boleh hanya disimpan tapi harus dikembangkan dan inilah perbuatan hamba yang baik dan setia!
Ya, kalau umur kita dihabiskan untuk mengumpulkan saja, kapan kita mempergunakan apa yang kita kumpulkan? Ingatlah bahwa kamu mungkin dapat dikenal dari apa yang kamu perbuat, namun kamu hanya akan dicintai dari apa yg kamu berikan
3. C: Cinta Tuhan yang akan menyempurnakannya.
Hidup kita kadang penuh kekhawatiran, padahal rasa kuatir itu seperti kursi goyang. Memberi kita sesuatu untuk dilakukan tetapi tidak membawa kita kemanapun.
Disinilah, Tuhan mengajak kita untuk menjadi hamba yang baik dan setia dengan terus mengembangkan setiap talenta diri tanpa dihantui rasa kuatir yang berlebihan.
Jelasnya, kita diajak untuk “bekerja bagaikan tak butuh uang, mencintai bagaikan tak pernah disakiti dan menari bagaikan tak seorang pun sedang menonton”. Hal ini tentunya akan lebih membuat kita berkembang secara optimal dalam Tuhan dan biarkanlah Tuhan yang ikut berkarya dan menyelenggarakannya.
“Cari pita di Taman Sari – Kembangkan talenta setiap hari.”
C.
Kutipan Teks Misa:
Tidak ada seorangpun yang mempunyai kepastian yang sempurna bahwa dia akan termasuk dalam bilangan orang-orang yang terpilih atau bahwa dia akan bertekun terus dalam kebajikan sampai ia wafat (Konsili Trente, 6, Kan. 15,16)
Antifon Pembuka (Bdk. Yer 39:11.12.14)
Aku memikirkan rancangan damai, bukan bencana; kamu akan berseru kepada-Ku dan Aku akan mendengarkan kamu; Aku akan membawa kamu kembali dari semua tempat pembuanganmu.
The Lord said: I think thoughts of peace and not of affliction. You will call upon me, and I will answer you, and I will lead back your captives from every place.
Dicit Dominus: Ego cogito cogitationes pacis, et non afflictionis: invocabitis me, et ego exaudiam vos: et reducam captivitatem vestram de cunctis locis.
Doa Pagi
Ya Tuhan, Allah kami, bantulah agar kami selalu bersukacita dalam mengabdi Engkau. Sebab kebahagiaan kami hanya akan sempurna dan kekal jika kami selalu mengabdi kepada-Mu, sumber segala yang baik. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama dengan Dikau dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin.
Bacaan dari Kitab Amsal (31:10-13.19-20.30-31)
"Ia senang bekerja dengan tangannya"
Isteri yang cakap, siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Isteri yang cakap berbuat baik kepada suaminya, dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. Ia mencari bulu domba dan rami, dan senang bekerja dengan tangannya. Tangannya ditaruhnya pada jentera, jari jemarinya memegang alat pemintal. Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin. Kemolekan adalah bohong, dan kecantikan adalah sia-sia; tetapi isteri yang takut akan Tuhan dipuji-puji. Berilah kepadanya bagian dari hasil tangannya, biarlah perbuatannya memuji dia di pintu-pintu gerbang!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah.
Mazmur Tanggapan, do = g, 2/4, PS 841
Ref. Berbahagialah yang mendiami rumah Tuhan
Ayat. (Mzm 128:1-2.3.4-5; Ul: 1)
1. Berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Apabila engkau menikmati hasil jerih payahmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu.
2. Isterimu akan menjadi laksana pohon anggur subur yang ada di dalam rumahmu; anak-anakmu seperti tunas pohon zaitun di sekeliling mejamu!
3. Sungguh, demikianlah akan diberkati Tuhan, orang laki-laki yang takwa hidupnya. Kiranya Tuhan memberkati engkau dari Sion: boleh melihat kebahagiaan Yerusalem seumur hidupmu!
Bacaan dari Surat Pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di Tesalonika (1Tes 5:1-6)
"Jangan sampai hari Tuhan tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri!"
Saudara-saudara, tentang zaman dan masa kedatangan Tuhan tidak perlu dituliskan kepadamu, karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri di waktu malam. Apabila mereka mengatakan bahwa semuanya damai dan aman, maka tiba-tiba kebinasaan menimpa mereka seperti seorang perempuan hamil ditimpa oleh sakit bersalin. Pasti mereka takkan terluput! Tetapi, Saudara-saudara, kamu tidak hidup dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan. Sebab itu janganlah kita tidur seperti orang-orang lain, tetapi berjaga-jaga dan sadarlah!
Demikianlah sabda Tuhan
U. Syukur kepada Allah
Bait Pengantar Injil, do = es, 4/4, Kanon, PS 955
Ref. Alleluya, alleluya, alleluya.
Ayat. (Yoh 15:4.5b)
Tinggallah dalam Aku, maka Aku tinggal dalam kamu. Barangsiapa tinggal dalam Aku, berbuah banyak
Inilah Injil Yesus Kristus menurut Matius (25:14-30 [Singkat: 25:14-15.19-21])
"Karena engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu."
[Pada suatu hari Yesus mengemukakan perumpamaan berikut kepada murid-murid-Nya, “Hal Kerajaan Surga itu seperti seorang yang mau bepergian ke luar negeri, yang memanggil hamba-hambanya dan mempercayakan hartanya kepada mereka. Yang seorang diberinya lima talenta, yang seorang lagi dua, dan seorang yang lain lagi satu, masing-masing menurut kesanggupannya. Lalu ia berangkat.] Segera pergilah hamba yang menerima lima talenta itu. Ia menjalanan uang itu dan memperoleh laba lima talenta. Hamba yang menerima dua talenta pun berbuat demikian, dan mendapat laba dua talenta. Tetapi hamba yang menerima satu talenta itu pergi dan menggali lubang di tanah, lalu menyembunyikan uang tuannya. [Lama sesudah itu pulanglah tuan hamba-hamba itu, lalu mengadakan perhitungan dengan mereka. Hamba yang menerima lima talenta itu datang dan membawa laba lima talenta. Ia berkata, ‘Tuan, lima talenta Tuan percayakan kepadaku. Lihat, aku telah memperoleh laba lima talenta! Maka kata tuannya kepadanya, ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik dan setia! Karena engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, maka aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.] lalu datanglah hamba yang menerima dua talenta, katanya, ‘Tuan, dua talenta Tuan percayakan kepadaku. Lihat, aku telah mendapat laba dua talenta!’ Maka kata tuan itu kepadanya, ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai hamba yang baik dan setia! Karena engkau telah setia memikul tanggung jawab dalam perkara kecil, maka aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu’. Kini datanglah juga hamba yang menerima satu talenta itu dan berkata, ‘Tuan, aku tahu bahwa Tuan adalah manusia kejam, yang menuai di tempat Tuan tidak menabur, dan memungut di tempat Tuan tidak menanam. Karena itu aku takut dan pergi menyembunyikan talenta Tuan di dalam tanah. Ini, terimalah milik Tuan!’ Maka jawab tuannya itu, ‘Hai engkau, hamba yang jahat dan malas! Engkau tahu bahwa aku menuai di tempat aku tidak menabur, dan memungut di tempat aku tidak menanam. Seharusnya uangku itu kauberikan kepada orang yang menjalankan uang, supaya sekembaliku aku menerimanya serta dengan bunganya. Sebab itu ambillah talenta itu dari padanya dan berikanlah kepada orang yang mempunyai sepuluh talenta itu. Karena setiap orang yang mempunyai, akan diberi sampai ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apa pun yang ada padanya akan diambil. Dan buanglah hamba yang tidak berguna itu ke dalam kegelapan yang paling gelap. Di sana akan ada ratap dan kertak gigi.
Berbahagialah orang yang mendengarkan sabda Tuhan dan tekun melaksanakannya
U. Sabda-Mu adalah jalan, kebenaran, dan hidup kami.
Antifon Komuni (Mzm 73:28)
Berpaut pada Tuhan Allah itu baik bagiku, demikian juga menaruh harapan kepada-Nya.
To be near God is my happiness, to place my hope in God the Lord.
===
Hiaslah rumahmu sebaik-baiknya, tetapi ingatlah juga si miskin.” (St. Yohanes Krisostomus)
===
ULASAN EKSEGETIS
BACAAN INJIL HARI MINGGU BIASA XXXIII
19 November 2017 :
"KEPERCAYAAN YANG SUBUR DAN TALENTA YANG MANDUL"
Perumpamaan mengenai talenta dalam Mat 25:14-30 (Injil Minggu Biasa XXXIII tahun A) berawal dengan kisah tentang orang yang mempercayakan hartanya kepada para hambanya karena ia akan lama bepergian ke luar negeri. Dan jumlah uang yang ditinggalkannya itu amat besar. Satu talenta nilainya 10.000 dinar dan satu dinar itu waktu itu upah sehari pekerja harian. Pendengar waktu itu langsung menangkap arah perumpamaan ini, yakni kepercayaan yang luar biasa besarnya dari pihak pemilik kepada para hambanya. Dan memang perumpamaan ini lebih bercerita mengenai sang pemberi daripada mengenai mereka yang menerima. Dari 16 ayat dalam petikan ini, 10 ayat dipakai untuk menggambarkan tindakan serta kata-kata sang tuan dan hanya 6 ayat dikhususkan bagi hamba-hambanya.
“Masing-masing Menurut Kesanggupan-nya”
Orang itu mempercayakan miliknya kepada tiga orang hambanya. Ia mengenal kemampuan mereka satu persatu dengan baik. Injil mengutarakannya dengan ungkapan “…masing-masing menurut kesanggupannya.” Bagitulah pemilik tadi merasa aman dapat menitipkan hartanya kepada orang-orang yang dekat yang sungguh dikenalnya. Ia percaya mereka akan menjaganya dengan sebaik-baiknya dan mau menjalankan uangnya. Ia berharap akan tetap beruntung, di luar negeri dan di tanah sendiri. Perusahaannya akan tetap berjalan.
Selama sang tuan berada di negeri lain, kedua hamba yang pertama memang menjalankan uang majikannya. Usaha mereka mendatangkan hasil yang sepadan dengan modal yang dipercayakan kepada mereka. Baik yang mendapat lima talenta maupun yang mendapat dua sama-sama mengatakan kepada tuan mereka “Tuan, sekian talenta tuan percayakan kepadaku….” Jelas dari situ bahwa sejak permulaan mereka tahu bahwa mereka dipercaya tuan mereka. Kiranya kesadaran inilah yang membuat mereka berani berusaha agar harta yang dipercayakan itu menjadi harta yang hidup. Mereka dapat berkata telah mendapat laba sebanyak talenta yang dipercayakan. Dan ternyata yang mereka kerjakan mendapat perkenan. Sang pemilik berkata bahwa mereka akan mendapat tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar karena telah menunjukkan kesetiaan dalam hal kecil. Mereka juga akan semakin berbagi kekayaan dengan pemilik tadi. Mereka diajak masuk ke dalam kebahagiaan tuan mereka. Maksudnya, tuan tadi akan membuat mereka menjadi anggota rumah yang merdeka, dan bukan lagi hamba. Pembaca zaman itu dapat segera menyimpulkannya bahwa itulah maksud kata-kata pemilik yang kembali tadi. Usaha mereka telah membuat mereka menjadi orang merdeka yang tetap boleh berdiam di rumah tuan mereka. Inilah pahala terbesar yang dapat diharapkan.
Talenta Yang Tak Dikembangkan
Bagaimana dengan hamba yang mendapat satu talenta dan kemudian hanya mempu mengembalikan satu talenta saja? Kita tahu apa yang terjadi dengan dia pada akhir perumpamaan. Ia tidak lagi mendapat kepercyaan dan tidak menerima apa-apa. Bahkan ia tidak lagi diakui sebagai hamba oleh tuannya dan dikeluarkan dari rumah tangganya. Ia kini menjadi mangsa kegelapan dan apa saja yang menakutkan. Hamba ini menjadi gambaran kebalikan dari kedua hamba yang lain. Selama tuannya pergi ia tidak pernah belajar mengurus dan menjalankan harta yang dipercayakan kepadanya. Kenapa? Bukan karena ia tidak berinisiatif. Dalam ay. 25 ia berkata bahwa ia tahu tuannya itu kejam, menuai di tempat ia tidak menabur, dan memungut di tempat ia tidak menanam sendiri. Ia takut. Ketakutan ini membuat ia tidak bisa menerima bahwa tuannya mau mempercayainya. Karena itu ia menyembunyikan talenta yang diserahkan kepadanya. Ada ironi yang tajam. Tuan itu mengenal baik hamba-hambanya. Ia mau mempercayakan miliknya kepada mereka sesuai kemampuan masing-masing. Tetapi tidak semua hamba itu mengenal sang majikan sebaik ia mengenal mereka.
Mengapa hamba itu malah kena marah dan disebut hamba yang “jahat dan malas”? Mengapa dikatakan, seharusnya hamba itu mempercayakan talenta tadi kepada orang yang bisa menjalankan sehingga nanti ada bunganya? Sebetulnya semua yang dibayangkan hamba yang mendapat satu talenta itu benar. Apa persoalannya?
Memang ada kebiasaan menyembunyikan harta dengan memendamnya. Keuntungannya memang harta itu tidak akan gampang diincar orang karena tidak diketahui. Dan sulit ditemukan orang lain. Aman. Tetapi juga tidak mendatangkan laba. Jadi modal mati. Hamba tadi kurang punya inisiatif, ia malas. Ia ragu-ragu, jangan-jangan nanti begini, jangan-jangan nanti begitu. Akhirnya ia malah tak menghasilkan apa-apa.
Kenapa ia disebut tuannya sebagai “jahat” juga? Pembaca boleh memikirkan, hamba yang ini sebetulnya tidak memberi kemungkinan kepada tuannya untuk berubah. Majikannya itu memang dikenal sebagai orang yang tinggi tuntutannya, dst. Dan kiranya memang begitu (ay. 26). Tetapi berkat keberanian kedua hamba yang lain, atau lebih baik dikatakan kesetiaan mereka menjaga serta menjalankan milik tuannya, maka ia bisa berubah menjadi murah hati dan suka mengajak bawahannya ikut menikmati kekayaannya yang berlimpah. Tetapi ada yang tidak mau menerima bahwa ia bisa berubah menjadi murah hati. Ada yang menutup pintu bagi tuan tadi agar bisa menjadi orang yang lain daripada yang dahulu-dahulu. Inilah yang mendatangkan kemalangan bagi hamba tadi. Ia tidak mampu menjalin hubungan yang saling menguntungkan dengan tuannya. Hamba itu terhukum oleh pandangannya sendiri yang kaku mengenai tuannya.
Tentang Tuhan
Perumpamaan ini memuat ajakan agar orang berani memikirkan kembali anggapan mengenai siapa Tuhan itau dan bagaimana cara memperoleh perkenan-Nya. Dan kiranya memang itulah maksud Yesus dengan perumpamaan ini. Maklum bagi pendengarnya pada waktu itu Tuhan Allah dialami sebagai yang menuntut dan akan murka dan menghukum bila umatnya tidak menuruti hukum-hukum-Nya. Itulah teologi yang dulu dirasa jitu di kalangan para pemimpin (ahli Taurat, para imam) dan orang-orang yang dianggap benar dan menganggap diri benar (kaum Farisi). Tuhan tidak mendapat ruang untuk tampil dengan wajah kebapaan. Dia dikurung dalam teologi picik hamba yang mendapat satu talenta itu.
Tahukah orang yang akan bepergian ke luar negeri tadi bahwa di antara hambanya yang dipercayainya itu ada yang tidak bakal banyak berbuat? Tentunya ya. Walaupun demikian, ia tetap berharap hambanya itu bisa berkembang. Dan tuan tadi – kini bisa kita pakai untuk mengerti siapa Tuhan sebenarnya – berani mengambil risiko. Siapa tahu hamba yang begitu itu nanti berubah. Tuhan berani memberi kesempatan kepada orang yang sebenarnya dikenal tidak akan berbuat banyak.
Injil Dan Kehidupan
Mari kita bayangkan jalan cerita yang berbeda. Katakan saja hamba yang malas dan penakut yang mendapat satu talenta itu bisa berubah. Katakan saja, ada rekan yang menolong dan memberanikannya agar lebih percaya diri. Alur kisahnya akan berbeda. Pendengar yang berani berinteraksi dengan perumpamaan dengan cara ini akan juga merasa terdorong membantu rekan yang dalam kehidupan nyata dikenal sebagai orang yang kurang berani berinisiatif, takut melulu, takut gagal, takut menyalahi gagasan sendiri. Dan kiranya itulah sikap pastoral yang diharapkan ada bila kita menjumpai orang yang butuh dibesarkan hatinya, dibimbing, diberanikan. Itu juga yang bisa diharapkan dari kita-kita yang merasa beruntung seperti kedua hamba yang dipuji dan diajak berbagi kebahagiaan oleh tuannya tadi. Kita yang merasa seperti mereka akan tertantang apa juga berani ambil risiko seperti tuan hamba-hamba tadi. Nurani kita akan terketuk untuk berupaya menolong orang yang sebenarnya sudah mengurung diri dalam pagar keputusasaan. Boleh kita bertanya dalam hati, beranikah kita mencoba membebaskan orang yang memenjarakan diri dengan teologi yang mematikan, dengan gambaran mengenai Yang Ilahi yang serba kaku. Beranikah kita berusaha menghidupkan imannya. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu termasuk pesan yang tersirat dalam perumpamaan ini.
Saya tanya Matt apa setuju dengan cara membaca di atas. Katanya, “Gus, belum tahu bahwa perumpamaan itu baru separuh jalan? Masih ada dalam Injil dan belum selesai ditulis dalam kehidupan. Kalianlah yang mesti melanjutkannya, sampai Anak Manusia datang kembali nanti di akhir zaman. Dia ingin mendengarkan kelanjutan cerita yang disampaikan dalam perumpamaan itu. Mudah-mudahan saat itu tak ada yang hanya akan mengutarakan kembali yang ada di Injil tanpa menambah kelanjutannya dalam hidup masing-masing. Dia ini akan seperti hamba yang mendapat satu talenta.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar